PMB Nafta
PMB Nafta
KELOMPOK 2
ANGGOTA KELOMPOK:
Annisa Hasna Ananto (1606839025)
Miranda Meidistira (1606889585)
Resa Astuti Harahap (1606833450)
Rizky Mulia (1606886961)
ii Universitas Indonesia
5 BAB 5 KESIMPULAN ....................................................................................... 34
6 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 35
iv Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Blok diagram pembuatan di refinery ....................................................... 2
Gambar 2.2 Skema proses desalting ............................................................................ 4
Gambar 2.3 Data utilitas unit desalting ....................................................................... 5
Gambar 2.4 Proses distilasi minyak bumi dan fraksi-fraksinya .................................. 6
Gambar 2.5 Skema distilasi atmosferik ....................................................................... 7
Gambar 2.6 Yield setiap fraksi .................................................................................... 8
Gambar 2.7 Data utilitas distilasi atmosferik .............................................................. 9
Gambar 2.8 Skema Polimerisasi.................................................................................. 9
Gambar 2.9 Data utilitas unit polimerisasi ................................................................ 11
Gambar 2.10 Proses Catalytic Isomerization ............................................................ 11
Gambar 2.11 Data utilitas unit isomerisasi ................................................................ 12
Gambar 2.12 Skema proses hidrodesulfurisasi ......................................................... 13
Gambar 2.13 Data utilitas unit hidrodesulfurisasi ..................................................... 15
Gambar 2.14 Unit Catalytic Reforming .................................................................... 16
Gambar 2.15 Tipe proses catalytic reforming ........................................................... 18
Gambar 2.16 Skema kerja catalytic reforming .......................................................... 18
Gambar 2.17 Skema kerja unit catalytic hydrocracking............................................ 20
Gambar 2.18 Catalytic Cracking Unit ....................................................................... 21
Gambar 2.19 Skema kerja unit Catalytic Cracking ................................................... 22
Gambar 2.20 Kolom Distilasi Vakum ....................................................................... 23
Gambar 2.21 Skema kerja kolom distilasi vakum ..................................................... 24
Gambar 2.22 Skema kerja proses coking .................................................................. 25
v Universitas Indonesia
1 BAB 1
KARAKTERISTIK NAFTA
1 Universitas Indonesia
2
2 BAB 2
PROSES PRODUKSI NAFTA
2.1 Proses Keseluruhan Produksi Nafta
Pada bagian refinery minyak bumi, nafta bisa diperoleh dari berbagai macam
jalur. Berikut adalah blok diagram proses keseluruhan bagian refinery untuk
diperlihatkan proses pengolahan minyak bumi.
Dari gambar 2.1 terlihat pada bagian refinery terdapat 7 jenis naftha dengan
nama yang berbeda yaitu polymerization naftha, iso-naftha, light straight run naftha,
reformat, light hydrocracked naftha, light catalytic cracked naftha, dan
hydrodesulfurization heavy naftha.
Berbagai macam jenis naftha ini bisa diperoleh dengan jalur proses setiap jenis, yaitu:
1. Polymerization naftha: desalting – distilasi atmosferik – polimerisasi
2. Iso-naftha: desalting – distilasi atmosferik – isomerisasi katalitik
2 Universitas Indonesia
3
Berdasarkan jalur pembuatan tujuh jenis naftha yang telah dibuatkan list diatas,
terlihat light catalytic cracked naftha bisa diperoleh melalui 4 jenis cara. Lalu dalam
jalur pembuatan tujuh jenis naftha juga terlihat beberapa jenis proses yang sama seperti
proses desalting dan distilasi atmosferik. Semua jenis Dalam proses pembuatan jenis
naftha apapun pasti melewati kedua jenis proses ini, terlebih lagi proses distilasi
atmosferik karena proses ini merupakan proses utama dan pertama dalam pemisahan
di refinery.
