Anda di halaman 1dari 18

TUTORIAL KLINIK NEUROLOGI

TENSION TYPE HEADACHE

Disusun Oleh :
Eunike Ghea L. (42170127)
Briandy Rangga H. (42170128)
Devina Sagitania (42170129)
Mega Dwi Putri S. (42170130)
Florensia Woda S. E. (42170131)
Hening Taruna K. (42170132)

Dosen Pembimbing :

dr. Sugianto Sp.S, M.Kes, Ph.d

KEPANITERAAN KLINIK SARAF RUMAH SAKIT BETHESDA


PERIODE 19 MARET – 14 APRIL 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2018
BAB I
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bapak Sumarsono
No RM : 01-17-xx-xx
Usia : 43 tahun 4 bulan 19 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Jl. Teratai No 10 RT 03/RW 10, Sukoharjo, Jawa Tengah

II. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan pada tanggal 27 Maret 2018 di Poliklinik Saraf, Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta.
a. Keluhan Utama
Nyeri kepala.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala hilang timbul sejak 4 tahun yang lalu. Nyeri
kepala dirasakan terutama di bagian belakang kepala dan leher, menjalar ke bahu. Nyeri
dirasakan tegang dan seperti terikat kuat. Nyeri kepala hilang timbul tiba-tiba, tidak
terpengaruh aktivitas.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (-)
Diabetes mellitus (-)
Opname (-)
Tumor (-)
Dyslipidemia (-)
Trauma (-)
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga disangkal.
e. Riwayat Pengobatan
Riwayat pengobatan  Panadol, tetapi tidak berkurang.
f. Riwayat Alergi
Riwayat alergi disangkal.
g. Riwayat Gaya Hidup
Merokok (-), alkohol (-), jarang berolahraga.
Pasien sudah 4 tahun ini tidak bekerja (menganggur) dan hanya di rumah saja.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Deskripsi Umum
Keadaan umum : Baik
GCS : E4 V5 M6
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Napas : 20x/menit
Status psikologis : Tenang
Risiko jatuh : (-)
Fungsional : Mandiri
2. Kepala
Normocephali, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), bibir kering (-), pulsasi a.
temporalis (-), otorrhea (-)
3. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), peningkatan
tekanan vena jugular (-)
4. Thorax
Paru
Inspeksi : ketinggalan gerak (-), massa (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus (N), perkembang dada (N), retraksi dinding dada
(-)
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di linea midclavicularis sinistra SIC V
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : suara jantung normal, reguler, murni
5. Ekstremitas
Oedema (-), akral hangat
6. Genitalia
Tidak dilakukan
7. Vertebra
Tidak dilakukan
IV. STATUS PSIKIATRIK
1. Cara berpikir : tidak dinilai
2. Tingkah laku : kooperatif
3. Kecerdasan : tidak dinilai
4. Perasaan hati : tenang
5. Ingatan : dalam batas normal
V. STATUS NEUROLOGIS
a. Kepala
Bentuk : normocephali
Nyeri tekan : nyeri tekan pericranial (+)
b. Leher dan bahu
Pergerakan : normal
Nyeri : nyeri tekan (+) tengkuk dan sekitar bahu
Rangsang meninges : tidak dilakukan
c. Pemeriksaan Nervus Kranialis
1) N. Olfaktorius
Kanan Kiri
Objektif Tidak dilakukan
Subyektif Normal
2) N. Opticus
Kanan Kiri
Subjektif Normal Normal
Lapangan pandang Normal Normal
Melihat warna Normal Normal
Fundus oculi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

3) N. Oculomotorius
Kanan Kiri
Ptosis Negatif Negatif
Pergerakan bulbus Normal Normal
Strabismus Negatif Negatif
Nistagmus Negatif Negatif
Eksoftalmus Negatif Negatif
Bentuk pupil Isokor Isokor
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Refleks cahaya Positif Positif
Diplopia Negatif Negatif

4) N. Trochlearis
Kanan Kiri
Pergerakan mata ke
Normal Normal
bawah
Diplopia Negatif Negatif

