NPM : B1A017136 MATA KULIAH : METODOLOGI PENELITIAN HUKUM
IMPLEMENTASI DAN EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN PEMILU
BAGI PEMILIH YANG MENGALAMI GANGGUAN KEJIWAAN/TUNA GRAHITA (PENYANDANG DISABILITAS MENTAL) DALAM PEMILIHAN UMUM 2019 DI KOTA BENGKULU A. LATAR BELAKANG Wujud dari pemenuhan hak-hak politik adalah adanya kebebasan bagi setiap warga untuk menyatakan pendapat dan berkumpul. Seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 28: “kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang- undang”. Setiap orang memiliki hak yang sama untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan, dimana hak tersebut merupakan bagian dari hak asasi manusia sebagaimana diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan secara lebih rinci dijabarkan dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Disebutkan dalam Pasal 27 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, “Segala warganegara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Lebih lanjut Pasal 28 I ayat (2) berbunyi, “ Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”. Ketentuan tersebut menegaskan bahwa setiap orang memiliki kedudukan yang sama dan harus diperlakukan secara sama oleh negara. Dalam konteks pemilu, pemberdayaan dan peningkatan peran para penyandang disabilitas dalam pembangunan nasional perlu mendapat perhatian dan pendayagunaan yang khusus. Para penyandang disabilitas juga memiliki Hak untuk memilih dan mengeluarkan suaranya di dalam pemilihan umum hal ini dijamin oleh undang undang. Setiap manusia diciptakan Tuhan secara berbeda-beda satu sama lain. Selain secara fisik yang berbeda-beda, manusia juga diciptakan bersuku- suku dan berbangsa-bangsa yang tidak lain bertujuan agar manusia bisa saling kenal-mengenal satu sama lain. Di antara bermilyar-milyar manusia yang ada di dunia ini, terdapat orang-orang yang mengalami disabilitas yang merupakan kecacatan atau kelainan manusia secara fisik dan secara mental. Masalah atau kasus yang dihadapi oleh orang-orang yang memiliki kecacatan (disabilitas) ada bermacam-macam jenisnya. Namun di dalam pembahasan ini penulis ingin mengangkat tentang salah satu dari beberapa jenis penyandang disabilitas yang memiliki hak dalam memilih di pemilihan umum, penulis mengangkat tentang pengaturan yuridis dan sosiologis para penyandang disabilitas mental atau gangguan kejiwaan dalam memilih di dalam pemilu yang ada di Kota Bengkulu beberapa saat yang lalu. Orang dengan gangguan kejiwaan (penyandang disabilitas mental) adalah bagian dari kelompok masyarakat penyandang disabilitas. Aturan ini dinyatakan secara jelas dalam UU No. 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas (Convention on the Rights of Persons with Disabilities), dan UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Berdasarkan kedua paying hukum ini, sejatinya orang dengan gangguan kejiwaan mendapatkan jaminan perlindungan atas hak-hak mereka, termasuk ketika terjadi pesta demokrasi bernama pemilihan umum. Salah satu yang diakui universal adalah hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik, termasuk untuk didaftar sebagai pemilih. Advokasi dan pendekatan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah dilakukan untuk memastikan pemenuhan hak tersebut. Sebagai bagian dari keberhasilan perjuangan gerakan disabilitas ini, pada tahun 2014 KPU mulai mendaftarkan penyandang disabilitas mental sebagai pemilih dalam Pemilu tahun 2014. Selanjutnya, berdasarkan surat No. 1401/PL.02.1-SD/01/KPU/XI/2018, KPU melakukan pendaftaran terhadap pemilih dengan disabilitas mental. Langkah KPU ini merupakan bentuk nyata dari realisasi jaminan hak politik yang setara bagi setiap warga negara sesuai dengan ketentuan dalam berbagai Undang- Undang termasuk UU Penyandang Disabilitas, UU Pemilu, serta Konvensi PBB tentang Hak-Hak Penyandang DIsabilitas yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui UU No. 19 Tahun 2011. Peneliti ingin menyampaikan bagaimana sistematika pelaksanaan dan efektivitas penyelenggaraan PEMILU yang mengikutsertakan pemilih yang memiliki gangguan kejiwaan/mental dalam menentukan pilihannya di PEMILU 2019 serta apakah yang menjadi hambatan yang dihadapi oleh penyelengagara pemilu untuk menghadapi pemilih yang mengalami gangguan kejiwaan/mental. A. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian yang dituangkan dalam latar belakang diatas maka dapat ditarik suatu rumusan permasalahan yakni: 1. Bagaimana Implementasi Penyelenggaraan Pemilu Bagi Pemilih Yang Mengalami Gangguan Kejiwaan/Tuna Grahita (Penyandang Disabilitas Mental) Dalam Pemilihan Umum 2019 Di Kota Bengkulu; 2. Bagaimana Efektivitas Penyelenggaraan Pemilu Bagi Pemilih Yang Mengalami Gangguan Kejiwaan/Tuna Grahita (Penyandang Disabilitas Mental) Dalam Pemilihan Umum 2019 Di Kota Bengkulu. B. TUJUAN Setelah penulis menguraikan isi dari latar belakang dan merumuskan suatu masalah maka penulis dapat menuangkan berupa tujuan peulisan yang dapat memberikan kejelasan dalam suatu penelitian, yaitu: 1. Untuk mengetahui Bagaimana Implementasi Penyelenggaraan Pemilu Bagi Pemilih Yang Mengalami Gangguan Kejiwaan/Tuna Grahita (Penyandang Disabilitas Mental) Dalam Pemilihan Umum 2019 Di Kota Bengkulu; 2. Untuk mengetahui Bagaimana Efektivitas Penyelenggaraan Pemilu Bagi Pemilih Yang Mengalami Gangguan Kejiwaan/Tuna Grahita (Penyandang Disabilitas Mental) Dalam Pemilihan Umum 2019 Di Kota Bengkulu. C. METODE PENELITIAN 1. Jenis penelitian Metode penelitian hukum empiris adalah suatu metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat. Dikarenakan dalam penelitian ini meneliti orang dalam hubungan hidup di masyarakat maka metode penelitian hukum empiris dapat dikatakan sebagai penelitian hukum sosiologis. Dapat dikatakan bahwa penelitian hukum yang diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam suatu masyarakat, 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis, yakni mengidentifikasi dan mengkonsepkan hukum sebagai intuisi sosial yang riil dan fungsional dalam sistem kehidupan yang nyata, pendekatan yuridis sosiologis adalah menekankan penelitian yang bertujuan memperoleh pengetahuan hukum secara empiris dengan jalan terjun langsung ke objek penelitian yakni mengetahui bagaimana implementasi dan efektivitas pelaksanaan PEMILU bagi pemilih yang mengalami gangguan kejiwaan/mental. 3. Waktu penelitian Penelitian Empiris ini dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan mengambil lokasi di daerah kota bengkulu pada masa pemilihan umum serentak yang dilakukan pada tanggal 17 april 2019. 4. Sumber Data Suber data yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder: 1) Data Primer Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data ini dapat diperoleh melalui pengamatan langsung maupun hasil wawancara kepada informan berdasarkan pedoman wawancara yang dibuat oleh peneliti. 2) Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini didapat melalui peninggalan tertulis yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku literatur, dokumen, dan tulisan yang dianggap peneliti berkenan dengan permasalahan yang sedang diteliti. 5. Tekhnik Analisis Data Model analisis data dalam penelitian ini mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman. Miles dan Huberman mengungkapkan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas. Komponen dalam analisis data: 1) Reduksi Data Merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, mengabstrakkan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan- catatan tertulis di lapangan. Dimana setelah peneliti memperoleh data, harus lebih dulu dikaji kelayakannya dengan memilih data mana yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini. 2) Penyajian Data Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang disesuaikan dan diklarifikasi untuk mempermudah peneliti dan menguasai data dan tidak terbenam dalam setumpuk data 3) Verifikasi (Menarik Kesimpulan) Kesimpulan selama penelitian berlangsung makna-makna yang muncul dari data yang diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya sehingga diperoleh kesimpulan yang jelas kebenaran dan kegunaannya.