Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Modulus Puntir dapat diartikan secara teoritis,yaitu adalah hubungan besaran tarik
dan regangan tarik.Lebih jelasnya dapat dikatakan sebaga perbandingan antara tegangan
geser.Dalam kehidupan sehari –hari modulus punter sangat penting dalam ilmu fisika karena
dapat digunakan untuk dapat menetukan nilai kelelastisitas dari sebuah benda.

Prinsip yang telah dirumuskan secara sistematik diterapkan kembali didalam


percobaan dengan kasus – kasus yang sederhada agar mampu lebih cepat memahami rumusan
dan teori yang telah dipaparkan.Berdasarkan pengandaian-pengandaian sederhana dimana
tegangan adalah perbandingan lurus dengan regangan dan yang belakangan ini berubah pulah
secara linier dari pusat sumbu puntiran,maka tegangan akan berubah pula secara lineier dari
sumbu pusat batang melingkar. Tegangan tersebut disebabakan oleh penyimpangan-
penyimpangan yang disebut dalam pengandaian diatas adalah tegangan geser yang terletak
pada bidang yang sejajar dengan irisan yang diambil tegak lurus terhadap batang.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan utama dari dilaksanakannya praktikum ini adalah agar dapat
menentukan modulus puntir dan dapat mengamati bahwa puntiran diteruskan pada arah
memanjang dan menentukan modulus puntir batang logam.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Modulus puntir disebut juga Modulus geser, dan hanya terjadi pada zat padat. Puntiran
adalah suatu perlakuan terhadap material yang diberikan torsi yang tegak lurus terhadap
diameter material tersebut pada kedua ujungnya secara berlawanan.
Salah satu hal yang berpengaruh pada percobaan ini adalah gravitasi, karena berkaitan
dengan berat (massa), lalu hukum yang menyatakan gaya tarik benda atau gaya tarik menarik
benda berbanding lurus dengan dua massa tersebut serta berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak antara pusat dengan kedua benda tersebut.
Selain berhubungan dengan gravitasi, modulus geser atau modulus puntir pun berkaitan
dengan adanya gerak jatuh bebas dan gerak vertikal ke atas. Gerak jatuh bebas
mempengaruhi massa m dari benda juga oleh gravitasi, Sedangkan kecepatan sama dengan
nol.

S = v . t .............................................M9.1

Gerak vertikal keatas berlawanan dengan gaya gravitasi suatu benda dalam hal ini
arahnya yang membedakan. Gerak vertikal keatas menunjukan gaya normal, yaitu gaya yang
berlawanan dengan arah gravitasi.
Besarnya suatu gaya normal sangat bergantung dengan besarnya gaya gravitasi suatu
benda. Kecepatannya adalah sebesar :

Vt = V0 – gt........................................M9.2

Kecepatan akhirnya:

Vt2 = Vo2 - 2gt ..................................M9.3


Sebuah benda yang bekerja pada batang katrol, digunakan pada sebuah katrol dengan
menggunakan seutas tali sehingga benda membentuk gaya ke atas lalu terjadi perubahan
sudut.
Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi modulus puntir (modulus geser) :
 Panjang benda
 Sudut puntir yang diberikan pada suatu benda
 Momen gaya pada benda
 Jari-jari benda
Secara umum puntiran terjadi bila balok atau kolom mengalami perputaran terhadap
sumbunya. Perputaran demikian dapat diakibatkan oleh beban dengan titik kerja yang tidak
terletak pada sumbu simetri. Bila balok mengalami puntiran, maka lapisan-lapisan pada
penampang balok cenderung bergeser satu dengan yang lain. Karena kohesi maka bahan akan
melawan pergeseran tersebut sehingga timbullah tegangan geser puntir pada balok. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan memuntir sebatang rokok pada sumbu memanjang, akan timbul
kerutan kerutan berbentuk spiral pada permukaan rokok, kerutan ini menunjukkan garis
geseran yang terjadi. Contoh lain adalah sebatang kapur tulis yang dipuntir pada sumbu
memanjang, kapur akan terputus, bidang patahan adalah bidang geser puntir.
Salah satu pasang keras-keras roda p, maka roda itu akan menghasilkan momen M terhadap
batang. Dengan jarum penunjuk yang melekat pada batang dan pembagian skala s dapat di
baca sudut puntiran batang, maka modulus puntir dapat di hitung dari:
G = (2.m.l)/(π.θ.R^4 ) ……………..................................... M9.4
Atau
G = (360.g.r.l.m)/(π^2.a^2.R^2 ) …………................................... M9.5

