Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326681881

STUDI FENOMENOLOGI: PENGALAMAN KADER DESA SIAGA SEHAT JIWA


(DSSJ) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN BANTUR MALANG
Thesis · July 2018
DOI: 10.13140/RG.2.2.11884.05766

CITATIONS READS
0 89

3 authors, including:

Dedi Kurniawan
STIKes Kepanjen
5 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

thesis research: Length of stay patient with STEMI View project

Keperawatan Jiwa (Mental Health Nursing) View project

All content following this page was uploaded by Dedi Kurniawan on 30 July 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


STUDI FENOMENOLOGI: PENGALAMAN KADER DESA SIAGA SEHAT JIWA
(DSSJ) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN BANTUR MALANG

Dedi Kurniawan¹.,Indah Winarni², Fransiska Imavike Fevriasanty ³

¹Mahasiswa Program Magister Keperawatan Peminatan Keperawatan Jiwa Fakultas Kedokteran


Universitas Brawijaya
² ³Dosen Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
E-mail: dediiikurniawan@gmail.com

ABSTRAK
Penanganan masalah kesehatan jiwa telah bergeser dari Hospital based menjadi Community
based psychiatric services, sehingga pelayanan tidak hanya berfokus terhadap upaya kuratif tetapi
lebih menekankan upaya proaktif yang berorientasi pada upaya pencegahan (preventif) dan
promotif (WHO, 2013). Salah satu upaya dalam menangani masalah kesehatan jiwa masyarakat
yaitu melalui pengembangan Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) sebagai program kesehatan mental
berbasis masyarakat (Keliat et al., 2011). Terwujudnya DSSJ tentunya membutuhkan peran serta
kader (Marchira, 2014). Tujuan dari penelitian inimengeksplorasibagaimana pengalaman kader
Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) di wilayah kerja puskesmas kecamatan Bantur Malang. Desain
penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi interpretif.
Pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara mendalam dengan panduan
wawancara semi terstruktur yang melibatkan enam orang partisipan dan dianalis dengan
Interpretif phenomenologi analysis. Penelitian ini menghasilkan empat tema meliputi:senang
mempunyai kesempatan untuk membantu sesama semampunya, prihatin akibat belum optimalnya
dukungan semua pihak, puas melihat upayanya membuahkan hasil yang baik, dan merasa iba
dengan kondisi yang dialami pasien. masyarakat yang memiliki stigma negatif terhadap klien
gangguan jiwa cenderung menghindari dan tidak mau memberikan bantuan terhadap orang yang
menderita gangguan jiwa sehingga mempersulit dalam proses penyembuhan. Kesimpulan dalam
penelitian ini ialah niat tulus dan rasa tanggung jawab tinggi yang dimiliki kader menjadi kunci
kegigihan kader melaksanakan tugas untuk membantu pasien dan keluarga, sehingga terwujudnya
DSSJ di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Bantur.

Kata kunci : Kader Jiwa, gangguan jiwa, Kesehata jiwa komunitas


A PHENOMENOLOGY STUDY: THE EXPERIENCES OF LAY MENTAL HEALTH
VOLUNTEER “DESA SIAGA SEHAT JIWA” (DSSJ) IN THE WORK AREA OF BANTUR
DISTRICT PUBLIC HEALTH CENTER MALANG
Dedi Kurniawan¹.,Indah Winarni², Fransiska Imavike Fevriasanty ³

¹Postgraduate StudentMaster Of Nursing,Faculty of Medicine-Brawijaya University


² ³Nursing Instructor, Faculty of Medicine-Brawijaya University
E-mail: dediiikurniawan@gmail.com

