I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
PT. Refined Bangka Tin (RBT) adalah Perusahaan Timah dan Industri
Timah terpadu swasta yang didirikan pada tahun 2007. Bertempat kawasan
industri Jelitik di Sungailiat, Kabupaten Bangka, Propinsi Kep. Bangka
Belitung. Perusahaan ini didirikan untuk memenuhi permintaan Timah Halus
berkualitas tinggi yang berorientasi ekspor. Dengan memproduksi Timah
Halus berkualitas tinggi dan memberikan produk dengan nilai terbaik bagi
pelanggannya, RBT telah menjadi salah satu produsen Timah Halus yang
paling dikenal di Indonesia dengan kekuatan dan keahliannya.
PT. RBT memulai proses operasionalnya pada tahun 2009 dengan
konsentrasi bisnis pada pengolahan dan pemurnian biji timah menjadi timah
murni batangan (Ingot) dengan spesifikasi mengacu pada Permendag RI No
33 tahun 2015 dan telah terdaftar di LME (London Metal Exchage) sebagai
brand timah dunia yang memiliki produk berkualitas dan telah diakuidan
juga terdaftar dalam keanggotaan EICC (Elecronic Industry Citizenship
Coalition) yang memastikan bahwa material yang digunakan dalam
prosesnya tidak berasal dari daerah konflik dan dengan masuknya RBT
kedalam EICC maka produk yang dihasilkan akan lebih mudah diterima oleh
banyak industri pengguna timah di Dunia.
PT. RBT dibangun dalam memenuhi peningkatan permintaan dunia
untuk timah berkualitas terbaik, dengan bisnis timah terintegrasi mulai dari
kegiatan eksplorasi, penambangan, pengolahan hingga pemasaran. Sejalan
dengan perkembangannya, PT. RBT telah berkembang menjadi salah satu
produsen Tin Aluminium terbesar di Indonesia. Di lantai produksi, RBT
dilengkapi fasilitas untuk menjaga kualitas dan mendukung lingkungan
hijau sehat. Dengan tiga mesin Crystallizer yang terpasang, RBT
menghasilkan Timah Halus berkualitas tinggi dengan Sn 99,9% sampai
99,99% (di atas standar LME) dan Pb di bawah 30 ppm.
Dengan kemampuan menghasilkan Timah Halus berkualitas tinggi,
produk RBT telah mencapai pasar timah utama di seluruh dunia, seperti
Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Spanyol, China, Korea, Taiwan, Hong
Kong, dan Pakistan. Dengan pasokan dan kualitas yang berkelanjutan, RBT
akan dapat memperluas pasarnya ke banyak negara lainnya.
Mempertahankan kepuasan pelanggan dan kualitas produk merupakan
salah satu keberhasilan utamanya dalam bisnis. Untuk mencapai ini, RBT
memasang fasilitas laboratorium yang lengkap dan modern yang ditangani
oleh teknisi laboratorium ahli. Di antara peralatan canggihnya, Spectrolab
telah menjadi bagian dari kontrol kualitas RBT. Ini telah terbukti
menghasilkan analisis cepat dan hasil yang tepat. Dengan laboratorium
yang lengkap, RBT dipercaya mampu memberikan kontrol kualitas yang
ketat.
RBT sebagai perusahaan peleburan, terutama di bidang Tin Refining,
RBT terus melakukan aktivitas dengan Spectrolab untuk menjadi bagian
kontrol kualitas RBT. Hal ini terbukti menghasilkan analisis cepat dan hasil
yang tepat untuk meningkatkan jumlah sumber daya yang
dimiliki.Production Flow Sheet adalah urutan proses peleburan dan
pemurnian berdasarkan masukan tahap bahan proses, dari bahan baku
dalam hal ini bijih timah sampai produk timah jadi siap untuk diekspor.
Produk akhir juga terak II yang dianggap tidak berharga karena kandungan
Sn tersebut rendah <1,5%. Smelting Flow Sheet dapat digambarkan
sebagai berikut dimana pelelehan terjadi dalam dua tahap :
Tahap pertama peleburan bijih timah untuk menghasilkan timah dan
slag I yang masih mengandung Cr 15 - 25%.
Tahap kedua pelelehan slag I untuk mengurangi kandungan timbal
dalam slag I sehingga dapat mengurangi kadar terak yang akan
dibuang ke 1,5% Sn yang menghasilkan paduan FeSn atau disebut Hard
head.
Tahap terakhir yaitu refining terdiri dari casting, crystalizer, dan Flame
Oven. Pada tahap ini timah yang dihasilkan (99% Sn) diproses menjadi
logam timah yang siap diekspor sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan.
Tabel 2.1. Kualitas Produk Batangan Timah yang dihasilkan oleh PT. RBT
Sumber: www.rbt.co.id
Visi PT. RBT adalah menjadi perusahaan produsen timah global yang
terkemuka dan menjadi mitra pilihan. Untuk mendukung visi tersebut, PT.
RBT mempunyai misi antara lain: memprioritaskan kualitas, keamanan
kerja, sosial dan lingkungan hidup dalam menjalankan usaha; menyediakan
produk dan layanan yang memenuhi kebutuhan klien; berkontribusi kepada
perkembangan Indonesia dan wilayah dimana perusahaan beroperasi.
Sejalan dengan misi teraebut, PT. RBT sebagai salah satu pelaku dalam
pembangunan ekonomi nasional, sudah selayaknya tidak hanya bertujuan
memperoleh keuntungan finansial namun juga perlu berkontribusi bagi
masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Tanggung jawab perusahaan
kepada pemangku kepentingan (stake holders) adalah untuk berlaku etis,
meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang
mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom line) dalam
rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Luas Desa Petaling Banjar lebih kurang 5,11 Km2 yang terdiri dari 4
(empat) dusun, dimana sebagian besar wilayah Desa Petaling Banjar
merupakan pemekaran wilayah Desa Petaling yang mencakup wilayah
sebagai berikut:
a. Dusun I: Jalan Penagan (Keramat) – Jalan Airtelajan – Jalan Balai –
Toko Marwan – Jalan Pahlawan 12 – Toko Usman Muncul – Jalan MTs –
Jalan Rawa Mangun – Simpang Rumah Waidi – Jalan Airtelajan Ilir;
b. Dusun II: Tugu Makam Pahlawan 12 – Jalan Pahlawan 12 – Jalan MTs
(Rumah H Musyaddad) – Jalan Rawa Mangun (Rumah RoziYusdi) – Jalan
Airtelajan Ilir;
c. Dusun III: Simpang Kapuk (Tugu Batas) - Rumah Hasbulah (Jalan Air
Duren) Jembatan Air Petaling – Alur Sungai Air Galang – Rumah Madani
adalah komoditas karet, lada, sawit dan palawija. Selain petani, sebagian
kecil profesi masyrakat Desa Petaling Banjar lainnya adalah PNS, karyawan
swasta, pedagang dan buruh.
5.4. Pertanian
Sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam
pengembangan sosial dan ekonomi di Desa Petaling Banjar, Kecamatan
Mendobarat. Sektor tersebut memiliki potensi yang memadai untuk digali
dan dikelola demi pemenuhan kehidupan masyarakatnya. Hampir masing-
masing kepala keluarga (KK) di desa ini memiliki lahan untuk dikelola atau
dibuka menjadi kawasan perkebunan. Sebagian besar jenis tanaman yang
diusahakan masyarakat di antaranya tanaman pangan, tanaman
hortikultura, tanaman perkebunan rakyat. Sebagian kecil lahan
dipergunakan dalam bidang perikanan dan peternakan.Pada tahun 2017
luas perkebunan lada di Kecamatan Mendo Barat lebih kurang 141,53 Ha
dengan produksi 157,098 ton. Sementara itu luas perkebunan lada di Desa
Petaling Banjar lebih kurang 11,2 Ha dengan produksi 12,432 ton.
1 Perkebunan 30,00 Ha
2 Hutan 18,01 Ha
PETERNAKAN
1
Ayam broiler 3.000 Ekor
2 Bebek 100 Ekor
Sumber : profil desa petaling banjar, Kec. Mendo Barat tahun 2017
8 Harum m Robuan 0
Bambang
18 Subur makmur 25
Rusdiyanto
dibayangi oleh status ataupun peran yang dituakan dalam keluarga, kerabat
dan keluarga besar, serta berkembang pula pola ketokohan seseorang
diluar kelompok primernya. Pada umumnya ketokohan yang tertinggi
adalah tokoh formal (kepala desa), dilanjutkan dengan tokoh-tokoh
informal lainnya seperti guru penghulu, pemuka agama, pemuka
masyarakat serta tokoh informal lainnya. Penokohan terhadap tokoh
informal cukup tinggi di kalangan penduduk desa di Petaling Banjar, namun
alasanya sendiri ternyata beragam. Alasan penokohan berkaitan dengan
kapasitas yang dimiliki oleh tokoh tersebut, seperti penokohan terhadap
pemuka agama didasari atas wawasan mereka dalam bidang agama.
Pemuka agama menjadi penting karena penduduk desa dalam wilayah studi
masih berorientasi pada agama Islam dan peraturan-peraturan yang ada di
dalamnya untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Penyebaran informasi dan
komunikasi kepada masyarakat desa selain secara formal melalui perangkat
desa juga melibatkan tokoh-tokoh masyarakat seperti tokoh
agama.Sebagian besar penduduk di wilayah studi merupakan penduduk
asli/orang melayu, dimana pola kebiasaan yang berlaku di masyarakat
banyak dipengaruhi ajaran agama Islam.
Dalam kehidupan bermasyarakat warga desa memiliki adat kebiasaan
yang secara turun temurun masih berlaku. Adat istiadat tersebut antara lain
dalam hal perkawinan, pembuatan rumah, menghadapi musibah, maupun
dalam menerima tamu atau orang luar terutama tamu kehormatan, yang
biasanya disambut dengan adat sepintu sedulang. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hubungan masyarakat satu dengan masyarakat lainnya
sangat erat. Hal ini dibuktikan dengan saling membantu pada waktu salah
satu penduduk melakukan perkawinan, berladang, berkebun, pembuatan
rumah, dan menghadapi musibah. Mereka juga dapat membuka diri dalam
menerima orang luar atau tamu.
kendala yang dihadapi dalam proses interaksi ini adalah minimnya sarana
dan prasarana, minimnya dana, dan terbatasnya kapasitas sumber daya
manusia yang ada.
Sebagai petani, masyarakat (aktor) di desa ini jarang berkumpul di
siang hari. Acara-acara sosial pedesaan lebih banyak dan lebih mudah
dilakukan di malam hari. Keputusan tentang berbagai masalah sosial
kemasyarakatan biasanya dilakukan di malam hari usai shalat Isya hingga
tengah malam. Warga yang tinggal di desa pada siang hari umumnya
berprofesi sebagai petani, pedagang, pengrajin, pekebun, atau pegawai.
6.2. Permasalahan
DAFTAR PUSTAKA