Anda di halaman 1dari 28

PT.

Refined Bangka Tin Draft Full Report

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sesuai dengan konsep tata kelola pertambangan yang baik (good


mining practice-GMP), maka setiap kegiatan pertambangan wajib
melakukan pengembangan pertambangan yang berkelanjutan sebagai
bagian dari pembangunan ekonomi yang ditujukan untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat, meningkatkan penerimaan negara, menyediakan
lapangan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing,
memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam dan luar
negeri, serta mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara
lestari. PT. Refined Bangka Tin (PT. RBT) menjadi salah satu produsen
timah batangan (tin ingot) yang terbesar di Indonesia. PT. RBT yang
dibangun dalam rangka memenuhi peningkatan permintaan dunia untuk
timah berkualitas terbaik, dengan bisnis timah terintegrasi mulai dari
kegiatan eksplorasi, penambangan, pengolahan hingga pemasaran.
PT. RBT menyadari bahwa keberhasilan sebuah bisnis tidak lagi diukur
dari keuntungan bisnis semata, melainkan juga dilihat dari kemampuan
Perusahaan memenuhi harapan stakeholder. Dalam bisnis apapun,
kelangsungan atau keberlanjutan usaha merupakan prioritas utama bisnis.
Hal ini dapat dicapai jika perusahaan mampu membangun keseimbangan
antara kepentingan komersial/profit, sosial dan lingkungan hidup.PT. RBT
bergerak dalam bisnis pengolahan mineral (timah) yang memiliki risiko
tinggi terhadap perubahan lingkungan alam dan sosial, karenanya
perusahaan berkomitmen untuk senantiasa mempertimbangkan, mencegah,
mengurangi, dan mengelola dampak operasi dan bisnisnya melalui kegiatan
tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-CSR).
Dengan kata lain, Salah satu bentuk kepedulian perusahaan terhadap
masyarakat sekitar kegiatan diwujudkan dalam program Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility CSR yang
diimplementasikan dalam bentuk Community Development.
Sesuai visi misi Gubernur Kepulauan Bangka Belitung terpilih periode
2017-2021 yang bercita-cita mengembalikan kejayaan muntok white
papper, perlu didukung dengan riset dan desiminasi teknologi untuk
meningkatkan kuantitas dengan memperluas lahan perkebunan lada
dengan berbagai pola atau model perkebunannya seperti perhutanan
masyarakat, dan kualitas mutu lada yang memiliki standar untuk memasuki
pasar internasional. Selain itu bermaksud mengembalikan lada sebagai
produk agrobisnis andalan BangkaBelitung sehingga kejayaan Babel sebagai
“Provinsi Lada” bisa dicapai kembali.

Laporan Pemetaan Sosial 1


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

PT. Refined Bangka Tin berkomitmen mendukung program pemerintah


Provinsi Kep. Bangka Belitung untuk mengembalikan kejayaan lada putih
(Muntok White Pepper) terutama program proritas pengolahan pasca panen
lada putih. Dengan makin sadarnya konsumen akan kesehatan,peraturan
lingkungan yang makin ketat, ketatnya kompetisidiantara para pengusaha
makanan dan perubahan pada strukturekonomi global, tuntutan industri
rempah dan industri makananterhadap bahan baku dengan mutu yang
tinggi serta aman untukdikonsumsi makin tinggi. Begitu pula halnya dengan
lada, parakonsumen lada menghendaki produk lada dengan mutu
yangtinggi dan aman untuk dikonsumsi. Karena itu perlu adanyaperbaikan
mutu produk lada diantaranya dengan memperbaikicara penanganan
pascapanennya.
Untuk mendukung kegiatan tersebut maka PT. RBT bermaksud
melakukan pemetaan sosial (social mapping) yang merupakan proses
penggambaran masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan
data dan informasi mengenai masyarakat termasuk di dalamnya profil dan
masalah sosial yang ada pada masyarakat terkit dengaan pengolahan lada
pasca panen.Pemetaan sosial bermanfaat bagi kepentingan suatu
perusahaan atau suatu lembaga untuk paham karakteristik masyarakat
yang akan dibinatahu potensi dan masalah masyarakat sasaran;
mengetahui kebutuhan masyarakat sebagai dasar penentuan program agar
tepat guna.Hasil pemetaan sosial dapat menjadi input dan bahan
perencanaan pembangunan dan program prioritas pengolahan lada
pascapanen yang ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat secara lebih
komprehensif. Prasarana dan sarana sangat dibutuhkan dalam
penangananpascapanen lada. Hal ini dikarenakan masalah utama yang
sering dikeluhkan oleh impotir rempahterhadap produk lada Indonesia yaitu
tingginya kadar kotoran dankontaminasi mikroorganisme. Hal ini
menunjukkan penangananpascapanen belum dilakukan dengan baik.

1.2. Tujuan

Laporan ini bertujuan:


1. Memetakan kondisi sosial dan ekonomi pertanian terkait dengan
pengolahan lada pasca panen.
2. Mengidentifikasi program prioritas pemberdayaan masyarakat dalam
pengolahan teknologi pasca panen di Desa Petaling Banjar.
3. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas lada
putih pasca panen dengan diseminasi teknologi perendaman,
pengupasan, dan penjemuran lada putih.

Laporan Pemetaan Sosial 2


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

II. PROFIL PT. REFINED BANGKA TIN

2.1. Tentang PT. RBT

PT. Refined Bangka Tin (RBT) adalah Perusahaan Timah dan Industri
Timah terpadu swasta yang didirikan pada tahun 2007. Bertempat kawasan
industri Jelitik di Sungailiat, Kabupaten Bangka, Propinsi Kep. Bangka
Belitung. Perusahaan ini didirikan untuk memenuhi permintaan Timah Halus
berkualitas tinggi yang berorientasi ekspor. Dengan memproduksi Timah
Halus berkualitas tinggi dan memberikan produk dengan nilai terbaik bagi
pelanggannya, RBT telah menjadi salah satu produsen Timah Halus yang
paling dikenal di Indonesia dengan kekuatan dan keahliannya.
PT. RBT memulai proses operasionalnya pada tahun 2009 dengan
konsentrasi bisnis pada pengolahan dan pemurnian biji timah menjadi timah
murni batangan (Ingot) dengan spesifikasi mengacu pada Permendag RI No
33 tahun 2015 dan telah terdaftar di LME (London Metal Exchage) sebagai
brand timah dunia yang memiliki produk berkualitas dan telah diakuidan
juga terdaftar dalam keanggotaan EICC (Elecronic Industry Citizenship
Coalition) yang memastikan bahwa material yang digunakan dalam
prosesnya tidak berasal dari daerah konflik dan dengan masuknya RBT
kedalam EICC maka produk yang dihasilkan akan lebih mudah diterima oleh
banyak industri pengguna timah di Dunia.
PT. RBT dibangun dalam memenuhi peningkatan permintaan dunia
untuk timah berkualitas terbaik, dengan bisnis timah terintegrasi mulai dari
kegiatan eksplorasi, penambangan, pengolahan hingga pemasaran. Sejalan
dengan perkembangannya, PT. RBT telah berkembang menjadi salah satu
produsen Tin Aluminium terbesar di Indonesia. Di lantai produksi, RBT
dilengkapi fasilitas untuk menjaga kualitas dan mendukung lingkungan
hijau sehat. Dengan tiga mesin Crystallizer yang terpasang, RBT
menghasilkan Timah Halus berkualitas tinggi dengan Sn 99,9% sampai
99,99% (di atas standar LME) dan Pb di bawah 30 ppm.
Dengan kemampuan menghasilkan Timah Halus berkualitas tinggi,
produk RBT telah mencapai pasar timah utama di seluruh dunia, seperti
Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Spanyol, China, Korea, Taiwan, Hong
Kong, dan Pakistan. Dengan pasokan dan kualitas yang berkelanjutan, RBT
akan dapat memperluas pasarnya ke banyak negara lainnya.
Mempertahankan kepuasan pelanggan dan kualitas produk merupakan
salah satu keberhasilan utamanya dalam bisnis. Untuk mencapai ini, RBT
memasang fasilitas laboratorium yang lengkap dan modern yang ditangani
oleh teknisi laboratorium ahli. Di antara peralatan canggihnya, Spectrolab

Laporan Pemetaan Sosial 3


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

telah menjadi bagian dari kontrol kualitas RBT. Ini telah terbukti
menghasilkan analisis cepat dan hasil yang tepat. Dengan laboratorium
yang lengkap, RBT dipercaya mampu memberikan kontrol kualitas yang
ketat.
RBT sebagai perusahaan peleburan, terutama di bidang Tin Refining,
RBT terus melakukan aktivitas dengan Spectrolab untuk menjadi bagian
kontrol kualitas RBT. Hal ini terbukti menghasilkan analisis cepat dan hasil
yang tepat untuk meningkatkan jumlah sumber daya yang
dimiliki.Production Flow Sheet adalah urutan proses peleburan dan
pemurnian berdasarkan masukan tahap bahan proses, dari bahan baku
dalam hal ini bijih timah sampai produk timah jadi siap untuk diekspor.
Produk akhir juga terak II yang dianggap tidak berharga karena kandungan
Sn tersebut rendah <1,5%. Smelting Flow Sheet dapat digambarkan
sebagai berikut dimana pelelehan terjadi dalam dua tahap :
 Tahap pertama peleburan bijih timah untuk menghasilkan timah dan
slag I yang masih mengandung Cr 15 - 25%.
 Tahap kedua pelelehan slag I untuk mengurangi kandungan timbal
dalam slag I sehingga dapat mengurangi kadar terak yang akan
dibuang ke 1,5% Sn yang menghasilkan paduan FeSn atau disebut Hard
head.
 Tahap terakhir yaitu refining terdiri dari casting, crystalizer, dan Flame
Oven. Pada tahap ini timah yang dihasilkan (99% Sn) diproses menjadi
logam timah yang siap diekspor sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan.