ABSTRACT
The treatment of mental health problems has shifted from hospital-based to community-based
psychiatric services. Therefore, the focus of the services is not only on curative efforts but also on
accentuating proactive efforts that are oriented towards prevention and promotive efforts (WHO,
2013).One of the efforts to promote the mental health of the community is the development of
Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) as a community-based mental health program (Keliat et al., 2011).
The realization of DSSJ certainly requires lay mental health volunteer’s roles (Marchira, 2014).
The purpose of this research is to explore how the experience of mental health volunteer to
succesing Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) in the working area ofBantur Malang district health
center. The research design used was qualitative with interpretive phenomenology approach. Data
collection using an in-depth interview method with semi-structured interview guidelines involving
six participants and analyzed by Interpretive phenomenology of analysis.The research produced
four themes: happy of the opportunity to help others as much as possible, concerned about the
lack of optimum support from all parties, satisfied to see their efforts to produce good results, to
feel compassionate with the condition experienced by the patient, to do as much as possible to be
close to the patient, The soul of his humanity is called to help others, and crave the concerns of all
parties. People who have negative stigma against clients mental disorders tend to avoid and do
not want to provide assistance to people suffering from mental disorders making it difficult in the
healing process. In conclusion, sincere intentions and high sense of responsibility of the lay mental
health volunteers are the keys to the lay volunteer's perseverance in carrying out the duty to help
the patient and family so that the DSSJ in the work area of Bantur District Public Health Center
could be realized.