Dimana :
G = Modulus Puntir
M = momen yang bekerja pada batang
l = panjang batang yang dipuntir
g = gaya gravitasi
r = jari-jari roda P
m = massa beban
= sudut puntir dalam radian
a = sudut puntiran dalam derajat

Mengenai jari-jari yang dihitung tersebut ada dua, yaitu jari-jari luar sehingga untuk
menentukan jari-jari luarnya dikurangi jari-jari dalam, dan momen gaya yang bekerja pada
batang ini mempunyai banyak momen gaya.
Suatu poros dijepit di salah satu ujungnya, ujung lainnya bebas, dan dibebani dengan
momen putir secara seragam disepanjang poros dengan besar tper satuan panjang.
Momen puntir per unit panjang dinyatakan dengan t, dan koordinat x mempunyai origin
disebelah kiri. Diagram porsi batang ujung sebelah kiri dan bagian x. Suatu elemen dengan
panjang dx kita akan menentukan sudut putar pada elemen silinder dengan panjang dx ini.
Untuk kesetimbangan momen terhadap sumbu batang, suatu momen puntir tx bekerja pada
bagian sebelah kanan bagian. Momen puntir tx ini menyebabkan elemen
sepanjang dx terpuntir dengan sudut putar. Total putaran pada ujung sebelah kiri diperoleh
dengan integrasi keseluruhan elemen sedemikian.
Tegangan dibedakan menjadi dua jenis. Bila gaya internal tegak lurus pada bidang yang
diamati, maka didapat tegangan normal atau langsung, dan sesuai dengan arah gaya, dapat
bersifat tarik (tensile) atau mampat (compressive). Bila gaya internal sejajar dengan bidang
yang diamati, didapat tegangan tangensial atau geser. Seringkali resultan gaya pada elemen
luasan membentuk sudut dengan bidang luasnya. Dalam keadaan semacam itu, gaya tersebut
diuraikan menjadi komponen normal dan tangensial, serta menghasilkan kombinasi tegangan-
tegangan normal geser.
Perubahan bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut regangan. Ada dua
macam regangan. Bahan dapat membesar atau mengecil dan menghasilkan regangan normal;
atau lapisan-lapisan bahan dapat bergeser yang satu terhadap yang lain dan menghasilkan
regangan geser. Karena regangan hanya merupakan bilangan satuan modulus yang sama
seperti satuan tegangan, yaitu gaya persatuan luas. Tegangan biasanya dinyatakan
dalampound per inci kuadrat atau dyne persenti meter kuadrat.
Hubungan antara setiap jenis tegangan dengan regangan yang bersangkutan penting
perananya dalam cabang fisika yang disebut teori elastisitas pada kekuatan bahan dibidang
enginering. Apabila suatu jenis tegangan diluaskan grafiknya terdapat regangannya akan
ternyata bahwa diagram tegangan yang diperoleh akan berbeda-beda bentuknya menurut jenis
bahanya. Dua bahan yang termasuk jenis bahan yang sangat penting dalam ilmu dan
teknologi dewasa ini ialah logam dan karet yang divulkanisir, hubungan prororsional antara
tegangan dan regangan dalam hal ini bahan itu elastis atau memperhatikan sifat elastis dan
titik lainya dinamakan batas elastis.
Apabila momen puntir yang bekerja baik pada poros pejal maupun poros berlubang
dinaikkan terus, nilai momen puntir mungkin akan mencapai titik lelah geser dari bahan
bagian luar. Ini adalah batas maksimum untuk momen puntir elastis dan dinyatakan
dengan Te. Kenaikan selanjutnya dari momen puntir menyebabkan tercapainya titik-titik lelah
pada bahan untuk posisi lapis yang semakin kedalam, sampai keseluruhan lapisan bahan
mencapai titik lelahnya dan ini menunjukkan terjadinya momen puntir plastis penuh (fully
plastic twisting moment) Tp. Kita tidak bicarakan tegangan yang lebih besar dari batas titik
lelah, karena ini adalah batas momen puntir yang dapat diberikan oleh poros. Dari hasil
beberapa pengujian diperoleh bahwa Tp = 4/3(Te).

BAB III

METODA PRAKTIKUM

2.1.Alat dan Bahan

 Mikrometer Skrup.
 Mistar dan Jangka Sorong.
 Penjepit Batang T.
 Roda Pemutar,katrol dan tali P.
 Kawat
 Beban – Beban
 Neraca Ohaus
 Modulus Puntir

2.2.Prosedur
Praktikum

1. Periksalah
kebebasan
gerak puntiran
ujung batang
yang beroda.

2. Ukurlah
L,R,r beberapa
kali dan timbanglah m.
3. Ambilah suatu harga L tertentu dan amatilah kedudukan jarum penunjuk.

4. Berilah beban dan berturut – turut tambahkan beban. Tiap kali amatilah

kedudukan jarum penunjuk.

5. Kurangilah beban satu persatu dan amatilah kedudukan jarum penunjuk.

6. Ulangilah percobaan 3,4, dan 5 untuk beberapa harga L.

2.3.Hasil Percobaan Praktikum


`
BAB IV

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

1.Gambarlah grafik
2.Berilah Pembahasan Tentang Hasil-Hasil yang Di Dapat

Dari hasil percobaan kelompok kami,analisa yang kami temukan bahwa sudut puntiran akan
semakin besar apabila panjang batang dan banyaknya beban bertambah. Dan pada saat
pengurangan beban sudut puntiran akan kembali ke posisi awal.
3.Hitung G untuk tiap-tiap harga L dan kemudian hitunglah G rata-rata
4.Berilah pembahasan tentang hasil G yang didapat ( sumber kesalahan, keadaan
batang dan sebagainya) ! Apakah yang harus diukur dengan teliti !

Setelah dilakukan perhitungan maka di peroleh hasil G sebagai berikut :

1. 247.5451 pada jarak 40 cm (0.4 m)

2. 278.4883 pada jarak 30 cm (0.3 m)

3. 263.01673pada jarak 20 cm (0.2 m)

Dari analisa beberapa faktor yang harus benar benar benar diperhatikan agar hasil
percobaan dengan hasil hitungan menggunakan metode rumus tidak berbeda yaitu dengan :

1. Memperhatikan secara detail ketika melihat simpangan pada busur karena


akan mempengaruhi data pengamatan.
2. Memperhatikan secara seksama ketika melakukan pemasangan jarum yang
berada tepat ditengah.
3. Memeriksa kembali ketika melakukan perhitungan dengan teliti yang
membuat hasil percobaan dengan perhitungan rumus menjadi berbeda
4. Kesalahan dalam membuat grafik.

Dan kelompok kami setelah melakukan percobaan ini dapat kami tarik beberapa
kesimpulan yaitu :

1. Modulus Geser adalah bilangan yang menggambarkan perubahan benda yang


elasis atau suatu kostanya yang menyatakan besarnya gaya sehingga logam
yang memuntir tidak akan kembali ke psoso awal karena sudah memiliki daya
elastistas yang dibebani pada batang yang terus bertambah.
2. Puntiran kearah memanjang madsudnya adalah bahawa disemua tempat
sepanjang bantang mengalami puntiran sehigga semakin mendakti beban
makan daya puntiran akan semakin besar disebabkan setiap batang memiliki
daya elastisitasnya masing – masing . Hal ini dapat terlihat dengan simpangan
busur drajat yang semakin membesar ketika mendekati beban.
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

MODULUS PUNTIR (M1)


PRODI & Kelas A/B. : Teknik Perkapalan & Kelas A

KELOMPOK :1

NAMA (NIM) : 1. Irfan Izzulhaq (1810313001)

2. Aurora Anna Ruby(1810313003)

3. Aulia Nurahma Solesi (1810313005)

Tanggal Pelaksanaan : 25 April 2019

Asisten :

LABORATORIUM FISIKA FAKULTAS


TEKNIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA 2019

Anda mungkin juga menyukai