1. Pengkajian a. Pengkajian Primer 1) Airway a) Kontrol servikal (adanya desakan otot diagfragma dan interkosta sehingga mengganggu jalan nafas). b) Peningkatan sekresi pernapasan. c) Bunyi nafas krekels (bunyi yang berlainan, tidak berkelanjutan akibat penundaan kembali jalan nafas yang menutup, terdengar selama inspirasi), ronki (adanya bunyi gaduh yang dalam, terdengar selama ekspirasi), dan mengi (bunyi seperti bersiul, berkelanjutan, serta durasinya lebih lama dari krekels, terdengar selama inspirasi dan ekspirasi). 2) Breathing a) Distress pernapasan : pernapasan melalui cuping hidung, takipneu/bradipneu, dan retraksi. b) Menggunakan otot-otot pernapasan. c) Kesulitan bernapas : diaphoresis dan sianosis. 3) Circulation a) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, dan takikardi. b) Sakit kepala. c) Papiledema d) Penurunan keluarnya urin. 4) Disability Kaji sebagian atau keseluruhan kemampuan bergerak, kehilangan sensasi, dan kelemahan otot. 5) Exposure Buka pakaian pasien dan selimuti, periksa secara teliti mulai dari kepala sampai kaki. b. Pengkajian Sekunder 1) Aktivitas dan istirahat Kesulitan dalam bernapas, tidak mampu beraktivitas, mudah lelah, kesulitan untuk beristirahat, perubahan tonus otot, dan kelemahan otot. 2) Sirkulasi Hipotensi, bradikardi, ekstremitas atas dan bawah dingin, dan pucat. 3) Eliminasi Kesulitan BAK dan BAB, retensi urin, distensi abdomen, peristaltik usus hilang, melena, emisis berwarna, dan hematemesis. 4) Makanan dan cairan Nafsu makan berkurang, dan tidak dihabiskan. 5) Personal hygiene Tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri. 6) Neurosensori Kehilangan sensasi (derajat bervariasi dapat kembali normal setelah syok spinal sembuh), kehilangan tonus otot atau vasomotor, kehilangan refleks asimetris, perubahan reaksi pupil, hilangnya keringat bagian tubuh yang terkena pengaruh cidera tulang belakang. 7) Nyeri Nyeri pada bagian tulang belakang, nyeri tekan vertebral, dan ekspresi wajah meringis. 2. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan ventilasi spontan b.d kelumpuhan otot pernapasan. b. Nyeri akut b.d trauma jaringan syaraf dan agen cidera. c. Hambatan mobilitas fisik b.d kelumpuhan. d. Resiko kerusakan integritas kulit b.d tirah baring yang lama dan beresiko mengalami perubahan kulit yang buruk. e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. f. Defisit perawatan diri b.d keterbatasan pergerakan. 3. Rencana Keperawatan Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi keperawatan Gangguan ventilasi Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Pastikan alarm ventilator spontan b.d keperawatan diharapkan jalan nafas aktif. kelumpuhan otot dan pernapasan menjadi 2. Pantau adanya kegagalan pernapasan paten/normal dengan kriteria hasil : pernapasan, dan penurunan 1. Pergerakan udara keluar dan volume ekshalasi, serta masuk paru menjadi adekuat. peningkatan tekanan 2. Respon ventilasi mekanik : inspirasi. pertukaran alveolar dan perfusi 3. Pantau keefektifan ventilasi jaringan didukung oleh ventilasi mekanik pada kondisi mekanik. fisiologis dan psikologis. 3. Status pernapasan pertukaran gas 4. Pantau adanya efek yang : pertukaran CO2 atau O2 di merugikan seperti, infeksi, alveolus untuk mempertahankan barotraumas, dan penurunan konsentrasi gas darah arteri curah jantung. dalam rentang normal. 5. Lakukan sesuai protokol 4. TTV dalam rentang normal. yang sudah dilakukan. 6. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara nafas tambahan. 7. Lakukan higine mulut dengan rutin. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri trauma jaringan keperawatan diharapkan nyeri (termasuk lokasi, syaraf dan agen berkurang dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi, cidera 1. Mampu mengontrol nyeri ( tahu frekuensi). penyebab nyeri, mampu 2. Kontrol lingkungan yang menggunakan teknik bisa mempengaruhi nyeri nonfarmakologi, dan mencari seperti, suhu ruangan, bantuan). pencahayaan dan kebisingan. 2. Melaporkan bahwa nyeri 3. Berikan analgetik untuk berkurang. mengurangi nyeri. 3. Mampu mengenali nyeri. 4. Tingkatkan istirahat. 4. Menyatakan rasa nyaman. Hambatan Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Cek selalu TTV mobilitas fisik b.d keperawatan diharapkan aktivitas sebelum/sesudah latihan dan kelumpuhan fisik menjadi normal dengn kriteria liat responnya. hasil : 2. Konsultasikan dengan terapi 1. Dapat meningkatkan aktivitas fisik tentang rencana fisik ambulasi. 2. Memperagakan penggunaan alat 3. Ajarkan pasien, keluarga, bantu untuk mobilisasi. dan tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi, kemudian kaji kemampuan dalam mobilisasi. 4. Ajarkan pasien merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Kaji adanya alergi makanan. nutrisi kurang dari keperawatan diharapkan nutrisi 2. Kolaborasi dengan ahli gizi kebutuhan tubuh menjadi seimbang dengan kriteria untuk menentukan jumlah hasil : kalori dan nutrisi yang 1. Adanya peningkatan berat badan dibutuhkan. sesuai tujuan. 3. Berikan substansi gula dan 2. Tidak ada tanda malnutrisi. berikan diet yang tinggi serat. 4. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori. Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Pantau peningkatan dan diri b.d keperawatan diharapkan kebersihan peurunan kemampuan keterbatasan selalu terjaga dengan kriteria hasil : beraktivitas untuk pergerakan 1. Mampu melakukan tugas fisik berpakaian, berhias, dan yang paling mendasar dan lainnya. aktivitas perawatan pribadi 2. Gunakan terapi fisik dan secara mandiri dengan atau tanpa okupasi sebagai sumber dibantu. dalam perencanaan tindakan 2. Mampu mempertahankan pasien dala perawatan kebersihan pribadi dan dengan alat bantu. penampilan yang rapi secara 3. Bantu pasien memilih mandiri. pakaian yang mudah dilepas. 3. Mengungkapkan alat bantu untuk 4. Dukung kemandirian dalam memudahkan dalam berpakaian berpakaian, berhias, dan dan berhias. bantu pasien jika jika 4. Mampu melepaskan pakaian, diperlukan. kaos kaki, dan sepatu.