Anda di halaman 1dari 17

PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Nama kelompok :
1. Renita
2. Misbahul Romadhon
3. Siti Nurjanah

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


ROGRAM STUDY : PENDIDIKAN EKONOMI
UNIPERSITAS PAMULANG
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
BAB II PRODUKTIVITAS SALAH SATU FAKTOR PENENTUAN BAGI
PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI ........................................................ 2
a. Peranan dan Pentingnya Produktivitas .................................................................... 2
b. Pengertian Produktivitas ......................................................................................... 2
BAB III KONSEPSI PRODUKTIVITAS ............................................................................... 4
BAB IV PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ....................................................................... 5
a. Mengapa Mengukur Produktivitas .......................................................................... 5
b. Metode-Metode Pokok Pengukuran Produktivitas .................................................. 5
BAB V PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KERJA ........................................................ 7
a. Perlengkapan, Material, Dan Tenaga/Energi ........................................................... 7
b. Angkatan Kerja ....................................................................................................... 8
BAB VI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS KERJA ..................... 10
a. Motivasi .................................................................................................................. 10
b. Kedisplinan ............................................................................................................. 11
c. Etos kerja ................................................................................................................ 12
d. Keterampilan .......................................................................................................... 12
e. Pendidikan .............................................................................................................. 12
BAB VII PENUTUP .................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 15

i
BAB I

PENDAHULUAN

Kata-kata produktivitas memang telah menggema di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan
ini, walaupun kegiatan untuk meningkatkan produktivitas baik tenaga, modal, tanah maupun sumber-
sumber alam lainnya yang tersebar luas di tanah air kita, telah berlangsung lama. Namun Salah satu
dari masalah-masalah utama dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah produktivitas tenaga kerja
yang rendah. Padahal, untuk mempertahankan pertumbuhan ekspor non-migas, khususnya ekspor
industri manufaktur pada waktu-waktu paska krisis ekonomi, Indonesia tidak dapat lagi
mengandalkan diri pada sumber-sumber keunggulan komparatif yang tradisional, seperti tenaga kerja
yang murah dan kekayaan alam. Indonesia perlu mengembangkan keunggulan komparatif yang
dinamis, yakni sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas produktif dan profesional. Sumber daya
manusia modal dan teknologi menempati posisi yang amat strategis dalam mewujudkan tersedianya
barang dan jasa. Penggunaan sumber daya manusia, modal dan teknologi secara ekstensif telah
banyak ditinggalkan orang. Sebaliknya, pola itu bergeser menuju penggunaan secara lebih intensif
dari semua sumber-sumber ekonomi.

Sumber-sumber ekonomi yang digerakkan secara efektif memerlukan keterampilan organisatoris


dan teknis sehingga mempunyai tingkat hasil guna yang tinggi. Artinya, hasil yang diperoleh
seimbang dengan masukan yang diolah. Melalui berbagai perbaikan cara kerja, pemborosan waktu,
tenaga dan berbagai input lainnya akan bisa dikurangi sejauh mungkin. Hasilnya tentu akan lebih baik
dan banyak hal yang bisa dihemat. Yang jelas, waktu tak terbuang sia-sia, tenaga dikerahkan secara
efektif dan pencapaian tujuan usaha bisa terselenggara dengan baik, efektif dan efisien. Rendahnya
produktivitas sering kali dikaitkan dengan tingkat pendidikan. Diasumsikan makin tinggi tingkat
pendidikan sesorang, makin tinggi pula tingkat produktivitas yang mungkin dapat dicapainya. Karena
ini barangkali, kemampuan membaca dan menulis merupakan salah satu elemen penting tahap-tahap
awal program industrialisasi (Wie, 1995). Pada tingkat industrialisasi yang lebih tinggi dibutuhkan
ketrampilan teknik yang lebih maju.

1
BAB II

PRODUKTIVITAS SALAH SATU FAKTOR PENENTUAN BAGI PEMBANGUNAN SOSIAL


DAN EKONOMI

a. Peranan dan Pentingnya Produktivitas


Pentingnya produktivitas kerja mencakup banyak hal, dimulai dari produktivitas tenaga kerja,
produktivitas organisasi, produktivitas modal, produktivitas pemasaran, produktivitas produksi,
produktivitas keuangan dan produktivitas produk. Pada tahap awal revolusi industri di negara-
negara Eropah, perhatian lebih banyak tertuju pada bidang produktivitas tenaga kerja,
produktivitas produksi dan produktivitas pemasaran. Sedangkan di negara Jepang, perhatian
peningkatan produktivitas tertuju pada produktivitas tenaga kerja dan produktivitas organisasi,
sehingga keharmonisan kepentingan buruh dan majikan dipelihara dengan baik.
Pentingnya arti produktivitas dalam meningkatkan kesejahteraan telah disadari secara
universal, tidak ada jenis kegiatan manusia yang tidak mendapatkan keuntungan dari produktivitas
yang ditingkatkan sebagai kekuatan untuk menghasilkan lebih banyak barang-barang maupun jasa,
peningkatan produktivitas juga menghasilkan peningkatan langsung pada standar hidup yang
berada dibawah kondisi distribusi yang sama dari perolehan produktivitas yang sesuai dengan
masukan tenaga kerja.Sayang sekali produktivitas sering dikaitkan secara paksa, acuh tak acuh
terhadap kualitas hidup dan pengaruh yang membahakan bagi lingkungan.
Misalnya, nasionalisasi tidak manusiawi. Bagi banyak orang meningkatkan produktivitas
berarti bekerja lebih giat dan cepat, mengurangi mutu barang, kerja dan kehidupan, meningkatkan
penganguran dan semacmnya. Kita tidak memberikan andil dengan pandangan-pandangan yang
pesimistis ini. Secara umum diyakini bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, upah
yang wajar serta untuk meningkatkan kondisi-kodisi kerja perlulanya mempertimbangkan
produktivitas sebagai faktor penyumbang terbesar. Karena manusia adalah sumber penting dan
tujuan dari pembangunan kita harus meningkatkan produktivitas bukan atas beban biaya mereka
tapi atas beban biaya dari waktu yang terbuang, pengurangan pegawai, birokrasi yang tidak perlu
dan sebagainya.

b. Pengertian Produktivitas
Jika membicarakan masalah produktivitas muncullah satu situasi yang pradoksial
(bertentangan), karena belum ada kesepakatan umum tentang maksud pengertian produktivitas
serta kriterianya dalam mengukur petunjuk-petunjuk produktivitas. Dan tak ada konsepsi, metode
penerapan maupun cara pengukuran yang bebas kritik.
Secara umum, produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik
dengan masukan yang sebenarnya (ILO, 1979). Greenberg yang dikutip oleh Sinungan (1985)
mengartikan produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu
dibagi totalitas masukan selama periode tersebut.
Pengertian lain produktivitas adalah sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-
barang atau jasa-jasa: “Produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap
sumber-sumber dalam memproduksi barang-barang.”Produktivitas juga diartikan sebagai :
a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil.
b. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satu-
satuan (unit) umum.
Ukuran produktivitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga kerja yang dapat dihitung
dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau jam-jam kerja orang. Kita telah
menyebutkan beberapa definisi, namun cukuplah mampu mengetahui perbedaan-perbedaan dan
persamaan-persamaan

2
Misalnya, hasil-hasil penelitian diantara menejer dan ahli serikat buruh beberapa perusahaan
Amerika menunjukkan bahwa menejer-menejernya (78%) dan pimpinan-pimpinan serikat buruh
(70%) sebagian besar tidak hanya menerapkan definisi produktivitas yang kuantitatif. Dilain pihak
banyakl mengaitkan produktivitas dengan organisasi-organisasi individual dan meliputi konsepsi
yang lebih luas dan kualitatif. Pada hakikatnya, melalui produktivitas, manajemen dan para
penentu kebijakan serikat buruh mengarhkan efektifitas dan pelaksanaan organisasi perseorangan
secara menyeluruh, yang mencakup sedikit gambaran jelas seperti tidak adanya rintangan dan
kesulitan tingkatan pembalikan, ketidak hadiran dan bahkan kepuasan langganan. Dengan
dikemukakan konsepsi produktivitas yang lebih luas ini maka dapatlah dipahami bahwa para
pembuat kebijaksanaan mengetahui batas antara pekerja, kepuasan para langganan dan
produktivitas. Namun demikian para pemimpin serikat buruh terlebih dahulu memperhatikan
pengeluaran yang nyata, yang menjelaskan alasan kerugian usaha peningkatan produktivitas yang
mungkin menguntungkan manajemennya bukannya pekerja yang diperlukan.Dalam berbagai
referensi terdapat banyak sekali pengertian mengenai produktivitas, yang dapat kita kelompokkan
menjadi tiga, yaitu :
a. Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain ialah ratio dari pada apa yang
dihasilkan (out put) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input).
b. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan
bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari
ini.
c. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni
investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset; manajemen; dan tenaga
kerja.
Disamping ketiga pengertian tersebut dalam doktrin pada konferensi Oslo, 1984, tercantum
definisi umum produktivitas semesta yaitu: Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat
universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih
banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber riil yang makin sedikit.”
Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif,
pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktivitas untuk menggunakan sumber-
sumber secara efisien, dam tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas
mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu sumber daya manusia dan keterampilan, barang
modal teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumber-sumber lain menuju kepada
pengembangan dan peningkatan standar hidup untuk seluruh masyarakat, melalui konsep
produktivitas semesta total. Produktivitas mempunyai pengertiannya lebih luas dari ilmu
pengetahuan, teknologi dan teknik manajemen, yaitu sebagai suatu philosopi dan sikap mental
yang timbul dari motivasi yang kuat dari masyarakat, yang secara terus menerus berusaha
meningkatkan kualitas kehidupan.

3
BAB III
KONSEPSI PRODUKTIVITAS

Peningkatan produktivitas dan efisiensi merupakan sumber pertumbuhan utama untuk


mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya, pertumbuhan yang tinggi dan
berkelanjutan juga merupakan unsur penting dalam menjaga kesinambungan peningkatan
produktivitas jangka panjang. Dengan demikian, pertumbuhan dan produktivitas bukan dua hal yang
terpisah atau memiliki hubungan satu arah, melainkan keduanya adalah saling tergantung dengan pola
hubungan yang dinamis, tidak mekanistik, non linear dan kompleks.Secara makro, sumber
pertumbuhan dapat dikelompokkan kedalam unsur berikut :
1. Pertama, peningkatan stok modal sebagai hasil akumulasi dari proses pembangunan yang
terus berlangsung. Proses akumulasi ini merupakan hasil dari proses investasi.
2. Kedua, peningkatan jumlah tenaga kerja juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi.
3. Ketiga, peningkatan produktivitas merupakan sumber pertumbuhan yang bukan disebabkan
oleh peningkatan penggunaan jumlah dari input atau sumber daya, melainkan disebabkan oleh
peningkatan kualitasnya. Dengan jumlah tenaga kerja dan modal yang sama, pertumbuhan
output akan meningkat lebih cepat apabila kualitas dari kedua sumber daya tersebut
meningkat.Walaupun secara teoritis faktor produksi dapat dirinci, pengukuran kontribusinya
terhadap output dari suatu proses produksi sering dihadapkan pada berbagai kesulitan.
Disamping itu, kedudukan manusia, baik sebagai tenaga kerja kasar maupun sebagai manajer,
dari suatu aktivitas produksi tentunya juga tidak sama dengan mesin atau alat produksi
lainnya. Seperti diketahui bahwa output dari setiap aktivitas ekonomi tergantung pada
manusia yang melaksanakan aktivitas tersebut, maka sumber daya manusia merupakan
sumber daya utama dalam pembangunan. Sejalan dengan fenomena ini, konsep produktivitas
yang dimaksud adalah produktivitas tenaga kerja. Tentu saja, produktivitas tenaga kerja ini
dipengaruhi, dikondisikan atau bahkan ditentukan oleh ketersediaan faktor produksi
komplementernya seperti alat dan mesin. Namun demikian konsep produktivitas adalah
mengacu pada konsep produktivitas sumber daya manusia.Secara umum konsep produktivitas
adalah suatu perbandingan antara keluaran (out put) dan masukan (input) persatuan waktu.
Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila:
1. Jumlah produksi/keluaran meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya yang sama.
2. Jumlah produksi/keluaran sama atau meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya
lebih kecil dan
3. Produksi/keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan sumber daya yang relatif
kecil (soeripto, 1989; Chew, 1991 dan pheasant, 1991).
Konsep tersebut tentunya dapat dipakai didalam menghitung produktivitas disemua sektor
kegiata. Menurut Manuaba (1992a) peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menekan sekecil-
kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber daya manusia (do the right
thing) dan00 meningkatkan keluaran sebesar-besarnya (do the thing right). Dengan kata lain bahwa
produktivitas merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektifitas kerja secara total.

4
BAB IV
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS

Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang penting disemua tingkatan
ekonomi. Dibeberapa Negara maupun perusahaan pada akhir-akhir ini telah terjadi kenaikan minat
pada pengukuran produktivitas. Karena itu sudah saatnya kita membicarakan alasan mengapa kita
harus mengukur produktivitas.

