BAB I
PETA TOPOGRAFI
Pemetaan geomorfologi mampu menganalisa sesuatu yang ada pada kenampakan yang
tedapat pada daerah telitian
Dengan mempertimbangkan aspek relief, genetik, dan lithologi, maka pemetaan satuan
bentuk lahan sebagai satuan peta geomorfologi akan dapat mengetahui proses geologi utama
yang meyebabkan terdapatnya macam kenampakan relief di daerah penelitian dan akan dapat
pula memberikan gambaran pada kondisi dan struktur geologi daerah itu.
Tujuan pemetaan tersebut antara lain untuk mengenal, memeri, melokalisir dan
menggambarkan setiap aspek bentuk lahan pada peta berdasarkan kesamaan sifat dan
perwatakan yang dicerminkan oleh struktur geologi dan kesamaan kesan topografi dengan
cara survey dilapangan (pengukuran dan pengamatan) dan tidak langsung atau intertpretasi
peta topografi , rupa bumi dan indera jauh.
Peta merupakan ungkapan miniatur suatu posisi permukaan bumi yang dilihat dari
atas. Kegunaan peta adalah untuk mengeplot atau mencantumkan suatu objek pengamatan di
permukaan bumi ke dalam peta, misalnya lokasi, singkapan batuan, jalan raya, kota,
permukiman, dll.
Peta topografi adalah jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan detail, biasanya
menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern.
a. Relief
Yaitu bentuk ketidakteraturan secaravertikal dalam ukuran besar maupun kesil dari
permukaan bumi. Contoh: bukit, lembah, dll.
b. Drainase
Yaitu segala bentuk yang berhubungan debgab pebyaluran baik permukaan maupun
permukaan bawah bumi. Contoh: danau, rawa, pantai, dll.
c. Culture
Yaitu segala bentuk hasil kebudayaan manusia. Contoh: perdawahan, perkebunan, dll.
d. Skala
Yaitu perbandingan jarak horizontal dengan jarak di peta.
Macam-macam skala:
1. Skala fraksi
2. Skala verbal
3. Skala grafis
e. Orientasi peta
Merupakan bagian yang menunjukkan arah utara peta, arah utara dukenal ada dua
macam, yaitu:
g. Legenda
Merupakan symbol atau tanda untuk mewakili bermacam keadaan di lapangan.
h. Coverage diagram
Merupakan diagram yang menunjukkan darimana dan bagaimana cara memperoleh
datanya.
i. Edisi peta
Merupakan tahun edisi peta tersebut.
j. Garis kontur
Merupakan garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang terletak pada ketinggian
yang sama. Beberapa sifat dari garis kontur :
BAB II
ASPEK MORFOLOGI
1. Menjelaskan aspek morfografi suatu bentuklahan dan mengetahui ciri-cirinya pada peta
topografi.
2. Menjelaskan aspek morfometri suatu bentuklahan dan mampu menentukan ukuran-
ukurannya berdasarkan peta topografi.
3. Mengenal satuan bentuklahan berbasis morfologi.
Aspek-aspek Geomorfologi
Menurut Verstappen (1985) ada empat aspek utama dalam analisa pemetaan geomorfologi
yaitu :
1. Morfologi: studi bentuk lahan yang mempelajari relief secara umum dan meliputi:
a. Morfografi adalah susunan dari obyek alami yang ada dipermukaan bumi, bersifat
pemerian atau deskriptif suatu bentuklahan, antara lain lembah, bukit, bukit, dataran,
gunung, gawir, teras, beting, dan lain-lain.
b. Morfometri adalah aspek kuantitatif dari suatu aspek bentuk lahan, antara lain
kelerengan, bentuk lereng, panjang lereng, ketinggian, beda tinggi, bentuk lembah, dan
pola pengaliran.
2. Morfogenesa: asalusul pembentukan dan perkembangan bentuklahan serta proses–proses
geomorfologi yang terjadi, dalam hal ini adalah struktur geologi, litologi penyusun dan
proses geomorfologi merupakan perhatian yang penuh. Morfogenesa meliputi :
a. Morfostruktur pasif: bentuklahan yang diklasifikasikan berdasarkan tipe batuan yang
ada kaitannya dengan resistensi batuan dan pelapukan (denudasi), misal mesa, cuesta,
hogback dan kubah.
b. Morfostruktur aktif: berhubungan dengan tenaga endogen seperti pengangkatan,
perlipatan dan pensesaran, termasuk intrusi, misal gunungapi, punggungan antiklin,
gawir sesar dll.
c. Morfodinamik: berhubungan dengan tenaga eksogen seperti proses air, fluvial, es,
gerakan masa, dan gunungapi, misal gumuk pasir, undak sungai, pematang pantai,
lahan kritis.
3. Morfokronologi: urutan bentuklahan atau hubungan aneka ragam bentuklahan dan
prosesnya di permukaan bumi sebagai hasil dari proses geomorfologi. Penekanannya pada
evolusi (ubahangsur) pertumbuhan bentuklahan.
4. Morfokonservasi: hubungan antara bentuklahan dan lingkungan atau berdasarkan
parameter bentuklahan, seperti hubungan antara bentuklahan dengan batuan, struktur
geologi, tanah, air, vegetasi dan penggunaan lahan.
Atas dasar aspek-aspek geomorfologi tersebut di atas, maka karakteristik bentuklahan
dapat diklasifikasikan menjadi delapan bentuklahan utama berdasarkan genesanya, yaitu
bentukan asal structural, vulkanik, fluvial, marin, angin, kars, denudasional, dan glasial.
BAB III
ASPEK MORFOGENESA
Proses-prosesGeomorfologi
1. Proses eksogen atau epigen, gaya-gaya yang menyebabkannya berasal dari luar kulit
bumi.
2. Proses endogen atau hipogen, gaya-gaya yang menyebabkannya berasal dari dalam bumi.
3. Proses-proses angkasa luar (extraterrestrial).
Proses Eksogen
Proses eksogen adalah proses yang disebabkan oleh tenaga yang berasal dari luar
bumi, tetapi masih di dalam lingkungan atmosfer. Proses ini disebut dengan gradasi yang
terdiri atas degradasi dan agradasi. Menurut ChamBerlain dan Salisbury (1904), gradasi
adalah semua proses untuk meratakan permukaan litosfir, sehingga mencapai suatu ketinggian
yang sama (common level). Hal in dapat dicapai dengan degradasi (pengikisan) atau agradasi
(penimbunan).
Aktivitas organism: proses eksogenik ini disebabkan oleh aktivitas organisme, baik
manusia, hewan, maupun tumbuhan. Contoh aktivitas manusia antara lain di daerah
penggalian bahan tambang, bendungan, danau buatan, jalan raya, penebangan hutan
mengakibatkan erosi yang intensif, aktivitas penggunaan bom,dsb.
Proses Endogen
Proses Endogen adalah proses–proses yang berasal dari dalam bumi.proses endogen
ini dibedakan menjadi dua, yaitu diastrofisme dan vulkanisme:
1. Diastrofisma: termasuk proses endogen yang disebabkan oleh energi yang terdapat dari
dalam bumi. Diastrofisma mempunyai kecenderungan membentuk relief pada permukaan
bumi dan dengan demikian merupakan kekuatan yang melawan proses-proses gradasi.
Proses diastrofisma dibagi dalam dua tipe, yaitu orogenesa dan epirogenesa. Epirogenesa
adalah pengangkatan atau penurunan bagian muka bumi yang luas secara perlahan-lahan.
Orogenesa adalah proses pengangkatan dan penurunan bagian dari muka bumi dan
disertai dengan proses pengangkatan, perlipatan, pensesaran, dan kadang disertai intrusi.
BAB IV
POLA PENGALIRAN
a. Menjelaskan karakteristik pola pengaliran dasar dan ubahannya serta ciri-cirinya pada peta
topografi.
b. Menjelaskan makna geologi suatu pola pengaliran dasar dan pola pengaliran ubahan serta
hubungan antara pola pengaliran dan faktor-faktor yang mengendalikannya, yaitu faktor
lereng, bentuklahan, litologi, dan struktur geologi.
c. Menjelaskan karakteristik sungai berdasarkan tempat mengalirnya dan mengungkap
makna litologi, kompetensi dan kapasitas sungai.
Pola pengaliranadalah rangkaian bentuk aliran-aliran sungai pada daerah lemah tempat
erosi mengambil bagian secara aktif serta daerah rendah tempat air permukaan mengalir dan
berkumpul (A.D. Howard, 1967).
1. Rangkaian bentuk aliran-aliran sungai: terdapat lebih dari satu aliran sungai dan terdiri
atas aliran utama, cabang, dan ranting sungai.
2. Pada daerah lemah: atau zona lemah, yaitu bidang perlapisan, bidang kekar dan sesar atau
bidang diskontinuitas.
3. Tempat erosi mengambil bagian secara aktif: artinya terdapat daya tahan terhadap erosi
yang berbeda-beda, tergantung batuannya (litologi).
4. Daerah rendah tempat air permukaan mengalir dan berkumpul: faktor lereng dan
bentuklahan.
1. Topografi (kelerengan).
2. Bentuklahan.
3. Tingkat erosi (resistensi batuan).
4. Litologi (ukuran butir-pelapukan).
5. Struktur geologi (kekar, sesar, lipatan, dan perlapisan batuan).
6. Iklim (curah hujan dan vegetasi) serta infiltrasi (peresapan).
1. Dendritik
a. Bentuk menyerupai cabang-cabang pohon,
b. Mencerminkan resistensi batuan atau homogenitas tanah yang seragam,
c. Lapisan horisontal atau miring landai, kontrol struktur kurang berkembang.
2. Paralel
a. Terbentuk dari aliran cabang-cabang sungai yang sejajar atau paralel pada
bentangalam yang memanjang.
b. Mencerminkan kelerengan yang cukup besar dan hampir seragam.
3. Trellis
a. Terbentuk dari cabang-cabang sungai kecil yang berukuran sama, dengan aliran
tegak lurus sepanjang sungai induk subsekuen yang paralel.
b. Terdapat pada daerah lipatan, patahan yang paralel, daerah blok punggungan pantai
hasil pengangkatan dasar laut, daerah vulkanik atau metasedimen derajat rendah
dengan pelapukan yang berbeda-beda.
4. Rectangular
a. Bentuk aliran seolah memancar dari satu titik pusat berasosiasi dengan tubuh
gunungapi atau kubah berstadia muda,
b. Dalam konsep Davis, pola radial ini adalah menyebar dari satu titik pusat
(sentrifugal), sedangkan kalsifikasi lain menyatakan pola radial mencakup dua sistem
pola pengaliran yaitu ; sentrifugal dan sentripetal.
6. Annular
a. Cabang sungai mengalir tegak lurus sungai utama yang melingkar,
b. Pada struktur kubah, cekungan, atau pada intrusi stock yang tererosi,
c. Sungai dikontrol pola sesar atau kekar pada bedrock.
7. Multibasinal
a. Pada daerah endapan antar bukit, batuan dasar yang tererosi,
b. Ditandai adanya cekungan-cekungan yang kering atau terisi air yang saling terpisah,
aliran yang terputus dan arah aliran yang berbeda-beda,
c. Pada daerah aktif gerakan tanah, vulkanik, dan pelarutan batugamping.
8. Contorted
a. Terbentuk dari aliran cabang-cabang sungai yang relatif tegak lurus terhadap sungai
induk subsekuen yang melengkung,
b. Dibedakan dari recurved trellis dengan ciri daerahnya yang tidak teratur, dikontrol
struktur sesar, lipatan menunjam, atau pada daerah labil.
1. Subdedritik
a. Modifikasi dari pola dendritik, karena pengaruh dari topografi dan struktur,
b. Topografi sudah miring, struktur geologi sudah berperan tetapi kecil.
2. Pinnate
a. Tekstur rapat pada daerah yang sudah tererosi lanjut,
b. Tidak ada kontrol struktur pada daerah landai dengan litologi bertekstur halus
(batulanau, batulempung dll).
3. Anastomatik
a. Jaringan saluran saling mengikat,
b. Terdapat didaerah dataran banjir, delta dan rawa, pasang surut.
4. Distributary
a. Bentuknya menyerupai kipas,
b. Terdapat pada kipas aluvial dan delta.
1. Subparalel
a. Kemiringan lereng sedang atau dikontrol oleh bentuklahan subparalel,
b. Dikontrol oleh lereng, litologi dan struktur,
c. Lapisan batuan relatif seragam resistensinya.
2. Coliniar
Kelurusan sungai atau aliran yang selang-seling antara muncul dan tidak, memanjang
diantara punggungan bukit pasir pada gurun pasir landai dan loess.
1. Directional trellis
a. Anak sungai lebih panjang dari sungai utama,
b. Dijumpai pada daerah homoklin, dengan kemiringan landai.
2. Fault trellis
a. Kelurusan sungai-sungai besar adalah sebagai kelurusan sesar,
b. Menunjukkan graben dan hors secara bergantian.
3. Joint trellis
a. Kontrol strukturnya adalah kekar,
b. Ditandai oleh aliran sungai yang pendek-pendek, lurus dan sejajar.
Angulate:
Centripetal:
a. Pola ini berhubungan dengan kawah, kaldera, dolena besar atau uvala,
b. Beberapa pola centripetal yang bergabung menjadi multicentripetal.
BAB V
PENYIMPANGAN ALIRAN
Pola pengaliran merupakan fungsi dari topografi (kelerengan), tingkat erosi (resistensi
batuan), litologi (ukuran butir-pelapukan), struktur geologi (kekar, sesar, lipatan, dan
perlapisan batuan), iklim (curah hujan dan vegetasi), serta infiltrasi (peresapan).Dengan
mengamati dan menganalisis pola pengaliran, maka dapat ditafsirkan kondisi kelerengannya,
bentuklahan, litologi dan resistensinya, serta struktur geologi.Kajian penyimpangan aliran
sangat penting, terutama pada daerah yang datar dan dapat bersifat lokal.
Penyimpangan aliran dapat terjadi apabila telah terjadi penyimpangan arah aliran
sungai (bentuk paling sederhana adalah pembelokan sungai arah aliran). Penyimpangan ini
dapat disebabkan oleh berkembang atau terjadi perulangan proses dari salah satu fungsi pola
pengaliran.
(A) Dendritik with radial annular enclave; (B) Dendritik trellis influence; (C)
Rectilinearity; (D) Local meandering; (E) Compressed meanders; (F) Local braided; (G)
Pinched valley; (H) Annomalous flare in valley; (I) Annomalous pond, alluvial fill and
wash; (J) Annomalous curves and turn; (K) Flying leeves; (L) Variation in leeve width
(Howard, 1967).
Menurut Way (1920), tekstur pengaliran adalah jarak terdekat antar sungai-sungai
orde 1 yang dinyatakan secara relatif, yaitu halus, sedang, dan kasar pada skala 1:20.000
(Gambar 5.4 dan Tabel 5.1). Semakin dekat jarak antar sungai orde 1, maka tekstur
pengalirannya semakin halus dan sebaliknya.Tekstur pengaliran merupakan fungsi dari
litologi dan resistensi batuan (tingkat erosi suatu daerah).
Bentuk lembah merupakan fungsi dari ukuran butir batuan dan litologi (resistensi).
Macam-macam bentuk lembah:
1. Bentuk lembah sempit berdinding terjal seperti huruf V, umumnya disusun oleh batuan
berbutir kasar, seperti breksi dan batupasir kasar.
2. Bentuk lembah agak landai berdinding agak terjal-landai seperti huruf V landai sampai U
agak terjal. Ciri di atas umumnya disusun batuan berbutir sedang, seperti batupasir.
3. Bentuk lembah landai berdinding landai seperti huruf U landai, umumnya disusun oleh
batuan berbutir halus, seperti batulempung, batulanau, atau napal.
BAB VI
1. Mengenal ciri-ciri bentukan asal struktural berdasarkan rangkaian bentuk garis kontur
pada peta topografi (pola kontur).
2. Dapat menginterpretasi struktur geologi berdasarkan pengamatan pola pengaliran, baik
dasar, ubahan, maupun penyimpangan aliran.
Struktur geologi adalah faktor dominan yang mengontrol atau mengendalikan evolusi
(ubahangsur) bentuk-bentuk permukaan bumi dan struktur geologi tersebut tercermin dalam
bentuklahannya (Thornbury, 1954).
1. Struktur geologi yang dimaksud adalah lipatan, sesar, kekar, bidang perlapisan,
ketidakselarasan, dan kekerasan batuan serta segala sifat-sifat yang memberikan
perbedaan bentuk erosi.
Lapisan miring
Lapisan miring ditunjukkan oleh kemiringan lapisan batuan ke satu arah atau yang
mengarah pada daerah yang lebih landai (dip slope). Kemiringan lapisan batuan pada peta
topografi dicirikan oleh adanya gawir terjal (ditunjukkkan dengan pola garis kontur yang
rapat) dan landai (pola garis kontur yang renggang). Arah kemiringan lapisan batuan searah
dengan kemiringan landai dari topografinya. Bentuklahan penyusunnya antara lain
pegunungan monoklin atau homoklin, punggungan monoklin atau homoklin, perbukitan
monoklin atau homoklin, cuesta, hogback, dan flat iron.
Lapisan Horisontal
Lapisan horisontal dicirikan oleh permukaan yang relatif datar dengan garis kontur
yang jarang, tebing-tebingnya dapat terjal, berundak dengan pola kontur yang relatif seragam
karena dikontrol oleh litologi yang sama. Bentuklahan penyusunnya adalah dataran tinggi
(plateau).
Pada kemiringan dua arah yang berlawanan dapat disebut sebagai lipatan, yaitu
antiklin atau sinklin, sedangkan kemiringan tiga arah dapat disebut sebagai lipatan menunjam
(Gambar 6.3; 6.4; 6.5, dan 6.6). Pada kemiringan kesegala arah, yaitu mempunyai arah
kemiringan lapisan batuan kesegala arah, dapat disebut sebagai dome atau kubah (Gambar
6.7).
Sesar
Sesar pada peta topografi ditunjukkan oleh adanya kelurusan atau off set dari
punggungan, bukit, lembah, aliran sungai, atau gawir. Bentuk-bentuk tersebut tercermin pada
pola konturnya. Bentuklahan penyusunnya adalah pegunungan atau perbukitan blok (Gambar
6.8 dan 6.9), perbukitan sesar, dan gawir sesar. Pengamatan melalui karakteristik pola
pengaliran sangat membantu di dalam interpretasi sesar pada peta topografi.
Perbedaan resistensi batuan pada peta topografi ditunjukkan oleh adanya perbedaan
kerapatan garis kontur.
BAB VII
Tujuan acara praktikum bentukan asal fluvial adalah agar praktikan dapat:
Dalam siklus fluviatil, berkurang dan bertambahnya bentuklahan dapat terjadi karena
kombinasi proses pelapukan, mass wasting, dan erosi oleh air pada permukaan tanah, baik
yang terkonsentrasi dalam saluran (channel) atau tidak (banjir).
1. Medium alamiah (pelaksana atau agent) adalah sesuatu yang dapat mengerosi dan
mengangkut bahan-bahan di permukaan bumi. Agen geomorfologi tersebut antara lain air
permukaan yang terkonsentrasi (sungai, danau, rawa dll) serta air permukaan yang tidak
terkonsentrasi.
2. Adanya kombinasi pelapukan, mass wasting, dan erosi oleh air pada permukaan tanah, baik
yang terkonsentrasi dalam saluran (sungai) maupun tidak (banjir).
3. Sewaktu atau sesudah pengangkatan dan dapat berjalan cepat atau lambat.
4. Bentuklahan yang dihasilkan tergantung kepada struktur geologi, proses geomorfologi, dan
tahap silklus fluvial.