Bila kita perhatikan, ketujuh jenis naftha yang sudah dijelaskan sebelumnya
ternyata bisa diperoleh melalui 12 kombinasi proses yang berbeda-beda. Proses-proses
tersebut adalah desalting, distilasi atmosferik, polimerisasi, isomerisasi katalitik,
hidrodesulfurisasi, catalytic reforming, catalytic hydrocracking, catalytic cracking,
distilasi vakum, solvent deasphalting, coking, dan visbreaking.
2.2 Proses Desalting
Proses ini merupakan proses pemurnian dan pembersihan minyak mentah dari
3 Universitas Indonesia
4
garam, air, dan logam. Apabila ketiga zat ini tidak dibersihkan secara maksimal maka
akan menyebabkan penyumbatan, korosi, dan plak pada peralatan dan pipa-pipa. Selain
itu ketiga zat ini juga bisa meracuni katalis sehingga besarnya konversi pada beberapa
proses akan turun secara drastis, bahkan juga bisa memusnahkan katalis sehingga tidak
bisa diregenerasi kembali. Tentu hal – hal tersebut tidak diinginkan karena akan
menghambat proses pemurnian minyak mentah.
Secara garis besar proses desating ini terbagi menjadi 2 mekanisme, yaitu secara
kimiawi dan separasi elektrostatis. Berikut merupakan skema proses desalting.
Pada gambar 2.2, tahap pertama dalam proses desalting adalah pencampuran
antara minyak mentah dengan air yang sudah diolah. Sebelum terjadi proses
pencampuran antara minyak mentah dengan air, air dicampur terlebih dahulu dengan
surfaktan, yang berfungsi untuk menurunkan tegangkan permukaan dari air sehingga
garam dan logam yang ada di minyak mentah bisa lebih mudah larut di dalam air.
Minyak mentah juga harus dipanaskan dahulu pada rentang suhu 65-180 oC
untuk menurunkan tegangan permukaan dari minyak sehingga garam dan logam juga
menjadi mudah larut di air. Proses pencampuran antara air dan minyak mentah disebut
mekanisme kimiawi.
Selanjutnya campuran air dan minyak masuk ke dalam alat gravity settler.
Campuran air dan minyak mentah di dalam alat ini akan dialiri listrik bertegangan
tinggi. Sekitar 12-35 MV. Akibatnya logam dan garam akan tersuspensi di dalam air.
4 Universitas Indonesia
5
Partikel-partikel berat seperti logam dan garam lambat laun akan turun akibat gaya
gravitasi lalu larut di dalam air. Hal ini dapat terjadi karena karena logam dan garam
mempunyai berat molekul yang cukup besar. Lalu aliran produk akan keluar sebanyak
2 macam di atas dan bawah. Produk atas berupa minyak mentah yang sudah bersih dari
air, garam, logam. Sementara itu produk bawah berupa air yang sudah mengandung
garam dan logam dari minyak mentah.
Berikut data utilitas yang diperlukan untuk mengoperasikan alat ini setiap barel
feed.
5 Universitas Indonesia
6
Gambar diatas menunjukan jenis-jenis fraksi yang bisa diperoleh dari minyak
mentah. Semakin kolom distilasi ke bawah jenis produk tersebut semakin sulit untuk
menguap sehingga rentang suhu untuk mendapatkan produk tersebut akan semakin
tinggi. Pada gambar tersebut juga terlihat bahwa naftha ringan dengan jumlah karbon
C5-C6 dan naftha berat (C6-C12) bisa diperoleh pada rentang suhu berturut-turut yaitu
90-190 oF dan 190-330 oF.
Berikut skema proses dari distilasi bertingkat pada kondisi atmosferik.
6 Universitas Indonesia
7
Pada gambar 2.5 terlihat tahapan proses distilasi atmosferik sampai membentuk
fraksi yang diinginkan terdiri dari berbagai langkah-langkah, yaitu:
1. Feed berupa minyak mentah dipanaskan menggunakan heat exchanger
berturut-turut sampai mencapai suhu 280 oC.
2. Minyak mentah lalu dipanaskan lebih lanjut di dalam heater berupa furnace
sampai suhu 399 oC. supaya feed berada pada kondisi kesetimbangan 2 fasa
sebelum dipisahkan lebih lanjut dalam kolom distilasi. Apabila suhu
pemanasan awal lebih tinggi dari proses di furnace dikhawatirkan akan terjadi
cracking dan bisa merusak furnace.