Keywords: mental caregiver voluntier, mental disorder, community mental health


PENDAHULUAN Terwujudnya DSSJ tentunya membutuhkan
Latar Belakang komitmen dan motivasi yang besar dari
Penanganan masalah kesehatan jiwa telah semua kalangan yang ikut andil dalam
bergeser dari hospital based menjadi prosesnya, salah satunya tentunya bagi
community based psychiatric services. Hal ini kader tersebut (Marchira, 2014). Kader DSSJ
sejalan dengan terus meningkatnya jumlah dituntut memiliki kemampuan untuk tetap
penderita gangguan jiwa sehingga pelayanan komitmen dan konsisten dalam menjalankan
tidak hanya berfokus terhadap upaya kuratif perannya baik dalam situasi sulit maupun
tetapi lebih menekankan upaya proaktif yang tidak menguntungkan (Syukri et al, 2013).
berorientasi pada upaya pencegahan Data studi pendahuluan yang dilakukan
(preventif) dan promotif (WHO, 2013). peneliti melalui hasil wawancara kepada
Penderitagangguan jiwa mengalami kader di Desa Bantur menyebutkan bahwa
peningkatanyang signifikansetiaptahundi hambatan yang dialami dan dirasakan
berbagai belahandunia. selama melakukan tugas mereka sebagai
Di Indonesiadalam kurun waktulimatahun kader jiwa yaitu meliputi kurangnya
terakhirjumlah penderitagangguan kesadaran dan kerjasama keluarga, sulitnya
jiwatelahmencapai11,6%dari akses dalam melakukan kunjungan rumah,
238jutaorang,dengankatalain konflik peran yang dialami kader, minimnya
sebanyak26.180.000orangpenduduk jumlah petugas kader yang tidak sebanding
Indonesiamenderita gangguanjiwa (Menteri dengan cakupan wilayah dan jumlah keluarga
KesehatanRI, 2013). Besarnyajumlah yang dikunjungi, kurangnya monitor dan
tersebutmencerminkanjumlahpenderita evaluasi serta tindak lanjut dari puskesmas
gangguan jiwa yang menunjukkan juga menjadi beberapa hambatan tersendiri
progresifitas tiap tahun, sehingga yang dialami kader dalam melakukan
membutuhkan penanganan dan tugasnya. Salah satu kader senior juga
pemahamanyang tepatuntuk menceritakan perlunya regenerasi untuk
mengatasimasalah tersebut. kader-kader baru.
Pelayanan kesehatan jiwa saat ini yang tidak Berdasarkan data tersebut terkait hambatan
lagi hanya difokuskan pada upaya dan kesulitan yang dialami kader jiwa
penyembuhan klien gangguan jiwa saja, tentunya dapat berdampak pada
tetapi juga pada upaya promosi kesehatan kesejahteraan fisik dan mental para kader itu
jiwa dan pencegahan dengan sasaran selain sendiri (Okefee & Mason, 2010). Hal ini juga
klien gangguan jiwa. Klien dengan penyakit sesuai dengan hasil penelitian yang
kronis dan individu yang sehat juga menjadi menyebutkan beberapa situasi dan kondisi
sasaran dalam upaya preventif (Stuart, yang sering ditemui dalam praktek yang
2016). Upaya ini tidak hanya dilakukan oleh dilakukan kader sebagai petugas kesehatan
tenaga kesehatan tetapi juga dengan jiwa komunitas seperti trauma dan tekanan
pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan yang dialami petugas saat melakukan
memberikan pemahaman, menumbuhkan tugasnya akan dapat memicu masalah
kesadaran dan kepedulian masyarakat psikologis seperti gejala stres pasca-trauma
terhadap masalah kesehatan jiwa di dan depresi di antara staf kesehatan (Regehr
komunitas (Keliat et al, 2014). dan Millar, 2007; Syukri et al 2013; Rosiana
Penggerakan dan kerjasama masyarakat et al, 2015).
seperti kader dan tokoh masyarakat adalah Desa Bantur pada tahun 2014 telah
bagian yang tidak terpisahkan dari dinobatkan sebagai Desa Siaga Sehat Jiwa
pengembangan desa siaga. Kader berperan (DSSJ) dan bebas pasung di provinsi Jawa
sebagai salah satu pelaku utama dalam Timur. Dengan dinobatkannya desa Bantur
program pengembangan dan pemberdayaan tersebut, tentu menjadi hal yang sangat
masyarakat di desa binaan (Winahayu et al, menarik untuk diketahui bagaimana petugas
2014). pelaksana dan tokoh masyarakat dapat
mewujudkan kondisi tersebut, salah satunya Berdasarkan hasil analisis data didapatkan
yaitu bagaimana pengalaman kader jiwa delapan tema – tema inti sebagai berikut,
dapat berperan dan berfungsi sebagaimana yaitu:
mestinya dengan berbagai situasi, kondisi, 1) Senang Mempunyai Kesempatan untuk
hambatan dan tekanan yang dialami seperti Membantu Sesama Semampunya
yang telah dijelaskan di atas. Tema senang mempunyai kesempatan untuk
membantu sesama semampunya merupakan
METODE PENELITIAN Pendekatan dan pemahaman yang dimiliki oleh kader terkait
Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan peran dalam program DSSJ di kecamatan
pendekatan kualitatif, dengan metode Bantur. Mereka menganggap bahwa menjadi
fenomenologi interpretif. Penelitian kualitatif kader memberikan mereka kesempatan yang
bertujuan untuk tepat untuk bisa membantu, memberi dan
mengembangkan dan memperkaya tentunya merasa dibutuhkan oleh
pemahaman sebuah fenomena yang terjadi masyarakat. seperti yang diungkapkan
di sekeliling kita (berasal dari lapangan) dan beberapa partisipan.
menjadikan sebuah gagasan dalam sebuah « Aku bisa memberikan apa yang aku
hubungan fenomena. punya semampuku… itu aku seneng sekali
Partisipan mas. « (P1)
partisipan dalam penelitian ini adalah kader « ..Merasa senang menjadi kader jiwa
desa siaga sehat jiwa. Cara pemilihan karena saya bisa membantu atau membagi
partisipan dilakukan dengan purposive ilmu, pengalaman, jiwa saya ini bisa saya
sampling atau sampel bertujuan, yaitu bantukan kepada masyarakat.. » (P2).
sampel yang diplilih berorientasi pada tujuan
penelitian. Individu diseleksi atau dipilih Ungkapan diatas menunjukan kader DSSJ
secara sengaja karena memiliki pengalaman yang diungkapkan oleh partisipan sebagai
yang sesuai dengan fenomena yang diteliti suatu tugas untuk membantu sesama
membutuhkan kemauan dan upaya yang
Pada tahap rekruitmen peneliti menggunakan besar dalam melaksanakannya. Partisipan
kriteria inklusi agar calon partisipan sesuai mengungkapkan bahwa merasa bersemangat
dengan tujuan penelitian. Kriteria inklusi untuk membantu sesama semampunya
tersebut antara lain: 1) Masih aktif menjadi tentunya dengan kemauan yang besar yang
kader jiwa sejak awal dibentuk desa siaga mereka miliki
sehat jiwa di wilayah kerja puskesmas Hal tersebut seperti yang di ungkapkan
Bantur, 2) Tinggal di wilayah kec. Bantur beberapa partisipan
« Cuma saya itu semangat, semangat
HASIL PENELITIAN mau. Kalau mampunya mungkin saya ini
Karakteristik Data Demografi Partisipan tidak mampu, cuma saya itu mau, cuma mau.
Dalam penelitian ini kader yang berpartisipasi Kalau kemampuan saya itu tidak ada mas,
berjumlah 6 kader. Berdasarkan karakteristik cuma kemauan, mau berkorban, mau
usia, seluruh partisipan berusia diatas 40 membantu, dan kapapnpun saya dibutuhkan
tahun yang terdiri dari usia 58 tahun, 57 saya mau dan saya siap » (P2)
tahun, 48 tahun, 60 tahun, 49 tahun dan 54 « Semangat sekali karena saya
tahun. Berdasarkan karakteristik tingkat tertarik mas, bagaimanakah ini kita sesama
pendidikan 3 partisipan berpendidikan manusia bisa menolong mereka yang terkena
sekolah dasar (SD), dan 3 partisipan gangguan seperti itu…kita jadi ya harus
berpendidikan SMA membantu orang yang terkena gangguan
seperti itu… » (P5)
Tema Hasil Penelitian
2) Prihatin Akibat Belum Optimalnya
Dukungan Semua Pihak
« …masalah administrasi masih « Saya melihat anak-anak sekarang itu saya
seperti itu mas, belum 100% dan kita untuk sudah merasakan bahagia itu, anak-anak
mengadakan posyandu jiwa ini gimana ya..ya sudah membaik tidak seperti dulu…» (P2)
maaf ya mas, masih belum punya dana «…Seneng mas, anak-anak seperti itu, ada
sendiri, masih bergantung dari puskesmas yang waham, isos, sekarang sudah bisa
dan mahasiswa. « (P1) aktivitas... « (P1)
« .. Saya pribadi kadang-kadang « Semakin bisa uh seneeeeeng.. yuuh lek
mengumpulkan anak-anak itu Cuma bisa mbiyen teko koyok ngono yo nduk.. (ya kalau
ngasih permen mas, itu dana dari pribadi kita dari dulu seperti itu ya nak..) mbatin aku
mas…“Bu jajannya mana? Saya lapar, saya (dalam hatiku).. » (P4).
haus”. Terus hati saya gimana saya mas, kalo
saya ga pegang uang gimana? Ya 4) Merasa Iba Dengan Kondisi yang
kan,kasihan anak-anak... » (P2). Dialami Pasien
«…Lah kita ini sudah pernah Tema merasa ibda dengan kondisi yang
mengadakan posyandu sendiri, peralatannya dialami pasien merupakan perasaan yang
itu saja masih belum punya, jadi minjam dari dirasakan oleh kader terkait bagaimana
posyandu balita kayak timbangan, alat ukur kondisi yang dialami pasien selama ini.
tinggi badan, alat tensi. » (P2) Mereka mengungkapkan bahwa rasa kasihan
Sub tema terkait kurangnya dukungan melihat kondisi pasien yang tidak
keluarga dan masyarakat yang diungkapkan diperhatikan, dikucilkan, rasa sedih melihat
oleh partisipan merupakan salah satu pasien tidak kunjung membaik dan ungkapan
hambatan yang dialami kader, seperti kader ‘’nelongso’’ ketika melihat pasien ini
yang diabaikan oleh keluarga pasien saat dicemooh oleh lingkungan sekitar. Hal itu
melakukan kunjungan rumah. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh beberapa
didukung oleh pernyataan partisipan sebagai partisipan.
berikut:
« Anak-anak masih sulit dikumpulkan « Kalo seperti kita-kita ini ndak
dan orangtua-orangtua dari anak-anak itu memperhatikan seperti orang-orang seperti
belum 100% mendukung, belum bisa ikut itu, ya siapa lagi mas? Merasa kasian sekali
bertanggung jawab gitu lo mas… » (P2) dan orang-orang seperti itu ya inginnya
seperti kita-kita ini mas...» (P2)
3) Puas Melihat Upayanya Membuahkan
Hasil Baik «……istilahnya itu kasihan melihat salah satu
Tema puas melihat upayanya membuahkan warga kok gini gak ada yang memperhatikan
hasil yang baik merupakan perasaan yang gitu.. kan mencari orang yang sukarela mau
dirasakan oleh kader terkait hasil yang dilihat nganu kan sulit mas… « (P3)
kader jiwa terkait kondisi pasien yang
membaik. Mereka mengungkapkan bahwa « Sakit hatiku mas, bener-bener sakit. Aku
bahagia melihat kondisi anak-anak membaik, sambil berangkat itu kadang-kadang gak
senang anak-anak bisa beraktivitas, dan rasa kerasa “ya Allah mas nelongso, disini kebek
lega karena pasien bisa mandiri menjadi (penuh)”. (P1)
wujud rasa puas mereka dengan upaya yang
selama ini mereka lakukan, hal tersebut lah «…makanya aku kalo ada orang seperti
yang kemudian tergambar dari sub tema-sub ngejek, meledek, aku sakit..hatiku sakit. (p1)..
tema tersebut. Berikut merupakan ungkapan » (P1).
perasaan positif yang kader DSSJ rasakan
terkait adanya hasil dari upaya yang mereka
lakukan sebagai kader DSSJ.
PEMBAHASAN kader serta masyarakat yang datang untuk
Pada bagian ini peneliti akan membahas berperan serta. Jumlah kader jiwa yang
hasil penelitian berupa tema-tema dan sub kurang bila dibandingkan dengan sasaran,
tema yang muncul dari analisis data yang kader tidak aktif, dan kader drop out yang
telah dilakukan. Diperoleh tujuh tema merupakan masalah krusial dalam
essensial dalam penelitian ini yaitu: pelaksanaan kegiatan program DSSJ.
Berdasarkan hasil wawancara kepada
1. Senang mempunyai kesempatan untuk partisipan kader DSSJ diketahui bahwa
membantu sesama semampunya. masih kurangnya fasilitas dan juga dana
Tema senang mempunyai kesempatan untuk terkait kegiatan yang dilakukan seperti
membantu sesama semampunya merupakan posyandu, TAK dan juga penyuluhan.
pemahaman yang dimiliki oleh kader terkait
peran dalam program DSSJ di kecamatan 3. Puas melihat upayanya membuahkan
Bantur. Mereka menganggap bahwa menjadi hasil yang baik
kader memberikan mereka kesempatan yang Temapuas melihat upayanya membuahkan
tepat untuk bisa membantu, memberi dan hasil yang baik merupakan perasaan yang
tentunya merasa dibutuhkan oleh dirasakan oleh kader terkait hasil yang dilihat
masyarakat. kader jiwa terkait kondisi pasien yang
Kader jiwa merupakan tenaga sukarela yang membaik. Mereka mengungkapkan bahwa
dipilih oleh masyarakat setempat, dengan bahagia melihat kondisi anak-anak membaik,
tujuan yaitu untuk memudahkan proses senang anak-anak bisa beraktivitas, dan rasa
penanganan terhadap gangguan jiwa yang lega karena pasien bisa mandiri menjadi
ditemukan di masyarakat. Kader jiwa wujud rasa puas mereka dengan upaya yang
membantu masyarakat mencapai kesehatan selama ini mereka lakukan.
mental yang optimal melalui penggerakan Kepuasan kader DSSJ dalam menjalankan
masyarakat untuk memelihara dan tugasnya sejalan dengan peningkatan kinerja
meningkatkan kesehatan mental dan kader seperti ditunjukkan oleh penelitian
pemantauan kondisi kesehatan masyarakat Simanjuntak et al (2013) bahwa terdapat
di wilayahnya. hubungan positif sangat nyata antara kinerja
kader dengan keberhasilan program dan
2. Prihatin akibat belum optimalnya kegiatan, pada akhirnya keberhasilan
dukungan semua pihak tersebut akan mendorong peningkatan kinerja
Tema prihatin akibat belum optimalnya kepada sasaran. Disisi lain, faktor internal
dukungan semua pihak merupakan dan faktor eksternal dari kader posyandu
perwujudan apa yang dirasakan kader DSSJ dapat mempengaruhi kepuasan kerjanya
selama ini terkait hambatan yang dirasakan.
Mereka menganggap bahwa belum
optimalnya pengelolaan dan dukungan 4. Merasa iba dengan kondisi yang dialami
pemerintah yang diungkapkan dengan masih pasien
kurangnya dana dan fasilitas dalam kegiatan
program jiwa. Selain itu kurangnya dukungan Tema merasa iba dengan kondisi yang
keluarga pasien dan masyarakat juga dialami pasien merupakan perasaan yang
menjadi hambatan tersendiri yang dirasakan dirasakan oleh kader terkait bagaimana
kader, belum lagi kurangnya kesungguhan kondisi yang dialami pasien selama ini.
para kader muda dalam menjalankan Mereka mengungkapkan bahwa rasa kasihan
tugasnya juga menjadi hambatan lain bagi melihat kondisi pasien yang tidak
kader DSSJ untuk terus mensukseskan diperhatikan, dikucilkan, rasa sedih melihat
program tersebut. pasien tidak kunjung membaik dan juga
Keberhasilan dan kesinambungan kegiatan adanya ungkapan ‘’nelongso’’ dari kader
program DSSJ sangat bergantung pada ketika melihat pasien dicemooh oleh
lingkungan sekitar.
Kualitas hidup pasien gangguan jiwa di yang dialami saat ini, sehingga seharusnya
masyarakat menjadi lebih rendah karena mendapatkan bantuan dan dukungan dari
adanya faktor sosial seperti stigma dan pihak lain dalam mewujudkan DSSJ.
diskriminasi. Kondisi tersebut akan semakin
memberikan dampak negatif terhadap pasien
dan keluarga. Stigma yang diciptakan oleh DAFTAR PUSTAKA
masyarakat terhadap penderita gangguan Afiyanti, Y. (2008). Validitas dan reliabilitas
jiwa secara tidak langsung menyebabkan dalam penelitian kualitatif. Jurnal
keluarga atau masyarakat disekitar penderita Keperawatan Indonesia, 12(2), 137–
gangguan jiwa enggan untuk memberikan 141.
penanganan yang tepat terhadap keluarga Agusno, M. (2011). Global – National Mental
atau tetangga mereka yang mengalami Health & Psychosocial Problem &
gangguan jiwa. Sehingga tidak jarang Mental Health Policy. Yogyakarta:
mengakibatkan penderita gangguan jiwa Universitas Gadjah Mada
yang tidak tertangani ini menjadi lebih parah, Apsari, Diah, A dan Purnomo, H. (2010).
tidak berdaya secara mental dan tidak dapat Pencanangan Desa Siaga Sehat
melakukan aktivitas. ketidakpedulian Jiwa.
masyarakat dan keluarga tentu Badan Pengembangan dan Pembinaan
menyebabkan konsidi yang memprihatinkan Bahasa, (2014). Kamus Besar
pada pasien. Kondisi tersebut yang Bahasa Indonesia (KBBI),
memunculkan adanya rasa empati dari kader Kemendikbud (Pusat Bahasa) Jakarta
DSSJ di kecamatan Bantur. ,Balai Pustaka
Braun, V. and Clarke, V. (2014) What can
KESIMPULAN thematic analysis offer health and
Penelitian kualitatif untuk mengeksplorasi wellbeing researchers? International
pengalaman kader Desa Siaga Sehat Jiwa di Journal of Qualitative Studies on
wilayah kerja puskesmas kecamatan Bantur. Health and Well-being, 9. ISSN 1748-
Temuan yang didapat yaitu bahwa para kader 2623 Available from:
DSSJ ini merasa iba dengan kondisi yang http://eprints.uwe.ac.uk/26537 :
dialami pasien dan merasa jiwa http://dx.doi.org/10.3402/qhw.v9.2615
kemanusiaannya terpanggil untuk membantu 2
sesama, kemudian adanya perasaan senang Creswell, J. W. (2014). Penelitian Kualitatif &
dari kader kader karena mempunyai Desain Riset (3rd ed.). Pustaka
kesempatan untuk membantu sesama Pelajar.
semampunya. Depkes RI. (2015). Riset Kesehatan Dasar.
Kesimpulan dalam penelitian ini ialah niat Jakarta: Badan Penelitian dan
tulus dan rasa tanggung jawab tinggi yang pengembangan Kesehatan
dimiliki kader menjadi kunci kegigihan kader Kementrian Kesehatan RI.
melaksanakan tugas untuk membantu pasien Dinas Kabupaten Malang. (2015). Profil
dan keluarga, sehingga terwujudnya DSSJ di Kesehatan Kabupaten Malang.
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Bantur. Malang.
Dirbinkeswa, Dirjen Bina upaya kesehatan
SARAN (2012) ´Keputusan Menteri Kesehatan
Motivasi kader dalam penelitian ini berkaitan tentang Pedoman pelayanan
dengan kebutuhan akan penghargaan, kesehatan jiwa komunitas, Kemenkes
aktualisasi diri, prestasi dan tanggung jawab. RI
Rasa bertanggung jawab menjadi motivasi Durkin,M., Beaumont, E., Martin, C.J.H.,
terbesar yang dirasakan kader DSSJ. Rasa Carson, J. (2016). A pilot study
tanggung jawab yang besar dari kader jiwa exploring the relationship between
menjadikan mereka peka terhadap kondisi self-compassion, self-judgement, self-
kindness, compassion, professional
quality of life and wellbeing among UK Ekonomi, IPB. Volume 27 No. 1, Juli
community nurses. Nurse Education 2009
Today. 46: 109–114 Puskesmas Bantur, (2017). Laporan Bulanan
Fitri.(2012). Hubungan persepsi keluarga Program Kesehatan Jiwa, Tidak
tentang gangguan jiwa dengan sikap dipublikasikan
keluarga pada anggota keluarga yang Regehr, C., & Millar, D. (2007). Situation
mengalami gangguan jiwa di rumah critical: High demand, low control, and
sakit jiwa daerah Surakarta. Naskah low support in paramedic
publikasi. FIK UMS organizations. Traumatology, 13, 49–
Gillespie, G. L., Gates, D. M., & Berry, P. 58. doi:10.1177/1534765607299912
(2013). Stressful incidents of physical Regehr, C., LeBlanc, V., Jelley, R. B., Barath,
violence against emergency nurses. I. (2008). Acute stress and
Online Journal of Issues in Nursing, performance in police recruits. Stress