Terbentuk pada bagian hilir sungai yang memiliki slope hampir datar-datar, alurnya
luas, dan dangkal.Sungai teranyam atau anastomosis.terbentuk karena adanya erosi yang
berlebihan pada bagian hulu sungai, sehingga terjadi pengendapan pada bagian hilir atau
alurnya dan membentuk gosong sungai.Karena adanya gosong sungai yang banyak, maka
alirannya memberikan kesan teranyam.
Endapan sungai yang terdapat pada tengah (channel bar) atau tepi (point bar) dari alur
sungai (Gambar 7.2).Gosong sungai bisa berupa kerakal, berangkal, dan pasir.
Sungai dengan muatan sedimen besar yang mengalir dari lereng bukit atau
pegunungan, lalu masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi pengendapan material secara
cepat. Hal ini terjadi karena perubahan gradien lereng dan kecepatan yang drastis, sehingga,
berupa suatu onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu
dataran di depan suatu gawir.
Meander adalah bentuk kelokan sungai pada dataran banjir (Gambar 7.6), daerah
alirannya disebut sebagai meander belt. Meander terbentuk karena adanya pembelokan aliran
sungai akibat pengikisan pada tebing sungai bagian luar (under cut) dan sedimentasi pada
tebing bagian dalam (slip of slope). Pembelokan terjadi karena ada batuan atau endapan yang
menghalangi arah aliran sungai, sehingga alirannya membelok dan terus melakukan
penggerusan ke batuan yang lebih lemah.
Danau tapal kuda adalah sebuah danau yang terbentuk jika lengkung meander
terpotong oleh pelurusan sungai. Apabila bentuk tapal kuda tersebut tidak berair, maka disebut
dengan meander terpotong.
BAB VIII
1. Menjelaskan bentuklahan dari bentukan asal vulkanik yang dihasilkan oleh aktivitas
vulkanisme pada peta topografi.
2. Menjelaskan pola pengaliran dari bentukan asal vulkanik pada peta topografi.
Bentukan asal vulkanik secara spesifik sangat mudah diidentifikasikan dari peta
topografi, bentuklahan vulkanik di bentuk dari akumulasi lava fragmen-fragmen produk
vulkanik yang sangat berbeda daripada bentukan asal lainnya ( Zuidam 1983)
1. Cara untuk mengidentifikasi melalui peta topografi bedasarkan tekuk lereng dan pola
kontur
2. Akumulasi lava dan produk vulkanik memberi peranan yang spesifik pada permukaan
bumi yang dapat di lihat dari pola kontur
Batasan
Bentang alam gunungapi mempunyai bentuk yang sangat khas sehingga sangat mudah
dikenal melalui foto udara atau peta topografi.Kumpulan bentuk-bentuk gunungapi dibangun
oleh aliran lava yang telah membeku sesuai dengan bentuk alam itu sendiri.
Bentuk - bentuk ini disamping melalui tahapan rangkaian erosi dari muda hingga tua,
juga sangat dipengaruhi oleh tipe-tipe kerangka dan material yang dikeluarkan. Hal ini akan
dicerminkan oleh tekstur morfologi yang lebih kasar yang berarti pengikisan lebih lanjut.
Tekstur gunungapi yang lebih halus menandakan adanya timbunan rempah-rempah yang lebih
muda. Semua ini dapat tercermin dari variasi pola kontur pada peta topografi dari penafsiran
perbedaan umur relatif satuan morfologi gunungapi.
Demikian untuk gunungapi yang berdekatan atau pada kawah ganda dengan material
yang dikeluarkan , pada kedua kawah tersebut akan nampak saling memotong pola konturnya.
Gunungapi yang kita kenal mempunyai beberapa tipe letusan, antara lain :
1. Eksplosif dicirikan oleh tekanan gas yang tinggi. Menghasilkan material lepas (
piroklastik ) yang cenderung membentuk gunungapi kerucut.
2. Effusif dicirikan dengan tekanan gas rendah.Cenderung menghasilkan gunungapi strato (
berlapis ). Lava mengendap disekitar Crater sebagai dome , dataran lava , dan sebagainya.
3. Campuran terjadi antara ltusan eksplosif dan effusive. sebagai contoh : gunung Merapi di
jawa tengah.
