Anda di halaman 1dari 4

KETUHANAN DALAM AGAMA BUDDHA

Agama Buddha tidak pernah menjelaskan Tuhan Yang Maha Esa dengan pemahaman
Anthropomorphisme (ukuran bentuk manusia) dan Anthropopathisme (ukuran perasaan manusia).
Penjelasan Tuhan Yang Maha Esa dalam Agama Buddha tidak dapat diapa-siapakan.

Yang Maha Esa atau Yang Mutlak dalam agama Buddha bukan merupakan suatu pribadi sempurna
atau makhluk agung atau kekuatan luar biasa yang kepada-Nya umat Buddha memanjatkan doa dan
menggantungkan hidupnya. Agama Buddha mengajarkan bahwa nasib, penderitaan, maupun
kebahagiaan manusia adalah hasil dari perbuatannya sendiri di masa lampau maupun masa sekarang,
sesuai hukum perbuatan (kamma) yang merupakan salah satu aspek Kebenaran (Dhamma).

Jadi Tuhan Yang Maha Esa dalam agama Buddha merupakan suatu keadaan tertentu yang
keberadaannya secara pasti dan tepat hanya dapat direalisai oleh setiap orang dalam batinnya
masing-masing setelah orang itu mengalami perkembangan batin tingkat tinggi (Bodhi/Pencerahan
Sempurna).

Perkembangan batin tingkat tinggi merupakan hasil dari latihan pelaksanaan moral (Sîla), latihan
pemusatan batin (Samâdhi), dan latihan pengembangan kebijaksanaan (Pañña).

Tingkat batin tinggi itu akan memahami segala sesuatu yang ada sesungguhnya keberadaannya tanpa
inti atau tanpa substansi (anatta). Keberadaan segala sesuatu hanyalah sebagai ujud dari proses
perubahan terus menerus berlangsung tanpa inti yang tetap tinggal diam meskipun sesaat.

TUHAN IMPERSONAL

 tidak dilahirkan
 tidak menjelma
 tidak tercipta
 tidak terkondisi
 mutlak

Inilah yang disebut Nibbana atau Nirwana.

KONSEP KESELAMATAN SECARA UMUM & SECARA BUDDHIS


Buddha tidak ada “ juru selamat “ yang akan menyelamatkan kita, maka kita sendirilah yang
harus aktif “ menyelamatkan diri sendiri “ yaitu dengan mengerti dan menjalankan ajaran
Buddha dengan benar, yaitu menjauhkan diri dari semua hal yang sifatnya menambah:
 Lobha ( keserakahan )
 Dosa ( kebencian )
 Moha ( kegelapan batin )
NIYAMA DHAMMA
Hukum Alam (5 Hukum) adalah salah satu konsep dalam ajaran agama Buddha mengenai hukum-
hukum yang bekerja di seluruh alam semesta.

Niyama Dhamma terdiri atas kata:

 Dhamma artinya segala sesuatu


 Niyama artinya ketentuan atau hukum
 Niyama Dhamma berarti hukum universal atau hukum segala hal

Niyama Dhamma merupakan hukum abadi yang bekerja dengan sendirinya. Hukum ini bekerja sebagai
hukum sebab akibat dan membuat segala sesuatu bergerak sebagaimana dinyatakan oleh ilmu
pengetahuan modern, seperti ilmu Fisika, Kimia, Biologi, Astronomi, Psikologi, dan sebagainya. Bulan
timbul dan tenggelam, hujan turun, tanaman tumbuh, musim berubah disebabkan oleh hukum ini

1. Utu Niyama
hukum ini mencakup semua fenomena anorganik, termasuk hukum-hukum dalam fisika dan
kimia. Contohnya adalah hukum mengenai terbentuk dan hancurnya bumi, planet, tata surya,
galaksi, temperatur, iklim, gempa bumi, angin, erupsi, dan segala sesuatu yang bertalian
dengan energi.

2. Bija Niyama
hukum ini mencakup semua gejala organik seperti dalam biologi. Contohnya adalah
perkembangan hewan atau tumbuhan, mutasi gen manusia, pembuahan, proses
perkembangbiakkan pada tumbuh-tumbuhan.

3. Kamma Niyama
hukum moralitas, yaitu Hukum sebab-akibat (hukum karma). Segala tindakan sengaja atau
tidak disengaja akan menghasilkan sesuatu yang baik atau buruk.

4. Citta Niyama
mengenai pikiran misalnya bagaimana proses kesadaran bekerja. Hukum ini bekerja pada
memori manusia dan bagaimana psikis seseorang. Hukum ini mengatur pertalian kerja antara
sesuatu yang hidup dan mati.

5. Dhamma Niyama
mengenai segala sesuatu yang tidak diatur oleh keempat Hukum diatas. Hukum ini mencakup
konsep abstrak yang dikembangkan manusia seperti dalam ilmu matematika dimana realitas
alam dijelaskan dalam bentuk abstrak (tidak berwujud)
8 SEBAB GEMPA BUMI
1. Bumi yang luas ini terbentuk dari zat cair, zat cair terbentuk dari udara dan udara ada di
angkasa. Apabila udara bertiup dengan dashyatnya maka zat cair ini menyebabkan bumi
bergetar. Inilah sebab pertama timbulnya gempa bumi yang maha dashyat itu

2. Demikian pula Ananda, apabila seorang pertapa atau brahmana yang memiliki kekuatan
bathin yang maha besar, seseorang yang telah memperoleh kekuatan itu untuk
mengendalikan pikiran, atau sesosok dewata yang maha kuasa, yang maha tahu
mengembangkan pemusatan pikirannya, yang hebat pada unsur bumi ini, dan pada
suatu tindakan yang tak terbatas pada unsur zat cair, ia juga dapat mengakibatkan bumi
bergetar, goyah serta bergoyang. Inilah sebab yang kedua sampai timbulnya gempa
bumi yang maha dashyat.

3. apabila Sang Boddhisatta turun dari alam Surga Tusita dan masuk melalui
rahim(kandungan) seorang ibu dengan penuh kesadaran penuh dan pikiran terpusat.

4. Sang Boddhisatta keluar dari rahim ibunya dengan kesadaran dan pikiran terpusat.

5. Sang Tathagata memperoleh penerangan agung, penerangan agung, penerangan yang


sempurna dan tiada bandingannya.

6. Sang Tathagata menggerakan roda Dhamma yang gilang gemilang.

7. Sang Tathagata mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya.

8. Apabila Sang Tathagata tiba saatnya parinibbana, dimana tiada tersisa suatu unsur
keinginan, maka semuanya ini akan menyebabkan bumi yang besar ini bergetar, goyah,
dan bergoncang. Inilah delapan sebab musabab bagi terjadinya gempa bumi.

4 KEBENARAN MULIA
 Kebenaran tentang adanya Dukkha (Dukkha)
 Kebenaran tentang sebab Dukkha (Dukkha Samudaya)
 Kebenaran tentang lenyapnya Dukkha (Dukkha Niroda)
 Kebenaran tentang jalan berunsur 8 menuju akhir Dukkha (Dukkha Nirodha Gamini Patipada
Magga)
8 SEBAB GEMPA BUMI
1. Bumi yang luas ini terbentuk dari zat cair, zat cair terbentuk dari udara dan udara ada di
angkasa. Apabila udara bertiup dengan dashyatnya maka zat cair ini menyebabkan bumi
bergetar. Inilah sebab pertama timbulnya gempa bumi yang maha dashyat itu.

2. Demikian pula Ananda, apabila seorang pertapa atau brahmana yang memiliki kekuatan
bathin yang maha besar, seseorang yang telah memperoleh kekuatan itu untuk
mengendalikan pikiran, atau sesosok dewata yang maha kuasa, yang maha tahu
mengembangkan pemusatan pikirannya, yang hebat pada unsur bumi ini, dan pada suatu
tindakan yang tak terbatas pada unsur zat cair, ia juga dapat mengakibatkan bumi
bergetar, goyah serta bergoyang. Inilah sebab yang kedua sampai timbulnya gempa bumi
yang maha dashyat.

3. Ananda apabila Sang Boddhisatta turun dari alam Surga Tusita dan masuk melalui
rahim(kandungan) seorang ibu dengan penuh kesadaran penuh dan pikiran terpusat.

4. Sang Boddhisatta keluar dari rahim ibunya dengan kesadaran dan pikiran terpusat.

5. Sang Tathagata memperoleh penerangan agung, penerangan agung, penerangan yang


sempurna dan tiada bandingannya.

6. Sang Tathagata menggerakan roda Dhamma yang gilang gemilang.

7. Sang Tathagata mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya.

8. Apabila Sang Tathagata tiba saatnya parinibbana, dimana tiada tersisa suatu unsur
keinginan, maka semuanya ini akan menyebabkan bumi yang besar ini bergetar, goyah,
dan bergoncang. Inilah delapan sebab musabab bagi terjadinya gempa bumi.

Aganna sutta

Anda mungkin juga menyukai