Anda di halaman 1dari 8

Berita Resmi Statistik Kemiskinan Provinsi Bali

No. 45/07/51/Th. XII, 16 Juli 2018

BADAN PUSAT STATISTIK


PROVINSI BALI

Profil Kemiskinan di Bali


Maret 2018
 Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran
per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) pada bulan
Maret 2018 di Bali mencapai 171,76 ribu orang (4,01 persen),
turun sebesar 4,72 ribu orang dibandingkan dengan
Jumlah penduduk penduduk miskin pada September 2017 yang berjumlah
176,48 ribu orang (4,14 persen).
miskin Maret 2018  Selama periode September 2017 – Maret 2018, persentase
penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan
mencapai 171,76 mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di

ribu orang
daerah perkotaan pada September 2017 3,46 persen, turun
menjadi 3,32 persen pada Maret 2018. Demikian juga
persentase penduduk miskin di daerah perdesaan turun dari
5,42 persen pada September 2017 menjadi 5,38 persen pada
Maret 2018.
 Selama periode September 2017 – Maret 2018, Garis
Kemiskinan naik sebesar 5,09 persen, yaitu dari Rp 364.064,-
per kapita per bulan pada September 2017 menjadi Rp
382.598,- per kapita per bulan pada Maret 2018.
 Pada periode September 2017 – Maret 2018, Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) mengalami kenaikan. Indeks Kedalaman
Kemiskinan pada September 2017 tercatat sebesar 0,551
dan pada Maret 2018 naik menjadi 0,685. Demikian pula
Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami kenaikan dari
0,120 pada September 2017 menjadi 0,178 pada Maret
2018.

Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/07/51/Th. XII, 16 Juli 2018 1
1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan September 2017 - Maret 2018

Jumlah penduduk miskin di Bali pada Maret 2018 mencapai 171,76 ribu orang. Kondisi ini
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada September 2017
yang berjumlah 176,48 ribu orang, atau terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 4,72
ribu orang. Secara persentase, penduduk miskin di Bali juga mengalami penurunan sebesar 0,13
persen dari 4,14 persen pada September 2017 menjadi 4,01 persen pada Maret 2018.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2018, jumlah penduduk miskin di
daerah perkotaan dan perdesaan mengalami penurunan. Jumlah penduduk miskin di daerah
perkotaan pada September 2017 sebanyak 96,07 ribu orang, turun menjadi 94,03 ribu orang pada
Maret 2018, atau berkurang sebanyak 2,04 ribu orang. Demikian juga jumlah penduduk miskin di
daerah perdesaan turun dari 80,40 ribu orang pada September 2017 menjadi 77,73 ribu orang pada
Maret 2018, atau berkurang sebanyak 2,67 ribu orang. Secara persentase, pada periode yang sama
persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan mengalami penurunan.
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2017 sebesar 3,46 persen, turun
menjadi 3,32 persen pada Maret 2018. Demikian juga persentase penduduk miskin di daerah
perdesaan turun dari 5,42 persen pada September 2017 menjadi 5,38 persen pada Maret 2018.

Tabel 1.
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah, September 2017 - Maret 2018

Jumlah Penduduk Persentase Garis Kemiskinan


Daerah/Tahun
Miskin (ribu orang) Penduduk Miskin (GK)
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan
September 2017 96,07 3,46 371.118
Maret 2018 94,03 3,32 387.566

Perdesaan
September 2017 80,40 5,42 350.826
Maret 2018 77,73 5,38 372.828

Kota + Desa
September 2017 176,48 4,14 364.064
Maret 2018 171,76 4,01 382.598

Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2017 dan Maret 2018

2 Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/07/51/Th. XII, 16 Juli 2018
2. Perkembangan Kemiskinan September 2013 – September 2017

Gambar 1 menunjukkan perkembangan kemiskinan di Bali yang cukup berfluktuasi. Pada


periode Maret 2014 sampai dengan September 2015 persentase penduduk miskin cenderung
mengalami peningkatan, sedangkan periode September 2015 sampai Maret 2018 persentase
penduduk miskin cenderung mengalami penurunan. Pada Maret 2017, penduduk miskin mengalami
sedikit peningkatan, kemudian pada September 2017 kembali mengalami penurunan.

Gambar 1.
Perkembangan Kemiskinan di Bali
Maret 2014 – Maret 2018
250.00 10.00

218.79 9.00

195.95 196.71
200.00 8.00
185.20
178.18 180.13 176.48
174.94 171.76
7.00

150.00 6.00
5.25
4.76 4.74
4.53 5.00
4.25 4.15 4.25 4.14 4.01
100.00 4.00

3.00

50.00 2.00

1.00

0.00 0.00
Mar 2014 Sept 2014 Mar 2015 Sept 2015 Mar 2016 Sept 2016 Mar 2017 Sept 2017 Mar 2018

Jml pddk miskin (000) P0

Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2014 - Maret 2018

Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/07/51/Th. XII, 16 Juli 2018 3
3. Perubahan Garis Kemiskinan September 2017 - Maret 2018
Garis Kemiskinan digunakan sebagai suatu batas untuk mengelompokkan penduduk menjadi
miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Tabel 2 menyajikan perkembangan Garis
Kemiskinan pada September 2017 dan Maret 2018

Tabel 2.
Garis Kemiskinan dan Perubahannya Menurut Daerah,
September 2017 - Maret 2018

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)


Daerah/Tahun
Makanan Bukan Makanan Total
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan
September 2017 252.298 118.820 371.118
Maret 2018 263.613 123.953 387.566
Perubahan Sept ’17 - Mar ’18 (%) 4,48 4,32 4,43

Perdesaan
September 2017 251.307 99.519 350.826
Maret 2018 264.685 108.143 372.828
Perubahan Sept ’17 - Mar ’18 (%) 5.32 8.67 6.27

Kota + Desa
September 2017 251.921 112.143 364.064
Maret 2018 263.995 118.604 382.598
Perubahan Sept ’17 - Mar ’18 (%) 4.79 5.76 5.09

Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2017 - Maret 2018

Selama periode September 2017 - Maret 2017, Garis Kemiskinan naik sebesar 5,09 persen
yaitu dari Rp 364.064,- per kapita per bulan pada September 2017 menjadi Rp 382.598,- per kapita
per bulan pada Maret 2018. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri
atas Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat
bahwa peranan komoditas makanan masih jauh lebih besar dibandingkan komoditas bukan
makanan. Besarnya sumbangan GKM terhadap GK di perkotaan pada September 2017 sebesar
67,98 persen mengalami peningkatan menjadi 68,02 persen pada Maret 2018. Di perdesaan,
besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada September 2017 sebesar 71,63 persen turun menjadi
70,99 persen pada Maret 2018.
Komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan Maret
2018 baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama. Adapun komoditi makanan

4 Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/07/51/Th. XII, 16 Juli 2018
yang berperan dalam pembentukan Garis Kemiskinan di perkotaan antara lain: beras, rokok kretek
filter, daging ayam ras, telur ayam ras, kue basah, bawang merah, roti, kopi bubuk dan kopi instan
(sachet), mie instan, dan gula pasir. Sedangkan komoditi makanan yang berperan dalam
pembentukan Garis Kemiskinan di perdesaan antara lain: beras, rokok kretek filter, telur ayam ras,
kue basah, daging ayam ras, roti, bawang merah, cabe rawit, kopi bubuk dan kopi instan (sachet),
gula pasir. Pada komoditi bukan makanan, komoditi yang berperan dalam pembentukan Garis
Kemiskinan di perkotaan antara lain: perumahan, bensin, listrik, upacara agama atau adat lainnya,
dan pendidikan. Adapun komoditi bukan makanan yang berperan dalam pembentukan Garis
Kemiskinan di perdesaan antara lain: perumahan, bensin, upacara agama atau adat lainnya, listrik,
dan kayu bakar. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.
Daftar Komoditas yang Memberi Pengaruh Besar
pada Kenaikan Garis Kemiskinan, Maret 2018

Komoditas Kota Komoditas Desa

(1) (2) (3) (4)


Makanan
Beras 22.91 Beras 26.43
Rokok kretek filter 6.26 Rokok kretek filter 4.23
Daging ayam ras 5.20 Telur ayam ras 3.35
Telur ayam ras 4.11 Kue basah 3.19
Kue basah 2.37 Daging ayam ras 3.18
Bawang merah 2.28 Roti 2.77
Roti 1.97 Bawang merah 2.44
Kopi bubuk & kopi instan (sachet) 1.94 Cabe rawit 2.25
Mie instan 1.80 Kopi bubuk & kopi instan (sachet) 2.17
Gula pasir 1.79 Gula pasir 2.06

Bukan Makanan
Perumahan 9.83 Perumahan 9.42
Bensin 6.02 Bensin 5.15
Listrik 3.16 Upacara agama atau adat lainnnya 2.91
Upacara agama atau adat lainnnya 3.10 Listrik 1.67
Pendidikan 1.43 Kayu bakar 1.31

Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2017 dan Maret 2018

Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/07/51/Th. XII, 16 Juli 2018 5
4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin.
Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain
harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penurunan tingkat kemiskinan juga
sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Pada periode September 2017 - Maret 2018, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada September
2017 tercatat sebesar 0,551 dan pada Maret 2018 naik menjadi 0,685. Demikian pula Indeks
Keparahan Kemiskinan mengalami kenaikan dari 0,120 menjadi 0,178 pada periode yang sama
(Tabel 4). Penurunan persentase penduduk miskin yang tidak disertai penurunan nilai kedua indeks
ini mengindikasikan bahwa sejumlah penduduk miskin berhasil keluar dari GK dan sisanya
mengalami kenaikan pengeluaran namun tidak secepat kenaikan GK.

Tabel 4.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Bali
Menurut Daerah, September 2017 - Maret 2018

Periode Kota Desa Kota + Desa

(1) (2) (3) (4)


Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
September 2017 0,488 0,669 0,551
Maret 2018 0,504 1,040 0,685

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)


September 2017 0,124 0,112 1,120
Maret 2018 0,124 0,283 1,178

Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2017 dan Maret 2018

Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) pada Maret 2018 di perkotaan lebih rendah
dibandingkan di daerah perdesaan. Pada September 2017, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
di perkotaan tercatat sebesar 0,504 lebih rendah dibandingkan daerah perdesaan yang mencapai
1,040. Begitu juga dengan nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada Maret 2018 di perkotaan
(0,124) lebih rendah dibandingkan di daerah perdesaan (0,283). Hal tersebut mengindikasikan
bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di daerah perkotaan semakin mendekati Garis
Kemiskinan, dan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin di perkotaan semakin kecil
atau cenderung homogen.

6 Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/07/51/Th. XII, 16 Juli 2018
5. Ketimpangan Pendapatan (Gini Ratio)
Salah satu ukuran ketimpangan yang sering digunakan adalah Gini Ratio. Nilai Gini Ratio
berkisar antara 0-1. Semakin tinggi nilai Gini Ratio menunjukkan ketimpangan yang semakin tinggi.
Gini Ratio Provinsi Bali pada September 2017 tercatat sebesar 0,379 dan turun menjadi 0,377 pada
Maret 2018. Berdasarkan daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan pada Maret 2018
tercatat sebesar 0,381. Angka ini naik sebesar 0,004 poin dibanding Gini Ratio September 2017 yang
sebesar 0,385. Untuk daerah perdesaan, Gini Ratio Maret 2018 tercatat sebesar 0,317. Angka ini
naik sebesar 0,015 poin dibanding Gini Ratio September 2017 yang sebesar 0,302. Gambar 2
menunjukkan perkembangan Gini Ratio di Bali pada periode Maret 2014 sampai dengan Maret
2018.

Gambar 2.
Perkembangan Gini Ratio di Bali
Maret 2014 – Maret 2018

0.460
0.449

0.440
0.429
0.442

0.420
0.406
0.415
0.400
0.400 0.382 0.385
0.380 0.381
0.378
0.380
0.369 0.384
0.377 0.379 0.377
0.374
0.360
0.366

0.340 0.350
0.315 0.337 0.335
0.320 0.330 0.329
0.325 0.302
0.317
0.300
Mar 2014 Sept 2014 Mar 2015 Sept 2015 Mar 2016 Sept 2016 Mar 2017 Sept 2017 Mar 2018

Kota Desa Kota +Desa

Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2014 – Maret 2018

Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/07/51/Th. XII, 16 Juli 2018 7
6. Penjelasan Teknis dan Sumber Data

a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi


kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat
dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua
komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan
(GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah
perkotaan dan perdesaan, Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum
makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditas
kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditas (padi-padian, umbi-umbian,
ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak,
dll).
d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan,
sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditas kebutuhan dasar non-makanan
diwakili oleh 51 jenis komoditas di perkotaan dan 47 jenis komoditas di perdesaan.
e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan Maret 2018 adalah
data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan Maret 2018. Sampel SUSENAS bulan
Maret 2018 untuk Provinsi Bali adalah 5.760 rumah tangga. Sedangkan untuk
memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditas pokok bukan
makanan digunakan data hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditas Kebutuhan Dasar).

Diterbitkan oleh:

8 Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/07/51/Th. XII, 16 Juli 2018

Anda mungkin juga menyukai