Anda di halaman 1dari 4

Euploidi

Individu yang mengalami euploidi dengan tiga buah genom disebut individu triploid
(dilambangkan dengan 3n). Demikian seterusnya, individu dengan empat, lima, dan enam
genom masing-masing dinamakan tetraploid (4n), pentaploid (5n), dan heksaploid (6n).
Secara umum individu-individu ini dikatakan sebagai poliploid. Individu dengan sebuah
genom dinamakan haploid atau monoploid (n), sedang individu diploid (2n) dianggap sebagai
individu normal.
Contoh poliploid antara lain dapat dilihat pada genus Chrysantemum. Dalam hal ini ada
spesies Chrysantemum yang mempunyai 36 kromosom dan ada juga yang mempunyai 18
kromosom. Jika morfologi kromosom di antara keduanya dibandingkan, akan nampak bahwa
spesies dengan 36 kromosom ternyata mempunyai dua genom lengkap seperti yang terdapat
pada spesies dengan 18 kromosom. Jumlah kromosom haploid pada kedua spesies tanaman
ini adalah sembilan, yaitu jumlah yang ada pada gamet-gamet spesies dengan 18 kromosom.
Artinya, individu spesies dengan 18 kromosom merupakan individu yang mempunyai dua
genom atau dikatakan sebagai individu diploid normal (2n), sedang individu spesies dengan
36 kromosom adalah individu tetraploid (4n) karena mempunyai empat genom. Selain itu,
ada juga spesies Chrysantemum heksaploid (6n), oktoploid (8n), dan dekaploid (10n).
Pada pembelahan meiosis individu 2n akan membentuk n bivalen, individu 4n
membentuk 2n bivalen, individu 6n membentuk 3n bivalen, individu 8n membentuk 4n
bivalen, dan individu 10n membentuk 5n bivalen. Jadi, individu diploid akan menghasilkan
gamet haploid, individu tetraploid menghasilkan gamet diploid, dan seterusnya.
Tanaman poliploid di alam hampir selalu mempunyai jumlah genom genap (4n, 6n, 8n,
dan seterusnya). Organisme dengan jumlah genom gasal, misalnya triploid (3n), mempunyai
fertilitas sangat rendah karena banyak di antara gamet-gamet yang dihasilkan dari
pembelahan meiosis akan membawa kromosom yang tidak lengkap. Oleh karena itu, hanya
melalui reproduksi aseksual kelestarian organisme semacam ini dapat dipertahankan.
Organisme tetraploid dapat dihasilkan melalui beberapa cara. Mekanisme yang paling
sederhana adalah kegagalan memisahnya kromosom pada individu diploid selama mitosis
sehingga terjadi penggandaan jumlah genom dari 2n menjadi 4n. Demikian juga, kegagalan
memisahnya kromosom pada individu tetraploid selama mitosis akan menyebabkan
terjadinya penggandaan jumlah genom dari 4n menjadi 8n.
Suatu tanaman oktoploid yang mengalami pembuahan sendiri akan menghasilkan
tanaman oktoploid pula karena terjadi penggabungan dua gamet tetraploid. Namun, jika
tanaman oktoploid disilangkan dengan tanaman tetraploid, maka akan dihasilkan tanaman
heksaploid sebagai hasil penggabungan antara gamet tetraploid dan gamet diploid. Ploidisasi
dan persilangan-persilangan semacam itulah yang akhirnya memunculkan serangkaian
individu poliploid yang satu sama lain dekat kekerabatannya, seperti halnya pada kasus
Chrysantemum.
Poliploidi pada Chrysantemum disebut sebagai autoploidi karena seluruh kromosom
pada semua organisme poliploid yang ada berasal dari satu spesies diploid. Namun, seringkali
suatu individu poliploid mempunyai kromosom yang berasal dari dua atau lebih spesies
moyang yang berbeda. Poliploidi semacam ini dinamakan aloploidi. Perbedaan cara
diperolehnya masing-masing tipe poliploidi tersebut secara skema dapat dilihat pada Gambar
7.1.

Spesies A Spesies B

genom A

genom B
Autotetraploid Alotetraploid
Gambar 7.1. Skema pembentukan autotetraploid dan aloploid

Aloploidi dengan sendirinya hanya dapat terjadi jika berlangsung peristiwa hibridisasi
interspesifik. Hibridisasi semacam ini, yang diikuti oleh pembentukan aloploid, sangat
penting di dalam proses evolusi dan pemuliaan tanaman. Salah satu contoh klasik yang sering
dikemukakan adalah aloploidi pada gandum. Tanaman gandum yang sekarang kita kenal
sebagai tanaman budidaya (Triticum aestivum) merupakan tanaman aloheksaploid dengan 42
buah kromosom yang berasal dari tiga moyang liarnya. Ke-42 kromosom ini meliputi genom
diploid lengkap dari ketiga tanaman liar tersebut.
Triticum monococcum Triticum searsii
(gandum liar, AA, 2n=14) (rumput liar, BB, 2n=14)

Triticum dicocoides Triticum tauschii


(gandum Persia, AABB, 2n=28) (rumput liar, DD, 2n=14)

Triticum aestivum
(gandum budidaya, AABBDD, 2n=42)
Gambar 7.2. Skema pembentukan gandum aloheksaploid

Pola pewarisan sifat pada organisme poliploid lebih rumit daripada pola pewarisan pada
diploid. Kalau kita perhatikan satu lokus saja, misalnya lokus A, maka pada organisme
diploid hanya ada tiga kemungkinan genotipe, yaitu AA, Aa, dan aa. Akan tetapi, pada
poliploid, misalnya tetraploid, akan ada lima genotipe yang mungkin terbentuk, yaitu AAAA,
AAAa, AAaa, Aaaa, dan aaaa. Jadi, terlihat juga bahwa tidak hanya ada satu genotipe
heterozigot seperti pada diploid, tetapi ada tiga, yaitu AAAa, AAaa, dan Aaaa.
Di awal pembicaraan kita tentang euploidi telah disinggung bahwa individu dengan
sebuah genom dinamakan haploid atau monoploid (n). Namun, sebenarnya pengertian
monoploid lebih luas dari itu, yakni mencakup semua individu yang jumlah genomnya sama
dengan jumlah genom gametik. Jadi, kalau spesies tetuanya diploid, individu monoploidnya
hanya mempunyai sebuah genom atau membawa seperangkat kromosom haploid, seperti
pada pengertian yang telah disebutkan di atas. Akan tetapi, kalau spesies tetuanya tetraploid,
maka individu monoploidnya mempunyai dua buah genom.
Monoploidi dapat dijumpai pada beberapa spesies serangga tertentu, seperti lebah dan
semut, yang individu jantannya dihasilkan dari telur yang tidak dibuahi. Biasanya sel-sel
individu monoploid tidak dapat mengalami pembelahan meiosis sehingga individu ini
menjadi steril. Namun, beberapa spesies, misalnya lebah madu jantan, dapat menghasilkan
gamet melalui meiosis yang dimodifikasi, yakni tanpa adanya pemisahan kromosom pada
meiosis I.
Pada berbagai tumbuhan produksi monoploid dapat dipacu dengan menciptakan kondisi
yang menyebabkan terjadinya penyimpangan pembelahan sel. Monoploid menjadi sangat
penting dalam pemuliaan tanaman karena alel-alel resesif yang diinginkan akan nampak
ekspresinya tanpa terhalang oleh alel dominan seperti halnya pada individu heterozigot.
Seleksi sifat yang diatur oleh alel resesif dapat dilakukan melalui kultur anter, yang
memungkinkan diperolehnya individu tanaman monoploid. Selanjutnya, masalah sterilitas
pada individu monoploid ini dapat diatasi dengan pemberian zat kimia tertentu, misalnya
kolkisin, agar terjadi diploidisasi atau poliploidisasi yang menghasilkan individu-individu
homozigot untuk alel-alel yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai