Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH NUTRISI

“ GIZI SEIMBANG UNTUK HINDARI MALNUTRISI BAGI ANAK LIMA


TAHUN”

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1:
1. I MD DWI WIDIANA JUWITA
2. RABIYATUL ADAWIAH
3. KARINA CITRA MANDITHA
4. M. HASANAIN
5. AHMAD JAELANI
6. NII MADE FEBRY SUARDIANTINI
7. NI NYOMAN JANRIAS PURMADEWI
8. SUAIBATUL ISLAMIAH
9. M RANGGA HADI AGUS PERWIRA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ GIZI
SEIMBANG UNTUK HINDARI MALNUTRISI BAGI ANAK LIMA TAHUN” .
Tidak lupa penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada :

Makalah ini disusun untuk memberikan informasi kepada para mahasiswa/i


tentang “GIZI SEIMBANG UNTUK HINDARI MALNUTRISI BAGI ANAK LIMA
TAHUN”, serta guna memenuhi tugas yang telah diberikan kepada kami. Kami
menyadari bahwa dalam Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena
itu saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini sangat
kami harapkan. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Balita ......................................................................................... 6
2.2. Periode Emas Bagi Anak ............................................................................. 7
2.3. Faktor Yang Menyababkan Terjadinya Kasus Malnutrisi ........................... 7
2.4. Pengetahuan Gizi Ibu Mengenai Gizi Anak Lima Tahun ............................ 9
2.5. Hubungan Positif Antara Pengetahuan Gizi Ibu Dgn Status Gizi Balita .... 10
2.6. Hubungan Positif Antara Tingkat konsumen Energi Dgn Status Gizi Balita
....................................................................................................................... 11
2.7. Beragam Makanan Bergizi Bagi Anak Lima Tahun .................................... 12
2.8. Dampak Kekurangan Dan Kelebihan Gizi ................................................... 14
BAB III : PENUTUP
3.1. Kesimpulan .................................................................................................. 17
3.2. Saran ............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 18

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang
anak karena faktor eksternal maupun intaernal. Faktor eksternal menyangkut
keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk
membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat di dalam
diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak.
Tujuan pembangunan salah satunya meningkatkan kualitas sumber daya manusia
yaitu meningkatkan kualitas hidup secara langsung adalah peningkatan kualitas
kesehatan dan juga sumber daya tersebut. Balita bukan saja bagian dari sumber daya
tetapi kelak menjadi pelaku pembangunan atau generasi penerus. Krisis ekonomi
yang berkepanjangan berdampak buruk bagi pengembangan sumber daya bangsa
Indonesia. Pengangguran mencapai 40 juta orang dan kemiskinan menimpa separuh
jumlah penduduk (100 juta). Semua ini berdampak pada kekurangan pangan yang
menurunkan kualitas kesehatan dan status gizi masyarakat. Sampai saat ini, Indonesia
masih menggelar "perang" terhadap empat masalah gizi utama, yaitu kurang energi
protein (KEP), anemia gizi besi, kekurangan yodium dan kurang vitamin A (Khudori,
2003).Oleh karena itu sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis untuk
sekali-kali menghidangkan makanan yang memang menjadi kegemaran si anak.
Intake gizi yang baik berperan penting didalam mencapai pertumbuhan badan yang
optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak
yang sangat menentukan kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terluhat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya
pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa

4
pertumbuhan. Ibu biasanya memberikan makan yang enak kepada anaknya tanpa tahu
apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak
mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.

1.2 Rumusan Masalah


1 Apakah definisi balita itu sendiri?
2 Apa yang dimaksud dengan periode emas bagi anak ?
3 Apa faktor yang menyebabkan terjadinya kasus malnutrisi ?
4 Apa yang perlu ibu ketauhi untuk Pengetahuan gizi ibu ?
5. Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara pengetahuan gizi ibu dengan
status gizi balita ?
6. Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara tingkat konsumsi energi dengan
status gizi balita ?
7. Apa saja beragam makanan bergizi bagi anak lima tahun serta prinsip gizi seimbang?
8. Apa saja dampak kekurangan gizi pada anak?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
serta untuk mengetahui tentang gizi seimbang bagi anak usia lima tahun

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN BALITA


Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling
hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1 sampai 5 tahun. Masa ini merupakan
masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan pertumbuhan intelektual.
(Mitayani, 2010) . Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini
ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.

Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang
tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain
masih terbatas. (Sutomo, 2010)

Pada periode usia ini balita mulai belajar berinteraksi dengan


lingkungan sosial di luar keluarga, pada awal masa balita, bermain bersama berarti
bersama-sama berada pada suatu tempat dengan sebaya, namun tidak bersama-sama
dalam satu permainan interaktif. Pada akhir masa balita, bermain bersama berarti
melakukan kegiatan bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan
pembagian peran.

Balita mulai memahami dirinya sebagai individu yang


memiliki atribut tertentu seperti nama, jenis kelamin, mulai merasa berbeda dengan
orang lain dilingkungannya. Mekanisme perkembangan ego yang drastis untuk
membedakan dirinya dengan individu lain ditandai oleh kepemilikan yang tinggi

6
terhadap barang pribadi maupun orang signifikannyasehingga pada usia ini balita
sulit untuk dapat berbagi dengan orang lain.

Proses pembedaan diri dengan orang lain atau individuasi juga menyebabkan
anak pada usia tiga atau empat tahun memasuki periode negativistik sebagai salah
satu bentuk latihan untuk mandiri.

2.2 PERIODE EMAS BAGI ANAK


Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,
sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode
emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi
yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada
masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas
akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi
dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (Depkes RI, 2006).

2.3 FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KASUS MALNUTRISI

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kasus malnutrisi. Data Anak-


Anak PBB atau UNICEF (United Nations Children's Fund) menyatakan bahwa ada
dua penyebab langsung terjadinya kasus gizi buruk, yaitu kurangnya asupan gizi dari
makanan dan akibat terjadinya penyakit yang menyebabkan infeksi. Kurangnya
asupan gizi bisa disebabkan oleh terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau
makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan. Sedangkan, malnutrisi
yang terjadi akibat penyakit disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh
sehingga tak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.

Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat


menjadi unsur penting dalam pemenuhan asupan gizi yang sesuai di samping perilaku
dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan anak. Pengelolaan lingkungan

7
yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai juga menjadi penyebab
turunnya tingkat kesehatan yang memungkinkan timbulnya beragam penyakit
(Siswono, 2009).

Pengaruh orang tua sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan


anak secara normal. Untuk mendapatkan anak yang tumbuh dengan normal juga tidak
lepas dari tingkat pengetahuan ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pengetahuan ibu dalam mengatur konsumsi makanan dengan pola menu seimbang
sangat diperlukan pada masa tumbuh kembang balita. Pengetahuan gizi ibu ini dapat
diperoleh melalui pendidikan baik formal maupun nonformal. Pengetahuan gizi
nonformal diperoleh melalui berbagai media. Penyuluhan tentang kesehatan dan gizi
di posyandu merupakan salah satunya selain pengetahuan gizi yang didapat lewat
media masa (koran, majalah dll) dan media elektronik (televisi, radio).

Anak balita justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita
akibat kekurangan gizi. Pada anak-anak KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan
terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan
(Almatsier, 2003). Bila anak menderita gizi buruk tidak segera ditangani, amat
berisiko tinggi dan berakhir dengan kematian, sehingga akan menyebabkan
meningkatnya angka kematian. Padahal angka kematian menjadi salah satu indikator
derajat kesehatan. Anak yang pernah menderita gizi buruk sulit mengejar
pertumbuhan sesuai umurnya. Pada tingkat tertentu, kekurangan gizi akan
menyebabkan berat otak, jumlah sel ukuran besar sel, dan zat-zat biokimia lain lebih
rendah dari pada anak normal. Makin muda usia anak yang menderita kurang gizi
maka makin berat akibat yang ditimbulkan. Keadaan akan menjadi lebih berat jika
kurang gizi dialami sejak dalam kandungan. Kemunduran mental akibat gizi buruk
dapat bersifat permanen atau tidak dapat diperbaiki (Midwifery, 2007)

8
Upaya yang dapat dilakukan untuk memberantas KEP diantaranya adalah
memberikan pendidikan kesehatan tentang pemenuhan gizi keluarga kepada
masyarakat dan bantuan pemberian makanan tambahan pada balita KEP.

2.4 PENGETAHUAN GIZI IBU MENGENAI GIZI ANAK LIMA TAHUN

Pengetahuan gizi ibu disini dimaksudkan agar seorang ibu itu dapat
menyusun, membuat makanan yang dikonsumsi oleh balita itu bervariasi atau
beraneka ragam. Keaneka ragaman bahan makanan itu bertujuan supaya sesuai
kebutuhan zat gizi seorang balita dapat terpenuhi dalam satu menu makanan.
Konsumsi zat gizi yang diperlukan balita adalah zat gizi sebagai sumber tenaga atau
energi (karbohidrat), sumber zat pembangun (protein), sumber zat pengatur (vitamin).
Ketiga sumber zat gizi itu sangat diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan
balita. Namun perlu diketahui porsi atau ukuran dari masing-masing sumber zat gizi
itu harus sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang dan AKG (Angka Kecukupan
Gizi) pada balita.

Pengaruh orang tua sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan


anak secara normal. Untuk mendapatkan anak yang tumbuh dengan normal juga tidak
lepas dari tingkat pengetahuan ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pengetahuan ibu dalam mengatur konsumsi makanan dengan pola menu seimbang
sangat diperlukan pada masa tumbuh kembang balita. Pengetahuan gizi ibu ini dapat
diperoleh melalui pendidikan baik formal maupun nonformal. Pengetahuan gizi
nonformal diperoleh melalui berbagai media. Penyuluhan tentang kesehatan dan gizi
di posyandu merupakan salah satunya selain pengetahuan gizi yang didapat lewat
media masa (koran, majalah dll) dan media elektronik (televisi, radio).

9
Anak balita justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita
akibat kekurangan gizi. Pada anak-anak KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan
terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan
(Almatsier, 2003). Bila anak menderita gizi buruk tidak segera ditangani, amat
berisiko tinggi dan berakhir dengan kematian, sehingga akan menyebabkan
meningkatnya angka kematian. Padahal angka kematian menjadi salah satu indikator
derajat kesehatan. Anak yang pernah menderita gizi buruk sulit mengejar
pertumbuhan sesuai umurnya. Pada tingkat tertentu, kekurangan gizi akan
menyebabkan berat otak, jumlah sel ukuran besar sel, dan zat-zat biokimia lain lebih
rendah dari pada anak normal. Makin muda usia anak yang menderita kurang gizi
maka makin berat akibat yang ditimbulkan. Keadaan akan menjadi lebih berat jika
kurang gizi dialami sejak dalam kandungan. Kemunduran mental akibat gizi buruk
dapat bersifat permanen atau tidak dapat diperbaiki (Midwifery, 2007) . Maka dari itu
dalam makalah dan jurnal ini akan diungkap tentang gambaran hubungan antara
tingkat pengetahuan gizi ibu, pola asuh dan tingkat konsumsi energi terhadap status
gizi balita.

2.5 HUBUNGAN POSITIF ANTARA PENGETAHUAN GIZI IBU DENGAN


STATUS GIZI BALITA

Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pengetahuan gizi ibu dengan
status gizi balita, semakin pengetahuan gizi ibu naik maka status gizi balita semakin
baik. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (over behavior), karena dari pengalaman penelitian
ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan seorang ibu dibutuhkan dalam
perawatan anaknya, dalam hal pemberian dan penyediaan makanannya, sehingga
seorang anak tidak menderita kekurangan gizi. Kekurangan gizi juga dapat

10
disebabkan karena pemilihan bahan makanan yang tidak benar. Pemilihan makanan
ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang bahan makanan. Ketidaktahuan
dapat menyebabkan kesalahan pemilihan dan pengolahan makanan, meskipun bahan
makanan tersedia. Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan
pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan
dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam
masalah kurang gizi. Lain sebab yang penting dari gangguan gizi adalah kurangnya
pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pengetahuan gizi yang tinggi dapat membentuk
sikap yang positif terhadap masalah gizi. Pada akhirnya pengetahuan akan
mendorong seseorang untuk menyediakan makanan sehari-hari dalam jumlah dan
kualitas gizi yang sesuai dengan kebutuhan. Kadar gizi anak dipengaruhi oleh
pengasuhnya dalam hal ini adalah ibu.

2.6 HUBUNGAN POSITIF ANTARA TINGKAT KONSUMSI ENERGI


DENGAN STATUS BALITA

Ada hubungan positif yang signifikan antara tingkat konsumsi energi dengan
status gizi balita, semakin tingkat konsumsi energi baik maka status gizi balita
semakin baik. Zat gizi adalah zat atau unsur-unsur kimia yang terkandung dalam
makanan yang diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh secara normal. Zat gizi
yang dibutuhkan oleh tubuh terdiri atas karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral
dan air. Dalam usaha pencapaian konsumsi yang adekuat, maka dua faktor terpenting
yang dapat mempengaruhi konsumsi zat gizi sehari-hari yaitu: tersedianya pangan
dan pengetahuan gizi. Seseorang akan mampu menyelenggarakan konsumsi yang
adekuat bilamana mereka mampu untuk menyediakan bahan pangan karena didukung
dengan pandangan yang cukup. Zat gizi yang telah dikonsumsi tersebut akan
digunakan oleh tubuh untuk mencapai status gizi yang optimal. Menurut Elly

11
Nurachmah, (2001) energi diartikan sebagai suatu kapasitas untuk melakukan suatu
pekerjaan Jumlah energi yang dibutuhkan seseorang tergantung pada usia, jenis
kelamin, berat badan dan bentuk tubuh Energi dalam tubuh manusia timbul
dikarenakan adanya pembakaran karbohidrat, protein dan lemak. Dengan demikian
agar manusia selalu tercukupi energinya diperlukan pemasukan zat-zat makanan yang
cukup pula ke dalam tubuhnya. G. Kartasapoetra, (2003 mengatakan bahwa.manusia
yang kurang makan akan lemah baik dikegiatanya, pekerjaan-pekerjaan fisik maupun
daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima oleh tubuh yang

2.7 BERAGAM MAKANAN BERGIZI BAGI ANAK LIMA TAHUN

2.7.1 KARBOHIDRAT
Jangan terpaku pada nasi putih saja. Biasakan anak konsumsi beragam sumber
karbohidarat, seperti beras merah, kentang, ubi, singkong, mi, bihun maupun jagung.
Cara memasak:
a. Beras putih, ditanak atau ditim, yang penting, beras dimasak sampai matang
dengan air secukuppnya agar tergelatinasi sempurna (pulen).
b. Beras merah sebaiknya dicampur dengan beras putih agar pulen, karen beras
merah lebih keras.
c. Jagung direbus dengan sedikit air sekitar 10 menit, kemudian diolesi mentega,
garam dan gula.
d. Ubi, dikukus dan dibuat pure (dihaluskan).
2.7.2 PROTEIN
Bisa didapat dari daging-dagingan, ikan-ikanan, hati, udang, kerang, tempe dan
tahu. Pilih sumber protein yang mudah, murah, enak maupun berkualitas tinggi
seperti telur.
Cara memasak:
a. Telur

12
Saat menggoreng jangan sampai warnanya kecokelatan karena kadar gizinya
akan berkurang. Yang terbaik, telur direbus sampai matang (7-8 menit) atau
masak cepat menggunakan sedikit minyak dan bisa dicampur dengan sayuran
yang diiris halus.
b. Ayam
Cara terbaik adalah dikukus untuk campuran soto, ditumis sebagai campuran
cap cay, disup, digoreng sebentar setelah dibumbui (diungkep) atau digoreng
sejenak menjadi ayam pop. Jangan lupa, buang kulit ayam karena mengandung
minyak jenuh.
c. Daging-dagingan
Protein pada daging justru harus dimasak dengan baik. Namun agar zat besi
tidak terbuang, jangan masak daging terlalu lama. Sebaiknya ditim atau ditumis,
karena itu potong tipis-tipis atau cincang. Berbagai olahan daging seperti bakso
dan sosis, proteinnya tidak sebaik daging segar. Selain itu juga mengandung zat
aditif sehingga jangan terlalu sering dikonsumsi. Memasak bakso dan sosis
sebaiknya ditumis, disup atau sebagai campuran cap cay dan bihun goreng.
Jangan digoreng karena akan menambah kadar lemak yang sudah tinggi.

2.7.3 VITAMIN DAN MINERAL


Banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Semakin hijau waran sayuran,
makin banyak vitaminya. Semakin kuning, merah, atau biru warna daging buah,
vitaminya semakin kaya.
Cara memasak sayur :
a. Vitamin A,D,E,K (terdapat pada bayam, wortel, daun singkong, kangkung,
kacang panjang, katuk, sawi, jagung) larut dalam lemak. Jika dimasak bersama
minyak goreng, seperti ditumis, jangan terlalu lama sebab vitaminnya akan
habis.

13
b. Vitamin C, B1, B2, B5, B12 (terdapat pada daun singkong, katuk, melinjo, sawi,
kentang, seledri, kucai, kacang panjang, kol. Tomat) larut dalam air, karena itu
jika direbus atau disup, jangan terlalu lama sebab vitamin akan habis.
c. Rahasia merebus sayuran: masukkan sayur saat air sudah mendidih, bubuhi
garam, angkat.
d. Direbus maupun ditumis, pastikan sayur masih berwarna hijau, segar dan
batangnya masih renyah.
e. Hampir semua sayuran, khususnya bayam, harus langsung dimakan setelah
dimasak. Jangan tunda lebih dari 2 jam. Selain vitaminnya rusak, dikhawatirkan
ada reaksi kimia yang menyebabkan sayur tidak layak dimakan.
Cara mengolah buah:
a. Agar vitamin utuh sebaiknya buah dimakan langsung. Jika dijus, seratnya akan
hilang, jika disetup, vitamin berkurang saat dipanaskan. Diolah menjadi es buah
baik, tetapi kadar gula menjadi tinggi.
b. Beberapa buah akan lebih banyak vitaminnya jika dimakan dengan kulitnya,
seperti apel, pir dan anggur. Tetapi jika Anda khawatir terhadap sisa pestisida
pada kulit apel, sebaiknya dikupas saja.

2.8 DAMPAK KEKURANGAN DAN KELEBIHAN GIZI

Makanan yang ideal harus mengandung cukup energi dan zat esensial sesuai dengan
kebutuhan sehari-hari. Pemberian makanan yang kelebihan akan energi
mengakibatkan obesitas, sedang kelebihan zat gizi esensial dalam jangka waktu lama
akan menimbulkan penimbunan zat gizi tersebut dan menjadi racun bagi tubuh.
Misalnya hipervitaminosis A, hipervitaminosis D dan hiperkalemi.
Sebaliknya kekurangan energi dalam jangka waktu lama berakibat menghambat
pertumbuhan dan mengurangi cadangan energi dalam tubuh sehingga terjadi

14
marasmus (gizi kurang/buruk). Kekurangan zat esensial mengakibatkan defisiensi zat
gizi tersebut. Misalnya xeroftalmia (kekurangan vit.A), Rakhitis (kekurangan vit.D).
Jika dikaji secara mendalam penyakit kekurangan gizi disebabkan karena tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gisi esensial. Selain itu, adanya
ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorbsi, dan
penyakit infeksi. Dampak dari penyebab semua ini akan berlanjut pada penyakit akut
maupun kronik. Adapun penyakit yang dimaksud adalah:
1. Berat bayi lahir rendah (BBLR)
Kelompok masyarakat yang paling menderita akibat dampak krisis ekonomi
terhadap kesehatan adalah ibu. Kesehatan ibu ini akhirnya akan mempengaruhi
kualitas bayi yang dilahirkan dan anak yang dibesarkan. Bayi dengan berat lahir
rendah merupakan salah satu dampak dari ibu hamil yang menderita kurang energi
kronis dan akan mempunyai statuz gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya
angka kematian bayi dan balita, juga berdampak serius terhadap kualitas generasi
mendatang yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental
anak,serta berpengaruh pada penurunan IQ.
2. Gangguan pertumbuhan
Telah disebutkan diatas bahwa status gizi yang buruk akan menyebabkan
gangguan pertumbuhan. Dalam teori pertumbuhan ada banyak jenis yang perlu
dibahas seperti mental, fisik, sosial, spritual, dan budaya. Sehingga jika status gizi
buruk tidak ditangani secara intensif maka generasi akan cenderung mengalami
gangguan mental, fisik, sosial, spritual, dan budaya. Tapi yang paling berpengaruh
adalah gangguan perilaku dan fungsi otak. Generasi akan mengalami kebodohan
dan isolasi sosial hingga akhirnya bunuh diri.
3. Gangguan pertahanan tubuh
Status gizi yang kurang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap tekanan atau
stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga seseorang mudah

15
terserang infeksi seperti pilek, batuk, diare,. Pada usia balita, keadaan ini akan
mengakibatkan kematian.

Bila syarat konsumsi tidak terpenuhi dalam waktu yang cukup lama baik kurang atau
lebih maka akan terjadi gizi kurang (malnutrition) atau gizi lebih (overnutrition).
Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan atau makanan.
Kualitas hidangan atau makanan menunjukkan adanya semua zat gizi yang
diperlukan tubuh di dalam suatu hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap
yang lain. Sedangkan kuantitas menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap
kebutuhan tubuh. Kalau susunan hidangan atau makanan memenuhi kebutuhan tubuh
baik dari kualitas maupan kuantitasnya, maka tubuh akan mendapatkan kondisi
kesehatan sebaik-baiknya. Konsumsi yang menghasilkan kesehatan gizi yang sebaik-
baiknya ini disebut dengan konsumsi adekuat.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Status gizi pada balita akan meningkat apabila orang tua asuh mempunyai
Tingkat Pengetahuan yang tinggi , sebab dengan pengetahuan yang tinggi maka akan
berupaya untuk meningkatkan status gizi pada anaknya
Tingkat konsumsi energi yang baik akan meningkatkan status gizi pada balita karena
energi dalam tubuh manusia dapat timbul dengan adanya pembakaran karbohidrat,
protein dan lemak. Sehingga konsumsi energi yang baik berpengaruh terhadap status
gizi. Pengetahuan gizi ibu berpengaruh terhadap stastus gizi balita Pola asuh makan yang
baik akan mempengaruhi stastus gizi balita,

17
DAFTAR PUSTAKA

Marimbi,Hanum. 2010. tumbuh kembang, status gizi dan imunisasi dasar pada
balita. Yogyakarta : Nuba Medika.
Achmad D.S, 1999. Ilmu Gizi Jilid II. Jakarta: Dian Rakyat.
Achmad D.S, 2000. Ilmu Gizi Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat.
Agus I, 2004. Statistika Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : Kencana.
Almatsier, S., 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Amal, K.B., 2002. Pendidikan Anak di Usia Dini. Jakarta : Waspada Online

18

Anda mungkin juga menyukai