5) N. Trigeminus
Kanan Kiri
Membuka mulut Normal Normal
Mengunyah Normal Normal
Sensibilitas muka Normal Normal
6) N. Abdusen
Kanan Kiri
Pergerakan mata ke
Normal Normal
lateral
Diplopia Negatif Negatif

7) N. Fascialis
Kanan Kiri
Mengerutkan dahi Normal Normal
Menutup mata Normal Normal
Memperlihatkan gigi Normal Normal
Bersiul Normal Normal

8) N. Vestibulokoklearis
Kanan Kiri
Weber Tidak dilakukan
Rinne Tidak dilakukan

9) N. Glossofaringeus
Kanan Kiri
Pengecapan Tidak dilakukan
Faring Tidak ada deviasi

10) N. Vagus
Arkus faring Normal
Bicara Normal
Menelan Normal
Refleks muntah Tidak dilakukan
11) N. Accesorius
Kanan Kiri
Mengangkat bahu Normal Normal
Memalingkan wajah Normal Normal

12) N. Hypoglosus
Pergerakan lidah Normal
Tremor lidah Normal
Atrofi lidah Negatif
Artikulasi Normal

d. Anggota gerak atas


Motorik Kanan Kiri
Pergerakan Normal Normal
Kekuatan 5 5
Tonus Normal Normal

Refleks Kanan Kiri


Bisep Positif Positif
Trisep Positif Positif
Hoffman-Tromner Negatif Negatif

e. Anggota gerak bawah


Motorik Kanan Kiri
Pergerakan Normal Normal
Kekuatan 5 5
Tonus Normal Normal
Klonus Negatif Negatif

Refleks Kanan Kiri


Patella Positif Positif
Achilles Positif Positif
Babinski Negatif Negatif
Gordon Negatif Negatif

f. Tes Koordinasi
Cara berjalan : normal
Romberg test : normal
Tandem gait : normal
Finger to nose test : normal
Finger to finger test : normal
Disdiadokokinesis : normal

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

VII. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS


Tension type headache
Cluster headache
Migraine

VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Cephalgia
Diagnosis Topik : Muskulus pericranii, trapezius, sternokleidomastoideus
Diagnosis Etiologi : Tension type headache

IX. TERAPI
Farmaka:
- Trisiklik antidepresan  sebagai terapi kausatif dan pencegahan TTH
Amytriptiline 25 mg 1x1 (malam hari)
- Saat serangan diberikan analgetik:
Asetaminofen 1000mg/hari

Non-farmaka:

- Massage, kompres panas


- Akupuntur TENS

X. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Nyeri kepala adalah salah satu gejala yang sering dikeluhkan pasien. Salah satu tipe
nyeri kepala adalah TTH (Tension Type Headache). Tension type headache merupakan
bentuk sakit kepala yang paling sering dijumpai dan sering dihubungkan dengan jangka
waktu dan peningkatan stress. TTH merupakan nyeri kepala dengan karakteristik bilateral,
rasa menekan atau mengikat dengan intensitas ringan sampai sedang, nyeri tidak
bertambah pada aktifitas fisik rutin, tidak didapatkan mual tetapi bisa disertai dengan
fotofobia atau fonofobia.

II. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis khas serangan TTH memiliki karakteristik bilateral, rasa menekan atau
mengikat dengan intensitas ringan sampai sedang. Nyeri bisa dirasakan kadang-kadang
atau terus menerus. Nyeri pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang
kemudian menjalar ke kepala bagian belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan.
Selain itu, nyeri ini juga dapat menjalar ke bahu. Nyeri kepala dirasakan seperti kepala
berat, pegal, rasa kencang pada daerah bitemporal dan bioksipital, atau seperti diikat di
sekeliling kepala. Nyeri kepala tipe ini tidak berdenyut.
Pada nyeri kepala ini tidak disertai mual ataupun muntah tetapi anoreksia mungkin saja
terjadi. Gejala lain yang juga dapat ditemukan seperti insomnia (gangguan tidur yang
sering terbangun atau bangun dini hari), nafas pendek, konstipasi, berat badan menurun,
palpitasi dan gangguan haid. Pada nyeri kepala tegang otot yang kronis biasanya
merupakan manifestasi konflik psikologis yang mendasarinya seperti kecemasan dan
depresi.
Adanya pericranial muscle tenderness adalah temuan abnormal yang paling penting
pada pasien dengan TTH. Pemeriksaan laboratorium darah, pencitraan otak dengan CT
scan atau MRI, dan analisis cairan tulang belakang biasanya normal pada pasien dengan
TTH. Nyeri otot di kepala, leher, atau bahu (yaitu, pericranial muscle tenderness) dikaitkan
dengan intensitas dan frekuensi serangan TTH dan biasanya diperburuk selama
pengalaman sakit kepala. Adanya atau tidak adanya nyeri otot pericranial harus diperoleh
dari riwayat dan dikonfirmasi pada pemeriksaan dengan palpasi manual. Palpasi manual
dilakukan dengan menerapkan tekanan kuat dengan jari kedua dan ketiga dan membuat
gerakan memutar kecil pada otot perikranial, termasuk otot frontal, temporal, masseter,
pterygoid, sternokleidomastoid, splenius, dan trapezius.

III. KRITERIA DIAGNOSIS


 ANAMNESIS

Kriteria diagnosis TTH Episodik Infrekuen:

a. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata-rata <1 hari/bulan (<12
hari/tahun) dan memenuhi kriteria B dan D
b. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari
c. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas:
1. Lokasi bilateral
2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut)
3. Intensitasnya ringan atau sedang
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga
d. Tidak didapatkan:
1. Mual atau muntah (bisa anoreksia)
2. Lebih dari satu keluhan: fotofobia atau fonofobia
3. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3
 PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan umum dan neurologis dalam batas normal
 Dapat disertai dengan nyeri tekan pericranial (pericranial tenderness) yaitu
nyeri tekan pada otot frontal, temporal, masseter, pteryangoid,
sternokleidomastoideus, splenius, dan trapezius)
 PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan laboratorium : darah rutin, elektrolit, kadar gula darah (atas
indikasi untuk menyingkirkan penyebab sekunder)
 Radiologi : atas indikasi untuk menyingkirkan penyebab sekunder
IV. KLASIFIKASI
Menurut kriteria IHS yang diadopsi oleh PERDOSSI, nyeri kepala dibedakan menjadi
nyeri kepala primer dan sekunder. Nyeri kepala primer apabila tidak ditemukan adanya
kerusakan struktural maupun metabolik yang mendasari nyeri kepala, sedangkan nyeri kepala
sekunder apabila nyeri kepala didasari oleh adanya kerusakan struktural atau sistemik.

Di bawah ini adalah klasifikasi nyeri kepala berdasarkan Internatonal Headache Society, yaitu
a. Nyeri kepala primer
1. Migraine
2. Tension Type Headache
a. TTH episodik yang jarang, dengan episode sakit kepala kurang dari satu
hari dalam sebulan.
b. TTH episodik yang sering, dengan episode sakit kepala 1 hingga 14 hari
dalam sebulan
c. TTH Kronis, dengan sakit kepala 15 hari atau lebih dalam sebulan
3. Nyeri kepala Cluster dan hemicrania paroksismal kronik
4. Nyeri kepala lain yang tidak berhubungan dengan lesi struktural
b. Nyeri kepala sekunder
1. Nyeri kepala karena trauma kepala
2. Nyeri kepala karena kelainan vaskular
3. Nyeri kepala karena kelainan intrakranial nonvaskular
4. Nyeri kepala karena penggunaan suatu zat
5. Nyeri kepala karena infeksi
6. Nyeri kepala karena kelainan metabolik
7. Nyeri kepala atau nyeri wajah karena kelainan wajah atau struktur kranial
8. Nyeri kepala atau wajah karena kelainan saraf

V. PATOFISIOLOGI
Patogenesis TTH multifaktorial. Faktor lingkungan mempengruhi perkembangan TTH
episodik lebih dari TTH kronis, sedangkan faktor genetik tampaknya memainkan peran
penting dalam perkembangan TTH kronis. Mengingat variasi frekuensi dan intensitas yang
luas di TTH, tidak hanya antar individu, tetapi dalam individu dari waktu ke waktu,
kemungkinan mekanisme nyeri yang mendasari di TTH bersifat dinamis dan bervariasi
dari satu individu ke yang lain, dan berpotensi dari satu serangan ke yang lain di individu
yang sama.
Model patofisiologi saat ini dari TTH menjelaskan bahwa aktivasi perifer atau
sensitisasi nosiseptor myofasial kemungkinan besar sangat penting dalam TTH episodik,
sementara sensitisasi jalur nyeri pada sistem saraf pusat karena rangsangan nociceptive
berkepanjangan dari jaringan myofascial perikranial tampaknya bertanggung jawab untuk
konversi episodik menjadi TTH kronis. Jadi, rangsangan yang biasanya tidak berbahaya
salah diartikan sebagai nyeri pada TTH kronis. Masukan nociceptive terus menerus dari
struktur myofascial perifer dapat menyebabkan sensitisasi sentral. Stimulasi nociceptive
meningkat dari struktur supraspinal menghasilkan peningkatan fasilitasi dan penurunan
penghambatan transmisi nyeri pada tingkat spinal dorsal horn / trigeminal nucleus, dan
peningkatan aktivitas otot perikranial. Pengukuran batas toleransi nyeri dan stimulasi
suprathreshold menunjukkan adanya hiperalgesia menyeluruh pada pasien dengan TTH
kronis, sementara fungsi kontrol hambat berbahaya difus (DNIC) berkurang pada TTH
kronis. Satu studi pencitraan otak morfometrik berbasis voxel menunjukkan hilangnya
struktur materi abu-abu yang terlibat dalam pengolahan rasa sakit pada pasien dengan TTH
kronis, yang berkorelasi dengan meningkatnya sakit kepala menahun.