3. Feed masuk ke dalam menara distilasi dari bagian bawah, kemudian fraksi
ringan dari minyak mentah akan bergerak ke atas melewati pelat (tray) dalam
bentuk uap. Setiap pelat memilki banyak lubang yang dilengkapi dengan tutup
gelembung (bubble cap) yang memungkinkan uap lewat.
4. Fraksi berat dari minyak mentah akan bergerak ke bagian bawah dan tetap
berbentuk cair.
5. Pada bagian tengah kolom distilasi terdapat alat yang dinamakan pump around
reflux yang berguna untuk mengalirkan kembali sebagian aliran ke dalam
kolom distilasi. Reflux ini berguna untuk mempertajam dan menghasilkan
7 Universitas Indonesia
8
Pada gambar 2.6 terlihat bahwa residu (reduced crude) merupakan fraksi
terbanyak yang dihasilkan dari proses distilasi atmosferik, dengan komposisi mencapai
42,6 % wt. Padahal 60% wt dari residu ini masih merupakan fraksi ringan yang
8 Universitas Indonesia
9
terperangkap di residu, sehingga residu ini masih perlu diolah lebih lanjut di distilasi
vakum.
Berikut data utilitas yang diperlukan untuk mengoperasikan kolom distilasi
atmosferik setiap barel feed.
9 Universitas Indonesia
10
Pada gambar 2.8 terlihat proses polimerisasi mempunyai 3 unit utama, yaitu
catalyst chamber, depropanizer, dan debutanizer. Beberapa langkah/tahapan yang
terjadi pada proses polimerisasi sampai terbentuk polymerization naftha adalah:
1. Umpan yang berupa campuran dari propana, propena, butana, butena, dan
lainnya sebelum masuk ke reaktor harus di treatment terlebih dahulu dengan
cara dikontakan dengan larutan amine untuk menghilangkan hidrogen sulfida.
Kemudian umpan akan di scrubbing dengan air agar larutan amine yang tersisa
telah hilang dan selanjutnya akan dikeringkan menggunakan silica
gel/molecular sieve bed.
2. Umpan yang sudah bersih dari hidrogen sulfida kemudian akan dicampur
dengan air, dan dipanaskan sampai suhu 2040C.
3. Selanjutnya larutan umpan akan memasuki reaktor (catalyst chamber). Kondisi
tekanan di dalam reaktor ini berkisar 3450 kPa. Jenis katalis yang digunakan
untuk mempercepat reaksi polimerisasi ini adalah phosphoric acid on inert
support dan banyaknya katalis yang dibutuhkan adalah 1 lb katalis setiap 100 –
200 gallon polymerization naftha yang dihasilkan. Di dalam reaktor inilah
terjadi peristiwa penggabungan fraksi – fraksi ringan seperti C3 dan C4 menjadi
senyawa naftha ringan/polymerization naftha.
4. Lalu hasil aliran dari reaktor ini akan masuk ke depropanizer. Fungsi dari alat
ini adalah untuk memisahkan propana yang tidak bereaksi dengan zat-zat
lainnya seperti butana yang tidak bereaksi dan naftha hasil polimerisasi. Gas
propana akan keluar sebagai produk atas dan akan dikondensasi. Hasil
kondensasi propana ini ada yang dialirkan kembali sebagai reflux, digunakan
sebagai pendingin di reaktor (reaksi polimerisasi sangatlah eksotermis),
dicampur kembali dengan umpan (sebagai recycle), dan ada yang diambil
sebagai produk (disimpan di storage).
5. Produk bawah dari depropanizer sebagian ada yang di reflux dan sebagian
lainnya akan masuk ke debutanizer. Debutanizer ini berfungsi untuk
memisahkan butana yang tidak bereaksi dengan naftha hasil polimerisasi. Gas
butana akan keluar sebagai produk atas dan akan dikondensasi lalu diambil
10 Universitas Indonesia
11
Dari gambar diatas terlihat terdapat 2 jenis reactor yang digunakan pada proses
isomerisasi ini, yaitu reaktor hidrogenasi dan reaktor isomerisasi. Beberapa
langkah/tahapan yang terjadi pada proses isomerisasi sampai terbentuk iso-naftha
11 Universitas Indonesia
12
adalah:
1. Umpan yang dominannya berupa n-parafin harus di desulfurisasi terlebih
dahulu untuk menghilangkan sulfur dan air. Begitu pula umpan hidrogen harus
dikeringkan lebih dahulu agar benar-benar terbebas dari kandungan air.
Kandungan sulfur bisa mematikan katalis secara permanen, sedangkan
kandungan air bisa bereaksi dengan klorida membentuk asam klorida dan
merupakan penyebab terjadinya korosi. Klorida ini berasal dari penambahan
sedikit demi sedikit di reaktor isomerisasi agar nilai konversi dari proses
isomerisasi tetap tinggi.
2. Kemudian umpan n-paraffin akan dicampur dengan hidrogen dan akan
dipanaskan menggunakan heater sampai rentang suhu 95-205 oC.
3. Selanjutnya aliran akan masuk ke dalam reaktor hidrogenasi. Pada reaktor ini
akan terjadi proses penjenuhan dari olefin (alkena) yang mungkin masih
terkandung di umpan menjadi paraffin (alkana).
4. Aliran akan masuk ke reaktor isomerisasi, dan pada reaktor inilah struktur
molekul n -paraffin diubah menjadi iso-paraffin. Kondisi tekanan di dalam
reaktor ini berkisar 1725 -3450 kPa. Jenis katalis yang digunakan adalah
platinum dengan support novel metal oxide.
5. Hasil aliran dari reaktor isomerisasi akan didinginkan kemudian akan masuk ke
separator untuk memisahkan hidrogen dan gas-gas ringan yang tidak bereaksi
dengan iso- naftha.
Berikut data utilitas yang diperlukan untuk mengoperasikan unit isomerisasi
setiap barrel umpan yang belum di desulfurisasi.
12 Universitas Indonesia
13
apakah lebih dominan ingin menghilangkan sulfur atau nitrogen. Bila lebih
ingin menghilangkan nitrogen maka menggunakan katalis nickel-molybdenum,
namun bila lebih ingin menghilangkan sulfur menggunakan katalis cobalt-
molybdenum. Akan tetapi kedua jenis katalis ini tetap bisa menghilangkan
sulfur dan nitrogen secara bersamaan, namun hanya berbeda tingkat
selektivitasnya.
3. Saat di dalam reactor, karena keberadaan katalis maka hidrogen akan bereaksi
dengan sulfur dan membentuk hidrogen sulfida. Selain itu nitrogen juga akan
bereaksi dengan hidrogen membentuk amoniak. Sedangkan logam – logam
akan menempel di katalis. Amoniak dan hidrogen sulfida akan terbawa aliran
keluar dari reactor.
4. Aliran keluar reactor yang mengandung amoniak dan hidrogen sulfida akan
didinginkan dan akan masuk ke hydrogen separator. Pada alat ini akan terjadi
pemisahan antara hidrogen bersih, gas yang membawa hidrogen sulfida dan
amoniak, dan minyak mentah bersih. Lalu hidrogen bersih akan dialirkan
kembali sebagai recycle, sedangkan gas ringan yang sudah bercampur dengan
hidrogen sulfida dan amoniak akan dibuang.
5. Minyak mentah bersih akan masuk ke stripper untuk dilucuti lebih lanjut
menggunakan steam. Proses pelucutan ini untuk memastikan bahwa minyak
mentah telah benar – benar bersih dari sulfur dan nitrogen. Produk atas dari
stripper adalah gas kotor yang akan dikondensasi, kemudian sebagian akan di
reflux dan sebagian lainnya akan dibuang. Produk bawah dari stripper adalah
minyak mentah yang sudah bersih dari sulfur, nitrogen, dan logam.
Berikut data utilitas untuk mengoperasikan unit hidrodesulfurisasi ini.
14 Universitas Indonesia
15
15 Universitas Indonesia
16
16 Universitas Indonesia
17
17 Universitas Indonesia
18
Proses yang terjadi pada unit catalytic reforming dijelaskan sebagai berikut:
18 Universitas Indonesia
19
19 Universitas Indonesia
20
20 Universitas Indonesia
21
Umpan dari FCC biasanya merupakan minyak mentah yang memiliki titik didih
340℃ atau lebih pada tekanan atmosferik dan memiliki berat molekular rata-rata
sekitar 200-600 atau lebih tinggi. Proses FCC menguapkan dan memecah molekul
hidrokarbon liquid berantai panjang menjadi molekul yang lebih pendek dengan cara
mengontakkan umpan dengan katalis bubuk terfluidisasi pada suhu tinggi dan tekanan
sedang.
Berikut akan dijelaskan cara kerja catalytic cracking unit berdasarkan skema:
21 Universitas Indonesia
22
22 Universitas Indonesia
23
23 Universitas Indonesia
24
Bagian dalam kolom distilasi vakum harus memiliki kontak uap-cair yang
bagus, dan secara bersamaan mempertahankan kenaikan tekanan yang sangat rendah
pada bagian puncak dan dasarkolom. Maka dari itu, kolom vakum pada kilang biasanya
menggunakan tray distilasi hanya ketika mengambil produk dari sisi kolom. Terdapat
tiga produk dari distilasi vakum, yaitu produk atas (dry gas), produk tengah (light and
heavy vacuum gas oil) dan produk bawah (asphalt).
2.11 Solvent Desphalting
Solvent Desphalting merupakan proses pemisahan kandungan aspal dari umpan
sebelum proses catalytic cracking. Pemisahan ini dilakukan untuk mencegah
kerusakan permanen pada katalis. Prinsip yang digunakan pada proses ini adalah
pemisahan dengan pelarut. Pelarut yang digunakan biasanya merupakan golongan
paraffin, sebab pada golongan ini senyawa aromatik dan asphaltene tidak dapat larut.
Produk yang dihasilkan pada proses ini adalah aspal (aromatik) dan fraksi minyak berat
yang masih bisa larut di paraffin ,seperti pelumas.
2.12 Proses Coking
Petroleum coke atau sering disebut dengan Pet Coke adalah hasil paling akhir
dari proses pengolahan minyak bumi yang sering dianggap sebagai limbah. Padahal,
24 Universitas Indonesia
25
dengan proses yang tepat, bahan ini dapat digunakan lebih lanjut untuk menghasilkan
produk dengan nilai tambah yang sangat tinggi. Salah satu proses yang biasa
digunakan untuk mengolah coke adalah proses coking.
Coking merupakan suatu proses termal untuk mengkonversikan fraksi berat low
grade oil menjadi produk yang lebih ringan. Coke dapat digunakan untuk bahan bakar
maupun untuk electrode, industry kimia, hingga metalurgi. Berikut ini adalah skema
keja dari proses coking.
dengan rantai yang lebih pendek dengan bantuan panas dan bertujuan untuk
mengurangi viskositas dari suatu crude oil Proses perengkahan panas bertujuan untuk
mendapatkan fraksi minyak bumi dengan boiling range yang lebih rendah dari feed
(umpannya). Dengan melalui proses ini dihasilkan gas, LPG, gasoline (naphtha), gas
oil (diesel), residue atau coke. Feednya dapat berupa gas oil atau residue, Visbreaking
Unit biasanya didisain untuk mengolah Vacuum Distillation Unit residue (atau dapat
juga untuk mengolah gas oil). Produk visbreaking unit adalah overhead tail gas,
naphtha, dan bottom.
Saat hydrocarbon dipanaskan dan didekomposisi dalam kondisi perengkahan
panas, hydrocarbon dapat diasumsikan terpecah menjadi dua atau lebih radikal bebas.
Radikal-radikal bebas tersebut kemudian bereaksi menghasilkan total produk yang
mencakup rentang berat molekul yang besar mulai dari hydrogen hingga bitumen dan
coke. Radikal-radikal yang sangat reaktif tidak keluar sebagai effluent produk
perengkahan panas, tetapi tergantung ukuran dan lingkungannya :
a. Bereaksi dengan hydrocarbon lain
b. Terdekomposisi menjadi olefin
c. Bergabung dengan radikal-radikal lain
d. Bereaksi dengan permukaan logam. Secara umum, radikal-radikal kecil
lebih stabil daripada radikal-radikal yang lebih besar, dan akan lebih siap
bereaksi dengan hydrocarbon lain dengan menangkap satu atom hydrogen.
Radikal-radikal besar tidak stabil dan terdekomposisi untuk membentuk
olefin dan radikal-radikal yang lebih kecil atau saat sebuah radikal bereaksi
dengan suatu logam atau racun. \
Reaksi-reaksi kondensasi dan polimerisasi yang terjadi pada kondisi
perengkahan panas dapat menjadi aromatic tar. Coke dan bitumen adalah jenis polimer
utama. Molekul-molekul tersebut bisa menjadi sangat besar. Kekurangan hydrogen dan
berat molekul yang besar mengurangi kelarutannya dalam hydrocarbon. Coke
mempunyai rasio atom hydrogen-carbon sekitar 2:1. Spesifikasi produk visbreaking
process unit harus disesuaikan dengan spesifikasi blending fuel oil dan sifat komponen
blending lainnya. Jika viscosity visbroken bottom tinggi, maka fuel oil blending
26 Universitas Indonesia
27
memerlukan lebih banyak fuel dan temperature keluar fired heater yang lebih tinggi.
Hal tersebut akan meningkatkan kecenderungan terbentuknya coking pada tube fired
heater. Oleh karena itu, spesifikasi produk harus disesuaikan berdasarkan
maksimalisasi keuntungan untuk keseluruhan kilang.
Salah satu teknologi terbaru dari visbreaking yaitu Shell Soaker Visbreaking.
Teknologi ini ideal untuk mereduksi produk bahan bakar minyak berat, dengan cara
mengurangi viskositas residu dan memaksimalkan produk destilasi. Proses yang terjadi
pada teknologi shell soaker visbreaking:
a. Suhu cracking yang lebih rendah dan waktu tinggal yang lebih lama.
b. Penggunaan soaker drum untuk meminimalkan backmixing.
c. Menggunakan furnace kecil.
d. Menggunakan tekanan rendah pada furnace.
Keuntungan Teknologi ini yaitu:
a. Produk hasil destilasi yang lebih selektif, kurang sensitif terhadap kondisi
operasi dan fluktuasi bahan baku, Proses kontrol yang lebih baik.
b. Konversi yang lebih tinggi (0,4-0,7%), Proses produksi destilat yang lebih
banyak (1-2 %).
c. Biaya investasi yang lebih rendah (15%).
d. Konsumsi daya dan bahan bakar yang rendah (30-35%).
27 Universitas Indonesia
3 BAB 3
TEKNOLOGI NAFTA
28 Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
30
Uap yang berasal dari bagian atas stripper column terkondensasi secara
parsial di dalam kondenser, kemudian akan disalurkan ke receiver yang
berfungsi untuk memisahkan kondensat (hidrokarbon cair) air dan gas. Cairan
hidrokarbon dikembalikan ke stripper column sebagai refluks, air dialirkan ke
Sour Water Stripper, sedangkan gas digunakan sebagai bahan bakar gas.
Produk bawah pada stripper column adalah sweet naphtha yang akan menjadi
bahan baku pada proses platforming unit.
3.3 Visbreaking
Visbreaking pada dasarnya adalah operasi perengkahan termal ringan pada
kondisi ringan di mana dalam molekul rantai panjang di bahan baku berat dipecah
menjadi molekul pendek sehingga mengarah pada pengurangan viskositas bahan baku.
Sekarang semua unit visbreaker baru berjenis soaker. Visbreaking adalah proses termal
non-katalitik. Ini mengurangi viskositas dan titik tuang fraksi minyak bumi berat
sehingga produk dapat dijual sebagai bahan bakar minyak. Ini memberikan hasil
minyak bahan bakar 80-85% dan keseimbangan pulih sebagai distilasi ringan dan
menengah. Unit ini memproduksi gas, nafta, nafta berat, minyak gas visbreaker,
minyak bakar visbreaker (campuran minyak gas visbreaker dan tar vsibreaker).
Konversi visbreaker yang diberikan dapat dicapai dengan dua cara:
Suhu tinggi, waktu retakan yang rendah: Coil Visbreaking.
Temperatur rendah, waktu tinggal retak tinggi: Soaker Visbreaking.
Universitas Indonesia
31
3.4 Coking
Delayed coking adalah proses cracking secara thermal mengolah minyak berat
(Short Residue) menjadi coke hingga fraksi minyak ringan di dalam suatu reaktor
(chamber). Sehingga delayed coking unit ini adalah sebuah unit dalam heavy oil
complex yang gunanya adalah mengolah kembali residue yang berasal dari proses high
vacuum unit untuk kemudian menjadi produk lain yang lebih berharga. Unit ini
berfungsi untuk mengolah Short Residue untuk menghasilkan beberapa produk seperti
off gas, LPG, Naphta, Light Coker Gas Oil (LCGO), Hevay Coker Gas Oil (HCGO),
dan green coke. Prinsip reaksi adalah thermal cracking, yaitu perengkahan hidrokarbon
berat menjadi hidrokarbon rantai pendek melalui reaksi polimerisasi dan kondensasi
pada suhu 500 oC.
Pada dasarnya prinsip dari proses yang terjadi di DCU adalah Thermal
Cracking. Pada saat hidrokarbon ditahan pada temperatur yang tinggi untuk periode
waktu tertentu, ia akan pecah menjadi dua atau lebih radikal bebas. Radikal bebas
kemudian masuk ke sederetan reaksi yang menghasilkan produk total dengan rentang
molekul yang lebar. Kemudian radikal yang saling bertemu ini kemudian akan menjadi
senyawa yang lebih stabil dan menjadi produk dalam unit ini. Rentang produk ini dari
hidrogen sampai bitumen dan coke.
Pada unit ini terdapat paling tidak dua alat utama yang menjadi inti dari proses
ini. Pertama adalah kolom distilasi yang intinya memisahkan kembali fraksi yang
terkandung residue menjadi fraksi-fraksinya berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Kemudian fraksi paling bawah dari kolom ini kemudian dialirkan menuju sebuah
chamber yang berjumlah dua yang bekerja saling berdampingan. Dalam chamber ini
senyawa tersebut mengalami reaksi thermal cracking tersebut yang memecah
molekulnya menjadi rantai yang lebih kecil dan meninggalkan chamber tersebut untuk
dipompakan kembali kedalam kolom distilasi dalam unit DCU ini. Kemudian fraksi
yang tersisa tersebut dalam chamber tersebut menjadi produk yang bernama green
coke. Proses dalam chamber ini adalah semi-batch yang memerlukan waktu tiap batch
nya adalah 24 jam. Sehingga inilah mengapa unit ini disebut ‘delayed’ karena proses
Universitas Indonesia
32
separasi dapat terus terjadi namun proses dalam chamber nya yang menghambatnya
sehingga seakan-akan menjadi proses yang ‘terlambat”
Universitas Indonesia
33
4 BAB 4
ANALISIS EKONOMI DAN LINGKUNGAN
Universitas Indonesia
34
5 BAB 5
KESIMPULAN
Universitas Indonesia
35
6 DAFTAR PUSTAKA
https://www.prelectronics.com/industries/oil-gas/application-examples-oil-refinery-
plant/naphtha-hydrotreater-temperature-measurement/
https://refiningcommunity.com/wp-content/uploads/2015/05/Naphtha-Catalytic-
Cracking-in-FCC-Units-Past-Present-Dean-High-Olefins-Tech-Shale-Galveston-
2015.pdf
https://nptel.ac.in/courses/103107082/module6/lecture4/lecture4.pdf
Universitas Indonesia