Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ANOREKSIA

1. KONSEP PENYAKIT
1.1. Pengertian
Anoreksia merupakan penurunan napsu makan yang merupakan
gejala umum pada banyak penyakit dan dapat disebabakan oleh makanan,
obat, emosi, ketakutan, masalah psikologi dan infeksi.
Anorexsia Nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan
penolakan mempertahankan berat badan dalam batas-batas minimal yang
normal. Ciri khasnya adalah mengurangi berat badan dengan sengaja,
dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita.
Anoreksia jangka panjang dapat menyebabkan ketidak seimbangan
elektrolit yang dapat menyebabkan dysritmia jatung. Makan merupakan
salah satu cara dalam menaikan berat badan akan tetapi pemberian
makanan melalui selang atau infuse dapat menjadikan sebuah pilihan.
Tanyakan kepada pasien apa oenyebab merekan kehilangan napsu makan
dan apa yang dapat meningkatkan napsu makan tersebut.
1.2. Etiologi
Berbagai faktor psikologi berhubungan dengan perkembangan
perilaku yang khas dari Anorexsia Nervosa. Rasa harga diri yang rendah
sering berperan penting dalam munculnya penyakit ini. Penurunan berat
badan dipandang sebagai suatu pencapaian dan harga diri bergantung
pada ukuran dan berat badannya. Ada pula hubungan antara gangguan
makan dengan gangguan alam perasaan. Dinamika keluarga juga dapat
berperan dalam perkembangan gejala anorexsia nervosa. Orangtua
mungkin terlalu memegang kendali dan terlalu melindungi anak. Faktor
lain yang juga berperan dalam munculnya gangguan ini adalah
kelangsingan idealik masyarakat yang berusaha disamai atau bahkan
dilampau oleh para remaja. Individu yang terkena gangguan ini
mempunyai citra tubuh yang menyimpang menganggap dirinya obesitas
atau terobsesi tentang ukuran dan bentuk bagian tubuh tertentu.
1.3. Patofisiologi
Penyebab dari anoreksia hingga saat kini belum diketahui. Akan
tetapi, para ahli kesehatan berpendapat bahwa factor sosial memegang
peranan penting dari anoreksia. Pada beberapa penelitian terdapat faktor-
faktor yang menjadi predisposisi peningkatan resiko anorexsia nervosa
meliputi faktor biologi, sosiokultural, dan psikologi.
1.3.1. Faktor Biologi
1.3.1.1. Kelaparan atau starvasi akan menyebabkan perubahan
pada aktivitas neuropeptida dan memberikan kontribusi
terhadap gangguan neuroendokrin pada pasien anorexsia
nervosa. Sebagai contoh , perubahan CRH berkontribusi
terhadap hypercortisolemia dan perubahan NPY dapat
berkontribusi pada amenore. Perubahan dari peptida-Peptida ini
seperti opiat, vasopresin, dan aktivitas oksitosin dapat
berkontribusi menjadi karakteristik gangguan psikofisiologis
lain, seperti mengurangi makanan pada kondisi akut anoreksia
(Kaye 1999).
1.3.1.2. Pada penelitian fungsi dari hypothalamic- pituitary-
adernal(HPA) Axis pada pasien anoreksia nervosa secara prinsip
ditemukan hyperkortisolisme dimana HPA berperan dalam
melepaskan hormon kortikotropin yang mempengaruhi pasien
menjadi anoreksia (licino,1996).
1.3.1.3. Jalur pusat serotonim mengatur pola makan dan juga
berpartisipasi terhadap regulasi prilaku dan susunan hati.
Gangguan pengaturan regulasi serotonim memberikan implikasi
pada kondisi depresi umum dengan jelas akan menyebabkan
gangguan makan. Pada penelitian regulasi serotonim yang
terganggu memberikan peningkatan resiko anorexsia nervosa
(Jimerson, 1990).
1.3.1.4. Determinasi Ghrelin , glucose-dependent insulinotropic
polypeptide (GIP) memberikan respon peningkatan anoreksia.
pada penelitian didapatkan ghrelin yang berperan dalam
patofisiologi anoreksia. penurunan GIP terjadi pada objek,
meskipun intake sedikit kalori mencegah respon cepat insulin
terhadap pasien yang mengalami anorexsia (Stock, 2005).
1.3.1.5. Pada kondisi fungsi tiroid tertekan, kelainan ini hanya bisa
dikoreksi dengan kaliminasi. Kelaparan juga menyebabkan
aminore yang menunjukan kadar hormon (Luitenizing hormon,
FSH, Gonadotropin, realising hormone). Meskipun begitu,
beberapa pasien anoreksia nervosa menderita aminore sebelum
kehilangan berat badan yang signifikan.

1.3.2. Faktor sosiokultural


Tidak ada gambaran keluarga yang spesifik untuk
anorexsia nervosa. Walaupun begitu, ditemukan bukti yang
menunjukkan pasien anorexsia nervosa mempunyai masalah
hubungannya dengan keluarga dengan penyakit mereka. Pasien
anoxeksia mempunyai sejarah keluarga depresi ketergantungan
alkohol, atau gangguan makan.
1.3.3. Faktor Psikologis
Anorexsia nervosa adalah suatu reaksi dari tuntunan
remaja untuk kebebasan yang lebih dan peningkatan fungsi
sosial dan seksual mereka. Takut gemuk atau merasa terlalu
gemuk ini terutama terjadi pada wanita sehingga membatasi
makan dan terkadang tidak makan atau puasa, akhirnya tidak
mau makan hingga penderita kurus kering. Dimana pada
akhirnya kondisi ini menimbulkan efek berbahaya yaitu
kematian penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada 10%
penderitanya (neumaker, 1997).
Respon pertama dari anorexsia nervosa adalah gangguan
makanan yang memberikan manifestasi ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Kondisi merasa terlalu
gemuk memberikan manifestasi gangguan konsep diri
(gambaran diri). Kondisi anorexsia akut memberikan
manifestasi fisik dehidrasi dan resiko shock hypovolemik akibat
kurangnya asupan cairan serta terjadi ketidakseimbangan
elektrolit terutama kalium sehingga meningkatkan resiko
hipokalemia.
1.4. Manifestasi Klinis
1.4.1. Penurunan berat badan mendadak, tanpa penyebab yang jelas.
1.4.2. Tampilan kurus kering, hilangnya lemak subcutan
1.4.3. Perubahan kebiasaan makan, waktu makan yang tidak lazim
1.4.4. Latihan dan aktivitas fisik yang berlebihan
1.4.5. Amenorea
1.4.6. Kulit kering bersisik
1.4.7. Lanugo pada ekstremitas, punggung dan wajah.
1.4.8. Kulit berubah kekuningan
1.4.9. Gangguan tidur
1.4.10. Konstipasi
1.4.11. Erosi eosopagus
1.4.12. Alam perasaan depresi
1.4.13. Fokus yang berlebihan pada pencapaian hasil yang tinggi
1.4.14. Perhatian berlebihan terhadap makanan dan penampilan tubuh
1.4.15. Erosi email dan dentin tinggi

1.5. Komplikasi
1.5.1. Jantung: bradikardi, tachikardi, aritmia, hipotensi, gagal jantung
1.5.2. Gastrointestinal: esofagitis, ulcus peptikum, hepatomegali
1.5.3. Ginjal: abnormalitas urea serum dan elektrolit
1.5.4. Skelet: osteoporosis, faktor patologik
1.5.5. Endokrine: penurunan fertilitas, peningkatan kadar kortisol dan
hormon pertumbuhan, peningkatan glukoneogenesis
1.5.6. Metabolik; penurunan BMR, gangguan pengaturan suhu badan,
gangguan tidur

1.6. Penatalaksanaan
Pengobatan diberikan dengan rawat jalan, kecuali muncul masalah
medis yang berat. Pengobatan rawat jalan ini mencakup:
1.6.1. Pemantauan medis
1.6.2. Rencana diet untuk memulihkan status nutrisinya
1.6.3. Psikoterapi jangka panjang untuk mengatasi penyebab dasarnya
1.6.4. Pengobatan psikofarmaka untuk mengatasi gejala depresi,
kegelisahan dan perilaku kompulsif – obsesif
Obat-obat yang dapat digunakan :
1.6.4.1.Antidepresan, juga dipakai SSRI (Selective Serotonin
Reuptake Inhibitors), terutama bila salah satu komponen
penyakitnya adalah latihan yang dipaksakan (Imipramin,
Desipramin, Fluoksetin, Sertralin).
1.6.4.2.Penggantian estrogen untuk amenore

2. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


2.1. Pengkajian

2.1.1. Riwayat keperawatan

2.1.1.1. Keluhan utama

Merupakan keluhan yang paling utama yang


dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya keluhan
utama yang klien rasakan jarang diungkapkan klien. Klien
biasa mengungkapkan bahwa dia tidak menderita
anorexsia nervosa dengan tanda binge dan purge.
2.1.1.1. Riwayat penyakit dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit
sama atau pernah di riwayat sebelumnya, kapan waktu
terjadinya, dan penanganan yang dilakukan sendiri
sebelum di rawat. Klien anorexsia nervosa sering berfokus
pada cara menyenangkan orang lain dan menghindari
konflik. Klien sering memiliki perilaku impulsif seperti
penyalahgunaan zat dan pencurian, ansietas, depresi, dan
gangguan keperibadian.
2.1.1.2. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama
melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu
focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu
bagaimana binge dan purge dirasakan oleh klien, regional
(R) yaitu menjalar binge dan purge kemana, Safety (S)
yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi binge
dan purge atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu
sejak kapan klien merasakan binge dan purge tersebut.
2.1.1.3. Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah
menderita penyakit anorexsia nervosa.
2.1.2. Pemeriksaan fisik
2.1.2.1. Penampilan Umum
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan
klien. catat kehilangan berat badan 15% dibawah normal
atau lebih. Klien anorexsia nervosa dapat kelebihan berat
badan atau kekurangan berat badan, tetapi biasanya
mendekati berat badan yang diharapkan sesuai dengan
usia dan ukuran tubuhnya. Penampilan umum klien tidak
luar biasa, dan klien tampak terbuka dan mau berbicara.
2.1.2.2. Kesadaran
Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas
keadaan klien. Klien biasanya malu dengan perilaku
makan berlebihan dan pengurasan. Klien mengakui bahwa
perilaku tersebut abnormal dan berusaha keras untuk
menyembunyikanya dari orang lain. Klien merasa lepas
kendali dan tidak mampu merubah perilaku tersebut
meskipun klien mengakui perilaku tersebut sebagai hal
yang patologis.
2.1.2.3. Tanda-tanda Vital
Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan
respirasi (TPRS).
2.1.2.4. Sistem gastrointestinal
Mengkaji tentang keadaan gigi, mulut, dan abdomen
. Biasanya pada klien anoreksia nervosa dapat terlihat
karies gigi, lidah kotor, membran mukosa mulut kering
dan perut agak cekung atau semua ini bisa tidak terlihat
karena terjadi dengan dirahasiakan oleh klien.
2.1.2.5. Nutrisi
Dikaji tentang intake dan output nutrisi, porsi
makan, nafsu makan, pola makan dan aktifitas setelah
makan kliem. Klien makan berlebihan (binge) dan
melakukan pengurasan (purge). Klien mengakui bahwa
perilaku tersebut abnormal dan berusaha keras untuk
menyembunyikanya dari orang lain.
2.1.2.6. Cairan
Dikaji tentang intake cairan yang berkurang dan
output cairan berlebih, keseimbangan cairan dan elektrolit
(natrium, kalsium, albumin), turgor kulit tidak elastis dan
membran mukosa kering.
2.1.2.7. Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan
mengatur pola makan binge, mencegah terjadinya
pengurasan (purge) dan kekuatan otot. Hal membuat klien
dapat cepat lelah karena kekurangan asupan nutrisi dan
cairan yang cukup.
2.1.2.8. Psikologis
Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit,
dan suasana hati klien. Klien yang mengalami gangguan
makan mempunyai mood yang labil, biasanya
berhubungan dengan perilaku makan atau diet klien.
Menghindari makanan yang “buruk” atau makanan yang
menggemukkan memberi klien perasaan kuat dan kendali
terhadap tubuhnya, sedangkan makan berlebihan atau
pengurasan menimbulkan ansietas, depresi, dan perasaan
lepas kendali. Klien sering tampak sedih, cemas, dan
khawatir.
Klien anoreksia nervosa pada awalnya senang dan
gembira, seolah-olah tidak ada yang salah. Wajah yang
menyenangkan biasanya hilang saat klien menunjukan
perilaku makan berlebihan dan pengurasan, dan klien
mungkin menunjukan emosi yang intens tentang perasaan
bersalah, malu, dan memalukan. Klien merasa lepas
kendali dan tidak mampu merubah perilaku tersebut
meskipun klien mengakui perilaku tersebut sebagai hal
yang patologis.
Hal ini menebabkan klien anoreksia nervosa
menjalini hidup yang rahasia, dengan diam-diam
melakukan makan yang berlebihan dan pengurasan
dibelakang teman dan keluarga klien. Jumlah waktu yang
diluangkan untuk membeli dan memakan makanan dan
kemudian melakukan pengurasan dapat mengganggu
performa peran baik di rumah maupun di lingkungan.

2.2. Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Implementasi


2.2.1. Ketidakimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan tidak adekuat pemasukan, menginduksi muntah,
penggunaan pencahan kronis.
Kriteria Hasil: diit sesuai dengan berat badan individu.
2.2.1.1. Monitoring berat badan pasien
2.2.1.2. Monitoring tanda vital dan laboratorium
2.2.1.3. Tingkatkan kepercayaan pasien
2.2.1.4. Berikan makan sedikit tapi sering

2.2.2. Kelainan Body image, berhubungan dengan perubahan


psikososial dan kognitif
Kriteria Hasil: pasien secar verbal menyatakan kepuasan
terhadap tubuhnya.
2.2.2.1. Kaji dan dokumentasikan repon verbal dan nonverbal
2.2.2.2. Dengarkan pasien dan bawa terhadap realitas
2.2.2.3. Monitoring pernyataan negative pasien sess and document
patient’s verbal and nonverbal
2.2.2.4. Kaji kebutuhan rujukan ke pelayanan konseling dan social
2.2.2.5. Berikan penghargaan secra verbal
2.3. Evaluasi
2.3.1. Pasien mendapatkan berat badan yang sesuai
2.3.2. pasien puas dengan tubuhnya
2.3.3. pasien dapat menilai secara positif terhadap tubuhnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bachrach, L.K., Guido D., Katzman D. 1990. “Decreased Bone Density in


Adolescent Girls with Anorexsia Nervosa”. Pediatrics. 86 (3):440-7/1990
September. New Jersey.

Dixon, J. 1984. “Effect of Nursing Interventions on Nutritional and Performance


Status in Cancer Patients”. Nurs Res. 33(6):330-5/1984 November-
Desember. New York.

Duker, M., dan Slade, R. 2003. Anorexsia Nervosa: How to Help. UK: Open
University Press.

Anda mungkin juga menyukai