1. Mengapa Mengukur Produktivitas


Pada tingkat sektoral dan nasional, produktivitas menunjukkan kegunaannya dalam membantu
evaluasi penampilan, perncanaan, kebijakan pendapatan, upah dan harga melalui identifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan, membandingkan sektor-sektor ekonomi
yang berbeda untuk menentukan prioritas kebijakan bantuan, menentukan tingkar pertumbuhan
suatu sektor atau ekonomi, mengetahui pengaruh perdagangan internasional terhadap
perkembangan ekonomi dan seterusnya. Pada tingkat perusahaan, pengukuran produktivitas
terutama digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisa dan memdorong efisiensi
produksi.
a. Pertama, dengan pemberitahuan awal, instalasi dan pelaksanaan suatu sistem pengukuran,
akan meninggikan kesadaran pegawai dan minatnya pada tingkat dan rangkaian produktivitas.
b. Kedua, diskusi tentang gambaran-gambaran yang berasal dari metode-metode yang relatif
kasar ataupun dari data yang kurang memenuhi syarat sekalipun, ternyata memberi dasar bagi
penganalisaan proses yang konstruktif atas produktif.
Manfaat lain yang diperoleh dari pengukuran produktivitas mungkin terlihat pada penempatan
perusahaan yang tetap seperti dalam menentukan target/sasaran tujuan yang nyata dan pertukaran
informasi antara tenaga kerja dan manajemen secara periodik terhadap masalah-masalah yang saling
berkaitan. Pengamatan atas perubahan-perubahan dari gambaran data yang diperoleh sering nilai
diagnostik yang menunjuk pada kemacetan dan rintangan dalam meningkatkan penampilan
oraganisasi. Satu keuntungan dari pengukuran produktivitas adalah pembayaran staf. Gambaran data
melengkapi suatu dasar bagi andil manfaat atas penmpilan yang ditingkatkan.

2. Metode – Metode Pokok Pengukuran Produktivitas


Secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga
jenis yang sangat berbeda:
a. Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis
yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan, namun hanya
mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya.
b. Perbandingan pelakasanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses) dengan lainnya.
Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian relatif.
c. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik sebagai
memusatkan perhatian pada sasaran/tujuan.
Untuk menyusun perbandingan – perbandingan ini perlulah mempertimbangkan tingkatan daftar
susunan dan perbandingan pengukuran produktivitas.
Paling sedikit ada 2 jenis tingkat perbandingan yang berbeda, yakni produktivitas total dan
produktivitas parsial.
1. Produktivitas Total adalah perbandingan antara total keluaran (output) dengan total masukan
(input) persatuan waktu. Dalam penghitungan produktivitas total, semua faktor masukan
(tenaga kerja, kapital, bahan, energi) tehadap total keluaran harus diperhitungkan.
Hasil Total
Prouktivitas Parsial =
Masukan Total

5
2. Produktivitas parsial adalah perbandingan dari keluaran dengan satu jenis masukan atau
input persatuan waktu, seperti upah tenaga kerja, kapital, bahan, energi, beban kerja, dll.
Hasil parsial
Prouktivitas Parsial =
Masukan Total

6
BAB V
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KERJA

Sebuah perusahaan atau sistem produksi lainnya menerapkan kombinasi kebijakan, rencana sumber-
sumber dan metodenya dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan khususnya. Kombinasi-kombinasi
kebijakan ini dituangkan melalui dan dengan bentuan faktor-faktor produktivitas internal dan
eksternal. Pada tingkat perusahaan, faktor-faktor tersebut hampir seluruhnya direflesikan dalam
sumber pokok, yakni: manusia dan bahan-bahan atau melalui :
1. Sumber manusia.
2. Energi sumber mineral
3. Tenaga kerja
4. Manajemen dan organisasi
5. Modal pokok, bahan mentah

Contoh:
Pengaruh faktor-faktor seperti pendidikan dan latihan terlihat pada keahlian dan sikap pekerja.
Kemajuan teknologi dan litbang jika direalisasikan pada tingkat perusahaan hanyalah melalui tenaga
kerja trampil, perlengkapan serta manajemen yang lebih baik, dengan kata lain melalui sumber-
sumber manusia dan material. Faktor-faktor lingkungan seperti siklus perdagangan, ekonomi skala
serta kondisi melalui tenaga kerja (pekerja lapangan dan pekerja kantor tata usaha maupun
manajemennya) dan modal. Jadi peningkatan produktivitas terutama berkaitan dengan tiga jenis
sumber:
a. modal (Perlengkapan, material, energi, tanah dan bangunan)
b. Tenaga kerja.
c. Manjemen dan organisasi.

1. Perlengkapan, Material, Dan Tenaga/Energi


Sebuah perbandingan dari hasil perjam kerja manusia melalui waktu dipengaruhi oleh volume,
variasi dan hasil tahunan modal tetap. Kualitas, unsur peralatan serta tingkat keseragamannya
seringkali berat timbangannya dalam mengukur produktivitas organisasi. Pada umumnya metode-
metode perintah kerja untuk penggunaan yang lebih baik dari peralatan, dapat disarankan:
a. Pemilihan daya guna peralatan yang cocok.
b. Penjadwalan daya guna mesin.
c. Pengaturan pelayanan dan perawatan mesin.
d. Melatih dan memberikan pelajaran pada pekerja operasional.
Faktor pertumbuhan produktivitas yang sangat penting adalah material dan tenaga. Penggunaan
bahan baku yang terbuang rata-rata mencapai sekitar 40% dari biaya produksi nasional secara
keseluruhan, jika kita mempertimbangkan tenaga maupun bahan baku, maka gambaran ini
meningkat dalam jumlah yang besar. Latihan operator yang sedikit, penataan yang kurang baik
serta ruang gedung yang tidak cukup, dapat memperburuk masalah penanganan bahan-bahan dan
mengarah kepada perubahan gerak dan berakibat. Tujuan yang paling penting haruslah dengan
merancang metode-metode untuk memproduksi jumlah hasil produksi yang sama dengan energi
material yang sedikit serta mengganti material maupun alat-alat dengan biaya lebih rendah atau
mungkin lebih memproduksi barang lebih dari jumlah bahan yang sama. Meningkatkan
produtivitas juga tegantung pada pemilihan bahan-bahan maupun daya guna secara optimal. Setiap
material mempunyai harga dan kualitas sendiri yang pemilihan yang tepat akan mempengruhi
produkitivitas.

7
2. Angkatan Kerja
Salah satu area potensial tertinggi dalam peningkatan produktivitas adalah mengurangi jam
kerja yang tidak efektif. Lamanya buruh bekerja, dan proporsi penempatan waktu yang produktif
sangat tergantung kepada cara pengaturan, latihan, pengaturan dan motivasinya. Beberapa
penyelidikan menunjukkan bahwa waktu yang produktif berkisar 25% sampai 30% sedangkan
yang tidak produktif karena kejelekan manajemennya kadang-kadang mencapai 50% lebih dan
sisanya disebabkan adanya pekerjaan yang sia-sia ataupun karena sikap pekerjaannya.
a. Struktur Waktu Kerja
Analisa dan studi yang berhati-hati terhadap semua komponen dan penggunaan waktu yang
tidak efektif menyebabkan manajemen dan pengawasan mampu mengurangi sebab-sebab
utama dari kerugian waktu serta membantu merencanakan teknik-teknik peningkatan
produktivitas bagi kepentingan individu atau kelompok pelaksanaan.
b. Peningkatan Efektifitas Dari Waktu Kerja
Masalah berikutnya adalah cara melaksanakan teknik peningkatan produktivitas menggunakan
manajemen, penambahan material, perencanaan dan organisasi kerja yang lebih baik, latihan
dan pendidikan, kepuasan tugas serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas tenaga
kerja maupun memanfaatkan cadangan-cadangan. Kesempatan utama dalam meningkatkan
produktivitas manusia terletak pada kemampuan individu sikap individu dalam bekerja serta
manajemen maupun organisasi kerja dengan kata lain, dalam mengkaji produktivitas pekerja
individual paling sedikit kita harus menjawab dari pertanyaan pokoknya: mampukah buruh
bekerja lebih baik dan tertarikkah pekerja untuk bekerja lebih giat? Untuk menjawab kita harus
mengecek dua kelompok syarat bagi produktivitas perorangan yang tinggi. Yang pertama
sedikitnya meliputi:
1. Tingkat pendidikan dan keahlian.
2. Jenis teknologi dan hasil produksi.
3. Kondisi kerja.
4. Kesehatan, kemampuan fisik dan mental.
Kelompok kedua mencakup:
1. Sikap (terhadap tugas), teman sejawat dan pengawas).
2. Keanekaragaman tugas.
3. Sistem insentif (sistem upah dan bonus).
4. Kepuasan kerja keamanan kerja.
5. Kepastian pekerjaan.
6. Perspektif dari ambisi dan promosi.
Jadi setiap tindakan perencanaan peningkatan produktivitas individual paling sedikit mencakup
tiga tahap berikut ini:
1. Mengenai faktor makro utama bagi peningkatan produktivitas.
2. Mengukur pentingnya setiap faktor dan menentukan prioritasnya.
3. Merencanakan sistem tahap-tahap untuk meningkatkan kemampuan pekerja dan
memperbaiki sikap mereka sebagai sumber utama produktivitas.