TTH episodic dapat berevolusi menjadi TTH kronis


Pada individu yang rentan secara genetis, stres kronis menyebabkan elevasi
glutamat yang persisten. Stimulasi reseptor NMDA mengaktivasi NFκB, yang memicu
transkripsi iNOS dan COX-2, di antara enzim-enzim lainnya. Tingginya kadar nitric oxide
menyebabkan vasodilatasi struktur intrakranial, seperti sinus sagitalis superior, dan
kerusakan nitrosative memicu terjadinya nyeri dari beragam struktur lainnya seperti dura.
Nyeri kemudian ditransmisikan melalui serabut-serabut C dan neuron-neuron nociceptive
Aδ menuju dorsal horn dan nukleus trigeminal di TCC (trigeminocervical complex.),
tempat mereka bersinap dengan second-order neurons. Pada beragam sinap ini, terjadi
konvergensi nosiseptif primer dan neuron-neuron mekanoreseptor yang dapat direkrut
melalui fasilitasi homosinaptik dan heterosinaptik sebagai bagian dari plastisitas sinaptik
yang memicu terjadinya sensitisasi sentral.
Pada tingkat molekuler, sinyal nyeri dari perifer menyebabkan pelepasan beragam
neuropeptida dan neurotransmiter (misalnya: substansi P dan glutamat) yang mengaktivasi
reseptor-reseptor di membran postsynaptic, membangkitkan potensial-potensial aksi dan
berkulminasi pada plastisitas sinaptik serta menurunkan ambang nyeri (pain thresholds).
Sirkuit spinobulbospinal muncul dari RVM (rostroventral medulla) secara normal melalui
sinyal-sinyal fine-tunes pain yang bermula dari perifer, namun pada individu yang rentan,
disfungsi dapat memfasilitasi sinyal-sinyal nyeri, serta membiarkan terjadinya sensitisasi
sentral. Pericranial tenderness berkembang seiring waktu oleh recruitment serabut-serabut
C dan mekanoreseptor Aβ di sinap-sinap TCC, membiarkan perkembangan allodynia dan
hiperalgesia. Intensitas, frekuensi, dan pericranial tenderness berkembang seiring waktu,
berbagai perubahan molekuler di pusat- pusat lebih tinggi seperti thalamus memicu
terjadinya sensitisasi sentral dari neuron- neuron tersier dan perubahan-perubahan
selanjutnya pada persepsi nyeri.
VI. DIAGNOSIS BANDING
TTH MIGRAIN CLUSTER HEADACHE
Kriteria diagnosis Episodik TTH (10 episode sakit kepala, Migraine tanpa aura Sekurang-kuranggnya terdapat 5 serangan
masing-masing berlangsung 30 menit a. Sekurangnya terjadi 5 serangan yang yang memenuhi kriteria b-d :
hingga tujuh hari) memenuhi kriteria B-D b. Nyeri hebat pada daerah orbita,
Keluhan : b. Serangan nyeri kepala berlangsung selama supraorbita, dan/atau temporal yang
-2 dari gejala ini : 4-72 jam (tidak diobati atau tidak berhasil berlangsung 15-180 menit jika tidak
•lokasi bilateral diobati) ditangani
•seperti diikat atau ditekan (tidak berdenyut) c. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua c. Nyeri kepala disertai setidaknya satu gejala
•nyeri ringan hingga sedang diantara karakteristik berikut : berikut :
•Tidak diperparah oleh aktivitas fisik rutin - Lokasi unilateral • Injeksi konjungtiva dan/atau lakrimasi pada
seperti berjalan atau menaiki tangga, tapi - Kualitas berdenyut mata ipsilateral
gerakan kepala atau leher dapat memicu - Intensitas nyeri sedang atau berat • Kongesti nasal dan atau rhinorea ipsilateral
nyeri - Keadaan bertambah berat oleh aktivitas • Edema palpebra ipsilateral
-mencakup kedua gejala ini : fisik atau penderita menghindari aktivitas • Berkeringat pada daerah dahi dan wajah
•Tidak ada fotofobia atau fonofobia fisik rutin (seperti berjalan atau menaiki ipsilateral
•Tidak ada mual muntah tangga) • Miosis dan atau ptosis ipsilateral
d. Selama nyeri kepala disertai salah satu • Gelisah atau agitasi
TTH episodik frekuen = 10 episode selama dibawah ini : • Frekuensi serangan 1-8 kali/hari
1-14 hari/bulan selama paling tidak 3 bulan - Fotofobia dan fonofobia d. Tidak berhubungan dengan kelainan lain
TTH episodik infrekuen = 10 episde - Nausea dan atau muntah
serangan dengan rata-rata < 1 hari/bulan Cluster headache episodik :
(<12 hari/tahun) Migrain dengan aura • Serangan memenuhi kriteria A-E untuk
visual nyeri kepala klaster
Kronik TTH (berlangsung berjam-jam sensory • Paling sedikit dua periode klaster yang
hingga berhari-hari, biasanya ≥15 hari per speech and/or language berlangsung 7-365 hari dan dipisahkan oleh
bulan, berlangsung > 3bulan) motor periode remisi bebas nyeri > 1 bulan
-2 dari gejala ini : brainstem
•lokasi bilateral retinal Cluster headache kronis :
•seperti diikat atau ditekan (tidak berdenyut) terdapat dua dari karakteristik dibawah ini : • Serangan memenuhi kriteria A-E untuk
•nyeri ringan hingga sedang nyeri kepala klaster
•Tidak diperparah oleh aktivitas fisik rutin - Sekurangnya satu gejala aura menyebar • Serangan berulang lebih dari 1 tahun tanpa
seperti berjalan atau menaiki tangga, tapi secara bertahap ≥ 5 menit, dan/atau dua atau periode remisi atau dengan periode remisi
gerakan kepala atau leher dapat memicu lebih gejala terjadi secara berurutan yang berlangsung kurang dari 1 bulan.
nyeri - Masing-masing gejala aura berlangsung
-mencakup kedua gejala ini : antara 5-60 menit
• Tidak lebih dari satu fotofobia, fonofobia, - Setidaknya satu gejala aura unilateral
atau mual ringan - Aura disertai dengan atau diikuti oleh gejala
• Mual atau muntah sedang atau berat nyeri kepala dalam waktu 60 menit
Pemeriksaan fisik palpasi didapatkan nyeri tekan otot Palpasi arteri temporal sering didapatkan Didapatkan
perikranial. palpasi manual dilakukan pulsasi  Injeksi konjungtiva dan/atau lakrimasi pada
dengan menerapkan tekanan kuat dengan mata ipsilateral
jari kedua dan ketiga dan membuat gerakan  Kongesti nasal dan atau rhinorea ipsilateral
memutar kecil pada otot perikranial,  Edema palpebra ipsilateral
termasuk otot frontal, temporal, masseter,  Berkeringat pada daerah dahi dan wajah
pterygoid, sternokleidomastoid, splenius, ipsilateral
dan trapezius.  Miosis dan atau ptosis ipsilateral
Pencetus/faktor -Menstruasi biasa pada hari pertama - Kontraksi otot/penggunaan otot leher/bahu Laki-laki : wanita = 9 : 1
risiko menstruasi. terus menerus (contohnya pada pekerja yang Usia 20-40 tahun
-puasa dan terlambat makan diharuskan bekerja di depan layar komputer
-makanan misalnya alkohol, coklat, susu, terus menerus)
keju, dan buah-buahan sert bahan yang - faktor psikologis (kecemasan, depresi)
mengandung MSG
-cahaya kilat atau berkelip
-banyak tidur atau kurang tidur
-faktor herediter
-faktor psikologis : cemas, marah, sedih
VII. TERAPI