Tabel 2.1. Kualitas Produk Batangan Timah yang dihasilkan oleh PT. RBT

Sumber: www.rbt.co.id

Laporan Pemetaan Sosial 4


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

2.2. Visi dan Misi PT. RBT

Visi PT. RBT adalah menjadi perusahaan produsen timah global yang
terkemuka dan menjadi mitra pilihan. Untuk mendukung visi tersebut, PT.
RBT mempunyai misi antara lain: memprioritaskan kualitas, keamanan
kerja, sosial dan lingkungan hidup dalam menjalankan usaha; menyediakan
produk dan layanan yang memenuhi kebutuhan klien; berkontribusi kepada
perkembangan Indonesia dan wilayah dimana perusahaan beroperasi.
Sejalan dengan misi teraebut, PT. RBT sebagai salah satu pelaku dalam
pembangunan ekonomi nasional, sudah selayaknya tidak hanya bertujuan
memperoleh keuntungan finansial namun juga perlu berkontribusi bagi
masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Tanggung jawab perusahaan
kepada pemangku kepentingan (stake holders) adalah untuk berlaku etis,
meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang
mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom line) dalam
rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

2.3. Nilai - Nilai Budaya Perusahaan

PT. RBT mempunyai nilai-nilai budaya perusahan yang merupakan


kebijakan pimpinan yang harus diaplikasikan seluruh karyawan, mitra, dan
para pemangku kepentingan lainnya (stakeholder). Nilai tersebut disingkat
dengan “TIMAH” dengan uraian sebagai berikut:
 “Teamwork”: satu perusahaan, satu tim, berkomitmen terhadap
lingkungan kerjasama di mana setiap orang adalah anggota terhormat,
diperlakukan dengan hormat, didorong untuk berkontribusi dan diberi
pengakuan atas usahanya serta selalu berkomunikasi dengan tepat
dalam mencapai tujuan.
 “Integrity”: Menerapkan standar etika dan moral tertinggi,
menunjukkan kejujuran dan keadilan dalam semua aktivitas.
 “Motivation”: Mampu melakukan yang perlu dilakukan, tanpa
pengaruh orang lain atau situasi apapun. Bisa menemukan alasan dan
kekuatan untuk menyelesaikan sebuah tugas tanpa menyerah.
 “Accountability”: Menerima tanggung jawab baik secara individu
maupun sebagai tim dan memenuhi komitmen yang telah dibuat.
Bertanggung jawab atas kinerja dalam semua keputusan dan tindakan
 “Harmony”: Kami selalu berusaha untuk tetap selaras dengan alam
dan para pemangku kepentingan.

Laporan Pemetaan Sosial 5


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

2.4. Kebijakan Pertambangan yang berkelanjutan

RBT Memiliki komitmen untuk melestarikan lingkungan tempat


beroperasi. RBT percaya bahwa hal itu dapat berkontribusi secara optimal
kepada masyarakat lokal dan ke dunia adalah keberlanjutan dengan
menerapkan standar tertinggi praktik lingkungan hijau sehat. Komitmen ini
terbukti dengan membangun menara pendingin dan kolektor debu yang
bisa menangkap 99% partikel yang keluar dari gas buang. Untuk
meminimalkan limbah padat, RBT melengkapi fasilitasnya dengan oven
fuming untuk daur ulang slag. Dalam kegiatan penambangan, RBT sangat
mengikuti peraturan Pemerintah tentang bagaimana menerapkan metode
pertambangan dan pasca tambang yang berwawasan lingkungan, ia
melakukan proses reklamasi dan penanaman kembali di wilayah
pertambangan bekas dengan perkebunan ecomonical, seperti pohon palem,
pohon karet dan rumput. Dengan lokasi yang diuntungkan, didukung oleh
fasilitas lengkap dan kemampuannya untuk menghasilkan Tin Refined
berkualitas tinggi, RBT telah menjadi produsen timah utama di dunia. Dan
dengan mengantarkan produk terbaik dengan layanan prima dan waktu
pengiriman, RBT bisa menjadi pemimpin pasar produsen Timah Halus di
dunia.
Pada tahun 2017 PT. RBT telah mengumumkan Program Reklamasi
Berkelanjutan “Green for Good”, program ini adalah program konservasi
lahan untuk mengembalikan fungsi tanah yang sudah tidak produktif.
Dengan melibatkan masyarakat setempat dan pemangku kepentingan
lainnya seperti pemerintah, aparat keamanan, LSM serta organisasi nasional
dan International. Program Reklamasi Berkelanjutan ini juga bertujuan
untuk memberikan sumber penghasilan alternatif bagi masyarakat di sekitar
tambang.Sebagai salah satu produsen timah terbesar di Indonesia yang
menjalankan Program Reklamasi Berkelanjutan, RBT akan mengembalikan
lahan beberapa hektar bekas pertambangan untuk digunakan sebagai
kawasan konservasi lahan, agrikultur, agrowisata, dan eco-education yang
mengajarkan cara bertani serta menjaga lingkungan yang baik kepada
masyarakat setempat. RBT juga ingin memastikan bahwa semua aktivitas
pertambangan dikelola dengan mengedepankan kepentingan lingkungan.
Upaya ini adalah bukti komitmen RBT untuk menjaga kelestarian
lingkungan dan mendukung upaya pemerintah untuk mencegah perubahan
iklim.

2.5. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Perusahaan sebagai salah satu pelaku dalam pembangunan ekonomi


nasional, sudah selayaknya tidak hanya bertujuan memperoleh keuntungan

Laporan Pemetaan Sosial 6


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

finansial namun juga perlu berkontribusi bagi masyarakat dan lingkungan di


sekitarnya. Tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan
(stake holders) adalah untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif
dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial,
dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan. PT. Refined Bangka Tin (PT. RBT) menyadari
bahwa keberhasilan sebuah bisnis tidak lagi diukur dari keuntungan bisnis
semata, melainkan juga dilihat dari kemampuan Perusahaan memenuhi
harapan stakeholder. Dalam bisnis apapun, kelangsungan atau
keberlanjutan usaha merupakan prioritas utama bisnis. Hal ini dapat dicapai
jika perusahaan mampu membangun keseimbangan antara kepentingan
komersial/profit, sosial dan lingkungan hidup.
PT. RBT bergerak dalam bisnis pengolahan mineral (timah) yang
memiliki risiko tinggi terhadap perubahan lingkungan alam dan sosial,
karenanya perusahaan berkomitmen untuk senantiasa mempertimbangkan,
mencegah, mengurangi, dan mengelola dampak operasi dan bisnisnya
melalui kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibility/CSR). Dengan kata lain, Salah satu bentuk kepedulian
perusahaan terhadap masyarakat sekitar kegiatan diwujudkan dalam
program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR) yang diimplementasikan dalam bentuk Community
Development.
Tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No 40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas dimana
pasal 74 menyatakan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Selain itu,
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No 5 tahun
2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 4 ayat b memasukkan aspek
Community Development dalam kriteria penilaian untuk PROPER Hijau dan
Emas (Beyond Compliance).
Prinsip perumusan kebijakan CSR menempatkan kondisiharmonis
bukanlah suatu tujuan melainkan implikasi dari hubungan fungsional yang
seimbang antara perusahaan danmasyarakat. Untuk menyusun kebijakan
yang kontekstual dan strategis, minimal ada 4 dokumen yang dapat
menjadiinput yakni: visi dan misi perusahaan, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD), social mapping dan agenda
Internasional. Di antara keempat dokumen tersebut, 2 dokumen mewakili
konteks lokal yakni social mapping dan RPJMD. Dokumen social mapping
memuat tiga hal mendasar yakni peta aktor, peta masalah dan peta potensi