18(2010), 2. and Health: Journal of the
https://doi.org/10.3912/OJIN.Vol18No International Society for the
01Man02 Investigation of Stress, 24, 295–303.
Hajaroh, M. (2009). Paradigma, Pendekatan doi:10.1002/smi.1182
dan Metode Penelitian Fenomenologi. Rochmadi, N. (2012).Gotong Royong sebagai
Jurnal Ilmiah FIP Universitas Negeri common Identity dalam kehidupan
Yogyakarta, 1–21. Bertetangga Negara-Negara Asean.
Keliat, B.A. (2006). Proses Keperawatan Malang. Jurnal Forum Sosial
Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta:EGC Universitas Negeri Malang
Keliat, B.A., dkk. (2011). Manajemen Kasus Rosiana, M. A., Himawan, R., Sukesih.
Gangguan Jiwa. CMHN. Jakarta: (2015). Pelatihan kader kesehatan
EGC jiwa desa undaan lor dengan cara
Khasanah, Arifah Nur. (2011). Tutor deteksi dini dengan metode klasifikasi.
Community Mental Health Nursing The 2nd University Research
(CMHN). FK UI. Jakarta Coloquium, 591-598
Marchira, C. R. (2014). Integrasi kesehatan Smith, Jonathan A., Flowers, Paul., and
jiwa pada pelayanan primer di Larkin. Michael. (2009). Interpretative
indonesia: Sebuah tantangan di masa phenomenological analysis: Theory,
sekarang method and research. Los Angeles,
Mestdagh, A,. and Hansen, B. (2013). Stigma London, New Delhi, Singapore,
in patients with schizophrenia Washington: Sage.
receiving community mental health Stuart. G.W (2016). Prinsip dan Praktik
care: a review of qualitative studies. Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.
Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol Edisi Indonesia oleh Budi Anna Keliat
(2014) 49:79–87. dan Jesika Pasaribu. Elsevier:
Muhlisin, A. (2015). Model pelayanan Singapore.
kesehatan berbasis partisipasi Syukri, M., Yani, A., Daulima, N.H.C., (2013).
masyarakat untuk meningkatkan Studi fenomenologi: pengalaman
pelayanan kesehatan jiwa pada kader kesehatan jiwa dalam
masyarakat setempat: Literatur riview. menjalankan perannya untuk
The 2nd University Research meningkatkan status kesehatan jiwa
Coloquim 2015, 51-57. masyarakat di kota Bogor. Depok: FIK
Pranadji, Tri. (2009).Penguatan UI.
Kelembagaan Gotong Royong dalam Taufik, D. (2012). Empati Pendekatan
Perspektif Sosio Budaya Bangsa, Psikologi Sosial. Jakarta:
Bogor. Jurnal Forum Penelitian Agro Rajagrafindo.
Teresha, D. A. (2015). Perbedaan
pengetahuan, stigma dan sikap antara
mahasiswa tingkat awal dan
mahasiswa tingkat akhir di fakultas
kedokteran universitas jember
terhadap psikiatri. Digital Respository
Universitas Jember.
Townsend, M.C. (2015). Psychiatric Mental
Health Nursing : Concepts of Care in
Evidence-Based Practice. 8th Edition.
Videbeck, S.L. (2017). Psychiatric Mental
Health Nursing. 7th edition. ISBN:
978-1-4963-5703-8
Winahayu, N.E., Keliat, B.A., & Wardani, I.Y.
(2014). Sustainability Factor Related
with the Implementation of Community
Mental Health Nursing (CMHN) in
South and West Jakarta. Jurnal Ners
Vol. 9: 305–312
Wood and Haber, J. (2014). Nursing
Research: Methods and Critical
Appraisal for Evidence-Based
Practice, 8th Edition. The American
Journal of Nursing (AJN). Elsevier.
World Health Organization, (2013). Mental
health action plan 2013–2020.
Geneva,
(http://www.who.int/mental_health/acti
on_plan_2013/en/
Yin, R. K. (2011). Qualitative research From
start to Finish. Uma ética para
quantos? (Vol. XXXIII). The Guilford
Press. https://doi.org/10.1007/s13398-
014-0173-7.2
Youssef, C.M., Luthans, F., (2007). Positive
organizational behavior in the
workplace the impact of hope,
optimism, and resilience. J. Manag.
33, 774–800.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai