Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Identitas Jurnal


Jurnal 1
Judul Artikel : Kebudayaan Melayu Riau (Pantun, Syair, Gurindam)

Penulis : Akmal

Penerbit : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau

Jenis jurnal :Jurnal RISALAH

Volume :Vol. 26

Nomor : No. 4

Tahun terbit :Desember 2015

Jumlah halaman : 159-165

Jurnal 2

Judul Artikel : Analisis Wacana Dalam Gurindam Xii Dan Nilai Pendidikan
Karakter Serta Implikasinya Sebagai Materi Ajar Sastra

Penulis : Doni Uji Windiatmoko

Jenis jurnal : Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya

Tahun Terbit : April 2016

Volume : 1, Nomor 3
Halaman :12-22
PISSN :2442-7632
EISSN :2442-9287
Kota terbit :Mojokerto
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ringkasan Jurnal 1


A. SYAIR
Kata atau istilah Syair berasal dari bahasa arab yaitu Syi'ir atau Syu'ur yang berarti
"perasaan yang menyadari", kemudian kata Syu'ur berkembang menjadi Syi'ru yang berarti puisi
dalam pengetahuan umum. Pengertian yang lain, Syair adalah salah satu puisi lama. Syair berasal
dari Persia, dan dibawa masuk ke Nusantara bersama dengan masuknya Islam ke Indonesia.
Kemudian berkembang menjadi kata Syu’ur yang berarti puisi dalam pengertian umum. Maka
syair dalam bahasa Melayu mengarah pada pengertian puisi secara umum. Namun berkembang
dan mengalami perubahan dan modefikasi sehingga syair di desain sesuai dengan kondisi yang
terjadi dalam perkembangan syair. Syair adalah bentuk sastra klasik Melayu yang sudah
mendekati kepunahan. Berbeda dengan pantun, syair adalah bentuk puisi lama yang diungkapkan
secara bersambung dan membentuk suatu cerita yang panjang.
A. Syair antar belanja atau syair seserahan

Antar belanja disebut orang


Mengisi janji sudah dikurang
Adat diisi lembaga dituang
Supaya setara muka belakang

Antaran ini beragam neka


Sesuai dengan atur patutnya
Tanda suka kedua pihaknya
Tanda hidup seiya sekata

Adat Melayu sejak dahulu


Antar belanja menebus malu
Tanda senasib seaib semalu
Berat dan ringan bantu-mebantu
Antar belanja pihak lelaki
Untuk keluarga calon isteri
Disampaikan dengan bersuci hati
Supaya tak ada umpat dan keji

B. Syair tepuk tepung tawar

Tepung tawar untuk penawar


Supaya hidup tidak bertengkar
Wabah penyakit tidak menular
Semua urusan berjalan lancar

Tepung tawar berberas berteh


Supaya hati menjadi pengasih
Tabah menahan pahit dan pedih
Sampai tua sayang berlebih

Tepung tawar berdaun sedingin


Supaya selamat kedua pengantin
Imannya teguh bekerja pun rajin
Mau bersusah tahan berlenjin

Tepung tawar berbeas kunyit


Supaya menjauh segala penyakit
Berlapang dada di dalam sempit
Mensyukuri nikmat walau sedikit

Tepung tawar berbunga rampai


Supaya niat semuanya sampai
Dikasihi oleh sahabat handai
Berumah tangga rukun dan damai

Tepung tawar berbeas basuh


Supaya hidup tidak berumusuh
Mana yang buruk akan menjauh
Berumah tagga takkan bergaduh

C. Syair khatam Qur’an

Dengan Bismillah membuka kata


Berkhatam Quran pula dijangka
Kalam Ilahi yang kita baca
Supaya perkawinan selamat sejahtera

Berkhatam Quran disebut orang


Faedahnya Qur’an disebut orang
Mengagungkan Allah cahaya benderang
Menjadi suluh muka belakang

Mulia pengantin duduk berkhatam


Mengokohkan iman menguatkan Islam
Hidup sejahtera siang dan malam
Berumah tangga tidakkan karam

D. Syair akad nikah

Dengan Bismillah membuka kata


Ridho Allah yang kita minta
Rahmat-Nya banyak tidak terkira
Rahman rahim-Nya demikian pula
Akad nikah wajib hukumnya
Ijab dan Kabul jadi intinya
Supaya pernikahan sah adanya
Suami dan isteri tak ada celanya

