Anda di halaman 1dari 17

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Usia Sekolah

1. Definisi Usia Sekolah

Anak diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari delapan

belas tahun dan sedang berada dalam masa tumbuh kembang dengan

kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual.

Sedangkan anak usia sekolah dapat diartikan sebagai anak yang berada

dalam rentang usia 6-12 tahun, dimana anak mulai memiliki lingkungan lain

selain keluarga (Supraptini, 2004).

Anak usia sekolah biasa disebut anak usia pertengahan. Periode usia

tengah merupakan periode usia 6-12 tahun (Santrock, 2008). Periode usia

sekolah dibagi menjadi tiga tahapan umur yaitu tahap awal 6-7 tahun, tahap

pertengahan 7-9 tahun dan pra remaja 10-12 tahun (DeLaune & Ladner,

2002; Potter & Perry, 2005).

2. Karakteristik

Anak sekolah merupakan golongan yang mempunyai karakteristik

mulai mencoba mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan-

batasan norma. Disinilah variasi individu mulai lebih mudah dikenali seperti

pertumbuhan dan perkembangannya, pola aktivitas, kebutuhan zat gizi,

perkembangan kepribadian, serta asupan makanan (Yatim, 2005). Ada

beberapa karakteristik lain anak usia ini adalah sebagai berikut :

a. Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah

1
b. Aktivitas fisik anak semakin meningkat

c. Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya

Anak akan banyak berada di luar rumah untuk jangka waktu antara 4-

5 jam. Aktivitas fisik anak semakin meningkat seperti pergi dan pulang

sekolah, bermain dengan teman, akan meningkatkan kebutuhan energi.

Apabila anak tidak memperoleh energi sesuai kebutuhannya maka akan

terjadi pengambilan cadangan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi,

sehingga anak menjadi lebih kurus dari sebelumnya (Khomsan, 2010).

B. Konsep Dasar Bermain

1. Definisi Bermain

Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling

universal, meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan

bahasa yang ada di dunia. Melalui bermain, anak-anak dapat

mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Menurut Groos (Schaefer

et al, 1991) bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran

di masa mendatang yang penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).

Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak

bermasalah selain berguna untuk mengembangkan potensi anak. Menurut

Nasution (cit Martin, 2008), bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak

yang sangat penting. Melalui bermain akan semakin mengembangkan

kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya,

melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya,

menjadi percaya diri, dan masih banyak lagi manfaat lainnya (Martin,

2
2008). Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional

dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena

dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri

dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal

waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000). Bermain adalah kegiatan yang

dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan.

(Foster, 1989).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah:

“Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari

karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat

menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan,

menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan

meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.”

2. Keuntungan terapi bermain

Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain, antara lain:

a. Membuang ekstra energi.

b. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot

dan organ-organ.

c. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.

d. Anak belajar mengontrol diri.

e. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang

hidupnya.

f. Meningkatnya daya kreatifitas.

3
g. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada

disekitar anak.

h. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekhawatiran, iri hati dan

kedukaan.

i. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.

j. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.

k. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.

3. Fungsi bermain

a. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik


Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan

melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini

aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh

bayi dapat dilakukan rangsangan taktil, audio, dan visual melalui

rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal

tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau

dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya

akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru

dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan

atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian

hari anak lebih cepat berkembang di bandingkan tidak ada stimulasi sejak

dini.

b. Membantu Perkembangan Kognitif


Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal

ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba

4
melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami objek

permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan

dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan

berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga

fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan

kognitif selanjutnya.
c. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana

pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran

orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia

toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah

mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran

seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang

anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain,

kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan

teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi

dengan teman dan orang


d. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas,

dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada

dan mampu memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan

sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti

bermain bongkar pasang mobil-mobilan.


e. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk

ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang

5
merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau

belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.


f. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman

sehingga adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat

bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.


g. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada

anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah

dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan

temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan

yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.

