Modul Igd 5
Modul Igd 5
Ketika sebuah pesan diterima, baik melalui telex ataupun telepon, staf perawat yang
bertugas menyampaikan pesan tersebut kepada dokter jaga. Biasanya ketua kapal yang
mengirimkan pesan. Informasi yang diberikan adalah jenis kelamin, usia, tanda-tanda vital,
keluhan utama dan tindakan yang telah diberikan oleh ketua kapal. Dokter diharapkan
untuk membuat diagnosis yang layak dan, bila tidak, membuat permintaan-permintaan
spesifik untuk informasi tambahan supaya diagnosis dapat ditegakkan sedini mungkin.
Dokter kemudian mencatat dengan jelas advis medis yang akan diberikan. Advis medis
tersebut bisa dalam bentuk:
a. Prosedur-prosedur, contoh: RJP
b. Medikasi sesuai yang terdapat dalam Daftar Obat Kapten Kapal (tersedia di Instalasi
Gawat Darurat)
c. Evakuasi ke pelabuhan terdekat. Bila kapal tersebut dekat dengan Singapura, juga
memberikan nomer telepon Departemen Kelautan (tersedia di Instalasi Gawat
Darurat), supaya Ketua Kapal dapat bekerja sama secara langsung dengan
Departemen Kelautan untuk mengatur evakuasi menggunakan helikopter ke
Singupura.
Level alkohol dalam darah diambil hanya pada mengemudi dalam keadaan mabuk
(walaupun tidak terdapat bukti klinis), dan hanya ketika diminta oleh polisi. Hal ini
dikarenakan saat ini terdapat batas legal 80mm/dl untuk alkohol darah. Tidak terdapat
batas legal untuk alkohol pada pengunjung pesta atau pada orang-orang yang berkelahi.
Akan tetapi, diperlukan setidaknya persetujuan/konsen verbal dari orang yang ditangkap
untuk pengambilan darah untuk uji alkohol. Nama staf perawat yang membantu
pengambilan darah harus tercatat dalam rekam kasus kecelakaan dan gawat darurat
(A&E/Accident&Emergency Case Record) untuk kepentingan mediko-legal. Sampel darah
dan toksikologi harus segera disegel dan ditandatangani oleh dokter. Kemudian perawat
akan mengatur pengiriman sampel ke Laboratorum Toksikologi. Dokter sebaiknya
menganjurkan kepada para pengemudi mabuk yang ditangkap oleh polisi dan yang
mereka yang menolak persetujuan pengambilan sampel darah bahwa penolakan
semacam itu dapat memberatkan mereka di pengadilan hukum.
4. PASIEN LANGGANAN
Terdapat riwayat panjang mengenai pengunjung langganan (pasien reguler) pada
Instalansi Gawat Darurat. Daftar pasien reguler tersebut disimpan di dalam instalasi.
Pasien-pasien langganan tersebut sering tidak membayar biaya rumah sakit dan
melarikan diri. Ketika menangani pasien seperti itu, mereka sebaiknya jangan ditolak atau
ditegur.
Mereka sebaiknya diperiksa dengan adekuat. Jika mereka tidak membutuhkan tindakan
rawat inap, maka mereka sebaiknya dipulangkan setelah perawatan selesai. Jika
diperlukan rawat inap, mereka sebaiknya, sebisa mungkin, dimasukkan ke bangsal kelas
C.
5. MASALAH PSIKIATRI
Kadang-kadang, kami menemui pasien dengan masalah psikiatri aku. Sekali lagi, perlu
disingkirkan kemungkinan penyebab organic untuk manifestasi psikiatri yang ada. Dengan
melakukan hal demikian, diperlukan untuk segera merujuk pasien ke Bangsal Kesehatan
Jiwa atau Psikiatrik Rumah Sakit Universitas Nasional yang berjaga (NUH/National
University Hospital Psychiatric-on-duty). Sebaiknya dokter jaga di rumah sakit yang
bersangkutan diinformasikan mengenai hal tersebut. Staf perawat juga harus
diinformasikan supaya mereka dapat mengatur transportasi yang diperlukan.
c. Kode Etik
Terdapat beberapa peraturan sederhana:
i) Sopan santun terhadap pasien, staf dan kolega
ii) Tidak ada makanan atau minuman di ruang konsultasi, terutama ketika
berbicara atau memeriksa pasien. Semua makanan dikonsumsi di ruang atap.
iii) Ketepatan waktu dalam bekerja
iv) Menghormati semua kolega medis, keperawatan dan administrasi.
v) Kehadiran dalam rapat instalasi dan perkuliahan
vi) Mengecek surat harian dan menjawab pertanyaan dan laporan medis dengan
segera.
Protocol untuk Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga: identifikasi korban
1) Identifikasi KDRT
a. Jenis kekerasan : fisik
Emosional/verbal
Psikologis
Ekonomi
Kerusakan materi
b. Karakteristik korban KDRT:
- Ingin penanganan medis untuk luka
- Tidak siap untuk menyingkap KDRT kepada dokter
- Beberapa setuju untuk menemui MSW (Master of Social Work)
Jangan lakukan:
Menurunkan kualitas/kuantitas pesan
Menghakimi atau mengkritik
Usaha untuk mediasi
Kehilangan kesabaran
Appendix 1
1. Tidak memaksa pasien atau korban untuk dirujuk ke Pekerja Sosial (MSW/Master of
Social Worker). Akan tetapi, semua pasien kekerasan harus dilaporkan kepada MSW
untuk statistik dan/atau tindak lanjut. Seperti praktik pada umumnya, semua korban
kekerasan pada anak membutuhkan tindakan rawat inap.
2. Gunakan form MSW untuk merujuk atau melaporkan ke MSW. Indikasikan apakah
kasus tersebut dirujuk ke polisi. Masukkan detail mengenai kekerasan pada kolom
ucapan di form MSW dan kirim form rujukan dengan fotokopi rekam kasus emergency.
3. Untuk orang yang mengalami kekerasan yang tidak membutuhkan rumah aman
sementara dalam waktu segera:
a. Selama jam kerja:
Senin – Jumat pkl 08.00 – 17.30
Sabtu pkl 08.00 – 12.30
i) Arahkan pasien ke kantor MSW dengan form rujukan MSW dan
fotokopi rekam kasus emergency untuk mendapatkan konseling.
ii) Pasien yang datang ke IGD ketika terdapat antrian yang panjang atau
yang sedang diperiksa di triase pada saat hampir tutup jam kerja
(setelah pkl 16.00) sebaiknya dirujuk ke MSW segera setelah triase oleh
perawat triase tanpa menunggu konsultasi. Pasien-pasien tersebut
sebaiknya dinilai oleh MSW d IGD (baik di ruang keluarga atau ruang
konsultasi pada label hijau) setelahnya mereka akan diperiksa oleh
dokter.
Catatan: perawat triase sebaiknya memperhatikan bahwa pendamping
korban bisa saja pelaku dan dapat menjadi agresif bila dia mendapati
bahwa korban akan bertemu dengan MSW dahulu sebelum bertemu
dokter, jadi semua rujukan ke MSW sebaiknya dilakukan secara hati-
hati.
iii) Pamphlet “STOP KEKERASAN KELUARGA” akan diberikan pada kasus-
kasus kekerasan.
b. Setelah jam kerja:
i) Pasien yang datang setelah jam kerja dapat diberikan perjanjian untuk
menemui MSW di hari kerja besoknya. Akan tetapi, bila pasien tampak
berisiko mengalami kekerasan lebih lanjut bila kembali pulang ke
rumah, pasien sebaiknya diobserbasi di IGD sampai hari berikutnya
ketika MSW dapat ditemui. Jika pasien datang pada akhir pecan di
mana MSW tidak ada di besok harinya, dia sebaiknya dirujuk ke rumah
aman. Perawat akan membantu menghubungi rumah aman atas nama
pasien. Bila terdapat kesulitan mencari rumah aman untuk pasien atau
bila membutuhkan advis, ketua MSW dapat dihubungi.
ii) Pamphlet “STOP KEKERASAN KELUARGA” akan diberikan pada kasus-
kasus kekerasan.
4. Untuk kasus overdosis obat yang berhubungan dengan kekerasan pada anak, wanita
dan lansia termasuk kasus maor menurut evaluasi klinis dan dokter bangsal akan
merujuk ke MSW yang akan mengidentifikasi apakah terdapat kekerasan.
DEFINISI DAN JENIS KEKERASAN PADA ANAK, WANITA DAN LANSIA
Anak merupakan
orang yang berusia
di bawah 14 tahun,
dan orang muda
merupakan orang
yang berusia antara
14 – 16 tahun.
BAGAN ALUR NYERI ABDOMEN
Catatan 1
ya tidak
Masuk rawat Bedah abdomen dehidrasi
inap
tidak ya
Catatan 3 Catatan 2
Medikasi simptomatis: Cek darah
DR, gula, amylase,
Antacid (cth: mist polysillic 50ml) bila tidak ada diare
uec
antispasmodic (cth: im atau iv hyoscine butylbromide
20-40mg) Urinalisis (HCG,
antiemetic (im prochlorperazine 12.5mg, im atau iv uc9)
metoclopramide 10mg)
tablet arang Foto thorax, foto
abdomen
Terapi cairan – iv atau oral (ad lib)
Ecg
Observasi sampai 12 jam (tanda vital tiap 2 jam)
Drip iv
Catatan 4
Tinjau tiap 3 jam: tanda vital,
pemeriksaan fisik, simtom
normal abnormal
ya Masuk rawat
Pulang dengan obat, Perlu rawat inap? inap
edukasi diet dan
abdominal, +/- rujukan tidak
Tambah medikasi
Observasi 3 jam
Catatan 1
Indikasi untuk observasi:
1. Abdomen harus supel. Tidak terdapat penegangan atau nyeri tekan lepas. Terdapat
suara bising usus.
2. Hemodinamik stabil (sistolik >90)
Kriteria ekslusi:
1. Pasien dengan kondisi bedah abdomen yang jelas, peritonitis, obstruksi usus,
kehamilan ektopik, AAA, dll
2. Pasien dengan melena atau perdarahan per rectum
3. Pasien dengan hemodinamik tidak stabil (untuk pasien seperti ini, dokter jaga senior
di IGD sebaiknya yang pertama kali dikonsul, dan bedah on-call sebaiknya
diinfomasikan, serta pasien sebaiknya dimasukkan ke instalasi bedah umum. Semua
pasien yang tidak stabil sebaikna dimasukkan ke HCU atau ICU).
4. Pasien yang memiliki penyebab nyeri non-abdominal, cth: AMI, pneumonia, DKA, dll
5. Pasien yang masuk karena alasan-alasan lain.
Perhatian
Pasien lansia dengan IHD, AF, hipertensi, DM, hyperlipidemia dapat berisiko untuk iskemik
usus. Pasien bisa didapati dengan nyeri abdomen berat dan nyeri tekan dengan tanda
minimal atau abdomen yang supel dan tanpa tegangan. Pada semua situasi tersebut
konsulkan ke dokter jaga senior di IGD.
Catatan 2
1. Semua pasien sebaiknya diobservasi minimal dalam 3 jam dan maksimal 12 jam,
dengan peninjauan tiap 3 jam.
2. DR, U/E/Cr/S, seAmylase, disptik urin, HCG urin, KUB (Kidney-ureter-bladder), foto
thorax PA, foto abdomen PA atau lateral decubitus dapat dilakukan bila terindikasi
secara klinis, cth: cek DR bila curiga appendicitis atau infeksi intestinal, cek
seAmylase bila curiga pankreatitis, cek U/E/C/S bila pasien dehidrasi, HCG urin pada
wanita muda dengan nyeri abdomen bawah, ECG pada pasien usia 35 tahun ke atas
dengan nyeri epigastrik, foto thorax AP bila abdomen tegang, foto abdomen AP bila
curiga obstruksi intestinal.
3. Tanda vital sebaiknya dimonitor tiap 2 jam. Membuat bagan input/output.
4. Untuk pasien yang mengalami diare berat atau dehidrasi, hidrasi IV sebaiknya segera
dilakukan. Pada dewasa muda, sedikitnya 2 liter saline normal sebaiknya diberikan
dalam 4-6 jam. Pasien dengan komorbiditas seperti IHD, CCF secara umum sebaiknya
dirawat inap untuk rehidrasi.
Catatan 3
Tatalaksana
1. Pasien yang mengalami nyeri kolik intestinal sebaiknya diberi buscopan 40mg.
2. Pasien yang muntah dapat diberi stemetil 12.5mg im atau iv, atau maxolon 10 mg.
(obstruksi intestinal dan penyebab muntah non-abdomen lainya seperti peningkatan
TIK harus disingkirkan terlebih dahulu)
3. Pasien dengan kolik renal atau ureter dapat diberikan voltaren 50-75mg atau
pethidin 50-75mg im dengan tambahan buscopan 40mg im.
4. Pasien dengan gastritis akut dapat diberikan kombinasi buscpan 40mg im dan mist
polysillic antacid 50-60ml, yang dapat diulang setelah 2 jam.
5. Tablet arang dapat diberikan pada pasien diare.
Catatan 4
Disposisi
1. Setelah 3 jam bila nyeri abdomen pada pasien tidak ada perbaikan, sebaiknya
dilakukan pemeriksaan dan disposisi akan tergantung dari temuan pada
pemeriksaan.
2. Bila terdapat leukositosis atau terdapat tanda peritonitis, pasien sebaiknya dirawat
di bedah umum atau instalasi bedah yang sesuai (cth: bedah kolorektal) setelah
konsultasi dengan dokter jaga senior di IGD.
3. Bila pasien dengan kolik renal, yang tidak respon secara komplit dengan perawatan
adekuat di IGD, pasien sebaiknya dirawat di urologi.
4. Bila abdomen supel, tanpa tegangan, dan pasien tidak toksik atau hemodinamiknya
stabil, sebaiknya dilanjutkan observasi selama 3 jam sampai tanda dan gejala telah
mereda. Setiap pasien yang diobservasi lebih dari 3 jam harus diketahui oleh dokter
jaga senior.
5. Setelah observasi 6 jam, bila pasien membaik dan tidak terdapat nyeri abdomen,
pasien diperbolehkan pulang dengan obat dan edukasi nyeri abdomen. Bila masih
terdapat nyeri minimal, pasien sebaiknya diobservasi selama 3 jam untuk
memastikan bahwa nyeri tidak berulang atau telah mereda sepenuhnya. Bila nyeri
berat, pasien sebaiknya dirawat inap.
6. Setelah 9 jam, bila pasien membaik dan tidka terdapat nyeri abdomen, pasien
diperbolehkan pulang dengan obat dan edukasi nyeri abdomen. Pasien dengan
perbaikan yang sedikit atau nyeri berulang sebaiknya dirawat ke instalasi yan sesuai
setelah konsultasi dengan dokter jaga senior di IGD.
7. Bila gejala tidak membaik, dan dengan pertimbangan bukan disebabkan oleh bedah,
pasien sebaiknya dievaluasi ulang oleh dokter jaga senior IGD untuk kemungkinan
rawat inap ke instalasi gastroenterology.
BAGAN ASTHMA
asthma
Catatan 1
Indikasi observasi?
ya
Catatan 2
Tanda vital, PEFR,
Perburukan sewaktu-waktu Masuk
SaO2 tiap jam 2x,
lalu tiap 2 jam rawat inap
tinjau tiap 3 jam
Catatan 3
Tinjau pada jam ke-3 Dipulangkan dengan
ya
resolusi gejala? edukasi asthma,
hasil pemeriksaan normal? kontrol rawat jalan
tidak
Nebulisasi salbutamol
observasi 3 jam
tidak
Masuk
rawat inap
Protokol Bangsal Observasi untuk Asthma
Catatan 1
Indikasi untuk observasi:
1. Tanda vital (sistolik >90, SaO2 > 95)
2. Sadar dan tidak disorientasi
3. PEFR >50% yang diprediksikan
4. Pasien diberi 2 nebulisasi dan steroi sebelum dipindah ke bangsal observasi
Kriteria ekslusi:
1. Tanda vital tidak stabil
2. PEFR <50% setelah tindakan awal
3. Terus menerus menggunakan otot napas atau RR >40 setelah tindakan awal
4. SaO2 <95% pada udara ruangan setelah tindakan awal
5. PCO2 > 45, PO2 < 70 pada AGD (bila dilakukan)
6. Terdapat pneumonia
Catatan 2
Intervensi observasi
1. Pasien dapat diobservasi selama maksimal 6 jam
2. Tanda vital dan PEFR tiap jam 2x, lalu tiap 2 jam
3. Monitoring SaO2 tiap jam 2x, lalu tiap 2 jam
4. Tinjau tiap 3 jam
5. Nebulisasi bronchodilator bila terindikasi
Catatan 3
Disposisi
1. Pasien dapat dipulangkan setelah 3 jam bila tanda vital stabil, terdapat perbaikan
napas, bronkospasme dan penggunaan otot napas, PEFR > 75% dan SaO2 >95% pada
udara ruangan. Pasien sebaiknya dipulangkan dengan obat dan diedukasi untuk
menemui dokter keluarga dalam waktu 72 jam.
2. Pasien yang tidak memenuhi kriteria tersebut dalam 3 jam, sebaiknya dilakukan
tindakan dan diobservasi di bangsal observasi selama 3 jam selanjutnya.
3. Pasien dengan tanda vital yang tidak stabil atau kondisinya memburuk sebaiknya
dirawat inap.
4. Pada akhir jam ke-6, pasien dengan PEFR <75%, RR >35, atau SaO32 <95% pada
udara ruangan sebaiknya dirawat inap.
BAGAN ALUR PROTOKOL CEDERA KEPALA
Cedera kepala
stabil
Catatan 1
Indikasi observasi?
ya
Catatan 2 Penurunan kesadaran
Tingkat kesadaran, tanda vital sewaktu-waktu CT kepala,
tiap jam 2x, lalu tiap 2 jam. rawat inap
tinjau tiap 3 jam
Catatan 3
Tinjau jam ke-6 Pemeriksaan CT kepala,
tidak tidak
gejala? neurologis serial rawat inap
normal?
ya
ya
Pemeriksaan neurologis
serial normal? Dipulangkan
ya dengan edukasi
cedera kepala
Observasi 3 jam
Pemeriksaan
tidak CT kepala,
Tinjau jam ke-12 tidak neurologis serial
rawat inap
gejala? normal?
ya
ya
Dipulangkan
Masuk rawat
dengan edukasi
inap
cedera kepala
Protokol Bangsal Observasi untuk Cedera Kepala
Catatan 1
Indikasi observasi:
1. Hemodinamik stabil (sistolik >90, SaO2 >92)
2. GCS normal (kecuali kondisi intoksikasi)
3. Nyeri kepala, pusing, muntah, linglung, penurunan kesadaran, amnesia berhubungan
dengan cedera kepala
4. Intoksikasi alkohol atau obat yang berhubungan dengan cedera kepala
5. Riwayat penyakit inadekuat atau kurang dapat dipercaya
6. Pasien dengan kecenderungan perdarahan, cth: antikoagulas, trombositpeni
7. Usia kurang dari 3 tahun (kecuali cedera sangat ringan)
8. Hematoma, laserasi, kontusio, abrasi, scalp, cedera jaringan lunak pada wajah
Kriteria eksklusi:
1. Tanda vital tidak stabil
2. Tingkat kesadaran menurun (GCS <15) bukan karena intoksikasi
3. Abnormalitas neurologis fokal
4. Fraktur cranium
5. Gangguan psikiatri akut atau pasien percobaan bunuh diri
Catatan 2
Intervensi observasi
1. Pasien sebaiknya diobservasi selama minimal 6 jam dan maksimal 12 jam.
2. Tingkat kesadaran (GCS, ukuran pupil, gerakan ekstremitas) dan tanda vital tiap jam
2x selama 2 jam, lalu selanjutnya tiap 2 jam.
3. Tinjau tiap 3 jam oleh dokter
Catatan 3
Disposisi
1. Pasien dapat dipulangkan pada akhir jam ke-6 bila tanda vital stabil dan pemeriksan
neurologis serial normal.
2. Pasien dengan penurunan GCS selama observasi sebaiknya mendapat CT scan kepala
cito dan masuk rawat inap.
BAGAN ALUR PUSING
pusing
Riwayat penyakit, pemeriksaan
Catatan 1
Antiemetic Catatan 2
hidrasi IV
diet
cairan oral ad lib
Rawat inap
ya
Perbaikan gejala
tidak pulang
Protokol Bangsal Observasi untuk Pusing
Catatan 1
Indikasi observasi:
1. Pusing berat yang membutuhkan terapi perenteral
2. Hemodinamik stabil (sistolik >90, HR <100)
3. Pemeriksan neurologis normal, temabuk pemeriksaan gait dan cerebella
4. Eksklusikan postur akibat hipotens
5. Eksklusikan hemoragi atau infark serebral, IMA, perdarahan traktrus gastrointestinal,
taki- atau bradi- aritmia, anemia, hiper- atau hipo- glikemia,
6. Pertimbangkan uji lab: DR, fungsi ginjal, enzim jantung
Catatan 2
Intervensi observasi
1. Entiemetik cth: stemetil 12.5mg im, metoclopramide 10mg iv atau im, promethazine
25mg im
2. Semua pasien sebaiknya diobservasi selama minimal 3 jam dan maksimal 6 jam
3. Tanda vital dimonitor tiap 2 jam
Catatan 3
Disposisi
1. Pasien dengan gejala menetap setelah 3 jam observasi sebaiknya diperiksa ulang
secara hati-hati. Pasien dengan gejala yang tidak membaik sama sekali dan yang dari
pemeriksaan fisiknya menunjukkan abnormalitas sebaiknya dirawat inap ke instalasi
yang berhubungan.
2. Pasien dengan gejala yang sedikit membaik tapi tidak hilang sepenuhnya dapat
diterapi dengan antiemetik alternatif bila diperlukan dan diobservasi selama 3 jam
lagi.
3. Pasien dengan gejala yang membaik sepenuhnya dapat dipulangkan bila:
a. Hasil pemeriksaan fisik dan tanda vital normal
b. Hasil laboratorium normal (bila dilakukan)
c. Pasien dapat ambulasi dan menjaga diri sendiri
d. Pasien dapat minum obat oral
4. Pasien yang boleh dipulangkan sebaiknya diberi resep entiemetik dan kontrol rawat
jalan dengan dokter spesialis.
NYERI MUSKULO-SKELETAL
Nyeri muskulo-skeletal
Catatan 1
Analgesik parenteral
Catatan 2
NSAID (bila tidak kontraindikasi)
Kontraindikasi
NSAID membaik
Tinjau pada jam ke-3 pulang
(catatan 4)
Tidak membaik
Opioid parenteral
(catatan 5)
membaik pulang
Tinjau pada jam ke-6
Tidak membaik
Periksa ulang
rawat inap
(catatan 6)
Protokol Bangsal Observasi untuk Nyeri Muskulo-Skeletal
Catatan 1
Indikasi observasi:
1. Nyeri berat yang membutuhkan analgesic parenteral
2. Terapi oral tidak mampu mengontrol nyeri
3. Hemodinamik stabil (sistolik >90)
4. Foto X-ray normal (bila diindikasikan)
5. Sindroma kompartmen telah disingkirkan
Catatan 2
1. NSAID parenteral (cth: diclofenac 1mg/kg im)
2. NSAID dikontraindikasikan bila pasien memiliki riwayat alergi NSAID, asthma
terinduksi NSAID, penyakit ulkus peptikum aktif atau penyakit ginjal
Catatan 3
Intervensi observasi
1. Semua pasien sebaiknya diobservasi selama minimal 3 jam dan maksimal 6 jam
2. Tanda vital sebaiknya dimonitor tiap 2 jam
Catatan 4
Disposiis
1. Pasien dengan gejala menetap setelah 3 jam observasi sebaiknya diperiksa ulang.
Mereka dapat diterapi dengan analgesic (cth: opioid parenteral) bila diperlukan dan
diobservasi lagi selama 3 jam.
2. Pasien dapat dipulangkan pada akhir jam ke-3 bila tanda vital dan gejala membaik.
Pasien sebaiknya dapat menoleransi nyeri dan terapi oral, dapat ambulasi dan
mampu menjaga diri sendiri di rumah. Pulangkan pasien dengan edukasi RICE (Rest,
Ice, Compression, Elevation). Pasien sebaiknya dirujuk ke rawat jalan fisioterapi.
Catatan 5
1. Opioid parenteral (cth: morfin 0.1mg/kg im, pethidine 1mg/kg im)
2. Kurangi dosisi opioid untuk pasien lansia dan pasien dengan kerusakan hepar atau
ginjal (cth: morfin 0.05mg/kg im, pethidine 0.5mg/kg im), lebih baik dosis iv dititrasi
dan monitoring tekanan darah dan saturasi oksigen.
Catatan 6
1. Bila pasien masih merasakan gejala keluhan hingga akhir periode observasi, mereka
sebaiknya diperiksa ulang. Fraktur dan sindroma kompartmen harus disingkirkan.
Pasien dapat masuk rawat inap untuk terapi lebih lanjut. Pasien sebaiknya dirujuk ke
dokter ortopedi untuk pemeriksaan.
2. Pasien dapat dipulangkan pada akhir jam ke-6 bila tanda vital stabil dan gejala
membaik. Pasien sebaiknya dapat menoleransi nyeri dan terapi oral, dapat ambulasi
dan mampu menjaga diri sendiri di rumah. Pulangkan pasien dengan edukasi RICE
(Rest, Ice, Compress, Elevation). Pasien dapat dirujuk ke rawat jalan fisioterapi.
Protokol Bangsal Observasi untuk HIperglikemia
Indikasi observasi
1. GD >15mmol/dl, <25mmol/dl
2. Nilai normal pada DR, elektrolit dan HCO3 (AGD bila HCO3 <20 pada UEC)
3. Keton urin – (atau keton darah -)
4. Penyebab dapat diatasi segera, cth: ketidakpatuhan minum obat
5. Secara klinis baik, asimtomatik, dan hiperglikemia merupakan temuan yang tidak
disengaja
6. Tidak terdapat perubahan iskemik akut pada EKG
Kriteria eksklusi:
1. KAD
Glukosa >14mmol/dL
pH <7.3
HCO3 < 15
Urin ketone > 2+
2. HONK
Glukosa biasanya >33
Osmolaritas efektif 2 (Na+K) + glukosa > 320
pH > 7.3
HCO3 > 15
Urin keton 0 – 2+
3. GD > 25mmol/dl
4. Penyebab tidak diketahui atau tidak dapat diatasi segera
5. Penyakit penyerta cth: infeksi atau kondisi lainnya yang memputuhkan terapi rawat
inap
6. Perubahan iskemik akut pada EKG
Intervensi observasi
1. Injeksi insulin soluble subkutan sesuai sliding scale, titrasi sesuai GD.
15-17 mmol/dl : 8u
17.1-19 mmol/dl : 10u
19.1-21 mmol/dl : 12u
21.1-23 mmol/dl : 14u
21.1-25 mmol/dl : 16u
Kurangi dosis (setengah dari rezim dosis di atas) pada pasien dengan kerusakan ginjal
Disposisi
1. Pasien dipulangkan apabila:
a. GD <15mmol/dl
b. Perbaikan gejala
c. Tanda vital stabil
d. Bisa terapi cairan oral