BAB IX
1. Mengenalkan kepada praktikan bentukan asal karst yang berupa eksokarst dan topografi
kars mayor pada peta topografi.
2. Praktikan dapat mengklasifikasikan bentuklahan akibat proses karstifikasi.
Tujuan mempelajari bentukan asal karst pada acara ini adalah agar praktikan dapat:
Menurut Esteban (1996), kars adalah suatu sistem yang merupakan kesatuan
pengeringan alamiah air meteorik dalam sistem terbuka yang berinteraksi dengan formasi
batuan. Mengacu Keputusan Menteri ESDM No: 1456 K/20/ Mem/2000, karst juga diartikan
sebagai bentangalam pada batuan karbonat yang bentuknya sangat khas, yaitu dicirikan oleh
terdapatnya bukit-bukit kecil, dolina atau daerahnya berupa cekungan-cekungan, gua, dan
sungai-sungai di bawah permukaan tanah.
Karst adalah bentangalam yang sangat spesifik secara morfologi, geologi, maupun
hidrogeologi. Dapat menghasilkan bentuklahan yang berkembang di permukaan (eksokars)
dan di bawah permukaan (endokars):
1. Eksokars adalah semua fenomena yang dijumpai di atas permukaan tanah kawasan kars,
yaitu bentuk negatif atau cekungan seperti doline, uvala, polje, dan bentuk positif atau
bukit seperti conical hill.
2. Endokars adalah semua fenomena yang dijumpai di bawah permukaan tanah kawasan
kars, yang paling sering dijumpai adalah gua, sungai bawah tanah, saluran, dan
terowongan.
BAB X
Pantai merupakan daerah yang terletak di bagian tepi dari kontinental.Yang sangat
berpengaruh terhadap pembentukan model pantai adalah gelombang (wave) dan arus
(current), sedangkan gelombang pasang surut (tides) kecif pengaruhnya. Gelombang
terbentuk antara lain karena adanya pergerakan air, besar kecilnya kecepatan angin
berpengaruh terhadap besar kecilnya gelombang. Bentang alam pantai dikontrol oleh aksi
alamiah yang belkeda secara terus-menerus. Pada dasarnya dapat dikelompokkan dua macam
alksi alamiah yaitu yang bersifat menghancurkan (destruktif dan yang bersifat membangun
dengan cara pengendapan (konstruktif/depositional).
b. Geos, yaitu celah sempit dan dalam yang terdapat pada tepi pantai.
d. Stacks, yaitu gelombang alamiah yang terpisah dari daratan karena runtuh.
e. Goa pantai yang terbentuk karena hempasan gelombang laut yang menghantam zona-zona
yang lemah pada tebing pantai.
c. Bars, yaitu hampir sama dengan spit tetapi disini bars menghubungkan headland yang satu
dengan yang lain.
d. Beach, yaitu daratan yang cukup luas, tersusun oleh endapan pasir.
Klasifikasi Pantai
b. Pantai submergence, pantai ini terbentuk jika air laut menggenangi daratan, sehinggaterjadi
kemajuan garis pantai, dasar laut mempunyai kedalaman yang tidak teratur, yang merupakan
lembah-lembah dan bukit-bukit lama.
c. Pantai netral, pantai ini terjadi karena adanya pengendapan alluvial/sungai. Delta, dataran
alluvial dan dataran outwash, merupakan ciri-dri dari pantai netral.
d. Pantai compound (campuran), pantai yang terbentuk oleh adanya proses pengangkatan dan
penurunan.
Bentuk lahan asal angin dari hasil tiupan angin umumnya berukuran besar pada
kawasan beriklim kering.
Bentuk lahan asal angin dapat berupa hasil : tiupan angin, pengikisan/abrasi angin yang
membawa material, dan endapan material yang terbawa angin.
Bentuklahan asal angin dari hasil tiupan angin umumnya berukuran besar pada kawasan
beriklim kering, diantaranya :
a. Yardang
Yaitu alur yang menanjang searah dengan arah tiupan angin dan terdapat pada batuan
yang agak lunak/lembut misal batupasir.
b. Bolson
Basin, depression yang dikelilingi oleh pegunungan dan perbukitan.Kawasan bolson
dicirikan dengan kehadiran pediment, bahada, danau playa dan aliran air menuju pusat (danau
playa).
Bentuk lahan asal angin dari hasil pengikisan/abrasi yang membawa material (pasir-
debu).Abrasi oleh angin hanya berkesan terjadi dekat permukaan tanah, karena angin tidak
mampu mengangkat butiran pasir terlalu tinggi. Menurut Bagnold, 1941 yaitu abrasi oleh
angin kadang – kadang melebihi 45 cm diatas permukaan bumi, sedangkan butiran pasir
hampir tidak pernah melayang diatas ketinggian 2 meter.
Bentuklahan abrasi berupa :
a. Ventifak (Ventifact)
Batu atau pebble yang dikikis hingga mempunyai faset dan digilapkan oleh abrasi
dengan pasir yang dibawa oleh angin.
b. batu cendawan
Dibentuk oleh abrasi angin yang lebih kuat dibagian kaki (bawah) dibandingkan
dibagian atas pada batuan tersebut.
Bentuk lahan asal denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang
terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses
pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno). Proses
degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi
menyebabkan kenaikan permukaan bumi.
Umumnya bentuk lahan ini terdapat pada daerah dengan topografi perbukitan atau
gunung dengan batuan yang lunak (akibat proses pelapukan) dan beriklim basah, sehingga
bentuk strukturnya tidak nampak lagikarena adanya gerakan massa batuan. Pembagian bentuk
lahan denudasional dapat dilakukan dengan lebih rinci dengan mempertimbangkan jenis
batuan, proses gerak massa yang terjadi dan morfometri.
4. Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci satuan
bentuk lahan.
5. Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan. Litologi
terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.
BAB XI
PETA GEOMORFOLOGI
BAB XII
KESIMPULAN UMUM
Kenampakan relief di suatu daerah dihasilkan dari adanya proses geologi ( endogen
dan atau eksogen) yang mengenai matrerial / lithologi penyusun daerah tersebut.
Kenampakan relief dapat berbeda di setiap proses geologi yang bekerja di setiap
daerah dapat berbeda, lithologi yang kenai proses dapat berbeda, atau keduanya (proses
geologi dan lithologi) berbeda.
Dengan mempertimbangkan aspek relief, genetic, dan lithologi, maka pemetaan satuan
bentuk lahan sebagai satuan peta geomorfologi akan dapat mengetahui prose geologi utama
yang meyebabkan terdapatnya macam dan agihan kenampakan relief di daerah penelitian dan
akan dapat pula memberikan gammbaran pada kondisi dan struktur geologi daerah itu. Dari
pembahasan selama praktikum dapat diambil kesimpulan umum yaitu :
1. Geomorfologi adalah ilmu pengetahuaan yang berhubungan dengan betuk lahan yang
membangun permukaan bumi, genesa pembentukan dan hubungan dengan lingkungan
sekitar.
2. Proses geomorfologi adalah semua proses fisika, kimia dan biologi yang
mengakibatkan perubahan bentuk bumi.
3. Pola pengaliran memberi pengaruh dan memegang peranan penting karena sebagai
penghantar proses pelapukan, proses erosi mengukir permukaan bumi, media
transportasi dan proses sedimenta
4. Pengabungan satuaan batuan , proses pembentukan dan morfometri dianalisa sehingga
menghasilkan bentuk asal dan dianalisa lebih lanjut menghasilkan bentuk lahan.
5. Unit utama geomorfologi (geomorfological main unit) adalah kelompok bentuk lahan
didasarkan atas bentuk asalnya (structural, denudasional, fluvial, marine, karst, angin
dan glacial).
BAB XIII
1. Alat – alat peraga seperti maket agar bisa ditambah lagi untuk lebih meningkatkan
pemahaman praktikan dalam menerima materi.
2. Tugas – tugasnya agak dipermudah dikit ya..
3. Yang ceto
HARDIKA ABRIANTO,
MASJID UPN 7: 24 WIB / 31-12-2012
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta, 2012.
LAMPIRAN