4. Katagori bermain

a. Bermain aktif

Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan

diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif

meliputi :

1) Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play). Perhatian

pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan

tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi,

mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha

membongkar.

2) Bermain konstruksi (Construction Play). Pada anak umur 3 tahun

dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.

6
3) Bermain drama (Dramatic Play). Misal bermain sandiwara boneka,

main rumah-rumahan dengan teman-temannya.

4) Bermain fisik, Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.

b. Bermain pasif

Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat

dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain

aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan

keletihannya.

Contoh ; Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,

menonton televisi dsb.

Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam

bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :

1) Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi

untuk aktif bermain.

2) Tidak ada variasi dari alat permainan.

3) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.


4) Tidak mempunyai teman bermain.

5. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam aktivits bermain

a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.

b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.

c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat

pada keterampilan yang lebih majemuk.

d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.

7
e. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

6. ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)

Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat

mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan

tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :


a. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat

menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik

kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola,

mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus : gunting,

pensil, bola, balok, lilin, dll


b. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat

yang benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita,

majalah, radio, tape, TV, dll.


c. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,

bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita,

puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.


d. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan

interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan :

alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali,

dan lain-lain.
7. Klasifikasi Bermain
a. Menurut isi permainan
1) Sosial affective play
Inti permainan ini adalah hubungan interpersonal yang menyenangkan

antara anak dengan orang lain (contoh: ciluk-baa, berbicara sambil

tersenyum dan tertawa).


2) Sense of pleasure play

8
Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak (contoh:

main air dan pasir).


3) Skil play
Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan pada anak,

khususnya motorik kasar dan halus (misal: naik sepeda, memindahkan

benda).
4) Dramatik Role play
Pada permainan ini, anak memainkan peran sebagai orang lain melalui

permainanny. (misal: dokter dan perawat).


5) Games
Permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan

perhitungan / skor (Contoh : ular tangga, congklak).


6) Unoccupied behaviour
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek

yang ada disekelilingnya, yang digunakan sebagai alat permainan

(Contoh: jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).


b. Menurut karakter sosial
1) Onlooker play
Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada

inisiatif untuk ikut berpartisifasi dalam permainan (Contoh:

Congklak/Dakon).
2) Solitary play
Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain

sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya dan alat permainan

tersebut berbeda dengan alat permainan temannya dan tidak ada kerja

sama.
3) Parallel play
Anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu

anak dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga

antara anak satu dengan lainya tidak ada sosialisasi. Biasanya

dilakukan anak usia toddler.

9
4) Associative play
Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak

lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan

permaianan tidak jelas (Contoh: bermain boneka, masak-masak).


5) Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan

jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (Contoh: main sepak bola).
c. Menurut Usia
1) Usia sekolah
a) Cooperative play
b) Kumpul prangko, orang lain.
c) Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin
d) Dapat belajar dengan aturan kelompok
e) Laki-laki : Mechanical
f) Perempuan : Mother Role
2) Mainan untuk Usia Sekolah :
a) 6-8 tahun : Kartu, boneka, ro bot, buku, alat olah raga, alat untuk

melukis, mencatat, sepeda


b) 8-12 tahun : Buku, mengumpulkan perangko, uang logam,

pekerjaan tangan, kartu, olah raga bersama, sepeda, sepatu roda.

SAP TERAPI BERMAIN

10
Topik : Terapi bermain “Ular Tangga”

Sasaran : Anak Usia Sekolah (6 - 12 tahun)

Waktu : 30 menit

Tempat : Ruang C302

A. Tujuan

1. TIU (Tujuan Instruksional Umum)

Setelah dilakukan tindakan program bermain pada anak usia sekolah

(6 -12 tahun) selama kurang lebih 30 menit diharapkan anak dapat bermain

sambil belajar dan menjadi lebih bertanggung jawab serta taat pada

peraturan perainan , anak dapat beradaptasi dengan lingkungan dan bergaul

dengan teman sebayanya.

2. TIK (Tujuan Instruksional Khusus)

Setelah diajak bermain, anak diharapkan sebagai berikut :

a. Dapat mengatur strategi dan kecermatan.

b. Dapat mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan permainan


c. Dapat berlatih bersosialisasi
d. Dapat berlatih bersikap sportif
e. Dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan pada anak
f. Dapat belajar pramatematika yaitu saat menghitung langkah pada

permainan ular tangga dan menghitung titik – titik yang terdapat pada

dadu.
g. Membangun trust antara pasien anak dan perawat
h. Mampu mengaplikasikan teori terapi bermain pada anak usia 6-12 tahun

i. Mampu mengenal karakter tiap anak usia 6-12 tahun

B. Perencanaan

11
1. Jenis Program Bermain

Bermain “Ular tangga” yang telah tersedia.

2. Karakteristik Bermain

a. Melatih motorik halus.

b. Melatih kesabaran, keterampilan, dan ketelitian.

3. Karakteristik Peserta

a. Anak Usia Sekolah (6-12 tahun).

b. Keadaan umum mulai membaik.

c. Anak dengan komunikasi verbal yang baik.

d. Peserta kooperatif.

4. Metode : Ceramah dan demonstrasi

5. Media

a. Papan kertas ular tangga dan dadu

C. Strategi Pelaksanaan

No Kegiatan Waktu Media


1 Persiapan 5 menit Peralatan

 Menyiapkan ruangan bermain

 Menyiapkan alat

 Menyiapkan peserta
2 Pembukaan 5 menit

 Beri salam pembuka

12
 Memperkenalkan diri

 Sesamaanak saling

berkenalan

 Menjelaskan maksud dan

tujuan

3 Kegiatan Bermain 15 menit Peralatan

 Menjelaskan tata cara bermain

pelaksanaan terapi bermain

ular tangga

 Memberikan kesempatan

kepada anak untuk bertanya

jika belum jelas

 Membagikan biji simbol

pemain kepada anak-anak

 Fasilitator mendampingi

anak dan memberikan

motivasi kepada anak

 Menanyakan kepada anak

angga apa yang muncul

pada dadu.

 Memberitahu anak untuk

bermain secara bergiliran

13
 Memberikan pujian

terhadap anak karena telah

bermain dengan serius


4 Penutup 5 menit

 Memberi reward pada anak

yang menjadi pemenang.

 Evaluasi proses dan

jalannya permainan oleh

observer

 Memberikan reinforcement

Permainan diakhiri dan

ditutup oleh Leader

Memberi salam penutup

D. Evaluasi

1. Anak antusias dalam kegiatan bermain ular tangga.

2. Anak dapat aktif dan mengikuti kegiatan sampai selesai.

3. Anak merasa senang dan gembira.

4. Mengurangi rasa takut anak pada perawat.

14
PENGORGANISASIAN

A. Leader : Resqi Timor Pria lambang

B. Co. Leader : Aniati Rahawati Ulfa

C. Fasilitator I : Elang Utari

D. Fasilitator II : Ika Puji Rustianti

F. Observer : Uut Sudiyanti

Leader Co Leader

15
Anak 3 Anak 8

Fasilitator 1 Anak 9 Fasilitator II

Observer

Keterangan:

1. Tugas Leader

a. Menyusun rencana aktifitas kelompok (proposal)

b. Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan


c. Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan,

mengajukan pendapat dan memberikan umpan balik


d. Sebagai “role model”
2. Tugas co leader
a. Membantu leader dalam mengorganisir anggota kelompok
b. Mengambil alih posisi leader jika leader berhalangan hadir
c. Untuk menyampaikan informasi dari fasilitator kepada leader
d. Membuka acara
e. Mendampingi leader
3. Fasilitator
a. Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan

memotivasi anggota
b. Memfokuskan kegiatan

16
c. Membantu mengkoordinasi anggota kelompok
4. Observer
a. Memobservasi semua respon klien
b. Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku klien
c. Memberikan umpan balik kepada kelompok

17

Anda mungkin juga menyukai