Laporan Pemetaan Sosial 7


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

di wilayah program.Dokumen ini dapat disusun secara internal oleh


perusahaanatau bekerjasama dengan pihak ke-tiga. Ada banyak definisi
danstandardisasi social mapping sehingga banyak social mapping
yanghasilnya tidak sesuai dengan kebutuhan.
Hasil social mapping diharapkan akan menjadi salah satureferensi
utama dalam penyusunan renstra, atau minimalperumusan program CSR
yang akan dilaksanakan pada lokasitertentu. Oleh sebab itu social mapping
harus memberikangambaran yang menyeluruh dari lokasi yang ingin
dipetakan,meliputi aktor-aktor yang berperan dalam proses relasi
sosial,jaringan sosial dari aktor tersebut, kekuatan dan kepentinganmasing
masing aktor dalam kehidupan masyarakat terutamadalam upaya
peningkatan kondisi kehidupan masyarakat,masalah sosial yang ada
termasuk keberadaan kelompok rentan,serta potensi yang tersedia baik
potensi alam, manusia, finansial,infrastruktur maupun modal sosial. Dari
berbagai informasitersebut akan lebih mudah digunakan sebagai referensi
dalamperumusan program CSR. Hal itu disebabkan karena padadasarnya
program yang dirumuskan dan kemudian dilaksanakanadalah upaya untuk
memecahkan masalah dengan memanfaatkanpotensi dan peluang yang
ada.

Laporan Pemetaan Sosial 8


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

III. TINJAUAN UMUM LADA PUTIH BANGKA

3.1. Sejarah Perkembangan

Indonesia pernah dikenal sebagai salah satu negara penghasil utama


lada danmempunyai peranan yang penting dalam perdagangan lada dunia.
Suplai lada Indonesiadalam perdagangan dunia dipenuhi dari lada yang
sudah dikenal di pasar dunia, yaitujenis lada putih atau dikenal dengan
nama Muntok White Pepper yang utamanyadihasilkan Provinsi Bangka-
Belitung dan Lada hitam dikenal sebagai Lampung Black Pepper yang
dihasilkan provinsi Lampung. Untuk Bangka Belitung sendiri sampaiakhir th
90-an hampir mensuplay 60 – 80% lada putih dipasar dunia, namun dalam
satudekade terakhir ini hanya mampu mensuplay 15 – 20% lada putih
untuk kebutuhan dipasar dunia. Menurunnya produksi lada di Bangka
Belitung dapat diidentifikasi jugaoleh menurunnya luas lahan untuk
budidaya lada, dan menurunnya kualitas.Pada masa lalu komoditas lada
menjadi salah satu daya tarik bangsa Eropa datang ke Indonesia. Rempah-
rempah itu semakin berkembang pesat sejak Belanda, melalui VOC,
membuka kantor perdagangan di Palembang yang juga melingkupi wilayah
Bangka-Belitung. Sejak tiga abad lalu lada Bangka lebih dikenal di dunia
internasional sebagai Muntok White Pepper.
Tanaman lada (Piper nigrum L) mulai dibudidayakan di daerah
Bangka-Belitung sekitar abad ke-16 Masehi dan mulai dikembangkan besar-
besaran sekitar abad ke-18 Masehi. Di Pulau Bangka, lada pertama kali di
budidayakan di Muntok, Bangka Barat, dimana produk lada putih yang
dihasikan terkenal dengan nama dagang “Muntok White Pepper”. Nama
Muntok juga merujuk pada nama pelabuhan di Bangka Barat yang menjadi
transit perdagangan lada dari daerah Bangka-Belitung ke dunia luar.
Selanjutnya dari Muntok tanaman lada mulai ditanam di Belinyu dan
Sungailiat yang terletak di bagian pesisir utara Pulau Bangka dan Dalil, Dul
dan Petaling di bagian tengah Pulau Bangka. Selama periode perang dunia
ke II sampai dengan tahun 1970-an tanaman lada mulai dikembangkan di
Petaling, Sungai Selan, Namang, Belilik,dan Kemuja. Hanya dalam jangka
waktu lima tahun terakhir kurun waktu tersebut, lada juga mulai ditanam di
Payung dan Toboali, Bangka Selatan.Adanya serangan hama dan penyakit,
serta penurunan kesuburan tanah mengakibatkan tanaman lada tidak dapat
terus bertahan didaerah dimana mula-mula ditanam. Pusat pertanaman
lada saat ini ada di bagian Selatan Pulau Bangka yaitu di Kecamatan Payung
dan Toboali. Adanya varietas yang berkembang dengan nama Lampung
Daun Lebar, Lampung Daun Kecil, dan Jambi memberi indikasi bahwa
pertanaman lada di Bangka berasal dari daratan Sumatera.
.

3.2. Produksi dan Permasalahan

Indonesia pernah dikenal sebagai salah satu negara penghasil utama


lada dan mempunyai peranan yang penting dalam perdagangan lada dunia.

Laporan Pemetaan Sosial 9


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

Suplai lada Indonesiadalam perdagangan dunia dipenuhi dari lada yang


sudah dikenal di pasar dunia, yaitujenis lada putih atau dikenal dengan
nama Muntok White Pepper yang utamanya dihasilkan Provinsi Bangka-
Belitung dan Lada hitam dikenal sebagai Lampung BlackPepper yang
dihasilkan provinsi Lampung. Untuk Bangka Belitung sendiri sampai akhir
tahun 90-an hampir mensuplay 60 – 80% lada putih dipasar dunia, namun
dalam satudekade terakhir ini hanya mampu mensuplay 15 – 20% lada
putih untuk kebutuhan dipasar dunia.
Dari 3 negara penghasil lada ASEAN yaitu Indonesia, Vietnam,
Malaysia dan negara lainnya, Indonesia memiliki luas tanaman yang paling
tinggi dibandingkan negara lainnya yaitu sebesar 74,61 persen kemudian
diikuti oleh Vietnam sebesar 19,15 persen, malaysia sebesar 4,70 persen
dan selebihnya 1,54 persen negara lainnya. Sementara beberapa negara
produsen lada terbesar di ASEAN rata-rata dari tahun 2009-2013 adalah
Vietnam (55%), Indonesia (31,84%), Malaysia (9,31%) dan negara lainnya
sebesar (3,85%). Selanjutnya jika mencermati perkembangan produktivitas
lada terbesar di ASEAN rata-rata tahun 2012-2016 dari 7 negara Kamboja
memilki tingkat produktivitas tertinggi dibandingkan negara lain yaitu
sebesar 6,193 Kg/Ha. Selanjutnya disusul negara lainnya yaitu Thailand
(3,271 Kg/Ha), Vietnam (3,182 Kg/Ha), Malaysia (2,221 Kg/Ha), Philipina
(1,758 Kg/Ha), Indonesia (474 Kg/Ha) dan Brunei. Namun ditingkat dunia
negara produsen lada terbesar rata-rata 2012-2016 memiliki situasi yang
berbeda, dari 6 negara potensial yaitu Vietnam, Indonesia, Brazil, India,
China dan negara-negara lainnya Vietnam masih mendominasi sebagai
negara produsen lada terbesar (30,52%), Indonesia (17, 67%), Brazil
(10,19%), India (10,05%), China 6,18%) dan selanjutnya negara-negara
lainnya yaitu sebesar (25,39%). Namun dari sisi produktivitas negara
Costarica memiliki angka tertinggi dibandingkan negara-negara lainnya
yaitu Kamboja, Rwanda, Thailand dan Vietnam sebesar 6,973 Kg/Ha.
Kontribusi ekspor lada Indonesia pada kurun waktu 2004 – 2009
berkisar antara US$ 54.636.738 – 140.313.000. Tahun 2000 Indonesia
masih menempati posisi nomor 1 dunia, namun sejak Vietnam
mengembangkan lada secara intensif, posisi Indonesia di pasar dunia
menjadi turun. Penurunan ini juga disebabkan melemahnya daya saing
akibat rendahnya produktivitas dan mutu lada nasional. Saat ini, posisi
Indonesia berada pada urutan ketiga dunia negara eksportir lada (putih dan
hitam) setelah Vietnam dan Brazil. Untuk lada putih, meskipun saat ini
Indonesia masih merupakan pengekspor utama di dunia, namun posisinya
terancam oleh Vietnam. Areal pengembangan lada tahun 2017 mencapai
179.038 ha dengan produksi sekitar 77.808 ton yang tersebar di 29 provinsi
dan hampir seluruhnya dikelola oleh rakyat (99,90%) dengan melibatkan
sekitar 321 ribu KK petani di lapangan. Dengan demikian, apabila 1 KK
diasumsikan terdiri dari 5 anggota keluarga maka usaha lada ini mampu
menghidupi sejumlah 1,62 juta petani di lapangan. Belum termasuk
masyarakat yang terlibat dalam perdagangan dan industri perladaan.
Kontribusi produksi lada dari 6 provinsi sepanjang tahun 2015-2017
didominasi oleh provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 32,85%,

