2016
KONTRIBUTOR
KOORDINATOR BLOK :
SEKRETARIS BLOK :
TIM BLOK :
a. TUJUAN
Umum
1. Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan untuk menilai kesadaran.
2. Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan untuk menilai tanda meningeal.
Khusus
1. Mahasiswa mengetahui definisi Glasgow Coma Scaledan Paediatric Coma
Scale.
2. Mahasiswa mengetahui indikasi pemeriksaan GCS dan PCS.
3. Melakukan prosedur pemeriksaan GCS dan PCS dengan baik dan benar.
4. Menjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan GCS dan PCS.
5. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan GCS dan PCS.
6. Mahasiswa mengetahui definisi dan indikasi tanda meningeal .
7. Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan tanda meningeal.
8. Mengetahui dam mampu interpretasi hasil pemeriksaan tanda menigeal.
b. RENCANA PEMBELAJARAN
Pra-sesi
Mengerjakan working plan (menjawab beberapa pertanyaan tentang GCS /
PCS dan tanda meningeal; referensi dalam menjawab adalah video, buku
panduan skill lab, kuliah dan referensi lain)
Template Working Plan
Item waktu
Pengenalan dan diskusi workplan 10 menit
Demonstrasi GCS dan PCS 15 menit
Demonstrasi tanda menigeal 15 menit
Mahasiswa mencoba melakukan GCS, PCS dan tanda meningeal 110 menit
10 mahasiswa x 11 menit
Item waktu
Mahasiswa melakukan pemeriksaan GCS, PCS, tanda meningeal 150 menit
dan masing-masing dinilai dan diberi feedback 10 mahasiswa x
15 menit
c. SKENARIO KLINIS
Skenario GCS/PCS
Tn. C di bawa oleh keluarganya ke IGD RS Raden Mattaher dalam keadaan tidak
sadarkan.Lakukukan pemeriksaan pada pasien.
An. B di bawa orang tuanya ke IGD RS Raden Mattaher dalam keadaan tidak
sadarkan diri.Lakukan pemeriksaan pada pasien.
Skenario Tanda Meningeal
Tn. C di bawa oleh keluarganya ke IGD RS Raden Mattaher dalam keadaan tidak
sadarkan diri dan leher terlihat menegang.Lakukukan pemeriksaan tanda meningeal
pada pasien.
d. TINJAUAN TEORI
PEMERIKSAAN KESADARAN
Glasgow Coma Scale Kesadaran adalah pengolahan input tersebut sehingga
menghasilkan pola-pola output susunan saraf pusat menentukan kualitas kesadaran.
Sedangkan Pediatric Coma Scale untuk anak-anak. Input susunan saraf pusat dapat
dibedakan jadi 2 yaitu:
Syarat pemeriksaan
1) kondisi mata:
a. Pasien dengan kondisi mata bengkak
b. Ptosis: kelopak mata selalu jatuh, biasanya karena stroke
c. Exoptalmus: kelopak mata terbuka terus
d. Enoptalmus: kelopak mata menyempit
2) Adanya kelumpuhan
3) Fraktur
4) Ada sesuatu yang mengganggu verbalnya misalnya sedang dipasang NGT,
Goodell, ETT, fraktur mandibula, afasia (tidak bisa bicara), difagia dll
Tingkat kesadaransangat penting pada pasien cedera kepala. Glasgow coma Scale
sudah digunakan secara luas untuk menentukan tingkat kesadaran penderita. Glasgow
Coma Scale meliputi:
Kriteria
Composmentis GCS 15
Somnolen atau letargi GCS 13-14
Soporo Komatus GCS 8-12
Koma GCS 3-7
Pelaporan nilai GCS seperti E4, V5, M6 artinya eye 4, verbal 5 dan motorik 6.
Sedangkan Pediatric Coma Scale merupakan modifikasi dari Glasgow Coma Scale
karena pada anak-anak yang belum bisa berbicara akan menyulitkan pemeriksa dalam
menentukan skor verbal-nya.
Spontan 4
Stimulus verbal 3
Nyeri 2
Tidak ada 1
Mengikuti perintah 6
Reaksi fleksi/dekortikal 3
Ekstensi spontan 2
Respon verbal terbaik pada usia ini adalah menangis, skor yang diharapkan adalah 2
Pada usia ini bayi sudah dapat membentuk suara, skor yang diharapkan adalah 3.
Bayi akan melokalisir nyeri tapi tidak menuruti perintah, skor yang diharapkan
adalah 4.
Kata-kata yang diucapkan sudah dapat dimengerti, skor yang diharapkan adalah 4.
Bayi akan melokalisir nyeri tapi tidak menuruti perintah, skor yang diharapkan
adalah 4.
Orientasi baik bila pasien mengetahui bahwa ia di rumah sakit,skor verbal normal
yang diharapkan adalah 5.
0-6bulan 9
6-12bulan 11
12-24bulan 12
2-5tahun 13
> 5 tahun 14
Test-test untuk menguji ada tidaknya tanda meningeal banyak sekali, namun pada
dasarnya adalah variasi test pertama yang dikenalkan oleh Vladimir kering pada tahun
11 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
1884.Dokter akhli penyakit dalam dari Rusia ini memperhatikan adanya keterbatasan
ekstensi pasif sendi lutut pada pasien meningitis dalam posisi duduk maupun
berbaring.Sampai sekarang masih sering digunakan untuk tanda meningeal.
Selain tanda-tanda yang sudah diseskripsikan di atas masih ada beberapa tanda
meningeal yang lain namun ada satu tanda lagi yang cukup penting yaitu kaku kuduk. Pada
pasien meningitis akan di dapatkan kekakuan atau tahanan pada kuduk nila difleksikan dan
diekstensikan.
Prosedur Pemeriksaaan
12 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Kaku kuduk dinyatakan positif jika sewaktu dilakukan gerakan, dagu penderita
tidak dapat menyentuh dua jari yang diletakkan di incisura jugularis, terdapat
suatu tahanan
2. Tanda Brudzinski I
Pasien berbaring terlentang
Tangan kiri pemeriksa diletakkan di bawah kepala pasien
Kemudian dilakukan gerakan fleksi pada kepala pasien dengan cepat, gerakan
fleksi ini dilakukan semaksimal mungkin
Interpretasi
Tanda Brudzinksi positif jika sewaktu dilakukan gerakan fleksi kepala pasien
timbul fleksi involunter pada kedua tungkai
Tanda kernig positif jika waktu dilakukan ekstensi sendi lutut < 135°, timbul
rasa nyeri, sehingga ekstensi sendi lutut tidak bisa maksimal
13 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
2
14 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Tanda Brudzinski II positif jika sewaktu dilakukan gerakan di atas tadi, tungkai
yang kontralateral secara involunter ikut fleksi
Accessed22ndMarch,2005.
2. Childrenn’sComaScale(ModifiedGlasgowcomaScale,AdelaideComaScale).
Algorithm.Availableat:www.child-
neuro.org.uk/content/publish/algorithms/article_211.shtml-
51k.Accessed22ndMarch,2013.
f. CHECKLIST
Pemeriksaan GCS
15 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
1. Pemeriksamendekatipasiendanpasienspontanmembukamata
danmemandangpemeriksa:ada respon skor 4, tidak ada
respon lanjut ke point 2.
2. Pemeriksamemanggilnamapasien/memerintahkanpasienunt
uk membuka mata:ada respon skor 3, tidak ada respon
lanjut ke point 3.
3. Pemeriksamemberirangsangnyeriberupacubitan. Apabila
pasienmembukamataskor2, tidak ada respon ke point 4
4. Pemeriksamemberirangsangapapun(suarakeras/cubitan)pasi
entidakmembukamata:skor1.
B. PemeriksaanVerbal
5. Pemeriksamenanyakanorientasipasien (tempat, orang,
waktu), pasien menjawabdengan jelas,benardancepat:skor5,
tidak ada respon ke point 5.
6. Pemeriksamenanyakanorientasipadapasien,pasiendapatmenj
awabtapibingung,tidak tahuapa
yangterjadipadadirinya:skor4, tidak ada respon ke point 7.
7. Pemeriksamemberipertanyaantapipasientidakdapat
menjawabseluruhpertanyaandantidak dapat
menyelesaikanseluruhkalimat:skor3, tidak ada respon ke
point 8
8. Pemeriksamemberipertanyaandanpasienhanya
11. Pemeriksamemberiperintah,apipasienmangabaikannya,diber
irangsangnyeripasien dapat melokalisirnyeri:skor 5, apabila
tidak ada respon ke point 12.
12. Pemeriksamemberirangsangnyeridanpasienberusaha
menolaknya : skor 4, apabila tidak ada respon ke point
13.
13. Pemeriksa memberi rangsang nyeri,kedua tangan pasien
menggenggam dan di kedua sisi tubuh di bagian atas
sternum (posisi dekortikasi) : skor 3, apabila tidak ada
respon ke point 14.
14. Pemeriksa memberi rangsang nyeri ,pasien meletakkan
kedua tangannya secara lurus dan kaku di kedua sisi tubuh
(posisi deserebrasi) : skor2, apabila tidak ada respon ke
point 15.
15. Pemeriksa memberi rangsang apapun pasien tidak
bergerak/tidak berespon : skor 1.
TOTAL NILAI
16 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
No. Aspekyangdinilai Nilai
1 2 3
II PemeriksaanPCS
A. Pemeriksaanmata/eye
1. Pemeriksamendekatipasiendanpasienspontanmembukamatadanme
mandangpemeriksa:skor4, apabila tidak ada respon ke point 2
2. Pemeriksamemanggilnamapasien/memerintahkanpasienuntukmem
buka mata:skor, apabilaa tidak ada respon ke point 3.
3. Pemeriksamemberirangsangnyeriberupacubitan,pasienakanmembu
kamata:skor2, apabila tidak ada respon ke point 4.
4. Pemeriksamemberirangsangapapun(suarakeras/cubitan)pasientidak
membukamata:skor1.
B. Pemeriksaannonverbal
5. Pemeriksamemberirangsangberupaobyek/mainanyangmenarikperh
atianpasiendan pasientersenyumsertabisa mengikutinyasaat
digerakkan:skor5,apabila tidak ada respon ke point 6.
6. Interaksipasiendenganpemeriksakurangbaik,pasiendapatmengucap
kankonsonansaat menangis:skor4, apabila tidak ada respon ke
point 7.
7. Pemeriksamencobaberinteraksidenganpasientapipasien
mengeluarkansuarayangtidak
konsisten(konsonan),danrintihansaatmenangis: skor3, apabila tidak
ada respon ke point 8.
8. Pasiengelisah,tidakbisaistirahat/diam,menangis:skor2, apabila
tidak ada respon ke point 9.
9. Pemeriksamemberirangsangantapipasientidakmemberikanresponte
rhadaprangsangapapun:skor1.
C. Pemeriksaanverbal
Pemeriksamenanyakanorientasipasien(tempat,orang,waktu),pasien
10. menjawab denganjelas, benar dan cepat : skor, apabila tidak ada
respon ke point 11.
Pemeriksamenanyakanorientasipadapasien,pasiendapatmenjawabta
11. pibingung, tidak tahuapa yangterjadipadadirinya:skor4, apabila
tidak ada respon ke point 12.
Pemeriksamemberipertanyaantapipasientidakdapat
12. menjawabseluruhpertanyaandantidak dapat
menyelesaikanseluruhkalimat:skor3, apabila tidak ada respon ke
point 13.
Pemeriksamemberipertanyaandanpasienhanyabisabergumam:skor2
13.
, apabila tidak ada respon ke point 14.
17 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
14.
Pemeriksamemberikanrangsangtapipasientidak
mengeluarkansuara/tidakada respon:skor1.
D. Pemeriksaanmotorik
15. Pemeriksamemberiperintahdanpasiendapat
melaksanakannya:skor6, apabila tidak ada respon ke point 16.
16. Pemeriksamemberiperintah,tapipasien
mangabaikannya,diberirangsangnyeripasien dapat
melokalisirnyeri:skor 5, apabila tidak ada respon ke point 17.
17. Pemeriksamemberirangsangnyeridanpasien
berusahamenolaknya:skor4, apabila tidak ada respon ke point 18.
18. Pemeriksamemberirangsangnyeri,keduatanganpasienmenggengga
mdandikeduasisitubuhdi
bagianatassternum(posisidekortikasi):skor3, apabila tidak ada
19.
respon ke point 19.
Pemeriksamemberirangsangnyeri,pasienmeletakkankeduatanganny
asecaralurusdankakudikeduasisitubuh(posisideserebrasi):skor2,
apabila tidak ada respon ke point 20.
20. Pemeriksamemberirangsangapapunpasientidakbergerak/tidakberes
pon:skor1.
TotalNilai
Tanda Brudzinski I
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
Mempersiapkan tangan kiri pemeriksa diletakkan
3
di bawah kepala pasien
4 Melakukan gerakan fleksi pada kepala pasien
18 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
dengan cepat dan gerakan fleksi ini dilakukan
semaksimal mungkin
Memperhatikan dan melaporkan ada tidaknya
5 refleks fleksi bilateral pada sendi panggul dan
sendi lutut
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
6
Brudzinski I
JUMLAH SKOR
Tanda Kernig
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
Pemeriksa melakukan fleksi pada sendi panggul
3
dan sendi lutut
4 Melakukan ekstensi pada sendi lutut
Memperhatikan dan melaporkan apakah pasien
5 merasa nyeri sehingga ekstensi tidak bisa
maksimal atau tidak
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
6
tanda kernig
JUMLAH SKOR
Tanda Lasegue
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
Angkat salah satu tungkai hingga terjadi
3
bengkokan (fleksi) pada persendian panggul
Memperhatikan dan melaporkan apakah pasien
4 merasa sakit dan ada tahanan sehingga tungkai
tidak dapat mencapai 70°
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
5
tanda kernig
JUMLAH SKOR
Tanda Budzinski II
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
19 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
Pada salah satu tungkai bawah pasien dilakukan
3 fleksi secara pasif pada sendi panggul dan sendi
lutut
Memperhatikan dan melaporkan ada tidaknya
4
refleks fleksi pada sendi lutut kontralateral
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
5
Brudzinski II
JUMLAH SKOR
Penjelasan :
a. TUJUAN
Umum
1. Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan untuk menilai fungsi saraf
pusat (N.I-N.XII)
2. Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan untuk menilai refleks patologis.
Khusus
1. Mengetahui definisi dari nervus kranialis.
2. Mengetahui indikasi dari pemeriksaan nervus kranialis.
3. Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan untuk menilai nervus kranialis.
4. Mengetahui definisi dari refleks patologis.
5. Mengetahui indikasi dari pemeriksaan refleks patologis.
6. Mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan untuk menilai refleks patologis.
b. RENCANA PEMBELAJARAN
1) Pra-sesi
Mahasiswa diwajibkan membaca panduan modul skill lab dan melihat video
pemeriksaan nervi kranialis dan refleks patologis.
Mengerjakan working plan (menjawab beberapa pertanyaan tentang fungsi
nervi kranialis dan refleks patologis; referensi dalam menjawab adalah
video, buku panduan skill lab, kuliah dan referensi lain)
20 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Template Working Plan
Item waktu
Pengenalan dan diskusi workplan 10 menit
Demonstrasi nervi kranialis 15 menit
Demonstrasi refleks patologis 15 menit
Mahasiswa mencoba melakukan nervi kranialis dan refleks 110 menit
patologis 10 mahasiswa x 11 menit
Sesi 2 (Feedback)
Item waktu
Mahasiswa dinilaidan diberi feedback dalam melakukan 150 menit
pemeriksaan nervia kranaialis dan refleks patologis10 mahasiswa
x 15 menit
c. SKENARIO KLINIS
Tn. A datang ke klinik dr. B dengan keluhan kelopak mata sebelah tidak bisa dibuka
dan kaki kanan tidak bisa digerakkan. Periksa fungsi nervus karanialis refleks
patologis.
21 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
d. TINJAUAN TEORI
PEMERIKSAAN FUNGSI NERVI KRANIALIS
NERVUS OLFAKTORIUS (N I)
Teori
Nervus olfaktorius tersusun atas sel-sel nervus olfaktorius yang terdapat pada
mukosa rongga hidung bagian atas.Serabut saraf yang keluar dari badan sel saraf ini
memberntuk 20 berkas serabut saraf pada setiap sisi rongga hidung.Serabut-serabut ini
menembus lamina kribirformis ossis ethmidalis dan serabut-serabut sarafnya bersinaps
di neuron-neuron bulbus olfaktorius. Terdapat dua jenis sel yang menyusun bulbus
olfaktorius yaitu sel mitral dan sel berjambul (tufted calls). Serabut-serabut saraf yang
keluar dari kedua jenis sel tersebut membentuk berkas saraf yang disebut traktus
olfaktorius.
Sensasi bau timbul akibat hantaran impuls oleh serabut-serabut saraf yang keluar
dari badan sel mitral ke korteks lobus piriformis dan amigdala, sedangkan sel
berjambul menghantarkan impuls olfaktorik ke hipotalamus untuk membangkitkan
refleks olfaktorikinetik yaitu timbulnya salivasi akibat mencium bau tertentu.
Syarat pemeriksaan
22 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Jalan nafas harus bebas dari sumbatan dan penyakit (misalnya: sekret,
influenza, ISPA, sinusitis) karena dapat menganggu ketajaman penciuman.
Bahan yang dipakai harus dikenal oleh penderita.
Bahan yang dipakai bersifat non iritating (misal zat iritating: mentol,
amoniak, alkohol atau cuka).
Prosedur pemeriksaan
Gambar pemeriksaan N I
Interpretasi
23 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
meningioma pada cekungan olfaktorius pada cerebrum. Hal ini dapat terjadi
sebagai akibat trauma ataupun pada meningitis.
Pada usia lanjut dapat terjadi gangguan fungsi indra penciuman ini dapat
terjadi tanpa sebab yang jelas. Gangguan ini dapat berupa penurunan daya
penciuman (hiposmia). Bentuk gangguan lainnya dapat berupa kesalahan
dalam mengenali bau yang dicium (parosmia), misalnya minyak kayu putih
tercium sebagai bawang goreng.
Selain keadaan di atas dapat juga terjadi peningkatan kepekaan penciuman
(hiperosmia), keadaan ini dapat terjadi akibat trauma kapitis, tetapi
kebanyakan hiperosmia terkait dengan kondisi psikiatrik yang disebut
konversi histeri. Sensasi bau yang muncul tanpa adanya sumber bau disebut
halusinasi olfaktorik. Hal ini dapat muncul sebagai aura pada epilepsi
maupun pada kondisi psikosi yang terkait denagn lesi organik pada unkus.
Nervus optikus tersusun atas serabut-serabut axon saraf yang berasal dari sel-sel
ganglionik di retina.Axon saraf yang berasal dari sel-sel saraf ganglionik di
retina.Axon saraf yang berasa dari sel-sel saraf tersebut bersinaps dengan serabut-
serabut dendrit sel-sel saraf pada area corpus geniculatum lateralis, pulvinar dan
collilus superior membentuk pusat visual primer.
Axon saraf yang berasal dari sel-sel saraf pada corpus geniculatum lateralis,
pulvinar dan collilus superior membawa impuls ke pusat visual di korteks yang
terletak pada cuneus.Perjalanan serabut saraf yang membentuk nervus optikus dapat
dilihat pada skema berikut ini.
24 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Fungsi nervus optikus dapat diperiksa dengan beberapa teknik pemeriksaan.
Pada bagian latihan akan dibatasi pada pemeriksaan visus dan lapangan pandang
(visual field) sedangkan funduskopi akan dilatihkan pada topik organosensoris.
Syarat pemeriksaan
Menghitung jari
25 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
V= 1/300 penderita bisa melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter.
Cahaya lampu senter (Light Perception/LP)
Syarat pemeriksaan
26 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Pemeriksa menggerakkan jari tangannya dari samping kanan ke kiri dan
dari atas ke bawah.
Meminta penderita untuk mengatakan bila masih melihat jari-jari tersebut.
Menentukan hasil pemeriksaan.
Mengulangi prosedur pemeriksaan untuk mata sebelah kiri dengan menutup
mata sebelah kanan.
Interpretasi
27 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
NERVI OKULARIS (N III, IV, VI)
Teori
Nervi okularis terdiri dari nervus okulomotorius (NII), nervus troklearis (N IV),
nervus abdusen (N VI). Nervi ini terdiri dari dua komponen dengan fungsi yang
berbeda, yaitu:
28 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Normal jika terdapat gerakan konjungat, gerakan diskonjugat/gerakan
konversio
Normal jika dolls eye movement (+) yaitu bila kepala diputar ke lateral
maka mata berdeviasi secara sinergis ke arah berlawanan.
Apabila ada paralisis lirikan ke atas berari tanda parinaud (+).
Apabila kondisi kedua mata tidak sejajar berarti stabismus (juling).
Apabila ada pergerakan mata di sekitar aksis anteroposterior disebut
gerakan okulogirik/okulograsi. Dapat menjadi krisis okulogirik apabila bola
mata terfiksir pada satu posisi, secara khas berputar ke arah atas selama
bermenit-menit atau berjam-jam. Krisis ini dapat ditemukan pada ensefalitis
epidemik atau parkinsonisme pascaensefalitis atau pemakaian agen-agen
antipsikosis.
Kelainan gerakan bola mata lainnya seperti: gangguan gerakan bola mata ke
samping, gangguan gerakan bola mata adduksi, ke bawah
Normal
Apabila bentuk pupil iregurel seperti berbentuk meruncing, bentuk air (tear
drop) berarti abnormal. Hal ini dikarenakan adanya ruput bulbi.
Apabila pupil mengecil ketika tidak disorot cahaya berarti pinpoint pupil.
Hal ini dikarenakan trauma kepala, penggunaan obat seperti opioid,
iridosilitis.
Apabila kedua pupil mata tetap melebar ketika disorot cahaya berarti
midriasis maksimal. Hal ini terjadi pada orang meninggal.
Apabila diameter kedua pupil tidak sama berarti anisokor. Hal ini
dikarenakan peningkatan tekanan intrakranial
Apabila pupil bermiosis kerika diberikan refleks akomodasi tetapi tidak
bereaksi terhadap cahaya berarti pupil Argyll Robertson.
30 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Apabila salah satu pupil yang sakit berukuran lenih besar, bereaksi lambat
pada saat akomodasi, serta baru bereaksi terhadap cahaya setelah berada
dalam keadaan terang atau gelap berarti pupil Adie’s/pupil tonik.
NERVUS TRIGEMINUS (N V)
Teori
31 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Kegagalan kontraksi pada setiap sisi wajah lesi V1
Kegagalan kontraksi pada salah satu sisi wajah lesi VII
Penciutan otot temporalis dan masseter: jarang. Biasanya disebabkan
oleh distrofi miotonik, kelainan motor neuron, distrofi fasio-skapulo-
humeral.
Kelemahan penutupan rahang sangat jarang .kelemahan pembukaan
rahang seperti rahang menyimpang ke satu sisi lesi. Hal ini disebabkan
lesi unilateral nervus V motorik.
32 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
3. Melakukan pemeriksaan refelks kornea : cabang ophtalmik nervus V
a. Menyentuh kornea dengan ujung kapas (normal penderita akan menutup
mata / berkedip).
b. Menanyakan apakah penderita dapat merasakan sentuhan tersebut.
Interpretasi
33 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
NERVUS FACIALIS (N VII)
Teori
Prosedur pemeriksaan
34 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
sama. Bila ada kelumpuhan maka angin akan keluar dari bagian
yang lumpuh.
Interpretasi
Apabila wajah simetris, kekuatan normal dan gerakan spontal (+) berarti
normal.
Apabila wajah asimetris dengan disertai kekuatan dahi lebih kuat daripada
wajah bagian bawah berarti kelumpuhan Upper Motor Neuron (UMN)
unilateral. Hal ini dikarenakan stroke, demielinisais, tumor.
Apabila wajah asimetris dengan disertai kekuatan dahi sama dengan wajah
bagian bawah berarti kelumpuhan Lower Motor Neuron (LMN) unilateral.
Hal ini disebabkan lesi di nervus fasialis atau nukleus pada pons seperti
Bell’s palsy (sering), lesi vaskular pons, infeksi herpes, tumor parotis
(sangat jarang).
Apabila wajah asimetris tanpa kelemahan otot berarti dapat dicurigai
kongenital.
Apabila wajah simetris dengan disertai kelemahan dahi bilateral sama
dengan wajah bagian bawah berarti kelumpuhan Lower Motor Neuron
(LMN) bilateral. Hal ini disebabkan sarkoidosis, sindrom Guillain Barre
(sering), miastenia gravis, miopati (sangat jarang).
Apabila wajah simetris dengan disertai kekuatan dahi bilateral lebih kuat
daripada wajah bagian bawah berarti kelumpuhan Upper Motor Neuron
(UMN) bilateral. Hal ini disebabkan paralisis pseudobulbar, kelainan motor
neuron.
Apabila wajah simetris dengan kekuatan normal namun gerakan spontan
sedikit berarti paralisis emosional. Hal ini bisa disebabkan parkinsonisme.
35 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Pemeriksaan Viserosensorik
Syarat pemeriksaan
Syarat pemeriksaan
Untuk membandingkan daya transport melalui tulang di telinga kanan dan kiri
penderita.
36 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Prosedur pemeriksaan
Petik ujung garpu tala atau ketuk ujung garpu tala dengan meja.
Letakkan garpu tala di dahi/glabella/vertex penderita.
Interpretasi
Apabila kiri dan kanan sama keras berarti normal (penderita tidak dapat
menentukan dimana yang lebih keras)
Apabila terdapat tuli konduksi di sebelah kiri maka terdengar sebelah kiri
lebih keras, mislnya pada otitis media.
Apabila terdapat tuli sensorineural di sebelah kiri maka penderita akan
terdengar lebih keras sebelah kanan.
Gambar Pemeriksaan test
Weber
(Textbook of Physical
Diagnosis: History and
Examination. Swartz
MH. 2011)
2. Pemeriksaan Rinne
Tujuan pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan
Petik ujung garpu tala atau ketuk ujung garpu tala dengan meja.
Letakkan garpu tala pada planum mastoid sampai penderita tidak dapat
mendengarnya lagi.
Kemudian pindahkan garpu tala ke depan meatus akustikus eksternus.
Interpretasi
37 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Gambar Pemeriksaan tes Rinne
(Textbook of Physical Diagnosis: History and Examination. Swartz MH. 2011)
3. Pemeriksaan Schwabach
Tujuan pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan
Petik ujung garpu tala atau ketuk ujung garpu tala dengan meja.
Letakkan pada prossesus mastoideus penderita.
Bila penderita sudah tidak mendengar lagi bunyi getaran garpu tala, maka
segera garpu tala dipindahkan ke prosseus mastoideus pemeriksa.
Interpretasi
Penderita berbaring dengan kepala di atas bantal dengan sudut 30° sehingga
Kanalis Semisirkularis Lateral berada pada posisi vertikal
Masukkan air dingin (30°) ke dalam telinga selama 40 detik (sebanyak 250
ml).
Penderita diminta untuk memandang lurus ke depan, kemudian perhatikan
kedua matanya.
Ulangi pada telinga lainnya.
Lanjutkan dengan menggunakan air hangat (44°) seperti langkah dengan
menggunakan air dingin.
38 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Interpretasi
Prosedur pemeriksaan
39 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Perhatikan bentuk uvula dan lengkung langit-langit.
Sentuh bagian belakang lidah atau dinding pharing kanan dan kiri.
Perhatikan respon yang terjadi pada penderita.
Interpretasi
Uvula simetris, langit-langit yang sehat akan bergerak ke atas, dan terjadi
refleks muntah ketika disentuh berarti normal.
Apabila uvula tidak simetris dan tampak mitik tertarik ke sisi yang sehat
berarti adanya gangguan pada m. Stylopharingeus.
Lengkung langit-langit di sisi yang sakit tidak akan bergerak ke atas.
Apabila disentuh bagian belakang atau pharing kanan dan kiri tidak terjadi
refleks muntah berati adanya gangguan sensibilitas.
NERVUS VAGUS (N X)
Teori
Prosedur pemeriksaan
40 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Perhatikan respon yang terjadi pada penderita.
Ambil laringoskop dan masukkan ke dalam mulut sampai terlihat pita suara
pada cermin laringoskop.
Minta penderita untuk mengucapkan ‘a-a-a’ panjang.
Perhatikan gerakan pita suara dan bunyi suara penderita.
Interpretasi
Uvula simetris, langit-langit yang sehat akan bergerak ke atas, dan terjadi
refleks muntah ketika disentuh berarti normal.
Pita suara bergerak sewaktu fonasi atau inspirasi dan suara penderita
terdengar baik berarti normal.
Apabila uvula tidak simetris dan tampak mitik tertarik ke sisi yang sehat
berarti adanya gangguan pada m. Stylopharingeus.
Lengkung langit-langit di sisi yang sakit tidak akan bergerak ke atas.
Apabila disentuh bagian belakang atau pharing kanan dan kiri tidak terjadi
refleks muntah berati adanya gangguan sensibilitas.
Apabila pita suara tidak bergerak sewaktu fonasi atau inspirasi berarti ada
kelumpuhan satu sisi pita suara.
Apabila suara penderita menjadi parau berarti kedua sisi pita suara
mengalami kelumpuhan sehingga pita suara akan berada di garis tengah dan
tidak bergerah sama sekali.
Nervus aksesorius (N XI) tersusun atas komponen kranial dan spinal yang
merupakan serabut motorik. Kedua komponen tersebut menginervasi otot yang
berbeda, yaitu:
1. Pemeriksaan m. sternikleidomeastoideus
Prosedur pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan
42 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Apabila dalam keadaan diam, lidah tidak simetris berarti tonus menurun
(biasanya bergeser ke daerah yang sehat).
Apabila dalam keadaan menjulurkan lidah terjadi deviasi berarti ada
kelumpuhan n. XII (lidah akan berdeviasi ke sisi yang sakit). Biasanya
terjadi karena kerusakan lower motor neuron (LMN) unilateral (jarang). Hal
ini disebabkan syringomyelia, meningitis basalis, kelainan motor neurom
dini, tumor foramen magnum.
Refleks patologis adalah refleks-refleks yang tidak dapat dibangkitkan pada orang-
orang sehat, kecuali pada bayi dan anak kecil.Kebanyakan merupakan gerakan
reflektorik defensif atau postural yang pada orang dewasa yang sehat terkelola dan
ditekan oleh aktivitas susunan piramidal.Anak kecil umur antara 4-5 tahun masih
belum memiliki susunan piramidal yang sudah bermyelinisasi penuh, sehingga
aktivitas susunan piramidalnya masih belum sempurna.Maka dari itu gerakan
reflektorik yang diniliai sebagai refleks patologis pada orang dewasa tidak selamanya
patologis jika dijumpai pada anak kecil.Tetapi pada orang dewasa refleks patologis
selalu merupakan tanda lesi Upper Motor Neuron (UMN).Manifestasi lesi pada UMN
biasanya berupa kelemahan atau kelumpuhan anggota gerak yang bersifat spastik.
Pemeriksaan refleks patologis merupakan salah satu pemeriksaan penting dalam
bidang neurologi.Pemeriksaan refleks patologis dapat menunjukkan adanya lesi Upper
Motor Neuron (UMN). Refleks patologis yang penting adalah:
1. Refleks Hoffman dan Trommer
2. Refleks Babinski
3. Refleks Chaddock
4. Refleks Oppenheim
5. Refleks Gordon
6. Refleks Schaefer
7. Refleks Rossolimo dan Mendel-Bechterew
43 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Refleks-refleks patologis itu sebagian besar bersifat refleks dalam dan sebagian
lainnya bersifat refleks superfisial. Reaksi yang diperlihatkan oleh refleks patologis itu
sebagian besar adalah sama akan tetapi mempunyai nama yang bermacam-macam
karena dibangkitkan dengan cara yang berbeda. Misalnya refleks plantaris dengan
respon ekstensor dahulu dikenal dengan nama tanda Babinski. Kemudian ditemukan
metode lain untuk membangkitkannya yang dikenal sebagai modifikasi Babinski,
yaitu refleks Chaddokc, Oppenheim, Schaefer, dan Gordon. Refleks Babinski dan
modifikasi yang positif menunjukkan adanya lesi di traktus piramidalis, refleks
Babinski tidak ditemukan pada orang sehat kecuali pada bayi kurang dari 1 tahun
karena myelinisasi pada traktus tersebut belum sempurna.Refleks Rossolimo-Mendel
Bechterew jika positif menunjukkan adanya lesi di traktus piramidalis medula spinalis
maupun kapsula interna.
Kelainan motoris akibat lesi di UMN selain ditandai dengan adanya refleks
patologis juga dapat ditandai dengan hiperreflesia dari refleks-refleks
fisiologis.Hiperrefleksia seringkali diiringi dengan klonus yaitu kontraksi otot yang
berulang-ulang setelah dilakukan perangsangan tertentu.
Prosedur Pemeriksaaan
1. Refleks Babinski
Prosedur
Goreskan ujung palu refleks pada telapak kaki pasien.Goreskan dimulai
pada tumit menuju ke atas dengan menyusuri bagian lateral telapak kaki,
44 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
kemudian setelah sampai pada pangkal kelingking, goresan dibelokkan ke medial
sampai akhir pada pangkal jempol kaki.
Interpretasi
Refleks Babinski positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari kaki yang disertai
pemekaran jari-jari yang lain.
2. Refleks Chaddock
Prosedur
Dilakukan goresan dengan ujung palu refleks pada kulit dibawah maleolus
eksternus.Goresan dilakukan dari atas ke bawah (dari proksimal ke distal).
Interpretasi
Refleks Chaddock positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari kaki yang disertai
pemekaran jari-jari yang lain.
3. Refleks Oppenheim
Prosedur
Dengan menggunakan jempol dan jari telunjuk pemeriksa, tulang tibia
penderita diurut dari atas ke bawah.
Interpretasi
Refleks Oppenheim positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang disertai
pemekaran jari-jari yang lain.
45 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Gambar Refleks Oppenheim
4. Refleks Gordon
Prosedur
Dilakukan pemijatan pada otot betis pasien.
Interpretasi
Refleks Gordon positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang disertai
pemekaran jari-jari yang lain.
5. Refleks Schaefer
Prosedur
Dilakukan pemijatan pada tendo Archilles penderita.
Interpretasi
Refleks Schaefer positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang disertai
pemekaran jari-jari yang lain.
6. Refleks Rossolimo dan Mendel-Bechterew
Prosedur
Refleks Rossolimo diperiksa dengan cara melakukan ketukan palu refleks
pada telapak kaki di daerah basis jari-jari pasien. Refleks Mendel-Bechterew
diperiksa dengan menggunakan palu reflkes pada daerah dorsum pedis basis jari-
jari kaki pasien.
Interpretasi
Refleks Rossolimo-Mendelpositif jika timbul fleksi plantar jari-jari kaki nomor 2
sampai nomor 5.
46 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Gambar Refleks Rossolimo
e. REFERENSI
Lumbantobing S, Neurologi Klinik, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2007.
Mahar Marjono, Neurologi Klinis Dasar, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, 2008.
Suwono W J. 1996. Diagnosis Topik Neurologi: Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala.
EGC: Jakarta
Suwono W J. 1996. Panduan Praktis Pemeriksaan Neurologis. EGC: Jakarta
Weiner H L, Levitt L P. 2001. Buku Saku Neurologi. EGC: Jakarta
f. CHECKLIST
Pemeriksaan Nervus Olfaktorius
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Memberitahukan kepada penderita bahwa daya
1
penciumannya akan diperiksa
Melakukan pemeriksaan untuk mamastikan tidak
2
ada sumbatan atau kelainan pada rongga hidung
Meminta penderita untuk menutup salah satu
3
lubang hidung
Meminta penderita untuk mencium bau-bauan
tertentu (misalnya: ekstrak kopi, ekstrak jeruk,
4
vanili, atau tembakau) melalui lubang hidung yang
terbuka
Meminta penderita menyebutkan jenis bau yang
5
diciumnya
Pemeriksaan yang sama dilakukan juga untuk
6
lubang hidung yang satunya
7 Melaporkan hasil pemeriksaan n. Olfaktorius
JUMLAH SKOR
47 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Pemeriksaan Nervus Optikus
48 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Meminta penderita untuk mengatakan bila masih
5
melihat jari-jari tersebut
6 Menentukan hasil pemeriksaan
Mengulangi prosedur pemeriksaan untuk mata
7
sebelah kiri dengan menutup mata sebelah kanan
JUMLAH SKOR
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Pemeriksaan gerakan bola mata
Memberitahukan penderita bahwa akan dilakukan
1
pemeriksaan terhadap gereakan bola matanya
Memeriksa ada tidaknya gerakan bola mata di luar
2
kemauan penderita (nistagmus)
Meminta penderita untuk mengikuti gerakan
3 tangan pemeriksa yang digerakkan ke segala
jurusan
Mengamati ada tidaknya hambatan pada
4 pergerakan matanya (hambatan dapat terjadi pada
salah satu atau kedua mata)
Meminta penderita untuk menggerakkan sendiri
5
bola matanya
Pemeriksaan kelopak mata
Meminta penderita untuk membuka kedua mata
6
dan menatap ke depan selama satu menit
Meminta penderita untuk melirik ke atas selama
7
satu menit
Meminta penderita untuk melirik ke bawah selama
8
satu menit
Pemeriksa melakukan pengamatan terhadap celah
9 mata dan membandingkan lebar celah mata (fisura
palpebralis) kanan dan kiri
Pemeriksaan pupil
Meminta penderita untuk membuka kedua mata
10
dan menatap ke depan
Melihat diameter pupil dan bentuk bulatan pupil
11
serta membandingkan pupil kanan dan kiri
12 Memeriksa refleks pupil terhadap cahaya direk:
49 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
menyorotkan cahaya ke arah pupil lalu mengamati
perubahan diameter pupil dan perubahan diameter
pupil ketika cahaya dialihkan dari pupil
Memeriksa refleks pupil terhdapat cahaya indirek:
mengamati perubahan pupil mata yang tidak
13
disorot cahaya ketika mata yang satunya
mendapatkan sorotan cahaya langsung
Memeriksa refleks akomodasi pupil: meminta
penderita melihat telunjuk pemeriksa pada jarak
jauh. Kemudian penderita diminta untuk terus
14
melihat telunjuk pemeriksa yang digerakkan
mendekati hidung penderita. Amati gerakan bola
mata dan diameter pupil
JUMLAH SKOR
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Pemeriksaan Motorik
Meminta penderita untuk merapatkan gigi sekuat-
1
kuatnya
Pemeriksa mengamati m. Maseter dan m.
2
Temporalis
3 Meminta penderita untuk membuka mulut
Pemeriksan mengamati apakah dagu tampak
4
simetris dengan acuan gigi seri atas dan bawah
Pemeriksaan Fungsi Sensorik
Melakukan pemeriksaan sensasi nyeri dengan
5
jarum pada daerah dahi, pipi dan rahang bawah
Melakukan pemeriksaan sensasi suhu dengan
6 kapas yang dibasahi air hangat pada daerah dahi,
pipi dan rahang bawah
Pemeriksaan Refleks Kornea
7 Menyentuh kornea dengan ujung kapas
Menanyakan apakah penderita dapat merasakan
8
sentehun tersebut
Pemeriksaan Refleks Masseter
Meminta penderita untuk sedikit membuka
9
mulutnya
50 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Meletakkan jari telunjuk kiri pemeriksa di garis
10
tengah dagu penderita
Mengetuk jari telunjuk kuru pemeriksa dengan jari
11 tengah tangan kanan pemeriksa atau dengan palu
reflex
12 Mengamati respon yang muncul
JUMLAH SKOR
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Pemeriksaan Motorik
Meminta penderita untuk duduk dengan posisi
1
istirahat (rileks)
Pemeriksa mengamati muka penderita bagian kiri
2
dan kanan apakah simetris atau tidak
Pemeriksan mengamati lipatan dahi, tinggi alis,
3 lebar celah mata, lipatan kulit nasolabial dan sudut
mulut
Pemeriksan mengamati apakah dagu tampak
4
simetris dengan acuan gigi seri atas dan bawah
Meminta penderita menggerakkan mukanya
dengan cara sbb:
Mengerutkan dahi, bagian yang lumpuh
lipatannya tidak dalam
Mengangkat alis
Menurup mata dengan rapat, lalu pemeriksa
5 mencoba membuka dengan tangan
Memoncongkan bibir atau nyengir
Meminta penderita menggembungkan
pipinya, lalu pemeriksa menekan pipi kiri dan
kanan untuk mengamati apakah kekuatannya
sama. Bila ada kelumpuhan maka angin akan
keluar dari bagian yang lumpuh
Pemeriksaan Viserosensorik
6 Meminta penderita menjulurkan lidah
Meletakkan gula, asam, garam atau sesuatu yang
7 pahit pada sebelah kiri dan kanan dari 2/3 bagian
depan lidah
51 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Meminta penderita untuk menuliskan apa yang
8
dirasakannya pada secarik kertas
9 Melaporkan hasil pemeriksaan n. Facialis
JUMLAH SKOR
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Pemeriksaan Fungsi Pendengaran
Pemeriksaan Weber
Petik ujung garpu tala atau ketuk ujung garpu tala
1
dengan meja
2 Letakkan garpu tala di dahi/glabella penderita
Pemeriksaan Rinne
Petik ujung garpu tala atau ketuk ujung garpu tala
3
dengan meja
Letakkan garpu tala pada planum mastoid sampai
4
penderita tidak dapat mendengarnya lagi
Kemudian pindahkan garpu tala ke depan meatus
5
akustikus eksternus
Pemeriksaan Schwabach
Petik ujung garpu tala atau ketuk ujung garpu tala
6
dengan meja
7 Letakkan pada prossesus mastoideus penderita
Bila penderita sudah tidak mendengar lagi bunyi
8 getaran garpu tala, maka segera garpu tala
dipindahkan ke prosseus mastoideus pemeriksa
Menjelaskan interpretasi pemeriksaan fungsi
9
pendengaran
Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan
Pemeriksaan Test Kalori
Penderita berbaring dengan kepala di atas bantal
10 dengan sudut 30° sehingga Kanalis Semisirkularis
Lateral berada pada posisi vertical
Masukkan air dingin (30°) ke dalam telinga
11
selama 40 detik (sebanyak 250 ml)
Penderita diminta untuk memandang lurus ke
12
depan, kemudian perhatikan kedua matanya
13 Ulangi pada telinga lainnya
52 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Lanjutkan dengan menggunakan air hangat (44°)
14
seperti langkah dengan menggunakan air dingin
Pemeriksaan Test Past Pointing
15 Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa
Pemeriksa mengangkat jari telunjuk di depan
16
pemeriksa
Penderita diminta untuk menyentuh ujung jari
17
pemeriksa dengan jari telunjuk
Penderita menutup mata dan diminta untuk
18
mengulanginya lagi
Menjelaskan interpretasi pemeriksaan fungsi
19
keseimbangan
JUMLAH SKOR
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Penderita diminta untuk membuka mulutnya
2 Dengan spatel tongue tekan lidah ke arah bawah
Minta penderita untuk mengucapkan ‘a-a-a’
3
panjang
Perhatikan bentuk uvula dan lengkung langit-
4
langit
Sentuh bagian belakang lidah atau dinding pharing
5
kanan dan kiri
6 Perhatikan respon yang terjadi pada penderita
7 Melaporkan hasil pemeriksaan n. Glosofaringeus
JUMLAH SKOR
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Penderita diminta untuk membuka mulutnya
2 Dengan spatel tongue tekan lidah ke arah bawah
Minta penderita untuk mengucapkan ‘a-a-a’
3
panjang
Perhatikan bentuk uvula dan lengkung langit-
4
langit
53 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Sentuh bagian belakang lidah atau dinding pharing
5
kanan dan kiri
6 Perhatikan respon yang terjadi pada penderita
Ambil laringoskop dan masukkan ke dalam mulut
7
sampai terlihat pita suara pada cermin laringoskop
Minta penderita untuk mengucapkan ‘a-a-a’
8
panjang
Perhatikan gerakan pita suara dan bunyi suara
9
penderita
10 Melaporkan hasil pemeriksaan n. Vagus
JUMLAH SKOR
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Pemeriksaan m. sternikleidomeastoideus
Penderita diminta menolehkan kepalanya ke arah
1
sisi yang sehat
2 Raba m. Sternocleidomastoideus
Pemeriksaan m. trapezius
3 Perhatikan/inspeksi kesimetrisan bahu
Kedua tangan pemeriksa diletakkan di atas kedua
4
bahu penderita.
Penderita diminta untuk mengangkat bahunya,
5
kemudian pemeriksa tahan
6 Perhatikan kesimetrisan bahu
Penderita diminta untuk mengesktensikan
7
kepalanya, kemudian ditahan gerakan tersebut
JUMLAH SKOR
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Perhatikan/inspeksi kesimetrisan bahu
Kedua tangan pemeriksa diletakkan di atas kedua
2
bahu penderita
Penderita diminta untuk mengangkat bahunya,
3
kemudian pemeriksa tahan
4 Perhatikan kesimetrisan bahu
5 Penderita diminta untuk mengesktensikan
54 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
kepalanya, kemudian ditahan gerakan tersebut
6 Melaporkan hasil pemeriksaan n. Hipoglossus
JUMLAH SKOR
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita pada posisi siap
2
dilakukan pemeriksaan
3 Melakukan ekstensi jari tengah penderita
Melakukan petikan pada kuku jari tengah
4 penderita (Hoffman) dan colekan pada ujung jari
tengah (Trommer)
Mengamati dan melaporkan respons refleks yang
5
terjadi
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
6
Hoffman-Trommer
JUMLAH SKOR
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
Menggoreskan ujung palu refleks pada telapak
3
kaki pasien dengan benar
Memperhatikan dan melaporkan respons refleks
4
yang terjadi
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
5
Babinski
JUMLAH SKOR
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
55 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
Melakukan goresan dengan ujung palu refleks
3
pada kulit di bawah meleolus eksternus
Memperhatikan dan melaporkan respons refleks
4
yang terjadi
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
5
Chaddock
JUMLAH SKOR
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
Dengan jempol dan jari telunjuk pemeriksa diurut
3
tulang tibia dari atas ke bawah
Memperhatikan dan melaporkan respons refleks
4
yang terjadi
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
5
Oppenheim
JUMLAH SKOR
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
3 Melakukan pemijatan pada otot betis penderita
Memperhatikan dan melaporkan respons refleks
4
yang terjadi
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
5
Gordon
JUMLAH SKOR
56 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
3 Melakukan pemijatan pada tendon Achilles
Memperhatikan dan melaporkan respons refleks
4
yang terjadi
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
5
Schaeffer
JUMLAH SKOR
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
Melakukan ketokan dengan palu refleks pada
3
telapak kaki di daerah basis jari-jari penderita
Memperhatikan dan melaporkan respons refleks
4
yang terjadi
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
5
Rossolimo
JUMLAH SKOR
Skor
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Mempersiapkan penderita berbaring terlentang di
2
atas tempat tidur
Melakukan perkusi dengan palu refleks pada
3
derah dorsum pedis basis jari-jari kaki
Memperhatikan dan melaporkan respons refleks
4
yang terjadi
Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
5
Mendel-Bechterew
JUMLAH SKOR
57 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Penjelasan :
PEMERIKSAAN PSIKIATRI
a. TUJUAN
1. Mampu menjelaskan pengertian gangguan jiwa
2. Mengetahui jenis-jenis pemeriksaan psikiatri.
3. Mengetahui prosedur diagnosis gangguan jiwa.
4. Dapat melakukan pemeriksaan psikiatri.
5. Dapat mendiagnosis gangguan jiwa.
6. Dapat melakukan Mini Mental State Examination.
b. RENCANA PEMBELAJARAN
Pra Sesi
1. Mahasiswa diwajibkan untuk membaca buku panduan skills lab.
2. Mahasiswa diwajibkan membuat workplan yang terdiri atas :
a. Mencari penjelasan dari tiap-tiap kata yang terdapat dalam status psikiatri, terutama
penjelasan dari hasil pemeriksaan yang terdapat dalam checklist status mental.
b. Pada pengantar Blok, mahasiswa diberikan video mengenai kasus gangguan jiwa.
Kemudian, mahasiswa diberikan tugas untuk mengamati dan menarik kesimpulan
dari video tersebut dalam bentuk laporan kasus dengan mengisi status psikiatri yang
telah dicari penjelasannya terlebih dahulu.
c. Membuat pertanyaan mengenai hal-hal yang tidak dimengerti setelah membacadan
mencari penjelasan dari status psikiatri dalam panduan skill lab.
3. Workpland dikumpulkan pada saat sesi 1 skills lab.
58 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Sesi 1
a. Introduction 10’
b. Pretest dan pembahasan pertanyaan workplan 15’
c. Demontrasi dari fasilitator 15’
d. Mahasiswa mencoba melakukan pemeriksaan psikiatri dan fasilitator memberikan
feedback. 11’x10 110’
Sesi 2
- Mahasiswa melakukan pemeriksaan psikiatri dan MMSE dan dievaluasi oleh fasilitator
@15’ x 10 150’
c. SKENARIO KLINIS
Skenario Pemeriksaan Psikiatri
Tn. Z (27 tahun) dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit Jiwa Jambi karena
mengamuk besar kepada seluruh keluarganya di rumah.Istrinya mengatakan bahwa
Tn.Z memang sering marah-marah dirumah pada istri dan anaknya sejak 1 tahun yang
lalu.Akan tetapi, keluhan ini tidak terus menerus terjadi dan semakin memberat sejak
2 bulan terakhir. Istirnya juga mengatakan bahwa Tn.Z sering menuduh anaknya ingin
meracuninya bahkan ia sudah tidak mau keluar rumah karena menurutnya ada orang-
orang yang akan membunuhnya. Istri Tn.Z juga sering memergoki Tn.Z sedang
berbicara sendiri di kamar dan belakangan ini hal tersebut semakin sering.Lakukan
pemeriksaan psikiatri pada pasien ini, diagnosis, dan rencana terapi.
Bapak M usia 70 tahun, datang ke poliklinik jiwa di RSJ Prov. Jambi bersama
menantunya. Dari keterangan menantunya didapatkan keterangan bahwa Bapak M
sudah mulai sering lupa, terutama lupa akan hal-hal yang baru saja terjadi, misalnya
sudah diberi sarapan oleh menantunya tetapi Bapak M mengatakan belum diberikan
sarapan, kadang Bapak M lupa di mana dia tinggal. Sebelumnya Bapak M seorang
yang sopan santun, supel, pandai bergaul dan tidak suka menyakitkan orang lain.
Lakukan pemeriksaan MMSE pada pasien ini !
59 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
d. TINJAUAN TEORI
Gangguan jiwa merupakan gangguan fungsi luhur otak oleh karena faktor organik
atau anorganik dengan gejala klinik nyata dan menimbulkan distres serta ketidakmampuan
dalam fungsi sosial. Gangguan jiwa ditegakkan bilamana terdapat gejala klinis yang nyata
berupa sindroma perilaku dan psikologi (terdapat gangguan fungsi kognitif, afektif dan
psikomotor), ditemukan kondisi penderitaan atau distress berupa rasa nyeri, tak nyaman,
disfungsi organ, dan lainnya serta timbulnya disabilitas dalam aktivitas kehidupan sehari-
hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan kelangusngan hidup (mandi,
berpakaian, makan, pekerjaan, sosial, dan lainnya). Jenis-jenis pemeriksaan psikiatri terdiri
atas :
60 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Proses diagnosis gangguan jiwa mengikuti prosedur klinis yang lazim dilakukan
dalam praktik kedokteran klinis, yaitu meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
2) Aksis II :
a. Gangguan kepribadian
b. Retardasi mental
3) Aksis III : Kondisi medik umum
4) Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan
5) Aksis V : Penilaian fungsi secara global (GAF)
Setelah diagnosis ditegakkan, terapi dapt diberikan berupa farmakoterapi,
psikoterapi, terapi sosial, terapi okupasional dan lainnya. Berdasarkan Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan jiwa (PPDGJ) III di Indonesia, gangguan jiwa
dibagi menjadi :
1. Gangguan mental organik.
2. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif.
3. Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham.
4. Gangguan mood/afektif.
5. Gangguan neurotic, gangguan somatoform, dan gangguan terkait stres.
6. Gangguan kepribadian dan perilaku dewasa.
7. Sindroma perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik.
8. Retardasi mental.
9. Gangguan perkembangan psikologis.
10. Gangguan perilaku dan emosional dengan onset usia anak dan remaja.
61 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
PSYCHIATRIC HISTORY TAKING
Riwayat psikiatri adalah catatan tentang riwayat penyakit, gangguan jiwa, dan
riwayat hidup pasien yang diperlukan untuk memahami siapa pasien, dari mana pasien
berasal dan perkiraan akan kearah mana pasien selanjutnya pada masa mendatang. Adapun
hal-hal yang perlu diketahui dalam anamnesis psikiatri :
1. Data pribadi.
2. Keluhan utama.
3. Riwayat perjalanan penyakit sekarang.
a. Awitan
b. Faktor presipitasi
62 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
PEMERIKSAAN PSIKIATRI KHUSUS (PEMERIKSAAN STATUS MENTAL)
Pemeriksaan status mental adalah bagian dari pemeriksaan status klinis yang
menggambarkan jumlah total observasi pemeriksa dan kesan tentang pasien psikiatri saat
wawancara. Garis besar pemeriksaan status mental adalah sebagai berikut :
1. Gambaran umum
a. Penampilan
b. Perilaku dan Akitivitas Psikomotor
c. Sikap terhadap pemeriksa
2. Mood dan Afek
3. Bicara
4. Gangguan persepsi
5. Pikiran
a. Proses atau bentuk pikiran
b. Isi pikiran
6. Sensorium dan Kognitif
a. Kesadaran dan tingkat kecerdasan.
b. Orientasi.
c. Daya ingat.
d. Konsentrasi dan perhatian.
e. Kapasitas membaca dan menulis.
f. Kemampuan visuospasial.
g. Pikiran abstrak.
h. Sumber informasi dan kecerdasan.
7. Pengendalian impuls
8. Pertimbangan dan tilikan (insight)
9. Reliabilitas (judgement)
Mini Mental State Examination (MMSE) adalah yang digunakan untuk memeriksa
dan mendeteksi gangguan fungsi kognitif terdiri atas 30 item pertanyaan yang mencakup
orientasi (10 pertanyaan), pendaftaran (3 pertanyaan), perhatian/ perhitungan (1
63 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
pertanyaan), ingatan/ memori (3 pertanyaan), bahasa (8 pertanyaan), dan rekonstruksi (1
pertanyaan).
Hal ini biasanya digunakan dalam pengobatan untuk menyaring demensia. Hal ini
juga digunakan untuk memperkirakan tingkat keparahan kerusakan kognitif pada titik
waktu tertentu dan mengikuti jalannya perubahan kognitif pada individu dari waktu ke
waktu, sehingga menjadikannya sebagai cara yang efektif untuk mendokumentasikan
respons seseorang terhadap pengobatan.
Dalam rentang waktu sekitar 10 menit itu sampel berbagai fungsi, termasuk
aritmatika, memori, dan orientasi. Hal ini diperkenalkan oleh Folstein et al.pada tahun
1975. Tes ini bukanlah hal yangs sama seperti pemeriksaan status mental. Bentuk MMSE
standar yang saat ini diterbitkan oleh Sumber Daya Penilaian Psikologis didasarkan pada
konseptualisasi yang aslinya 1975 dengan modifikasi berikutnya oleh penulis.
64 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
70-74 22 25 27 28
75-79 21 25 27 28
80-84 20 25 25 27
>84 19 23 26 27
Interpretasi
Setiap skor ≥ 25 poin (dari 30) secara efektif normal (utuh). Di bawah ini, nilai dapat
mengindikasikan tingkat : parah (≤ 9 poin), sedang (10-20 poin) atau ringan (21-24 poin).
Skor baku juga mungkin perlu dikoreksi untuk tingkat pendidikan dan usia. Rendah
dengan skor sangat rendah berkorelasi erat dengan kehadiran demensia, meskipun
gangguan mental lainnya juga dapat menyebabkan temuan abnormal pada pengujian
MMSE.Kehadiran masalah murni fisik juga dapat mengganggu interpretasi jika tidak
mencatat, misalnya, pasien mungkin secara fisik tidak dapat mendengar atau membaca
petunjuk dengan benar, atau mungkin memiliki defisit motorik yang mempengaruhi
keterampilan menulis dan menggambar.
65 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
CONTOH STATUS PSIKIATRI
No :
Nama :
Dokter :
Tanggal :
STATUS PSIKIATRI
66 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
LAB/UPF PSIKIATRI
FK. UNJA
67 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Keakraban dengan pasien:.....
Sudah berapa lama mengenal pasien:.....
Kesan pemeriksa/dokter terhadap keterangan yang diberikannya:.....
ANAMNESIS
Keterangan / Anamnesis dibawah ini diperoleh dari (lingkari angka dibawah ini):
1. Pasien Sendiri (Autoanamnesis)
2. Informant (Alloanamnesis)
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf yang
sesuai):
a. Sendiri
b. Keluarga\
c. Polisi
d. Hakim/Jaksa
e. Dll.
2. Sebab utama pasien datang meminta pertolongan di Lab. Psikiatri atau di opname :
........................................................................................
3. Keluhan utama pasien dan telah berapa lama keadaan ini telah berlangsung :
......................................................................................
4. Riwayat perjalanan penyakit sekarang ini (buat laporan singkat secara kronologis dari
awal sampai keadaan saat ini) yang meliputi : kapan terjadinya; gejala-gejala utama;
bagaimana perjalanan penyakitnya; apakah dapat pengobatan (dokter, dukun, dsb) dan
bagaimana hasilnya.
....................................................................................................................
5. Riwayat penyakit sebelumnya ( bila ada ) : tanyakan tentang serangan pertama pada
usia berapa , adakah faktor pencetus dan atau trauma psikis sebagai penyebab , sudah
berapa lama/kali serangan ini, dan berikan gambaran klinik tentang serangan terdahulu
ini.
..................................................................................................................
6. Riwayat keluarga pasien
BAPAK IBU
68 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Bangsa: - -
Suku: - -
Agama: - -
Pendidikan: - -
Pekerjaan: - -
Umur: - -
Alamat: - -
Hubungan dengan Pasien: - -
Kepribadian (menurut....) - -
- -
70 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
..................................................
7.6. Masa Remaja :
Fobi ( ) ; masturbasi ; ( ) ; ngompol ( ) ; lari dari rumah ( ) ; kenakalan remaja (
) ; merokok ( ) ; penggunaan obat terlarang ( ) ; alkoholisme ( ) ; problem berat
badan ( ) ; perasaan rendah diri ( ) ; dll.
7.7. Riwayat Pekerjaan :
Kapan mulai bekerja ; sebab - sebab pindah kerja ; apakah ada kepuasan kerja
dan pekerjaan - pekerjaan yang pernah dilakukan.
Keadaan ekonominya ; bagaimana ambisinya ; apakah ada konflik - konflik
dalam pekerjaan ( dalam hubungan dengan atasan / bawahan dan kelompok ).
........................................................
........................................................
7.8. Percintaan, perkawinan dan kehidupan seksual :
Kapan dan bagaimana haid pertama; masturbasi; pendidikan seks; hubungan
seksual pertama kali; dll.
Apakah perkawinan didahului dengan pacaran ( ) ; kawin paksa ( ) ; kurang
disetujui orang tua ( ) ; kawin lari ( ) ; kawin terpaksa ( ).
71 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
Kehidupan rumah tangga : bahagia atau cekcok
Apakah ada :
Problem hubungan seksual : ( )
Problem rumah tangga : ( )
Bagaimana peranan suami / isteri dalam manajemen keuangan keluarga dan
mendidik anak ?
Bagaimana sikap terhadap kehamilan dan memiliki anak serta praktek kontrasepsi
?
7.9. Anak-anak pasien yang meliputi:
Urutan anak-anak :
Jenis kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Kepribadian :
Kesehatan fisik dan mental :
Bagaimana sikap pasien terhadap anak-anaknya itu :
............................................................
............................................................
7.10. Situasi sosial saat ini :
Apakah pasien tinggal dirumah sendiri; rumah kontrak; rumah orang tua atau
serumah dengan orang tua / mertua; atau diasrama / perumahan komplek.
Apakah disekitar rumah pasien hiruk-pikuk.
.........................................................
.........................................................
7.11. Kepribadian sebelumnya :
Bagaimana hubungan sosialnya ; aktifitas kemasyarakatan ; perhatian terhadap
sekitarnya ; hidup emosi ; pandangan moral; inisiatif ; kehidupan fantasi ; kebiasaan-
kebiasaan ; kehidupan agama ; dll.
................................................................
7.12. Kejadian yang paling mengesankan / stressor psikososial
................................................................
................................................................
72 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
8. Riwayat penyakit fisik yang pernah diderita pasien yang mungkin ada hubungan
dengan gangguan kejiwaan (setelah melewati usia kanak-kanak).
......................................................................
9. Pernahkah suicide, atau berhubungan dengan pihak polisi/ penegak hukum?
.....................................................................
10. Riwayat penggunaan alkohol/ & obat bius/
73 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
• Lenggok :......
• Steroetipi (+/-); Echopraksia (+/-); Kikuk (+/-); Cekatan (+/-);
• Lemah lembut (+/-); Badannya kaku (+/-); Hypoaktif (+/-); Stupor (+/-);
Hyperaktif (+/-); Agitasi (+/-); Gangguan psikomotor Lainnya (+/-);
3. Pembicaraan :
• Arus pembicaraan : biasa, cepat atau lambat.
• Penekanan pada pembicaraan (+/-); Bimbang (+/-); Emosional (+/-); Monoton
(+/-); Keras (+/-); Berbisik (+/-); Bicaranya tak terang (+/-); Komat-kamit (+/-);
Gagap (+/-); Echolalia (+/-); Mudah bicara (+/-); Spontanitas (+/-);
Produktifitas (+/-);
• Bagaimana perbendaharaan bahasanya ?
• Gangguan pembicaraan yang lain ?
C. PROSES PIKIR :
• Psikosis (+/-); Flight of ideas (+/-); Inkoherensia (+/-) ; Pikiran lambat (+/-);
Pikiran bimbang (+/-);.\
• Apakah bicara spontan atau hanya kalau ditanya.
• Apakah jawaban pasien benar-benar menjawab pertanyaan.
74 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
• Apakah jawabannya tujuannya terarah, relevan?
• Asosiasi longgar (+/-)
• Reality testing : Kekurangan hubungan sebab akibat (+/-); Keterangannya tidak
logis (+/-); Circumstantiality (+/-); Tangentiality (+/-); Menyimpang dari pokok
pembicaraan (+/-); Selalu memberikan alasan-alasan (+/-); Perseverasi (+/-);
Blocking (+/-); Distractibility (+/-);
Wordsalad (+/-); Clang association (+/-); Neologisme (+/-); Preokupasi tentang
penyakitnya (+/-); Obsesi (+/-); Fobi (+/-); Pikiran suicide (+/-);Homicide (+/-);
Hypochondriasis (+/-);
• Dorongan antisosial spesifik (+/-);
• Waham (+/-); Bila ada tentukan isinya ; sistematis / nonsistematis ; scundair /
primair ; bagaimana sikap pasien terhadap waham tersebut.
• Ideas of reference (+/-); Idea of influence (+/-);.
• Bagaimana bentuk pikirannya ; apakah ada pikiran abstrak.
• Apakah ada gangguan pikiran lainnya ?
D. GANGGUAN PERSEPSI :
• Halusinasi (+/-); Ilusi (+/-); (bila ada maka harus ditentukan pula jenisnya ; isinya ;
waktu terjadinya ; siang / malam).
• Depersonalisasi (+/-);
• Derealisasi (+/-).
E. ORIENTASI :
• Disorientasi waktu (+/-) \
• Disorientasi tempat (+/-) \
• Disorientasi diri (+/-)
• Disorientasi situasi (+/-)
F. INGATAN :
• Apakah terganggu ? , bila terganggu apakah amnesia / dementia. Bila amnesia,
apakah ingatan lama / baru; apakah amnesia Retrograde / Anterograde.
• Gangguan ingatan lainnya ?
75 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
G. FUNGSI INTELEKTUAL :
Bagaimana tentang pengetahuan umumnya dan dugaan taraf intelegensianya ?
.........................................................
.........................................................
H. INSIGHT :
Nyatakan bagaimana derajad kesadaran dan pengertian pasien bahwa dia adalah sakit.
..........................................................
..........................................................
I. JUDGMENT :
1. Yang bersifat sosial : - Baik
- Terganggu
2. Yang bersifat personal : - Baik
- Terganggu
J. KONTROL IMPULS :
Adakah pasien sanggup untuk mengontrol kebenciannya ; agresifitasnya ; dorongan
seksual ; dll.
K. REAKSI EMOSIONAL :
Umpamanya bagaimana reaksi / ekspresinya ketika membicarakan keluarga, atau hal-
hal yang menggembirakan / menyedihkan.
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
L. TULISAN , KARANGAN, GAMBAR YANG DIBUAT PASIEN SENDIRI .
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
M. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK KHUSUS LAINNYA
............................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
N. PEMERIKSAAN INTERNA.
76 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
O. PEMERIKSAAN NEUROLOGIK .
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
P. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK KHUSUS LAINNYA.
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
Q. PEMERIKSAAN OLEH PSIKOLOG / PETUGAS SOSIAL DAN LAIN-LAIN.
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
R. RESUME.
............................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
S. DIAGNOSIS BANDING :
1. ................................................
2. ................................................
3. ................................................
Dst.
T. DIAGNOSIS :
Aksis – I :
Aksis – II :
Aksis – III :
Aksis – IV :
Aksis – V :
U. PSIKODINAMIKA.
............................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
V. TERAPI.
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
77 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
W. USUL.
1. Pemeriksaan prosedur spesialistik,
2. Konsultasi pada disiplin medik lain yang diperlukan.
e. REFERENSI
f. CHECKLIST
Score
No. Kriteria
0 1 2
Menanyakan identitas pasien : nama, umur, pendidikan
1 terakhir, status perkawinan, pekerjaan, tempat tinggal dan
agama
2 Menanyakan keluhan utamanya
Menanyakan tentang perjalanan penyakit sekarang
3 a. Onset
b. precipitating factors
Menyakan tentang riwayat penyakit yang lalu
a. psikiatri
4
b. medical
c. riwayat menggunakan obat-obatan dan alkohol
5 Menanyakan tentang riwayat keluarga
Menanyakan tentang personal history
a. prenatal dan perinatal
b. early childhood (0-3 tahun)
6
c. Middle childhood (3-11 tahun)
d. Late childhood (pubertas dan remaja)
e. Adulthood : meliputi riwayat, marital dan
78 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
relationship history, riwayat pendidikan, agama,
aktivitas sosial
f. Riwayat sexual
g. Fantasi dan mimpi
h. hasil
Keterangan :
Score 0 : tidak dapat melakukan
Score 1 : mampu melakukan tetapi tidak sempurna
Score 2 : mampu melakukan dengan benar
Total score
Final Score = x 100% = …………………………..
32
Score
No Aspect Examination Result
0 1 2
Healthy, sickly ill at ease, posed, old
1 General appearance looking, young looking, dishelved,
childlike, bizzare
Mannerisms, tics, gestures, twitches,
stereotyped behavior, echopraxia,
hyperactivity, agitation,
2 Motoric behavior combativeness, flexibility, rigidity,
gait, agility, describe restlessness,
wringing of hands, pacing, any
aimless/purposeless activity
Cooperative, friendly, attentive,
interested, frank, seductive,
3 Attitude during interview defensive, contemptuous, perplexed,
apathetic, hostile, playful,
ingratiating, evasive, guarded
Depressed, despairing, irritable,
anxious, angry, expansive, euphoric,
4 Mood
empty, guilty, hopeless, futile, self
contemptuous, frightened, perplexed
Within normal range, constricted,
5 affect
blunted, flat, appropriate,
79 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
anappropriate
Speech
Talkative, garrulous, valuble,
taciturn, non spontaneous, normally
a. quantity of speech
responsive to cues from the
6 interviewer, remming, mutisme
Rapid or slow, pressured, hesitant,
emotional, dramatic, monotonous,
b. quality of speech
loud, whispered, slurred, staccato,
mumbled, remming
Hallucination, illusion,
7 Perceptual disorders depersonalization, derealization,
formification
Delusions, preoccupations,
obsessions, compulsions, phobias,
plans, intentions, recurrent ideas
8 Thought content
about suicide or homicide,
hypochondriacal symptoms,
antisocial urges
Flight of ideas, blocking,
9 Thought process tangentiality (incoherent, clang
association, punning, neologism)
Awereness of environment, attention
span, clouding of consciousness,
10 Alertness fluctuation in level of awareness,
somnolence, stupor, lethargy, fugue
state, coma
Orientation
11 a. time Good / bad
b. place Good / bad
c. person Good / bad
Memory
a. remote memory Good / bad
12
b. recent memory Good / bad
c. immediate memory Good / bad
13 Concentration and calculation Good / bad
14 Information and intelligence Good / bad
15 Judgment Good / bad
16 Insight level Good / bad
Final Score = Total score x 100% = ………………………………
38
80 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
CHECKLIST OF MMSE
Skor
NO Kriteria
0 1 2
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
1
Menanyakan pasien pertanyaan 1 dan 2 (pada
2
appendix MMSE)
Menanyakan pasien untuk mengingat 3 kata
3
(pertanyaan no 3)
Meminta pasien untuk menghitung mundur dengan
4 selisih 7 dimulai dari angka 100 atau eja secara
mundur kata MESRA
Meminta pasien untuk menyebutkan 3 objek yang
5
telah disebutkan pada pertanyaan no 3
Meminta pasien untuk menyebutkan benda yang anda
6
tunjuk (pertanyaan no 6)
7 Meminta pasien untuk mengulang (pertanyaan no 7)
Meminta pasien untuk mengikuti perintah anda
8
(pertanyaan no 8)
Meminta pasien untuk membaca dan mengikuti apa
9
yang diperintahkan (pertanyaan no 9)
Meminta pasien untuk menuliskan kalimat yang
10
lengkap (pertanyaan no 10)
Meminta pasien untuk menggambar (pertanyaan no
11
11)
12 Mencatat hasil pemeriksaan
81 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
TOTAL SCORE
Keterangan
Skor0 :tidakdilakukansamasekali
Skor1 :dilakukantidaksempurna
Skor2 :dilakukandengansempurna
SKOR PENILAIAN :
Appendix
MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
Nilai
NO Tes Penilaian
Total
ORIENTASI
Sekarang ini Tahun berapa ? 1
Bulan apa ? 1
1 Tanggal berapa ? 1
Hari apa ? 1
Musim apa? 1
Kita dimana Negara mana ? 1
Propinsimana ? 1
Kota mana ? 1
2
Rumahsakitmana ? 1
Ruangapa /
1
tingkatberapa ?
PENCATATAN
Sebutkan 3 objek dengan waktu satu detik
3 3
tiap objek. Kemudian minta pasien
82 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
menyebutkan ketiga objek tersebut. Ulangi
jawaban pasien sampai dapat menyebut
ketiganya.
ATENSI DAN KALKULASI
Seri tujuh, minta pasien untuk menghitung
mundur dengan selisih 7 dimulai dari angka
100. Berikan 1 nilai untuk tiap jawaban yang
4 5
benar. Hentikan setelah 5 jawaban.
Alternative lain : eja secara mundur kata
MESRA
MENGINGAT KEMBALI
Minta pasien untuk menyebutkan 3 objek
5 yang telah dipelajari pada pertanyaan no.3 3
berikan satu nilai untuk jawaban yang benar.
BAHASA
Tunjuk pada sebuah pensil dan sebuah arloji
6 tangan. Minta pasien untuk menyebutkan 2
nama benda yang anda tunjuk.
Minta pasien untuk mengulang : “tanpa, bila,
7 1
dan, atau, tetap”
Minta pasien untuk mengikuti 3 tahap tugas:
“ambil lipatan kertas dengan tangan kanan
8 anda “ 3
“lipat kertas menjadi dua”
“letakkan kertas di atas lantai “
Minta pasien membaca dan melakukan tugas
9 yang dibacanya 1
“mohon pejamkan mata anda”
Minta pasien untuk menulis kalimat pilihan
sendiri pada 2 garis (kalimat mengandung
10 1
subjek dan objek dan harus mempunyai arti.
Abaikan kesalahan eja saat menilai”.
Minta pasien untuk menyalin gambar di
11 1
bawah ini (berikan nilai 1 bila semua sisi dan
83 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
sudut tergambar utuh dan gambar yang
saling memotong merupakan sebuah segi
empat).
84 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r
85 | B l o k 6 . 3 N e u r o B e h a v i o r