Bila sudah selesai akad Nikah


Bersuami isteri sahlah sudah
Kita bermohon kepada Allah
Semoga keduanya beroleh berkah

E. Syair nasehat perkawinan

Besuami isteri bebannya berat


Bertanggung jawab dunia akhirat
Tersalah jalan hiup mudarat
Salah berhitung hidup melarat

Menjadi suami hendaklah bijak


Iman di dada pantang berkacak
Tehadap isteri hendaklah lunak
Terhadap anak bertunak-lunak

B. GURINDAM DULU DAN GURINDAM SEKARANG


Gurindam ini dibawa oleh orang Hindu atau pengaruh sastra Hindu. Gurindam berasal dari
bahasa Tamil (India) yaitu kirindam yang berarti mula-mula amsal, perumpamaan. Gurindam
masuk ke Indonesia dibawa oleh orang Hindu atau pengaruh sastra Hindu kira – kira tahun 100
Masehi. Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat
dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama
berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau
akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
Hampir semua orang tahu apa yang dimaksud dengan gurindam. Yaitu bentuk puisi lama
yang terdiri dari dua baris, dengan bunyi akhir yang sama. Jadi semacam syair dua bait.
Gurindam yang paling terkenal tentu saja Gurindam Dua Belas, karangan Raja Ali Haji,
sastrawan Melayu terkemuka yang melegenda sepanjang zaman. Raja Ali Haji mengatakan
bahwa gurindam yaitu perkataan yang bersajak juga pada akhirnya pasangannya tetapi sempurna
perkataannya dengan satu pasangannya sahaja; jadilah seperti sajak yang pertama itu syarat dan
sajak yang kedua itu jadi seperti jawab. Gurindam 12 ini lebih banyak bertemakan nasehat dalam
bidang agama dan tata pergaualan masyarakat.

2.2 Ringkasan Jurnal 2


Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif deskriptif. Dikatakan sebagai
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif karena data-data yang dikumpulkan berupa uraian
kata bukan data-data yang berupa angka. Data merupakan bahan jadi penelitian yang ada karena
proses pemilahan berbagai macam tuturan (Sudaryanto dalam Mahsun, 2012: 18). Data dalam
penelitian ini adalah teks gurindam XII karya Raja Ali Haji. Akan tetapi, penulis hanya menelaah
pada pasal V dan VI. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis konten (content analysis). Analisis isi secara umum diartikan sebagai metode yang
meliputi semua analisis mengenai isi teks, tetapi di sisi lain analisis isi juga digunakan untuk
mendeskripsikan pendekatan analisis yang khusus. Metode analisis isi adalah suatu teknik untuk
mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi berbagai karakteristik khusus suatu pesan
secara objektif, sistematis, dan generalis. Analisis wacana adalah kajian tentang aneka fungsi
bahasa (Suwandi, 2010: 146). Sementara, wacana itu sendiri mengandung makna sebagai unsur
kebahasaan yang kompleks dan lengkap. Unsur kebahasaan itu berupa fonem, morfem, kata,
frasa, klausa, kalimat, paragraf, sampai karangan. Karena bersifat pragmatis, wacana
memerlukan banyak peranti untuk menganalisisnya. Tujuannya, adalah untuk membekali
pemakai bahasa agar dapat memahami dan memakai bahasa dengan baik dan benar.
Analisis tekstual yang penulis temukan pada gurindam ini (pasal V dan VI) adalah berupa
aspek gramatikal dan aspek leksikal. Aspek gramatikal yang dimaksud mengarah pada bentuk
pengacuan (referensi) yaitu pengacuan persona (orang kedua dan ketiga tunggal), pelesapan
(elipsis), dan perangkaian (konjungsi). Selain itu, aspek leksikal terdiri dari repetisi
(pengulangan), sinonimi (padan kata), dan kolokasi (sanding kata). Analisis kontekstualnya,
membahas mengenai konteks sosial budaya dan konteks situasi yang melingkupi gurindam
tersebut. Konteks sosial budaya lebih menekankan pada pengaruh budaya Timur atau Melayu.
Sosial budaya Melayu begitu kental baik secara bahasa (tersurat) maupun makna (tersirat).
Konteks situasi yang dibicarakan mengenal hal topik dan kemanfaatan pesan dari gurindam yang
dianalisis. Selain itu, penulis menemukan bentuk hipogram, yaitu pada gurindam pasal V,
sedangkan bentuk transformasinya pada gurindam pasal VI. Jalur intertekstualnya terletak pada
aspek tema yang diusung masing-masing pasal gurindam. Saran yang dapat disampaikan adalah
hendaknya melakukan penelitian lanjutan yang khusus mengkaji karyakarya sastra lama (Melayu
klasik). Dengan itu, akan menambah referensi dan hasil kajian yang lebih beragam dan relevan.
Penelitian-penelitian analisis wacana dapat memperkaya pengetahuan para peneliti mengenai
ranah bahasa dan ranah sastra.
BAB III
PENILAIAN

3.1 Kelebihan
Menurut saya kedua jurnal ini sangat bermanfaat bagi para pembaca, membahas dengan
sederhana mengenai penilaian serta bahasanya mudah dimengerti. Kedua jurnal ini juga memuat
sumber referensi. Pada jurnal pertama pemaparannya sangat mudah dipahami, tidak berbelit-belit
dan penggunaan tanda baca juga sudah tepat.karena jurnal pertama hanya membahas tentang
syair dan gurindam di Riau. Dari segi identitas kedua jurnal ini sudah bisa dikategorikan jurnal
yang cukup lengkap identitasnya, hanya saja di jurnal pertama tidak dicantumkan no ISSN nya
saja. Menurut saya penggunaan tanda baca sudah cukup baik dan memudahkan para pembaca
dalam membaca jurnal ini.

3.2 Kekurangan
. Pada jurnal pertama hanya mencantumkan abstrak dengan menggunakan bahasa Indonesia
saja berbeda dengan jurnal kedua yang menampilkan jurnal dalam bahasa Indonesia dan bahasa
inggris. Pada jurnal pertama hanya memuat pendahuluan, pembahasan serta simpulan berbeda
dengan jurnal kedua yang menampilkan pendahuluan, metode penelitian serta simpulan sehingga
kelengkapan isinya berbeda. Sumber referensi dari jurnal pertama banyak mengutip dari interner
serta halaman blogspot yang sumbernya diragukan untuk sebuah ilmu pengetahuan berbeda
dengan jurnal kedua yang semua sumber referensinya adalah buku-buku yang bagus.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Gurindam yaitu bentuk puisi lama yang terdiri dari dua baris, dengan bunyi akhir yang
sama. Jadi semacam syair dua bait. Gurindam yang paling terkenal tentu saja Gurindam Dua
Belas, karangan Raja Ali Haji, sastrawan Melayu terkemuka yang melegenda sepanjang zaman.
Raja Ali Haji mengatakan bahwa gurindam yaitu perkataan yang bersajak juga pada akhirnya
pasangannya tetapi sempurna perkataannya dengan satu pasangannya sahaja; jadilah seperti sajak
yang pertama itu syarat dan sajak yang kedua itu jadi seperti jawab. Gurindam 12 ini lebih
banyak bertemakan nasehat dalam bidang agama dan tata pergaualan masyarakat. Berikut ini
beberapa penggalan dari Gurindam 12, yaitu dikutip dari Gurindam ke 8. Begitu juga hal dengan
syair dan pantun biasanya digunakan sewaktu ada acara pernikahan dan acara2 tertentu bagi
masyarakat Riau, Gurindam, Syair dan pantun adalah symbol kebanggaan bagi kebudayaan Riau.
Gurindam XII karya Raja Ali Haji merupakan karya sastra klasik Melayu yang terkenal
dan penting untuk dikaji. Hasilnya, memang terdapat beberapa aspek wacana baik secara
tekstual, kontekstual, dan intertekstual yang ditemukan oleh penulis. Hasil tersebut diperoleh
dengan menggunakan pendekatan analisis wacana deskriptif. Analisis tekstual yang penulis
temukan pada gurindam ini (pasal V dan VI) adalah berupa aspek gramatikal dan aspek leksikal
serta analisis kontekstualnya, membahas mengenai konteks sosial budaya dan konteks situasi
yang melingkupi gurindam tersebu

4.2 Saran
Kami menyadari critical ini masih jauh dari kata sempurna Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak kekurangan dalam critical ini. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan Crittical Jurnal Review ini.

Anda mungkin juga menyukai