Laporan Pemetaan Sosial 10


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

provinsi Lampung sebesar 26,25%, provinsi Sumatera sebesar 10,64%,


provinsi Kalimatan Timur sebesar 8,4%, provinsi Sulawesi Selatan sebesar
5,54% dan total dari penghasil lada provinsi-provinsi lainnya sebesar
16,30%. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki kontribusi nyata
secara nasional dalam memproduksi lada, dimana kontribusi produksi lada
beberapa Kabupaten sentra pada tahun 2016 di dominasi oleh Kabupaten
Bangka Selatan sebesar 50,93% dan yang paling terendah kontribusisnya
adalah Kabupaten Bangka Tengah yaitu sebesar 3,45%. Selanjutnya
setelah provinsi Kepulauan Bangka Belitung sentra produksi lada adalah
provinsi Lampung dimana kontribusi produksi lada dari 6 kabupaten pada
tahun 2016 di dominasi oleh kabupaten Lampung Utara sebesar 45,58%,
kabupaten Lampung Barat sebesar 16,05%, kabupaten Way Kanan sebesar
14,65%, kabupaten Lampung Timur sebesar 10,54%, kemudian disusul
oleh kabupaten Tanggamus dan kabupaten lainnya masing-masing sebesar
7,49% dan 5,69%.
Dalam beberapa tahun terakhir terjadi pengurangan areal lada yang
diakibatkan beberapa faktor antara lain: (a) kekeringan; (b) serangan
penyakit busuk pangkal batang, hama penggerek batang dan bunga, serta
penyakit kuning dan kerdil utamanya di Bangka Belitung, Lampung,
Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tenggara; (c) konversi areal lada baik
untuk tambang maupun komoditi lain seperti kelapa sawit, karet dan kakao.
Permasalahan yang dominan di lapangan adalah rendahnya produktivitas
tanaman lada yang baru mencapai rata-rata 702 kg/ha pada tahun 2017
dari potensi di tingkat lapangan 2,5 ton/ha, atau di tingkat penelitian 4
ton/ha. Kondisi tersebut antara lain diakibatkan intensitas serangan hama/
penyakit lada, belum menggunakan benih unggul, kurangnya pemeliharaan
lada di tingkat lapangan, dan lemahnya permodalan yang dimiliki petani.
Menurunnya produksi lada di Bangka Belitung dapat diidentifikasi
jugaoleh menurunnya luas lahan untuk budidaya lada, dan menurunnya
kualitas. Alih fungsi lahan dan alih profesi petani ke pertambangan
disebabkan oleh banyak faktor yang terlibat dalam sistem pasar, dan
dinamika kehidupan yang secarainstan dapat mencukupi kebutuhan dasar
hidupnya. Dalam konsep sistem pasar pelakupelakuyang terlibat melakukan
pertukaran-pertukaran sumber daya (resources) yang dimilikinya dalam
suatu koordinasi yang disepakati dengan memperhatikan nilai-nilai sosial
setempat yang relevan. Pembangunan ekonomi (economic development)
merupakan bagian pembangunan secara keseluruhan. Pembangunan
ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menekankan aspek
perubahan struktur ekonomidan peningkatan pendapatan masyarakat
dalam jangka panjang. Definisi pembangunan ekonomi di atas berorientasi
pada upaya pertumbuhan dan pemerataan. Upaya pertumbuhan
dicerminkan oleh perubahan pendapatan, sedangkan upaya pemerataan
direfleksikan oleh perubahan struktur ekonomi. Pembangunan sektor
pertanian dan wilayah perdesaan sekarang, dianggap sangat penting,
karena apabila pembangunan di wilayah ini gagal, terutama dalamjangka
menengah dan jangka panjang, dapat berdampak buruk terhadap
pembangunan nasional secara keseluruhan, berupa terjadinya kesenjangan
yang semakin melebar antar wilayah dan antar kelompok tingkat

Laporan Pemetaan Sosial 11


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

pendapatan masyarakat yang akan memperlemah pondasi kehidupan


sosial-ekonomi-politik masyarakat.
Sesuai visi misi Gubernur terpilih periode 2017-2021 yang bercita-cita
mengembalikan kejayaan muntok white papper, perlu didukung dengan
riset dan desiminasi teknologi untuk meningkatkan kuantitas dengan
memperluas lahan perkebunan lada dengan berbagai pola atau model
perkebunannya seperti perhutanan masyarakat, dan kualitas mutu lada
yang sehingga memiliki standar untuk memasuki pasar internasional.
Beberapa permasalahan dalam pengembangan produk tanaman lada
diantaranya:

a. Rendahnya pengetahuan petani tentang rekayasa teknologi penanganan


pascapanen.
b. Rendahnya motivasi petani untuk meningkatkan produksi lada dan nilai
jualproduk sehingga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
c. Rendahnya manajemen petani dalam pemasaran dan promosi.
d. Masih rendahnya pemahaman petani dalam merawat branded “Muntok
White Pepper”

Terlepas dari fluktuasi produksi lada Indonesia, penyebab utama


menurunnya ekspor lada Indonesia yaitu bervariasinya mutu lada yang di-
hasilkan, meningkatnya standar mutu yang dikehendaki negara-negara
konsumen lada, serta munculnya negara-negara penghasil lada baru yang
perkembangannya sangat pesat.Pengolahan lada putih di tingkat petani
masih dilakukan secara tradisional, umumnya belum mem-perhatikan
efisiensi pengolahan, segi kebersihan dan konsistensi mutu. Perontokan
buah lada dengan cara diinjak-injak serta cara penjemuran yang sangat
sederhana memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh debu, kotoran
binatang peliharaan, maupun mikroorganisme (Nurdjannah, 1999a).
Tempat perendaman, kualitas air yang kurang memadai, danwaktu
perendaman yang terlalu lama (±14 hari) selain menyebabkan kontaminasi
mikroorganisme dan bau busuk pada lada putih yang dihasilkan, juga
menyebabkan aroma khas lada putih yang kurang tajam karena hilangnya
sebagian minyak atsiri. Selain itu, produk lada yang dihasilkan sering
terkontaminasi baik oleh mikroorganisme yang tidak diinginkan tetapi juga
oleh kotoran-kotoran lain seperti bahan tanaman, kotoran binatang dan
sebagainya.
Dari sisi pendapatan petani, belum optimal-nya efisiensi pengolahan
dan rendahnya mutu yang dihasilkan menyebabkan kehilangan nilai tambah
yang seharusnya diperoleh petani. Lada yang dihasilkan petani biasanya
diolah kembali di tingkat eksportir untuk mencapai mutu ekspor, sehingga
seringkali keuntungan ekonomi lebih banyak diperoleh eksportir. Untuk
meningkatkan nilai ekonomi dan daya saing lada Indonesia di pasar dunia,
perlu dilakukan perbaikan cara pengolahan dan penerapan sistem
manajemen mutu lada di tingkat petani sehingga dihasilkan lada dengan
mutu sesuai standar ekspor dan konsisten.

Laporan Pemetaan Sosial 12


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

IV. METODOLOGI PEMETAAN SOSIAL

4.1. Metode Pemetaan Sosial


Pemetaan Sosial (social mapping) adalah kegiatan sistematis
mengumpulkan data dan informasi skala mikro atau tingkat desa dengan
tingkat detail yang tinggi. Tujuan umum kegiatan adalah untuk memahami
profil dan karakteristik suatu desa, potensi dan permasalahan, upaya
penanggulangan masalah yang telah dilakukan, dan rencana tindakan.
Output kegiatan diharapkan dapat memberi gambaran konkrit situasi desa.
Proses pemetaan sosial terdiri dari serangkaian tahapan yang dapat
dikelompokkan kedalam lima kelompok besar, yaitu: 1) persiapan studi
(penilaian awal), 2) pengumpulan data primer, 3) analisis dan pemetaan, 4)
penyusunan laporan dan 5) rekomendasi serta konsultasi hasil penilaian
dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam rangkaian proses ini,
ketersediaan data primer dan sekunder merupakan faktor penentu dalam
memetakan kondisi social masyarakat.
Pengumpulan data sosial masyarakat dilakukan dengan terhadap
perwakilan kelompok masyarakat di lokasi project. Pengumpulan data
tersebut dilakukan dengan wawancara langsung dengan tokoh masyarakat,
kepala desa, BPD dan perwakilan anggota masyarakat. Data yang
digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder dan data
primer. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, antara lain dari Badan
Pusat Statistik Kabupaten Bangka, Data Profil Desa, dan laporan instansi
terkait. Sedangkan data primer diperoleh dari wawancara terhadap
perangkat pemerintahan desa, BPD, dan tokoh masyarakat, serta hasil
Focus Group Discussion (FGD). Fasilitator FGD menggunakan petunjuk
diskusi, mencatat proses diskusi dan kemudian memberikan komentar
mengenai hasil diskusi. Wawancara dilakukan secara terbuka dan
mendalam.
Penelitian ini menggunakan analisa data kualitatif berdasarkan
observasi, wawancara dan hasil FGD. Hal ini dilakukan mengingat
kedalaman dan cakupan objek yang menjadi bahan analisa relatif luas
sementara waktu yang tersedia sangat minim. Disamping itu, hasil
penelitian ini akan dimanfaatkan untuk implementasi program CSR lebih
lanjut (applied research) sehingga analisa kualitatif akan lebih sesuai untuk
diterapkan.

