Anda di halaman 1dari 2

2.1.

Klasifikasi

2.2.1 Berdasarkan Onset


Secara garis besar ptosis dapat dibedakan atas 2, yaitu :

A. Kongenital
Sebagian besar kasus ptosis kongenital akibat gangguan pembentukan jaringan
muskulus levator (myogenic etiology).5,14 Dapat terjadi dalam bentuk:
1. Unilateral : kegagalan perkembangan dan innervasi abnormal otot levator palpebra. Bila
cukup berat dapat menyebabkan ambliopia dan harus segera ditangani dengan
pembedahan. Dapat menyertai Marcus Gunn syndrome (kelainan nervus III dan nervus
V), dimana kontraksi m.levator palpebra terjadi bila rahang membuka ke samping pada
sisi yang berlawanan.
2. Bilateral : infantil miastenia gravis atau anak dari ibu yang menderita Myastenia gravis.
3. Ptosis yang menyertai Sturge Weber, von Recklinghausen syndrome dan alkohol fetal
syndrome.5

B. Didapat (Acquired)
Ptosis didapat terjadi akibat penurunan regangan atau disinsersi aponeurosis levator
(aponeurotic abnormality). 5,14 Dapat terjadi pada keadaan:
1. Terkait dengan penyakit muskular, kelainan neurologis, faktor mekanik.
2. Myastenia Gravis
3. Botulinism
4. Paralisis N. III akibat trauma, tumor, penyakit degeneratif pada sistem saraf pusat, lesi
vaskular.
5. Distrofi miotonik.
6. Tumor, trauma, jaringan sikatrik pada palpebra.
7. Horner’s Syndrom (ptosis, miosis dan dishidrosis ipsilateral). 14
Tabel 1. Perbandingan Blefaroptosis2
Congenital Myogenic Acquired Aponeurotic
Ptosis Ptosis
Palpebral fissure Ptosis ringan- berat Ptosis ringan-berat
height
Upper eyelid crease Lemah atau tidak ada Lebih tinggi dari
pada posisi normal normal
Levator function Berkurang Hampir normal
On downgaze Eyelid lag Eyelid drop

Anda mungkin juga menyukai