8
c. Insentif (Perangsang) Yang paling penting, program peningkatan produktivitas yang berhasil itu
ditandai dengan adanya andil yang luas dari keuangan dan tunjangan-tunjangan lain diseluruh
organisasi. Setiap pembayaran kepada perorangan harus ditentukan oleh andilnya bagi
produktivitas, sedangkan kenaikan pembayaran harus dianugerahkan teruatama berdasarkan
hasil produktivitas. Untuk menjadi seorang motivator yang efektif pemberian bonus haruslah
dihubungkan secara langsung dengan tujuan pencapaian malalui cara yang sederhana mungkin,
sehingga penerima segera dapat mengetahui berapa rupiah yag dia peroleh dari upayanya.
Bentuk pemberian bonus yang berorientasi pada penampilan adalah proyek pemberian bonus,
dimana hasil kerja yang baik segera diberi hadiah dengan bonus yang sesuai. Hal tersebut lebih
aktif dibandingkan menunggu berapa bulan tanpa pemberitahuan yang nyata sampai saat
pemberian bonus diakhir tahun ketika suasana “semua menrima” akan membuang semua
pengaruh motivasi selama tahun berjalan. Penghargaan serta penggunaan motivator yang tepat
akan menimbulkan suasana kondutif atau berakibat kepada produktivitas yang lebih tinggi.
Semua itu mencakup sistem pemberian insentif dan usaha-usaha manambah kepuasab kerja
melalui sarana yang beraneka macam.

9
BAB VI
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS KERJA.

Banyak faktor yang dapat mempengruhi tinggi rendahnya produktivitas kerja. Soedirman (1986) dan
tarwaka (1991) merinci faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja secara umum.

1. Motivasi.
Motivasi merupakan keuatan atau motor pendorong kegiatan seseorang kearah tujuan tertentu
dan melibatkan segala kemampuan yang didmiliki untuk mencapainya. Karyawan didalam proses
produksi adalah sebagai manusia (individu) sudah barang tentu memiliki identifikasi tersendiri
antara lain sebagai berikut:
a. Tabiat/watak
b. Sikap laku/penampilan
c. Kebutuhan
d. Keinginan
e. Cita-cita/kepentingan-kepentingan lainnya
f. Kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk oleh keadaan aslinya
g. Keadaan lingkungan dan pengalaman karyawan itu sendiri
Karena setiap karyawan memiliki identifikasi yang berlainan sebagai akibat dari latar
belakang pendidikan, pengalaman dan lingkungan masyarakat yang beranekan ragam, maka ini
akan terbawa juga dalam hubungan kerjanya sehingga akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku
karyawan tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya. Demikian pula pengusaha juga mempunyai
latar belakang budaya dan pandangan falsafah serta pengalaman dalam menjalankan perusahaan
yang berlain-lainan sehingga berpengaruh di dalam melaksanakan pola hubungan kerja dengan
karyawan.Pada hakikatnya motivasi karyawan dan pengusaha berbeda karena adanya perbedaan
kepantingan maka perlu diciptakan motivasi yang searah untuk mencpai tujuan bersama dalam
rangka kelangsungan usaha dan ketenaga kerjaan, sehingga apa yang menajdi kehendak dan cita-
cita kedua belah pihak dapat diwujudkan. Dengan demikian karyawan akan mengetahui fungsi,
peranan dana tanggung jawab dilingkungan kerjanya dan dilain pihak pengusaha perlu
menumbuhkan iklim kerja yang sehat dimana hak dan kewajiban karyawan diatur sedemikian rupa
selaras dengan fungsi, peranan dan tanggung jawab karyawan sehingga dapat mendorong motivasi
kerja kearah partisipasi karyawan terhadap perusahaan.
Iklim kerja yang sehat dapat mendorong sikap keterbukaan baik dari pihak karyawan maupun
dari pihak pengusaha sehingga mampu menumbuhkan motivasi kerja yang searah antara karyawan
dan pengusaha dalam rangka menciptakan ketentraman kerja dan kelangsungan usaha kearah
peningkatan produksi dan prosuktivitas kerja.

a. Faktor – faktor Motivasi Kerja


Untuk mendapatkan motivasi kerja yang dibutuhkan suatu landasan yaitu terdaptnya suatu
motivator. Dan hal ini merupakan hasil suatu pemikiran dan kebijaksanaan yang tertuang dalam
perencanaan dan program yang terpadu dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi sesuai
dengan keadaan eksteren dan interen. Adapun yang dibutuhkan oleh motivator adalah sebagai
berikut : Pencapain penyelesaian tugas yang berhasil berdasarkan tujuan dan sasaran.
Penghargaan terhadap pencapaian tugas dan sasaran yang telah ditetapkan. Sifat dan ruang
lingkup pekerjaan itu sendiri pekerjaan yang menarik dan memberi harapan :
1. Adanya peningkatan (kemajuan).
2. Adanya tanggung jawab.
3. Adanya administrasi dan manajemen serta kebijaksanaan pemerintah.
4. Supervisi.
5. Hubungan antara perseorangan.
6. Kondisi kerja
7. Gaji
8. Status
9. Keselamatan dan Kesehatan kerja.
10
b. Usaha – usaha Peningkatan Motivasi Kerja
Untuk pencapaian tujuan diatas, maka perlu adanya pembinaan sikap laku yang meliputi
seluruh pelaku produksi. Pemerintah, pengusaha/organisasi pengusaha, karyawan/organisasi
karyawan dengan cara sebagai berikut:
1. Intern Perusahaan
a. Penjabaran dan penanaman pengertian serta tumbuhnya sikap laku dan pengamalan
konsepTri Dharma.
b. Rumongso handarbeni (saling ikut memiliki).
c. Melu Hangrungkebi (ikut serta memelihara, mempertahankan dan melestarikan).
d. Mulat seriro hangroso wani (terus menerus mawasdiri).
e. Secara fisik, maka sarana-sarana motivatif yang langsung berkaitan dengan kerja dan
tenaga kerja diusahakan peningkatan menurut kemampuan dan situasi-situasi perusahaan
2. Ekstern perusahaan
Penanaman kesadaran bermasyarakat dan kesadaran bernegara antara lain melalui penataran
P4.