Laporan Pemetaan Sosial 13


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

V. HASIL PEMETAAN LOKASI PROJECT

5.1. Sejarah Desa Petaling Banjar

Desa Petaling Banjar merupakan hasil pemekaran Desa Petaling,


Kecamatan Mendo Barat berdasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten
Bangka Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Desa Petaling Banjar
Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka. Pemekaran desa tersebut
dibantuk dengan pertimbangan untuk memacu kemajuan Kabupaten
Bangka pada umumnya dan Kecamatan Mendo Barat pada khususnya, serta
adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat, yang dipandang perlu
untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, dan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, dengan memperhatikan asal usul desa, adat istiadat, luas
wilayah, kependudukan, dan pertimbangan dari aspek sosial budaya
masyarakat setempat serta dengan meningkatnya beban tugas dan volume
kerja di bidang pemerintahan desa, pembangunan, dan kemasyarakatan di
Desa Petaling, maka dipandang perlu melakukan pemekaran Desa Petaling
dengan membentuk Desa Petaling Banjar Kecamatan Mendo Barat
Kabupaten Bangka. Pembentukan Desa Petaling Banjar bertujuan
meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan, memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi
desa, serta menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
desa guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

5.2. Luas dan Batas Wilayah

Luas Desa Petaling Banjar lebih kurang 5,11 Km2 yang terdiri dari 4
(empat) dusun, dimana sebagian besar wilayah Desa Petaling Banjar
merupakan pemekaran wilayah Desa Petaling yang mencakup wilayah
sebagai berikut:
a. Dusun I: Jalan Penagan (Keramat) – Jalan Airtelajan – Jalan Balai –
Toko Marwan – Jalan Pahlawan 12 – Toko Usman Muncul – Jalan MTs –
Jalan Rawa Mangun – Simpang Rumah Waidi – Jalan Airtelajan Ilir;
b. Dusun II: Tugu Makam Pahlawan 12 – Jalan Pahlawan 12 – Jalan MTs
(Rumah H Musyaddad) – Jalan Rawa Mangun (Rumah RoziYusdi) – Jalan
Airtelajan Ilir;
c. Dusun III: Simpang Kapuk (Tugu Batas) - Rumah Hasbulah (Jalan Air
Duren) Jembatan Air Petaling – Alur Sungai Air Galang – Rumah Madani

Laporan Pemetaan Sosial 14


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

(Jalan Air Ampir) – Jalan Masjid Al Istiqomah (Rumah Hj Bulkis) –Jalan


Pahlawan 12 – Makam Pahlawan 12;
d. Dusun IV: Jembatan Air Bireh - Jalan Pahlawan 12 (Koramil) – Simpang
Mentok – Jalan pahlawan 12 – Jalam Masjid Al Istiqomah (Rumah H.
Ismail) – Jalan Air Amper (Rumah Syakhulid) – Alur Sungai menuju
Jembatan Air Petaling – Jalan Air Duren (arah gudang Aprit) – Simpang
Kapuk (Tugu Batas).

Secara administratif Desa Petaling Banjar mempunyai batas-batas wilayah :


a. sebelah timur berbatasan dengan Desa Cengkong Abang;
b. sebelah barat berbatasan dengan Desa Petaling;
c. sebelah utara berbatasan dengan Desa Kemuja dan Desa Air Duren;
d. sebelah selatan berbatasan dengan Desa Rukam.

Gambar 1. Lokasi Pengembangan Masyarakat di Desa Petaling Banjar

5.3. Kependudukan dan Sumberdaya Manusia

Berdasarkan data kependudukan dari masing-masing kepala dusun


pada tahun 2017 penduduk Desa Petaling berjumlah kurang lebih 3.126
jiwa yang terdiri dari 933 Kepala Keluarga (KK), dengan rincian 1.640
perempuan dan 1.486 laki-laki. Mayoritas penduduk Desa Petaling Banjar
bermata pencaharian sebagai petani. Salah satu komoditas unggulan yang
saat ini berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan hidup masyarakatnya

Laporan Pemetaan Sosial 15


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

adalah komoditas karet, lada, sawit dan palawija. Selain petani, sebagian
kecil profesi masyrakat Desa Petaling Banjar lainnya adalah PNS, karyawan
swasta, pedagang dan buruh.

Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian

No Uraian Jumlah Satuan

1 Penduduk dan keluarga


a. Jumlah penduduk laki-laki 1.640 Orang
b. Jumlah penduduk perempuuan 1.486 Orang
c. Jumlah keluarga 933 Keluarga
2 Mata pencaharian pokok
a. Petani 485 Orang
b. Buruh Tani 57 Orang
c. Pegawai Negeri Sipil 92 Orang
d. Karyawan Perusahaan Swasta 40 Orang
Sumber : profil desa petaling banjar, Kec. Mendo Barat tahun 2017

5.4. Pertanian
Sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam
pengembangan sosial dan ekonomi di Desa Petaling Banjar, Kecamatan
Mendobarat. Sektor tersebut memiliki potensi yang memadai untuk digali
dan dikelola demi pemenuhan kehidupan masyarakatnya. Hampir masing-
masing kepala keluarga (KK) di desa ini memiliki lahan untuk dikelola atau
dibuka menjadi kawasan perkebunan. Sebagian besar jenis tanaman yang
diusahakan masyarakat di antaranya tanaman pangan, tanaman
hortikultura, tanaman perkebunan rakyat. Sebagian kecil lahan
dipergunakan dalam bidang perikanan dan peternakan.Pada tahun 2017
luas perkebunan lada di Kecamatan Mendo Barat lebih kurang 141,53 Ha
dengan produksi 157,098 ton. Sementara itu luas perkebunan lada di Desa
Petaling Banjar lebih kurang 11,2 Ha dengan produksi 12,432 ton.

Tabel 2. Potensi Sumberdaya Alam

No Uraian Sumber Daya Alam Volume Satuan

1 Perkebunan 30,00 Ha
2 Hutan 18,01 Ha
PETERNAKAN
1
 Ayam broiler 3.000 Ekor
2 Bebek 100 Ekor
Sumber : profil desa petaling banjar, Kec. Mendo Barat tahun 2017

Laporan Pemetaan Sosial 16


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

Secara kelembagaan petani di Desa Petaling Banjar tergabung dalam


sebuah organisasi Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) yang bernama
Banjar Jaya yang dibentuk pada tahun 2017 dibawah binaan Balai
Penyuluhan Pertanian Tingkat Kecamatan (BP3K) Kecamatan Mendo Barat,
Kab Bangka. Gabungan kelompok tani tersebut terdiri dari 19 kelompok tani
(POKTAN) seperti tertera pada tabel berikut.

Tabel 3. Kelembagaan Kelompok Tani


No Nama Poktan Nama Ketua Jumlah Anggota

1 Alor Sabar Apendi 7

2 Asak Kawa misriyadi 0

3 Banjar Dua Lukman 18

4 Banjar Lestari Jarawi 25

5 Banjar Satu Nasrul Kusmi 18

6 Barokah Indra Kurnia 25

7 Bergema Ahmad Anwar 0

8 Harum m Robuan 0

9 KWT BANJAR BERGEMA UMI KALSUM 0

10 Lalang Jaya Ismail 0

11 mekar Jaya Surya Sapri 25

12 mitra jaya Hoiri Pahmi 26

13 Pelangi Nusa Idham Safari 0

14 Petaling makmur Edwar 0

15 Petani Sejahtera RIKI SUNARYA 20

16 Sejajar Heri Winarso 32

17 Sepakat maju SYARIFUDIN 26

Bambang
18 Subur makmur 25
Rusdiyanto

19 Telajan Ilir Suadi 25

Laporan Pemetaan Sosial 17


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

5.5. Ketersediaan dan Kondisi Sarana serta Prasarana

Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan faktor yang penting


bagi peningkatan taraf kehidupan masyarakat di Desa Petaling Banjar.
Mayoritas mata pencaharian masyarakatnya bergerak di sektor pertanian
dan jasa/perdagangan. Sub-sektor pertanian yang potensial dan diusahakan
oleh masyarakat adalah tanaman pangan, tanaman hortikultura,
perkebunan rakyat, perikanan darat, peternakan rakyat. Sedangkan sektor
jasa/perdagangan masih didominasi oleh warung kelontong/jualan. Untuk
mendukung permodalan usaha, juga terdapat berbagai lembaga yang
memberikan jasa pinjaman mikro. Sementara untuk usaha pengolahan hasil
pertanian masih relatif kurang tersedia. Selain itu juga belum terdapat
berbagai fasilitas untuk wisata edukasi dan ekowisata.
Akses ke setiap dusun saat ini sudah bisa ditempuh dengan kendaraan
roda dua maupun roda empat. Namun kondisi jalan raya, jalan perkampung
dan jalan desa pada beberapa sudah cukup baik. Sementara listrik dan air
bersih cukup tersedia. Listrik bersumber dari perusahaan istrik Negara,
sedangkan air bersih umumnya berasal dari sumur galian, sumur bor, dan
air sungai kecil.Kemudian fasilitas umum yang tersedia terdiri dari fasilitas
pemerintahan yakni Kantor Desa Petaling Banjar, Kantor Camat Mendo
Barat, Kantor Urusan Agama (KUA), Kantor UPTD Pendidikan, Kantor
Penyuluh Pertanian, dan Koramil Mendo Barat. Fasilitas ekonomi yakni
pasar sekaligus terminal. Kemudian fasilitas kesehatan yakni Puskesmas
Mendo Barat. Kemudian sarana pendidikan di Desa Petaling Banjar pada
tahun 2018 yaitu: TK, 1 unit, SD 3 unit, SLTP 1 unit, MTS 2 unit, SMU 1
unit, SMK 1 unit, Sekolah Tinggi (Institut) 1 unit.

Gambar 2. Kantor Pemerintah Desa Petaling Banjar

Laporan Pemetaan Sosial 18


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

Gambar 3. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Petaling Banjar

5.6. Interaksi Sosial


Pola hubungan interaksi antar penduduk di Desa Petaling Banjar dapat
dipelajari melalui frekuensi kerjasama penduduk baik kepada anggota
keluarga maupun dengan tetangga. Bentuk kerjasama penduduk dengan
anggota keluarga dan penduduk dengan masyarakat antara lain dalam hal
berladang, berkebun, penjualan hasil produksi, pembuatan rumah,
selamatan atau sedekahan dan dalam menghadapi musibah serta gotong
royong dalam kegiatan sosial lainnya maupun dalam hal pembangunan
sarana sosial maupun keagamaan. Dapat disimpulkan bahwa ikatan
kekerabatan masyarakat baik dengan anggota keluarga maupun dengan
masyarakat lainnya masih cukup tinggi. Sistem kekerabatan dan ikatan
sosial yang tinggi antar penduduk desa dengan anggota keluarga dan
masyarakat lain tidak menimbulkan persaingan atau konflik. Kondisi
demikian ditunjang oleh asal atau etnis sebagian besar warga di desa
Petaling Banjar yang mayoritas adalah suku melayu.
Pola kepemimpinan kelompok, didasarkan pada pola kepemimpinan
formal (kepala desa) dan informal (pemuka masyarakat dan agama) yang

Laporan Pemetaan Sosial 19


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

dibayangi oleh status ataupun peran yang dituakan dalam keluarga, kerabat
dan keluarga besar, serta berkembang pula pola ketokohan seseorang
diluar kelompok primernya. Pada umumnya ketokohan yang tertinggi
adalah tokoh formal (kepala desa), dilanjutkan dengan tokoh-tokoh
informal lainnya seperti guru penghulu, pemuka agama, pemuka
masyarakat serta tokoh informal lainnya. Penokohan terhadap tokoh
informal cukup tinggi di kalangan penduduk desa di Petaling Banjar, namun
alasanya sendiri ternyata beragam. Alasan penokohan berkaitan dengan
kapasitas yang dimiliki oleh tokoh tersebut, seperti penokohan terhadap
pemuka agama didasari atas wawasan mereka dalam bidang agama.
Pemuka agama menjadi penting karena penduduk desa dalam wilayah studi
masih berorientasi pada agama Islam dan peraturan-peraturan yang ada di
dalamnya untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Penyebaran informasi dan
komunikasi kepada masyarakat desa selain secara formal melalui perangkat
desa juga melibatkan tokoh-tokoh masyarakat seperti tokoh
agama.Sebagian besar penduduk di wilayah studi merupakan penduduk
asli/orang melayu, dimana pola kebiasaan yang berlaku di masyarakat
banyak dipengaruhi ajaran agama Islam.
Dalam kehidupan bermasyarakat warga desa memiliki adat kebiasaan
yang secara turun temurun masih berlaku. Adat istiadat tersebut antara lain
dalam hal perkawinan, pembuatan rumah, menghadapi musibah, maupun
dalam menerima tamu atau orang luar terutama tamu kehormatan, yang
biasanya disambut dengan adat sepintu sedulang. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hubungan masyarakat satu dengan masyarakat lainnya
sangat erat. Hal ini dibuktikan dengan saling membantu pada waktu salah
satu penduduk melakukan perkawinan, berladang, berkebun, pembuatan
rumah, dan menghadapi musibah. Mereka juga dapat membuka diri dalam
menerima orang luar atau tamu.

5.7. Lembaga Kemasyarakatan


Lembaga kemasyarakatan atau pranata sosial merupakan tatanan
sosial dalam kehidupan masyarakat yang di dalamnya terkandung
hubungan timbal balik antara status dan peranan dengan batas-batas
perangkat unsur-unsur yang menunjuk pada suatu keteraturan perilaku
sehingga dapat membentuk sebagai masyarakat.Pranata sosial yang ada di
desa Petaling Banjar terdiri dari lembaga formal dan non formal. Lembaga
formal yang ada adalah lembaga yang sudah diatur pemerintah untuk
membantu kelancaran pembangunan desa, antara lain BPD, LPM, Karang
Taruna, dan PKK. Lembaga non formal terbentuk secara turun temurun
berdasarkan keadaan adat istiadat dan agama yang dianut penduduk desa.
Aktivitas lembaga non formal hanya terbatas pada kegiatan adat dan

Laporan Pemetaan Sosial 20


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

keagamaan. Bentuk kegiatan yang umum dilakukan meliputi kegiatan


gotong royong untuk memelihara kebersihan, usaha tani dan kegiatan
sosial kemasyarakatan lainnya seperti membangun rumah, masjid/mushola,
sepintu sedulang, perkawinan, khitanan, kelahiran anak dan kematian.
Kegiatan yang bersifat non formal terutama yang berkaitan dengan agama
dipimpin oleh tokoh agama.
Organisasi sosial kemasyarakatan yang masyarakatnya terlibat dalam
kegiatan organisasi tersebut menggambarkan tingkat kepedulian
masyarakat terhadap kehidupan bersama cukup baik. Mereka menyadari
manfaat organisasi sosial kemasyarakatan yang mereka ikuti akan
memberikan solusi baik yang menyangkut kepentingan bersama maupun
kepentingan pribadi, sebagai contoh, mereka terlibat dalam kelompok tani
dan gabungan kelompok tani dengan harapan mereka dapat memecahkan
masalah-masalah pertanian yang ada dan dapat meningkatkan pendapatan
keluarga. Mereka terlibat dalam kelompok pengajian dengan harapan dapat
menambah pengetahuan agama dan meningkatkan kemampuan untuk
beribadah. Mereka yang terlibat dalam koperasi dan arisan mengharapkan
organisasi tersebut dapat membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan
dalam bidang keuangan (financial). Secara keseluruhan dapat disimpulkan
masyarakat di desa dalam wilayah studi menyadari akan pentingnya
organisasi kemasyarakatan. Tingkat kesadaran ini berdampak positif dalam
pemberdayaan masyarakat.

5.8. Pemetaan Jaringan Sosial


Sebagaimana umumnya wilayah pertanian, sebagian besar warga di
Desa Petaling Banjar berprofesi sebagai petani (80%). Sisanya terdiri dari
pedagang (15%), dan pekerjaan lain-lain (5%). Sebagian kecil ibu-ibu
rumah tangga ikut membantu ekonomi keluarga dengan membuat kue yang
dijual di warung-warung kopi, menjahit, bordir, dan berjualan di
warung.Hasil assessment menunjukkan bahwa aktor yang terlibat dalam
proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di wilayah Petaling
Banjar adalah aparatur pemerintah desa/pemdes yang terdiri dari kepala
desa/sekretaris desa dan perangkatnya mulai dari kepala lingkungan,
kepala dusun, ketua RT.
Selain itu, tokoh pemuda dan masyarakat desa juga ikut dilibatkan
melalui perwakilan mereka di BPD. Aparatur pemerintah desa bersama BPD
adalah aktor utama dalam pengambilan keputusan desa. Interaksi antar
aktor pada wilayah yang diamati terjadi pada tahapan-tahapan yang
berbeda. Masyarakat lebih banyak berinteraksi pada proses pelaksanaan,
pemerintah desa terlibat lebih dominan pada proses perencanaan, dan
masyarakat terlibat interaksi dengan pemerintah desa dalam berbagai
kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah desa. Berbagai

Laporan Pemetaan Sosial 21


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

kendala yang dihadapi dalam proses interaksi ini adalah minimnya sarana
dan prasarana, minimnya dana, dan terbatasnya kapasitas sumber daya
manusia yang ada.
Sebagai petani, masyarakat (aktor) di desa ini jarang berkumpul di
siang hari. Acara-acara sosial pedesaan lebih banyak dan lebih mudah
dilakukan di malam hari. Keputusan tentang berbagai masalah sosial
kemasyarakatan biasanya dilakukan di malam hari usai shalat Isya hingga
tengah malam. Warga yang tinggal di desa pada siang hari umumnya
berprofesi sebagai petani, pedagang, pengrajin, pekebun, atau pegawai.

Laporan Pemetaan Sosial 22


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

VI. PROGRAM CSR PT. RBT


DALAM PENGOLAHAN PASCANEN LADA

PT. Refined Bangka Tin berkomitmen untuk selalu berkontribusi dalam


pembangunan berkelanjutan, bekerja dengan para pegawai perusahaan,
keluarga pegawai, komunitas lokal, dan masyarakat umum serta pemangku
kepentingan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
Indonesia yang lebih baik. Sebagai bentuk komitmen tersebut, PT. RBT
telah menyusun dan menetapkan Visi, Misi dan Nilai-nilai Perusahaan yang
sejalan dengan komitmen tersebut.Guna mengimplementasikan tujuan
tersebut maka perlu acuan pelaksanaan program tanggung jawab sosial
perusahaan yang fokus pada pelibatan dan pemberdayaan masyarakat
mengacu Kebijakan Lingkungan PT. Refined Bangka Tin. Kebijakan tersebut
menetapkan tujuan program pemberdayaan masyarakat yaitu : Melakukan
pemberdayaan masyarakat dan secara aktif mendukung serta berpartisipasi
dalam program pembangunan ekonomi yang berkelanjutan sehingga
terwujudnya masyarakat yang mandiri dan berswadaya disekitaran
perusahaan.
PT. RBT bermaksud berkontribusi positif terhadap pengembangan
sektor pertanian. Sektor pertanian di Kepulauan Bangka Belitung masih
didominasi oleh subsektor perkebunan, baik karena historis maupun kondisi
pedo-agroklimat yang ada.Salah satu komoditas perkebunan yang paling
dominan dalam pola usaha tani masyarakat Bangka Belitung adalah usaha
tani lada atau Papper Nigrum. Sejak jaman Belanda, tanaman lada dari
Bangka dikenal sebagai lada kualitas tinggi yang terkenal didunia
internasional dengan sebutan “Muntok White Pepper”. Predikat ini pun
sampai sekarang masih melekat pada lada yang berasal dari Bangka,
meskipun tidak sepertidulu lagi.

6.1. Aspek Sosial Ekonomi Lada

Peningkatan Ekspor dan Pendapatan


Keberhasilan peningkatan produksi lada dalam negeri akan membantu
pemerintah dalam upaya peningkatan perolehan devisa dari sub sektor
perkebunan. Juga merupakan hal yang pasti adalah pelaksanaan budidaya
lada akan memberikan peluang usaha bagi para petani kecil yang berminat
dalam memanfaatkan lahan untuk berusaha tani lada. Model budidaya lada
di desain agar petani lada tersebut mempu menggantungkan sebagian
besar dari sumber pendapatan keluarga semata-mata dari hasil panen dan
penjualan hasil ladanya. Sementara itu dengan kemampuan untuk

Laporan Pemetaan Sosial 23


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

mereplikasikan yang relatif besar akan memberikan kesempatan kepada


lokasi pengembangan guna menyumbangkan kepada pendapatan asli
daerah melalui pajak yang berhasil ditarik di setiap subsektor ekonomi yang
terkait di hulu dan dihulu subsektor budidaya lada.
Penciptaan dan Pemeliharaan Lapangan Tenaga Kerja
Budidaya lada ini akan memberi kesempatan bagi para tenaga kerja
terampil, tenaga kerja ahli dan tenaga kerja tidak tetap (tenaga kerja
kasar), baik yang terkait dengan semua aspek di sisi hulu subsektor
produksi lada (disektor penyediaan saprodi, bibit, peralatan dan lain-lain),
pada tahapan persiapan dan pelaksanaan, tahapan produksi dan
operasional proyek serta pada subsektor ekonomi yang berada di sisi hilir
subsektor lada.
Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
Keberhasilan pengembangan lada pada lokasi yang cocok untuk tanaman ini
akan membantu pemerintah dalam rangka pengalokasian dan penetapan
sumber lahan bagi kepentingan pelestarian pengembangan mata dagangan
tertentu termasuk lada, yang mampu memberi kesempatan luas bagi
pengusaha yang bergerak dalam subsektor budidaya maupun sebagai
subsektor yang membantu pemerintah dalam rangka pemberdayaan
ekonomi rakyat. Penggunaan teknologi dalam budidaya lada dapat
meningkatkan pendapatan para petani lada, menciptakan dan memelihara
lapangan kerja sehingga memberi rangsangan bagi para peneliti secara
berkesinambungan untuk terus meneliti dan menciptakan lada yang unggul
di wilayah-wilayah produksi yang cocok di Indonesia untuk pembudidayaan
lada dengan produktivitas yang tinggi.

6.2. Permasalahan

Muntok White Pepper sudah seharusnya diperhatikan secara khusus


oleh Pemerintah Daerah karena kesesuaian lahannya dan filosofi
masyarakat Kepuluan Bangka Belitung sebagai pekebun dan petambang.
Namun dalam penangan komoditi lada tersebut banyak sekali rekayasa
teknologi yang terabaikan sehingga sangat berpengaruh terhadap kualitas
lada tersebut dari budidaya sampai penanganan pascapanen sehingga
sangat berpengaruh terhadap sistem pasar lada itu sendiri. Sebagai contoh
penanganan budidaya yang tanpa mengikuti budidaya yang benar yang
menyebabkan tanaman lada terkena penyakit dan sulit untuk di
tanggulangi, dan dalam penanganan pascapanen lada seperti perendaman
biji lada, berdasarkan fakta dilapangan sering direndam pada sungai yang
tercemar, begitupun dengan penjemuran lada itusendiri rentan terhadap
cemaran debu dan polutan lainnya. Hal tersebut harus di kelola dengan baik
sehingga produk yang dihasilkan berkualitas dan akan meningkatkan nilai
jual.
Penanganan pascapanen lada putih di tingkat petani di Desa Petaling
Banjar dan umum di Bangka Belitung melalui beberapa tahap yaitu: panen,
perendaman, pemisahan kulit dan pencucian, pengeringan dan

Laporan Pemetaan Sosial 24


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

pengemasan. Masalah yang dihadapi dalam pascapanen lada di tingkat


petani yaitu rendahnya mutu dan efisiensi. Rendahnya mutu tersebut
disebabkan adanya pencemaran mikroorganisme, bahan asing, kadar air
dan kadar minyak yang tidak memenuhi syarat. Pencemaran oleh
mikroorganisme dan bahan-bahan asing tersebut sebagian besar terjadi
selama penanganan seperti perendaman, pemisahan kulit maupun pada
proses pengeringan.
Perendaman lada memerlukan air bersih yang banyak dan waktu yang
lama sementara panen lada biasanya jatuh pada musim kemarau dimana
persediaan air untuk merendam lada berkurang, sehingga hal ini
merupakan kendala dalam memperoleh lada putih dengan mutu yang baik.
Selain hal diatas, pada beberapa tempat masyarakat sering menggunakan
sumber air yang sama untuk perendaman dan pencucian lada maupun
untuk keperluan sehari-hari. Hal ini menyebabkan kemungkinan terjadinya
kontaminasi oleh mikroorganisme yang tidak diinginkan atau bahkan
berbahaya untuk kesehatan. Hal lain yang mempengaruhi mutu yaitu
perendaman lada yang lama akan menghasilkan lada putih yang berbau
busuk terutama bila sirkulasi air perendaman kurang baik dan
menyebabkan hilangnya sebagian minyak atsiri atau minyak lada. Proses
pengeringan di tingkat petani dilakukan dengan dijemur, dimana hal
tersebut sangat tergantung dari keadaan cuaca. Cuaca yang kurang baik
mengakibatkan proses pengeringan menjadi lambat dan lada menjadi
berjamur. Disamping itu pengeringan yang dilakukan dengan dihamparkan
di atas tanah memungkinkan terjadinya kontaminasi dari kotoran baik debu
maupun kotoran hewan piaraan

6.3. Prioritas Program CSR Pengolahan Pasca Panen Lada

Metode pendekatan yang ditawarkan untuk mendukung realisasi program


adalah: (1) Metode Perencanaan Partisipatif, (2) Metode Pendekatan
terhadap Tokoh Kunci(Personal Approach), (3) Pelatihan dan
pendampingan. Metode pendekatan partisipatif yang digunakan dalam
medukung realisasi program adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan
seluruh komponen masyarakat untuk menumbuhkan awarrness (saling
memiliki) agar setiap tahapan dari semua unsur mulai identifikasi potensi,
masalah dan rencana kegiatan dapat terlaksana dengan baik.

Metode yang digunakan meliputi: (1) sosialisasi, (2) pembangunan saran


dan prasarana pengolahan pascapanen lada, meliputi pembangunan kolam
perendaman dan pencucian lada, pembangunan rumah pengeringan lada
(solar dried house), (3) pelatihan dan pendampingan kualitas produk,
meliputi pengemasan, pelabelan, standar mutu, serta branding produk,
(4) pengembangan variasi produk lada putih, meliputi produk turunannya
(5) promosi dan pemasaran. Pendekatan terhadap tokoh kunci dilakukan
dengan tujuan untuk mendapat kandukungan secara penuh karena karisma
dan peranan dari para Tokoh tersebut terhadapmasyarakat. Pendekatan
terhadap Tokoh Kunci dilakukan kepada Pemerintah Desa, Kelompok Tani,

Laporan Pemetaan Sosial 25


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

Penyuluh Pertanian dan Tenaga Pendamping Desa. Pelatihan dan


pendampingan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Pelatihan dan pendampingan yang rencananya akan
dilaksanakan adalah manajemen dan administrasi kelompok, strategi
peningkatan produk lada. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi
dilaksanakan setelah pelaksanaan dan pendampingan program serta
kegiatan.
Prasarana dan sarana sangat dibutuhkan dalam penanganan pasca
panen lada, untuk dapat mempermudah sistem penanganannya antara lain
lokasi Lokasi bangunan tempat penanganan pascapanen harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut: a. bebas dari pencemaran; b. bukan di daerah
pembuangan sampah/kotoran cair maupun padat; c. jauh dari peternakan,
industri yang mengeluarkan polusi yang tidak dikelola secara baik dan
tempat lain yang sudah tercemar; d. pada tempat yang layak dan tidak di
daerah yang saluran pembuangan airnya buruk; e. dekat dengan sentra
produksi sehingga menghemat biaya transportasi dan menjaga kesegaran
produk; f. sebaiknya tidak dekat dengan perumahan penduduk.
Bangunan harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi
persyaratan teknik dan kesehatan sesuai dengan jenis produk yang
ditangani, sehingga mudah dibersihkan, mudah dilaksanakan tindak sanitasi
dan mudah dipelihara dengan syarat: a. tata letak diatur sesuai dengan
urutan proses penanganan, sehingga lebih efisien; b. penerangan dalam
ruang kerja harus cukup sesuai dengan keperluan dan persyaratan
kesehatan serta lampu berpelindung; c. tata letak yang aman dari
pencurian.
Sanitasi bangunan harus dilengkapi dengan fasilitas sanitasi yang
dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan
kesehatan dengan syarat: a. bangunan harus dilengkapi dengan sarana
penyediaan air bersih; b. bangunan harus dilengkapi dengan sarana toilet
dan pembuangan sampah yang memenuhi ketentuan yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan letaknya tidak
terbuka langsung ke ruang proses penanganan pascapanennya serta
dilengkapi dengan bak cuci tangan (wastafel).
Wadah dan Pembungkus produk harus dapat: a. melindungi dan
mempertahankan mutu isinya terhadap pengaruh dari luar b. dibuat dari
bahan yang tidak melepaskan bagian atau unsur yang dapat mengganggu
kesehatan atau mempengaruhi mutu isi (produk); c. tahan/tidak berubah
selama pengangkutan dan peredaran; d. sebelum digunakan wadah harus
dibersihkan dan dikenakan tindakan sanitasi; e. wadah dan bahan
pengemas disimpan pada ruangan yang kering dan ventilasi yang cukup
dan dicek kebersihan dan infestasi jasad pengganggu sebelum digunakan.
Alat dan mesin alat dan mesin yang dipergunakan untuk penanganan
pascapanen lada harus memenuhi persyaratan minimum yang telah
ditetapkan, dan telah teruji kinerjanya oleh Balai Pengujian Mutu Alat dan
Mesin Pertanian, Kementerian Pertanian. Selain itu, alat dan mesin harus
memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomis dan ergonomis.
Persyaratan peralatan dan mesin yang digunakan dalam penanganan
pascapanen lada meliputi: a. permukaan yang berhubungan dengan bahan
yang diproses tidak boleh berkarat dan tidak mudah mengelupas; b. mudah

Laporan Pemetaan Sosial 26


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

dibersihkan dan dikontrol; c. tidak mencemari hasil seperti unsur atau


fragmen logam yang lepas, minyak pelumas, bahan bakar, tidak bereaksi
dengan produk, jasad renik dan lain-lain; d. mudah dikenakan tindakan
sanitasi.

6.4. Pelestarian Lingkungan dalam Penanganan Pascapannen Lada

Beberapa aspek yang harus dilakukan dalam pelaksanaan pelestarian


lingkungan yaitu pada prinsipnya penanganan pascapanen lada harus
memperhatikan keamanan pangan. Oleh karena itu harus dihindari
terjadinya kontaminasi silang terhadap beberapa aspek, yaitu:
a. Fisik (kontaminasi dengan barang-barang asing misalnya: rambut,
kotoran, dll);
b. Kimia (tercemar bahan-bahan kimia);
c. Biologi (tercemar jasad renik yang bisa berasal dari pekerja yang sakit,
kotoran/sampah di sekitar yang membusuk). Tidak kalah pentingnya
yaitu penanganan limbah yang ramah lingkungan sehingga diperoleh
produk akhir yang bersih dan sehat (clean product);
d. Memperhatikan agar pemrosesan suatu produk tidak menimbulkan
masalah lingkungan;
e. Limbah yang dihasilkan harus dikelola dengan baik dan benar, seperti:
limbah yang berupa bahan organik dapat diolah lebih lanjut menjadi
kompos; limbah yang berupa air harus dibuatkan saluran dan
pembuangannya yang baik sehingga tidak menimbulkan genangan yang
dapat menjadi sumber penyakit.
Dalam upaya pencegahan pencemaran lingkungan diperlukan
perhatian khusus terhadap beberapa hal seperti:
a. Menghindari polusi dan gangguan lain yang berasal dari lokasi usaha
yang dapat mengganggu lingkungan berupa bau busuk, suara bising,
serangga, tikus serta pencemaran air sungai/sumur;
b. Setiap usaha penanganan pascapanen lada, harus membuat unit
pengolahan limbah perusahaan (padat, cair dan gas) yang sesuai
dengan kapasitas produksi limbah yang dihasilkan.

Laporan Pemetaan Sosial 27


PT. Refined Bangka Tin Draft Full Report

DAFTAR PUSTAKA

Bahruddin, Krisdyatmiko, & D.A. Darmawan. ____. Aspek Pengembangan


Masyarakat (Community Development) Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Republik Indonesia No. 6 Tahun 2013 Tentang PROPER. Deputi
Pengendalian dan PencemaranKementerian Lingkungan Hidup Republik
Indonesia&Jurusan Pembangunan Sosial dan KesejahteraanFakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Bahruddin. 2012.Urgensi Institusionalisasi Corporate SocialResponsibility,


dalam Susetiawan (ed) Corporate SocialResponsibility: Komitmen
untuk PemberdayaanMasyarakat. PSDK UGM. Yogyakarta.

Wahid, P. 2000. Management Of Pepper In Indonesia. Dalam: Black Pepper


Piper nigrum. Editor: P.N.Ravindran Indian Institute of Spices Research
Kozhikode, Kerala, India. Harwood Academic Publishers, Netherland

Laporan Pemetaan Sosial 28

Anda mungkin juga menyukai