Terapi Farmakologis
Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 hari/minggu, yaitu dengan:
Analgetik:
1. Aspirin 1000 mg/hari
2. Asetaminofen 1000 mg/hari
3. NSAIDs (Naproxen 660-750 mg/hari, Ketoprofen 25-50 mg/hari, asam
mefenamat, ibuprofen 800 mg/hari, diklofenak 50-100 mg/hari).
4. Kafein (analgetik ajuvan) 65 mg
5. Kombinasi: 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein
Sedangkan pada tipe kronis, adalah dengan:
1. Antidepresan
Jenis trisiklik: amitriptilin, sebagai obat terapeutik maupun sebagai pencegahan
tension-type headache
2. Antiansietas
Golongan benzodiazepine dan butalbutal sering dipakai. Kekurangan obat ini
bersifat adiktif dan sulit dikontrol sehingga dapat memperburuk nyeri kepalanya.
Terapi Nonfarmakologis
Terapi nonfarmakologis pada tension-type headache pilihannya adalah:

1. Kontrol diet
2. Terapi fisik
3. Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif, dan ergotamine
4. Behaviour treatment

Pengobatan Fisik

1. Latihan postur dan posisi


2. Massage, ultrasound, manual terapi, kompres panas/dingin
3. Akupuntur TENS (transcutaneous electrical stimulation)
DAFTAR PUSTAKA

Headache Classification Committee of the International Headache Society (IHS). The


International Classification of Headache Disorders, 3rd edition (beta version). Cephalgia 2013;
33:629.

Jensen R, Fuglsang-Frederiksen A. Quantitative surface EMG of pericranial muscles. Relation to


age and sex in a general population. Electroencephalogr Clin Neurophysiol 1994; 93:175.

Kurniawan., Suharjanti, Pinzon. 2016. Acuan Panduan Praktik Klinis Neurologi. PERDOSSI

Taylor, Frederick R. 2018. Tension Type Headache in Adults: Patophysiology, Clinical Features,
and Diagnosis. Accessed at www.uptodate.com

Sandrini G, Antonaci F, Pucci E, et al. Comparative study with EMG, pressure algometry and
manual palpation in tension-type headache and migraine. Cephalgia 1994; 14:451.

Anda mungkin juga menyukai