2. Kedisplinan
Disiplin merupakan sikap mental yang tecermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan,
kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika,
norma dan kaidah yang berlaku. Disiplin dapat pula diartikan sebagai pengendalian diri agar
tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan falsafah dan moral Pancasila, Dari pengertian
diatas dapat kita simpulkan bahwa disiplin mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri-ciri
sebagai berikut:Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah
menjadi norma, etik, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat.
a. Adanya prilaku yang dikendalikan.
b. Adanya ketaatan (obedience)

Dari ciri-ciri pola tingkah laku pribadi disiplin, jelaslah bahwa disiplin membutuhkan
pengorbanan, baik itu perasaan, waktu, kenikmatan dan lain-lain. Disiplin bukanlah tujuan,
melainkan sarana yang ikut memainkan peranan dalam pencapaian tujuan. “Manusia sukses
adalah manusia yang mampu mengatur, mengendalikan diri yang menyangkut pengaturan
cara hidup dan mengatur cara kerja”. Maka erat hubungannya antara manusia sukses dengan
pribadi disiplin. Mengingat eratnya hubungan disiplin dengan produktivitas maka disiplin
mempunyai peran sentral dalam membentuk pola kerja dan etos kerja produktif. Disiplin
mempunyai pengertian yang berbeda-beda dan dari berbagai pengertian itu dapat kita sarikan
beberapa hal sebagai berikut:
a. Kata disiplin (terminologis) berasal dari kata latin: disciplina yang berarti pengajaran,
latihan dan sebagainya (berawal dari kata discipulus yaitu sorang yang belajar). Jadi secara
etimologis ada hubungan pengertian antara discipline dengan disciple (Inggris) yang berarti
murid, pengikut yang setia, ajaran atau aliran.
b. Latihan yang mengembangkan pengedalian diri, watak atau ketertiban dan efisiensi.
c. Kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap ketentuan dan peraturan pemerintah atau etik,
norma dan kaidah yang berlaku dala masyarakat.
d. Penghukuman (punishment) yang dilakukan melalui koreksi dan latihan untuk mencapai
prilaku yang dikendalikan (controlled behaviour).
Dengan rumusan-rumusan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa, disiplin adalah sikap mental
yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa
kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan baik oleh pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat
untu tujuan tertentu. Disiplin dapat pula diartikan pengendalian diri agar tidak melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan falsafah dan moral Pancasila.” Disiplin nasional adalah suatu
kondisi yang merupakan perwujudan sikap mental dan perilaku suatu bangsa ditinjau dari
aspek kepatuhan dan ketaatan terhadap ketentuan, peraturan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara”.
11
3. Etos Kerja.
Etos kerja merupakan salah satu faktor penentu produktivitas, karena etos kerja merupakan
pandangan untuk menilai sejauh mana kita melakukan suatu pekerjaan dan terus berupaya untuk
mencapai hasil yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. Usaha untuk
mengembangkan etos kerja yang produktif pada dasarnya mengarah pada peningkatan
produktivitas yang bykan saja produktivitas individu melainkan juga produktivitas masyarakat
secara keseluruhan. Untuk itu dapat ditempuh berbagai langkah seperti:
a. Peningkatan produktivitas melalui penumbuhan etos kerja, dapat dilakukan lewat pendidikan
yang terarah. Pendidikan harus mengarah kepada pembentukan sikap mental pembangunan,
sikap atau watak positif sebagai manusia pemabangunan bercirikan inisiatif, kreatif, berani
mengambil resiko, sistematis dan skeptis.
b. Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan yang memerlukan
berbagai keahlian dan keterampilan serta sekaligus dapat meningkatkan kreativitas,
produktivitas, kualitas dan efisiensi kerja. Berbagai pendidikan kejuruan dan politeknik perlu
diperluas dan ditingkatkan mutunya.
c. Dalam melanjutkan dan meningkatkan pembangunan sebaiknya nilai budaya Indonesia terus
dikembangkan dan dibina guna mempertebal rasa harga diri dan kebangsaan dan
memperkokoh kesatuan.
d. Disiplin nasional harus terus dibina dan dikembangkan untuk memperoleh rasa sikap mental
manusia yang produtif .
e. Menggalakkan partisipasi masyarakat, maningkatkan dan mendorong agar terjadi perubahan
dalam masyarakat tentang tingkah laku, sikap serta psikologi masyarakat.
f. Menumbuhkan motivasi kerja, dari sudut pandang pekerja, kerja berarti pengorbanan \, baik
untuk pengorbanan waktu senggang dan kenikmatan hidup lainnya, sementara itu upah
merupakan ganti rugi dari segala pengorbanannya itu.
Usaha-usaha diatas harus terus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan untuk
mendapatkan hasil seperti yang diharapkan langkah ini perlu direalisasikan apabila tujuan-tujuan
yang diahrapkan untuk membentuk sikap mental dan etos kerja yang produktif sebagai faktor
dominan masyarakat pembangunan dalam menuju tahap tinggal landas.

4. Keterampilan.
Faktor keterampilan baik keterampilan teknis maupun manajerial sangat menentukan tingkat
pencapaian produktivitas. Dengan demikian setiap individu selalu dituntut untuk terampil dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) teruatama dalam perubahan teknologi
mutakhir. Seseorang dinyatakan terampil dan produktif apabila yang bersangkutan dalam satuan
waktu tertentu dapat menyelesaikan sejumlah hasil tertentu. Dengan demikian menjadi faktor
penentu suatu keberhasilan dan produktivitas, karena dari waktu itulah dapat dimunculkan
kecepatan dan percepatan yang akan sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kehidupan
termasuk kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Haruslah disadari sedalam-dalamnya bahwa
era tinggal landas hanya dapat kita wujudkan bila kita benar-benar memiliki konspe waktu yang
tepat serta mampu menguasai dan memanfaatkan waktu, dan dengan demikian dapat
meningkatkan produktivitas, sebagai perwujudan dari eksistensi bangsa yang maju dan modern.

5. Pendidikan.
Tingkat pendidikan harus selalu dikembangkan baik melalui jalur pendidikan formal maupun
informal. Karena setiap penggunaan teknologi hanya akan dapat kita kuasai dengan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan yang handal. Disamping faktor tersebut diatas, manuaba (1992)
mengemukakan bahwa faktor alat, cara dan lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap
produktivitas yang tinggi, maka faktor tersebut harus betul-betul serasi terhadap kemampuan,
kebolehan dan batasan manusia pekerja. Dalam pendidikan maka kita mengenal tiga faktor yang
memberikan dasar penting untuk pengembangan disiplin ialah sebagai berikut:

12
a. Pendidikan umum dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
b. Pendidikan politik guna membudayakan kehidupan berdasarkan konstitusi, dwmokrasi
pancasila dan hukum kesadaran hukum kunci penting untuk menegakkan disiplin.
c. Pendidikan Agama yang menuju kepada pengendalian diri (self control) yang merupakan
hakikat disiplin, nilai agama tidak boleh dipisahkan dari setiap aktivitas manusia peranan
nilai-nilai keagamaan itu juga dijadikan bagian penting dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara, mengamalkan nilai kebenaran agama yang diarahkan
membina disiplin nasional itu wajib, sebagaimana manusia Indonesia mengamalkan
Pancasila.

13
BAB VII
PENUTUP

Produktivitas bukanlah suatu perhitungan kuantitas, tetapi seperti diterangkan dalam bab-bab
terdahulu, adalah suatu ratio, suatu perbandingan dan merupakan suatu pengukuran matematis dari
suatu tingkat efisiensi. Produksi berkaitan dengan kuantitas, sedangkan produktivitas adalah hasil
persatuan dari suatu input (masukan). Jadi merupakan perbandingan antara output (hasil) dan input
(masukan).

14
DAFTAR PUSTAKA

Sinungan, Muchdarsyah, 2005, Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta, Bumi Aksara
Tarwaka, dkk, 2004, Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan produktivitas. Surakarta.
Uniba Press.
Artikel dari Internet
http://www.bung-hatta.info/content.php?article.202 (Produktivitas Tenaga Kerja Dari Perspektif
Sosial)
Antoni., Student Ph.D Fakulti Universiti Kebangsaan Malaysia, 2007, Gaya Kepemimpinan Dan
Produktivitas Kerja,
Rahardi Ramelan, Konsepsi Dan Strategi Peningkatan Produktivitas Nasional Pd Seminar Gerakan
Produktivitas Nasional“ pada tanggal 13 Juli 1994 di Departemen Tenaga Kerja RI, Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai