Anda di halaman 1dari 25

Modul VII

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN

A. IDENTITAS MODUL

Mata Kuliah : Evaluasi Lahan


Jumlah SKS : 3 (tiga)
Jumlah Kelas : 6 (enam)
Semester diberikan : Ganjil
Pertemuan Ke : 12, 13 dan 14 (3 x 100 menit)
Pokok Bahasan : Evaluasi Kesesuaian Lahan
Kompetensi Mata Kuliah : Mampu menilai kualitas lahan sebagai dasar
penentuan kemampuan dan kesesuaian
lahan untuk berbagai penggunaan lahan
yang berkelanjutan
Kompetensi Modul : Menganalisa klasifikasi kesesuaian lahan
untuk tanaman umum dengan benar
Deskripsi Singkat :
Modul 7 ini menguraikan mengenai definisi evaluasi kesesuaian
lahan, klasifikasi kesesuaian lahan, kerangka klasifikasi kesesuaian
lahan yang meliputi struktur klasifikasi kesesuaian lahan, yang
terdiri atas : ordo, kelas, sub-kelas, dan unit, serta menguraikan
kesesuaian lahan aktual dan potensial.
Metode Pembelajaran : Ceramah interaktif, Small Group Discusion,
Class discusion
Proses pembelajaran :
Pertemuan Minggu Ke-12
- Penjelasan materi perkuliahan
- Diskusi (class discusion) materi perkuliahan
- Penyampaian dan penjelasan materi tugas
Pertemuan Minggu Ke-13
- Penjelasan materi perkuliahan
- Small Group Discusion; masing-masing kelompok membahas tugas
Pertemuan Minggu Ke-14
- Small Group Discusion; masing-masing kelompok membahas hasil
tugas dari kelompok lain
- Hasil pembahasan dipresentasikan dan didiskusikan (class
discusion)

VII-1
Peta Kompetensi

Kompetensi Mata Kuliah


Mampu menilai karakteristik dan kualitas lahan sebagai dasar penentuan
kemampuan dan kesesuaian lahan untuk berbagai penggunaan yang
berkelanjutan

Kompetensi Dasar 9
Membandingkan berbagai sistem evaluasi
kesesuaian lahan yang ada di Indonesia

Kompetensi Dasar 8
Membandingkan sistem pendekatan
fisiografik dan parametrik untuk Kompetensi Dasar 5
kepentingan evaluasi berbagai Menerapkan metode survai dan
penggunaan lahan dengan benar pengambilan contoh tanah di
lapangan dengan benar

Kompetensi Dasar 7
Menganalisa klasifikasi kesesuaian
Kompetensi Dasar 4
lahan untuk tanaman dengan benar
Mempersiapkan data/informasi
pendahuluan yang dibutuhkan
Kompetensi Dasar 6 untuk pelaksanaan survai tanah
Menganalisa klasifikasi kemampuan dan sumberdaya lahan dengan
lahan dengan benar benar

Kompetensi Dasar 3
Mengorganisir data-data yang diperlukan untuk kepentingan
evaluasi lahan dengan benar

Kompetensi Dasar 2
Menunjukkan cara dan pendekatan evaluasi lahan yang benar sesuai
dengan tujuan dan manfaat evaluasi lahan yang ingin dicapai

Kompetensi Dasar 1
Menjelaskan defnisi, tujuan, manfaat, dasar-dasar evaluasi
lahan, serta ruang lingkup evaluasi lahan dengan benar

VII-2
B. MATERI PERKULIAHAN

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN

Konsep Evaluasi Kesesuaian Lahan


Sitorus (1998) menyatakan bahwa evaluasi lahan pada hakekatnya
merupakan proses pendugaan potensi sumber daya lahan untuk berbagai
kegunaan dengan cara membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk
suatu penggunaan lahan dengan sifat sumber daya yang ada pada lahan
tersebut. Fungsi kegiatan evaluasi lahan adalah memberikan pengertian
tentang hubungan antara kondisi lahan dengan penggunaannya serta
memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan
penggunaan yang dapat diharapkan berhasil.
Evaluasi kesesuaian lahan merupakan penggambaran tingkat
kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu, seperti budidaya padi,
jagung, kelapa sawit, dsb. Hal ini tentunya berbeda dengan evaluasi
kemampuan lahan dimana peruntukkan penggunaannya lebih luas.
Penekanan tajam dalam evaluasi kesesuaian lahan dilakukan terhadap
pencarian lokasi yang tepat dengan sifat-sifat lahan yang positif dalam
hubungannya dengan keberhasilan penggunaannya, seperti produksi
tanaman. Sedangkan evaluasi kemampuan lahan lebih menekankan kepada
hubungan faktor-faktor pembatas yang bersifat negatif dimana dapat
menghalangi penggunaan lahan yang akan dipertimbangkan (Sitorus, 2004).
Penilaian kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan menginterpretasi
data tanah yang dapat diperoleh dari peta tanah dalam kaitannya kesesuaian
untuk berbagai tanaman dan tindakan pengelolaan yang diperlukan.
Pemilihan lahan yang sesuai untuk penggunaan komoditas tanaman
budidaya dapat dilakukan melalui tahapan berikut:
- Tahap pertama; menilai persyaratan tumbuh tanaman yang akan
diusahakan, dapat dilakukan dengan mengorganisis sifat-sifat tanah
terutama yang berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman
(faktor pembatas)

VII-3
- Tahap kedua; membuat deliniasi lahan yang diinginkan atau sesuai
dengan persyaratan tumbuh.

Ketersediaan dan kualitas data pada peta tanah sangat mempengaruhi


hasil interpretasi dan deliniasi lahan. Interpretasi untuk penetapan tindakan
pengelolaan akan sangat tergantung kepada data peta dimana kualitasnya
sangat ditentukan oleh tingkat survai tanah yang dilakukan.

Hal yang paling sulit adalah penentuan persyaratan-persyaratan yang


diperlukan tanaman dalam hubungaannya dengan sifat tanah. Persyaratan
sifat-sifat tanah yang diperlukan untuk beberapa jenis tanaman penting di
Indonesia dikompilasi oleh Vink (1975) yang disajikan dalam Tabel 7.1.

Tabel 7.1. Persyaratan sifat-sifat tanah yang diperlukan beberapa tanaman


(Vink, 1975)
Kebutuhan Akan Toleransi Terhadap
Tanaman Tekstur Struktur Keadaan Pengge- Keke- Tekstur keadaan Sali-
Air Kalsium
berliat baik masam nangan ringan berliat masam nitas

Padi T S R R R T R T T R/S

Jagung R/S R S R R R S/T R R R/S

Ubi Kayu S S S S R R S/T S S R


Karet T T R R S T R T S R

Kopi S R T S R R S R R R

Coklat S S T S R R S R R R

Teh T R T R T S R R T R

Tembakau S R T S R R S R R R
Jeruk S S T T R R S S S R/S*

Kentang S/T R T R T S/T R R T R


Kacang S S S* S* R R/S* R* S/T R R*

Rami S S T S R R R R R R

Keterangan : R : rendah; S: sedang; T: tinggi


*) : tergantung varietas

VII-4
Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Berbeda dengan klasifikasi kemampuan lahan yang merupakan


klasifikasi tentang potensi lahan untuk penggunaan secara umum, kesesuaian
lahan lebih menekankan pada kesesuaian lahan untuk jenis tanaman
tertentu. Dengan demikian klasifikasi kemampuan dan kesesuaian lahan
akan saling melengkapi dan memberikan informasi yang menyeluruh tentang
potensi lahan.
Terdapat beberapa metoda yang dapat digunakan dalam penetapan
klasifikasi kesesuaian lahan, misalnya metode FAO (1976) yang
dikembangkan di Indonesia oleh Puslittanak (1993), metode Plantgro yang
digunakan dalam penyusunan Rencana Induk Nasional HTI (Hacket, 1991),
National Masterplan Forest Plantation (NMFP) dan metode Webb (1984).
Masing-masing mempunyai penekanan sendiri dan kriteria yang dipakai juga
berlainan. Metoda FAO lebih menekankan pada pemilihan jenis tanaman
semusim, sedangkan Plantgro dan Webb lebih pada tanaman keras.
Klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan dengan melalui sortasi data
karakteristik lahan berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk setiap jenis
tanaman. Umumnya klasifikasi kesesuaian lahan dilaksanakan dengan cara
memadukan antara kebutuhan tanaman atau persyaratan tumbuh tanaman
dengan karakteristik lahan atau kualitas lahan. Oleh karena itu klasifikasi ini
sering juga disebut species matching.
Prinsip klasifikasi kesesuaian lahan hampir sama dengan kemampuan
lahan. Menurut FAO (1976) dan Young (1978) prinsip utama dalam yang
digunakan dalam proses evaluasi kesesuaian lahan adalah:
1. Kesesuaian lahan dinilai berdasarkan macam/jenis penggunaan lahan
tertentu. Dasar prinsip ini adalah penggunaan lahan yang berbeda
akan memerlukan syarat penggunaan lahan yang berbeda juga.
Misalnya, tanah aluvial dengan drainase buruk mungkin tidak sesuai
untuk jagung tapi sangat sesuai untuk padi sawah.
2. Evaluasi lahan membutuhkan pembandingan antara keuntungan yang
diperoleh dengan biaya produksi

VII-5
3. Memerlukan pendekatan multidisiplin dari bernagai ilmu, meliputi
ilmu-ilmu alam,teknik, dan sosial-ekonomi.
4. Evaluasi dilakukan berdasarkan kondisi lahan, juga
mempertimbangkan kondisi sosial-ekonomi dan kebijakan nasional.
5. Penilaian kesesuaian lahan dilakukan atas dasar penggunaan yang
berkelanjutan (lestari). Penggunaan lahan sedapat mungkin jangan
sampai menyebabkan kerusakan lingkungan dikemudian hari.
6. Evaluasi lahan melibatkan pertimbangan berbagai penggunaan lahan
lainnya. Jika evaluasi hanya dilakukan terhadap satu jenis
penggunaan, maka potensi penggunaan lain yang lebih
menguntungkan tidak teramati.

Inti dari prinsip dan kerangka evaluasi kesesuaian FAO di atas adalah
perumusan konsep penggunaan lahan dan penilaian terhadap sifat fisik lahan
dan kondisi lain yang mendukung, terutama sosial ekonomi. Penilaian ini
sebaiknya dilakukan pada kesatuan lahan yang telah dikondisikan memiliki
sifat yang relatif sama.
Penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan
bervariasi. Sebagai gambaran Tabel 17 menunjukkan variasi dari
karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam evaluasi
kesesuaian lahan oleh beberapa sumber yaitu : Staf Peneliti PPT (1983);
Bunting (1981) Sys et al. (1993); CSR/FAO (1983); dan Driessen (1971).

Kerangka Klasifikasi Kesesuaian Lahan


Dalam penilaian kesesuaian lahan, kerangka FAO (1976) dapat
dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif tergantung dari data
yang tersedia. Kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini terdiri
dari 4 kategori, yaitu : Ordo (order), Kelas, Sub-kelas, dan Unit.

VII-6
Tabel 7.2 Karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam evaluasi lahan untuk pertanian
Staf PPT (1983) Bunting (1981) Sys et al. (1993) CSR/FAO (1983) Driessen (1971)
• Tipe hujan (Oldeman) • Periode • Temperatur rerata • Temperatur rerata • Lereng
• Kelas drainase pertumbuhan (°C) atau elevasi (°C) atau elevasi • Mikrorelief
• Sebaran besar butir tanaman • Curah hujan (mm) • Curah hujan (mm) • Keadaan batu
(lapisan atas) • Temperatur rerata • Lamanya bulan kering • Lamanya bulan • Kelas drainase
• Kedalaman efektif pada periode • Kelembaban udara kering • Regim kelembaban
• Ketebalan gambut pertumbuhan • Kelas Drainase • Kelembaban udara • Salinitas/
• Dekomposisi gambut • Curah hujan • Tekstur/Struktur • Kelas drainase alkalinitas
• KTK tahunan • Bahan kasar • Tekstur • Kejenuhan basa
• Kejenuhan basa • Kelas drainase • Kedalaman tanah • Bahan kasar • Reaksi tanah (pH)
• Reaksi tanah (pH) • Tekstur tanah • KTK liat • Kedalaman tanah • Kadar pirit
• C-organik • Kedalaman • Kejenuhan basa • Ketebalan gambut • Kadar bahan
• P-tersedia perakaran • Reaksi tanah (pH) • Kematangan gambut organik
• Salinitas/DHL • Reaksi tanah (pH) • C-organik • KTK liat • Tebal bahan
• Kedalaman pirit • Salinitas/ DHL • Aluminium • Kejenuhan basa organik
• Lereng (%)/mikro relief • Pengambilan hara • Salinitas/DHL • Reaksi tanah (pH) • Tekstur
• Erosi (N, P, K) oleh • Alkalinitas • C-organik • Struktur, porositas,
• Kerusakan karena banjir tanaman • Lereng • Aluminium dan tingkatan
• Batu dan kerikil, • Pengurasan hara • Genangan • Salinitas/DHL • Macam liat
penghambat pengolahan (N, P, K) dari • Batuan di permukaan • Alkalinitas • Bahan induk/
tanah • Kadar pirit
tanah • CaCO3 cadangan mineral
• Pori air tersedia • Gypsum • Lereng • Kedalaman efektif
• Penghambat • Jumlah basa total • Bahaya erosi
pertumbuhan karena • Genangan
kekurangan air • Batuan di
• Kesuburan tanah permukaan
• Permeabilitas lapisan atas • Singkapan batuan

VII-7
a. Kesesuaian tingkat order (ordo)
Keadaan kesesuaian lahan tingkat ordo merupakan penilaian secara
global. Biasanya digunakan pada skala eksplorasi wilayah. Biasanya tingkat
negara dengan skala peta yang dihasilkan 1: 1.000.000. Kelas kesesuaian
lahan terdiri dari order (ordo) yang menggambarkan tingkat kesesuaian
lahan dari satu ordo. Sistem ini menggunakan 2 ordo, yaitu Sesuai (S) dan
Tidak Sesuai (N).

1. Ordo S (Suitable/ Sesuai)


Lahan yang termasuk kedalam ordo ini adalah lahan yang dapat
dipergunakan untuk suatu penggunaan tertentu secara berkelanjutan
tanpa ada batasan terhadap persyaratan penggunaan lahan, atau
dengan sedikt resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahan yang ada.
Dari segi ekonomi, hasil dari pengelolaan lahan termasuk
menguntungkan, dimana biaya (cost) yang diperlukan lebih rendah
dari hasil yang diperoleh.

2. Ordo N (Not Suitable/Tidak Sesuai)


Lahan yang termasuk ke dalam ordo ini merupakan lahan-lahan yang
memiliki berbagai faktor penghambat sehingga dapat berpengaruh
terhadap produksi maupun keberlanjutannya. Faktor-faktor pembatas
ini dapat faktor fisik maupun ekonomi.

b. Kesesuaian Lahan pada Tingkat Kelas


Kesesuaian lahan tingkat kelas merupakan pembagian lebih lanjut dari
tingkat ordo yang menggambarkan tingkat-tingkat kesesuaian dari ordo.
Penilaian kesesuaian dilakukan pada tingkat tinjau dan bertujuan untuk studi
kelayakan. Kelas ini diberi notasi atau simbol pada nomor urut yang
dituliskan dibelakang simbol ordo. Nomor urut ini menunjukkan tingkat
kelas yang menurun dalam suatu ordo. Jumlah kelas dalam suatu ordo tidak
terbatas, karena penentuan jumlah kelas ini didasarkan pada keperluan
minimum untuk mencapai tujuan interpretasi.

VII-8
Pada umumnya kategori kelas terdiri dari 5 kelas, dimana ordo Sesuai
(S) terdiri atas 3 (tiga) kelas dan ordo Tidak Sesuai (N) terdiri atas 2 (dua)
kelas. Kelas kesesuaian lahan tersebut ditentukan oleh faktor
pembatas/penghambat yang mungkin dapat terdiri dari beberapa faktor.
Pembagian serta definisi secara kualitatif dari masing-masing kelas dapat
dijelaskan sebagai berikut:

1. Kelas S1 (Sangat Sesuai)


Lahan dalam kelas ini tidak mempunyai pembatas yang besar untuk
pengelolaan yang diberikan, atau hanya mempunyai pembatas yang
tidak secara nyata berpengaruh terhadap produksi dan tidak akan
menaikan masukan yang telah diberikan.

2. Kelas S2 (Cukup Sesuai)


Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang besar untuk
mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus ditetapkan.
Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih
meningkatkan masukan yang diperlukan.

3. Kelas S3 (Sesuai Marginal)


Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang besar untuk
mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan.
Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih
meningkatkan masukan yang diperlukan.

4. Kelas N1 (Tidak Sesuai Pada Saat Ini)


Lahan mempunyai pembatas yang besar, tetapi masih memungkinkan
diatasi, tetapi tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengelolaan
dengan modal normal. Keadaan pembatas sedemikian besarnya,
sehingga mencegah penggunaan lahan yang lestari dalam jangka
panjang.

5. Kelas N2 (Tidak Sesuai untuk selamanya)


Lahan mempunyai pembatas permanen yang mencegah segala
kemungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.
Faktor pembatas ini sangat sulit atau tidak bisa diperbaiki.

VII-9
c. Kesesuaian Lahan pada Tingkat Sub-kelas

Kesesuaian lahan tingkat subkelas menggambarkan jenis pembatas


atau macam perbaikan yang diperlukan dalam suatu kelas. Penilaian
kesesuaian pada tingkat sub-kelas dilakukan pada skala semi detil. Biasanya
digunakan dalam penilaian kesesuaian komoditas di suatu wilayah
kabupaten dengan skala output peta 1: 25.000 sampai 1 : 50.000. Setiap kelas
kesesuaian lahan terdiri dari beberapa sub-kelas, tergantung pada jenis
pembatas yang ada. Untuk kelas S1 tidak ada pembagian subkelas.

Terdapat tujuh jenis penghambat yang dikenal, yaitu e (erosi), w


(drainase), s (tanah), a (keasaman), g (kelerengan) sd (kedalaman tanah) dan
c (iklim). Pada klasifikasi kesesuaian lahan tidak dikenal prioritas
penghambat. Dengan demikian seluruh hambatan yang ada pada suatu unit
lahan akan disebutkan semuanya. Akan tetapi dapat dimengerti bahwa dari
hambatan yang disebutkan ada jenis hambatan yang mudah (seperti a, w, e, g
dan sd) atau sebaliknya hambatan yang sulit untuk ditangani (c dan s).
Dengan demikian maka hasil akhir dari klasifikasi ditetapkan berdasarkan
Klas terjelek dengan memberikan seluruh hambatan yang ada. Perubahan
klasifikasi menjadi setingkat lebih baik dimungkinkan terjadi apabila seluruh
hambatan yang ada pada unit lahan tersebut dapat diperbaiki. Untuk itu
maka unit lahan yang mempunyai faktor penghambat c atau s sulit untuk
diperbaiki keadaannya.

Jenis pembatas ini ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang ditulis
setelah simbol kelas. Misalnya S2n, artinya lahan tersebut mempunyai kelas
kesesuaian S2 (cukup sesuai) degan pembatas n (ketersediaan hara)
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Dalam satu sub-kelas dapat
mempunyai lebih dari satu simbol pembatas, namun yang diperkenankan
hanya sampai tiga simbol pembatas, dimana pembatas paling dominan ditulis
paling depan.

VII-10
d. Kesesuaian Lahan pada Tingkat Unit

Kesesuaian lahan tingkat unit merupakan pembagian lebih lanjut dari


kesesuaian lahan tingkat sub-kelas. Hasil penilaian kesesuaian ini dapat
disebut sebagai rencana tindak pengelolaan lahan. Skala pengamatan
dilakukan pada tingkatan detil dengan output peta lebih besar dari 1 :
25.000. Semua satuan yang berada dalam satu sub-kelas memiliki tingkat
kesesuaian yang sama dalam kelas dan memiliki jenis pembatas yang sama
pada tingkat sub-kelas, namun berbeda satu dengan yang lainnya dalam
aspek pengelolaan yang diperlukan. Pada kesesuaian tingkat unit ini faktor-
faktor pembatas-pembatas yang ada dirinci perbedaannya secara detil.
Simbol kesesuaian lahan pada tingkat satuan dibedakan menjadi angka-
angka yang ditempatkan setelah simbol sub-kelas (contoh: S2f-1, dimana Ordo
S atau Sesuai, Kelas S2 atau Sesuai Marginal, Subkelas S2f dimana faktor
pembatasnya kesuburan, dan Satuan 1 dari subkelas S2f). Unit dalam
satusub-kelas jumlahnya tidak terbatas.
Contoh skema penamaan klasifikasi lahan dari ordo sampai unit dapat
dilihat pada Gambar 7.1.

Gambar 7.1. Contoh penamaan klasifikasi kesesuaian lahan dari ordo


sampai unit (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007)

VII-11
Penetapan Klasifikasi Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial

Penilaian kesesuaian lahan dilakukan terhadap kesesuaian lahan aktual


saat ini (current suitability) atau kelas kesesuaian lahan dalam keadaan alami
dan kesesuaian lahan potensial yang merupakan kesesuaian yang akan
dicapai setelah dilakukan usaha-usaha perbaikan lahan.

a. Kesesuaian Lahan Aktual


Penilaian kesesuaian lahan aktual dikaji dari syarat tumbuh tanaman
dan kualitas lahan. Syarat tumbuh tanaman harus diinterpretasikan terlebih
dahulu ke dalam kriteria kesesuaian berdasarkan karakteristik tanah/lahan
atau kualitas lahan. Data kualitas lahan ini merupakan output dari kegiatan
survai tanah. Penentuan klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan dengan
menentukan kelas kualitas lahan atas dasar karakteristik lahan penyusunnya
dengan klasifikasi terendah (terjelek). Sistem ini dikenal dengan hukum
pembatas minimum. Sebagai contoh, klasifikasi dari karakteristik-
karakteristik lahan penyusun media perakaran adalah sebagai berikut:

Media perakaran : - Drainase : S1


- Tekstur tanah : S2
- Kedalaman efektif
: S3
- Gambut
: - (bukan Histosol)

Maka, klasifikasi kualias lahan media perakaran adalah S3 (sesuai marginal).

Contoh penilaian kesesuaian terhadap kesesuaian lahan tanaman


kedelai. Persyaratan tumbuh tanaman kedelai dapat dilihat pada Tabel 7.3.
Berdasarkan persyaratan tumbuh tersebut maka dapat disusun penilaian
terhadap karakteristik dan kualitas lahan. Penilaian kualitas lahan untuk
penentuan klasifikasi kesesuaian lahan pada tanaman kedelai disajikan pada
Tabel 7.4. Berdasarkan penilaian kesesuaian dengan pembatas minimum
maka diperoleh nilai kesesuaian pada tingkat sub-kelas S2eft. Klasifikasi ini
menunjukkan bahwa lahan tersebut sesuai ditanami kedelai namun masih
mendapat pembatas produksi dari faktor bahaya erosi (e), retensi hara (f),
dan temperatur (t).

VII-12
Tabel 7.3. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kedelai (Glycine max L.merill)
Kualitas/ Karakteristik Kelas kesesuaian lahan
No.
lahan S1 S2 S3 N
1. Temperatur (t)
Temperatur rata-rata (oC) 23 - 25 20 - 23 18 - 20 < 18
25 - 28 28 - 32 > 32
2. Ketersediaan air (w)
1. Curah hujan (mm) 350 - 1100 250 - 350 180 – 250 < 180
pada masa 1100 - 1600-1900 > 1900
pertumbuhan 1600
2. Kelembaban (%) 24 - 80 20 - 24 < 20
80-85 > 85
3. Ketersediaan oksigen (o)
Drainase Baik,agak Agak cepat, Terhambat Sangat
terhambat sedang terhambat,
cepat
4. Media perakaran (r)
1. Tekstur Halus, agak - Agak kasar Kasar
halus, sedang
2. Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55
3. Kedalaman efektif (cm) > 75 50 - 75 20 - 50 < 20
5. Gambut:
1. Ketebalan (cm) < 60 60 – 140 140 - 200 > 200
2. Kematangan saprik saprik, hemik, fibrik
hemik fibrik
6. Retensi hara (f)
1. KTK liat (cmol) >16 ≤ 16
2. Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20
3. pH H2O 5,5 - 7,5 5,0 - 5,5 < 5,0
7,5 - 7,8 > 7,8
4. C-organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8
7. Toksisitas (x)
Salinitas (dS/m) <6 6-7 7-8 >8
8. Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) < 15 15 - 20 20 - 25 > 25
9. Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75 - 100 40 - 75 < 40
10. Bahaya erosi (e)
1. Lereng (%) <8 8 - 16 16 - 30 > 30
2. Bahaya erosi Sangat Rendah - Berat Sangat
rendah sedang berat
11. Bahaya banjir (b)
Genangan F0 - F1 > F1
12. Penyiapan lahan (p)
1. Batuan di permukaan(%) <5 5 - 15 15 - 40 > 40
2. Singkapan batuan(%) <5 5 - 15 15 - 25 > 25
Sumber: Balai Penelitian Tanah, 2003.

VII-13
Tabel 7.4. Penilaian klasifikasi kesesuaian lahan aktual untuk tanaman
kedelai (Glycine max L.merill)

Kualitas/Karakteristik Lahan Nilai Data Kelas Kesesuaian

Temperatur (t)
1.Temperatur rata-rata 22o C S2

Ketersediaan air (w)


1. Curah hujan pada masa 1000 mm S1
pertumbuhan
Media perakaran (r)
1. Tekstur Agak halus S1
2. Kedalaman efektif 80 cm S1
Retensi hara (f)
1. KTK liat 14 cmol/Kg S2
2. Kejenuhan basa 42% S1
3. pH H2O 5,9 S1
4. C-organik 1,1 % S2
Bahaya erosi (e)
1. Lereng 12% S2
Penyiapan lahan (p)
1. Batuan di permukaan 2% S1
2. Singkapan batuan 0 S1
Klasifikasi Kesesuaian Lahan S2eft

b. Kesesuaian Lahan Potensial

Kesesuaian lahan potensial merupakan kondisi yang diharapkan


sehingga dapat diduga tingkat produktivitas dari suatu lahan serta hasil
produksi per satuan luasnya. Oleh karena itu, kesesuaian lahan potensial
adalah kesesuaian lahan yang akan dicapai setelah dilakukan usaha-usaha
perbaikan lahan. Namun, tingkat kesesuaian lahan potensial akan sangat
tergantung kepada tingkatan usaha perbaikan lahan yang dapat dilakukan.

Penentuan jenis usaha perbaikan yang dapat dilakukan harus


mempertimbangkan karakteristik lahan yang tergabung dalam masing-
masing kualitas lahan. Karakteristik lahan dapat dibedakan menjadi
karakteristik lahan yang dapat diperbaiki dan yang tidak dapat diperbaiki.

VII-14
Satuan lahan dengan karakteristik lahan yang dapat diperbaiki makan kelas
kesesuaian lahannya akan berubah, sedangkan satuan lahan dengan
karakteristik lahan yang tidak dapat diperbaiki, maka tidak akan mengalami
perubahan kelas kesesuaian lahan.

Berdasarkan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani, upaya


perbaikan karakteristik lahan dapat diklasifikasikan menjadi tingkatan
pengelolaan rendah, sedang, dan tinggi.

- Tingkat perbaikan rendah adalah upaya perbaikan lahan yang dapat


dilakukan oleh petani sendiri, tingkat biaya termasuk rendah. Contoh
pemupukan.
- Tingkat perbaikan sedang adalah upaya perbaikan lahan yang dapat
dilakukan oleh petani secara bersama-sama (bergotong royong) karena
akan memberatkan petani jika melakukannya sendiri, besarnya biaya ini
merupakan implikasi dari input teknologi yang diterapkan. Contoh:
perbaikan saluran irigasi lokal.
- Tingkat perbaikan pengelolaan tinggi hanya dapat dilakukan dengan
modal yang relatif besar, dan umumnya hanya dapat dilakukan oleh
pemerintah atau pada skala usaha yang besar (perusahaan besar atau
menengah). Tingkatan pengelolaan ini juga berhubungan dengan luasan,
dimana upaya perbaikan dapat mempengaruhi satu satuan ekologis yang
luas.

Tabel 7.5 merupakan beberapa asumsi tentang jenis usaha perbaikan


yang dapat dilaksanakan pada tingkat pengelolaan tertentu. Maka,
berdasarkan hasil penilaian kesesuaian aktual yang disajikan pada Tabel 7.4
dapat diduga kesesuaian potensial lahannya. Penilaian kesesuaian potensial
harus mempertimbangkan tingkatan perbaikan yang dilakukan. Pada contoh
Tabel 7.6 penilaian kesesuaian potensial dengan tingkat perbaikan rendah
atau pada tingkat petani.

VII-15
Tabel 7.5 Jenis Usaha Perbaikan Menurut Tingkat Pengelolaannya
Kualitas/ Karakteristik Tingkat
No Jenis Usaha Perbaikan
Lahan Pengelolaan
1. Regim Radiasi
• Panjang Penyinaran Tidak dapat di perbaiki -
matahari
2. Regim Suhu Tidak dapat di perbaiki -
3. Regim Kelembaban Udara Tidak dapat di perbaiki -

4. Ketersediaan air
• Bulan Kering Irigasi Sedang, tinggi
• Curah hujan Irigasi Sedang, tinggi
5. Media Perakaran
• Drainase Pembuatan saluran drainase Sedang, tinggi
• Tekstur Tidak dapat di perbaiki -
• Kedalaman efektif Penghancuran lapisan padas Tinggi
• Kematangan gambut Pengaturan sistem drainase Tinggi
• Ketebalan gambut Teknik pemadatan gambut Tinggi
6. Retensi Hara
• KTK Penambahan BO Sedang, tinggi
• pH Pengapuran Sedang
7. Ketersediaan hara
• N-total Pemupukan Sedang, tinggi
• P2O5 tersedia Pemupukan Sedang, tinggi
• K2O dapat ditukar Pemupukan Sedang, tinggi
8. Bahaya Banjir
• Periode Pembuatan Tanggul Tinggi
• Frekuensi Pengaturan drainase Tinggi
9. Kegaraman
• Salinitas Reklamasi Sedang, tinggi
10. Toksisitas
• Kejenuhan Al Pengapuran Sedang, tinggi
• Lapisan pirit Pengaturan drainase Sedang, tinggi
11. Mekanisasi (Terrain) Tidak dapat di perbaiki -

12. Bahaya Erosi Konservasi tanah dan air Sedang, tinggi

VII-16
Tabel 7.6 Penilaian kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman
kedelai pada tingkat pengelolaan rendah
Kelas Kelas
Kualitas/Karakteristik
Kesesuaian Upaya Perbaikan Kesesuaian
Lahan
Aktual Potensial
Temperatur (t)
1. Temperatur rata-rata S2 Tidak dapat S2
diperbaiki
Ketersediaan air (w)
1. Curah hujan pada masa S1 - S1
pertumbuhan
Media perakaran (r)
1. Tekstur S1 - S1
2. Kedalaman efektif S1 - S1
Retensi hara (f)
1. KTK liat S2 Penambahan BO S1
2. Kejenuhan basa S1 - S1
3. pH H2O S1 - S1
4. C-organik
S2 Penambahan BO S1
Bahaya erosi (e)
1. Lereng S2 Konservasi S1
Penyiapan lahan (p)
1. Batuan di permukaan S1 - S1
2. Singkapan batuan S1 - S1
Klasifikasi Kesesuaian
S2eft S2t
Lahan

VII-17
C. FORMAT RANCANGAN TUGAS

1. TUJUAN TUGAS
Mahasiswa secara berkelompok menganalisis klasifikasi kesesuaian
lahan aktual atas penggunaan lahan (komoditas tertentu)
berdasarkan matching data syarat penggunaan lahan dan
karakteristik tanah/ lahan

2. URAIAN TUGAS
a. Obyek Garapan
- Lembar data karakteristik lahan (Tabel Lampiran 7.1)
- Syarat tumbuh tanaman
- Form isian tugas
b. Metode/ cara pengerjaan (acuan cara pengerjaan)
- Mahasiswa secara berkelompok mengumpulkan syarat
penggunaan lahan atau syarat tumbuh tanaman untuk
masing-masing penggunaan lahan (komoditas) yang telah
ditentukan
- Berdasarkan persyaratan penggunaan lahan mahasiawa
merinci data karakteristik lahan dan kualitas lahan yang
diperlukan untuk penilaian dalam evaluasi lahan
- Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan matching data
antara syarat penggunaan lahan dengan data karakteristik
tanah/kualitas tanah.
- Kesesuaian lahan diklasifikasikan sampai pada tingkat Sub-
kelas.

c. Deskripsi luaran tugas


- Kriteria syarat tumbuh tanaman
- Form isian tugas yang diisi dengan lengkap
- Klasifikasi kesesuaian lahan
- Bahan presentasi (power point)

VII-18
d. Proses penugasan dan pembelajaran
- Penjelasan materi tugas, kriteria penilaian dan batas waktu
pengumpulan (disampaikan satu minggu sebelumnya)
- Pembagian tugas sebagai berikut:
• Kelompok I: Jagung
• Kelompok II: Kentang
• Kelompok III: Kacang Tanah
• Kelompok IV: Ubi jalar
• Kelompok V: Singkong
• Kelompok VI: Sayuran dataran tinggi
• Kelompok VII: Kelapa sawit
• Kelompok VIII: Tebu

- Tugas dikumpulkan sehari sebelum waktu perkuliahan


minggu ke 14 untuk diperiksa
- Secara berkelompok mahasiswa membahas form isian tugas
dari kelompok lain (Waktu 30 menit)
- Pembahasan hasil tugas dilakukan secara bersama-sama
(class discusion), masing-masing kelompok menyampaikan
hasil pembahasan terhadap form isian tugas dari kelompok
lain.
- Kelompok lain berhak bertanya dan memberi komentar
terhadap hasil pembahasan.
- Penarikan kesimpulan dilakukan secara bersama-sama
setelah proses diskusi selesai

VII-19
3. RUBRIK PENILAIAN
a. Laporan (50 %)

Sangat Kurang Di bawah


Memuaskan Batas
DIMENSI Memuaskan Memuaskan standard SKOR
(4) (3)
(5) (2) (1)

Ketepatan
Tidak tepat
waktu Tepat waktu - - - 2
waktu
pengumpulan

Tidak
Kerapihan Rapih - - - 2
Rapih

Kelengkapan 60 % 40 - 60 % < 60 %
100 % terisi 80 % terisi 4
Isian terisi terisi terisi

Analisis kualitas 100 % 60 % < 40 %


80 % benar 40 % benar 6
lahan benar benar benar
Analisis
100 % 60 % < 40 %
kesesuaian 80 % benar 40 % benar 6
benar benar benar
lahan

b. Presentasi (50 %)

Sangat Memuas- Kurang Di bawah


Batas
DIMENSI Memuaskan kan Memuaskan standard SKOR
(3)
(5) (4) (2) (1)
Singkat, Singkat
Singkat,
Layout materi padat, tapi tidak
padat, jelas, - - 4
presentasi jelas, jelas atau
menarik
monoton bertele-tele
Penguasa
Penguasaan Penguasaa
Menguasai an materi
materi n materi Tidak
secara teori secara - 8
evaluasi lahan secara teori menguasai
dan teknikal teknikal
komoditas saja
saja
Dapat Hanya Pertanyaan Tidak
Lebih dari 40
menjawab 80% yang dapat dapat
Kemampuan %
semua pertanyaan terjawab menjawab
menjawab pertanyaan 8
pertanyaan terjawab dengan pertanyaan
pertanyaan tidak
dengan dengan benar < sama
terjawab
benar benar 80% sekali

VII-20
Perhitungan Nilai
- Nilai per Komponen (NCo): (S1 x NC1) + (S2 x NC2) + ...... + (Sx x NCy)
S : Skor, NC : Nilai kriteria
- Nilai Kompetensi (NCi) = 0,5 (NCa) + 0,5 (NCb)
- Kriteria Kompetensi: > 85 : Sangat Kompeten
70 – 85 : Cukup Kompeten
60 – 70 : Kurang Kompeten
< 60 : Tidak Kompeten

VII-21
Kelas : ___________________
FORM TUGAS
-Klasifikasi Kesesuaian Lahan - Kelompok : ___________________

Form 1. Kriteria Syarat Tumbuh Tanaman

(Cari dari refferensi yang dapat dipercaya, komoditas


disesuaikan dengan ketentuan)

Form 2. Analisis Kualitas Tanah

Lokasi 1 terletak pada dataran rendah dengan ketinggian tempat 50 – 150 m


dpl, dengan suhu udara harian 22oC – 28oC. Berdasarkan data curah hujan
yang diambil dari stasiun pengamatan Boidu (stasiun yang paling dekat
dengan lokasi), curah hujan rata-rata mencapai 1750 mm per tahun. Tingkat
kecukupan hara pada tanah di lokasi 1 termasuk rendah sampai sedang. Hal ini
dapat dilihat dari nilai KTK yang rendah, kandungan bahan organik yang
rendah, dan kandungan unsur hara makro (N dan P) rendah. Media perakaran
ditinjau dari drainase dan aerasi tanah termasuk baik dan dapat menunjang
perkembangan akar tanaman. Tekstur tanah berpasir pada tingkat kemiringan
lereng yang agak curam sampai curam, mengakibatkan tanah di lokasi ini
termasuk memiliki ancaman erosi pada tingkat sedang sampai berat.
Hambatan lain berupa keberadaan unsur toksik dan batuan singkapan tidak

Form 3. Penilaian Klasifikasi Kesesuaian Lahan Aktual

Kualitas/
Nilai Data Kelas Kesesuaian
Karakteristik Lahan

Klasifikasi Kesesuaian Lahan

VII-22
Kelas : ___________________
FORM TUGAS
-Klasifikasi Kesesuaian Lahan - Kelompok : ___________________

Form 4. Penilaian Klasifikasi Kesesuaian Lahan Aktual dan


Potensial
Kualitas/ Kelas Upaya Kelas
Nilai
Karakteristik Kesesuaian Perbaikan Kesesuaian
Data
Lahan Aktual Potensial

Klasifikasi Kesesuaian
Lahan

Daftar Pustaka
(Disusun sesuai dengan format yang baku)

VII-23
Tabel Lampiran 7.1 Data Karakteristik Lahan

Tekstur
Lereng Sistem
No Drainase Genangan/ Kedalaman Suhu
Relief makro Permeabilitas Penggunaan Pasir Debu Liat
SPL alami banjir efektif Udara
Slope Panjang Lahan
--------------%-----------
1. Lereng tengah 12 % ± 200 m Agak Lambat Sangat Tegalan lahan 40 cm 21.28 50 35 15
dataran vulkanik lambat jarang kering
2. Berombak 19 % 30 m Sedang Sedang Jarang Kebun 61 cm 20.38 45 40 15
Campuran
3. Berombak 57 % 500 m Agak Agak Cepat Tanpa Perkebunan 20 cm 19.96 55 30 15
Cepat
4. Berombak 54 % 50 m Baik Sedang Tanpa Tegalan 67 cm 18.37 40 50 10
5. Berbukit 56 % ± 500 m cepat Cepat Tanpa Hutan 59 cm 18.52 40 55 5
terbuka
6. Lereng tengah 12 % ± 200 m Agak Lambat Sangat Tegalan lahan 51 cm 21.28 50 40 10
dataran vulkanik lambat jarang kering
7. Berbukit 56 % ± 500 m cepat Cepat Tanpa Hutan 59 cm 18.52 10 85 5
terbuka
8. Datar 25 % 50 m Sedang Sedang Tanpa Tegalan 62 cm 19.92 55 30 15
9. Berbukit 56 % ± 500 m cepat Cepat Tanpa Hutan 59 cm 18.52 10 85 5
terbuka
10. Lereng tengah 12 % ± 200 m Agak Lambat Sangat Tegalan lahan 40 cm 21.28 55 35 10
dataran vulkanik lambat jarang kering

VII-24
D. DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Tanah. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk


Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah
dan Agroklimat. Bogor.

Bunting, A.H., ed. 1987. Agricultural environments: characterization,


classification and mapping. CAB-International. Wallingford,
Royaume-Uni.

CSR/FAO Staff. 1983. Reconnaissance Land Resource Surveys 1 : 250.000 Scale


Atlas Format Procedures. Manual 4, Version 1. Center for Soil
Research, Ministryof Agriculture Government of Indonesia – United
Nations Development Programme and Food and Agriculture
Organization. Bogor-Indonesia.

Driessen, P.M. 1971. Parametric Land Classification. Lembaga Penelitian


Tanah, Bogor.

FAO. 1976. A framework for land evaluation. FAO Soils Bulletin 32. Soil
Resources Development and Conservation Services, Land and Water
Development Division. Rome.

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan


Tataguna Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Staf Peneliti Pusat Penelitian Tanah. 1983. Term of Refference Klasifikasi


Kesesuaian Lahan. Pusat Penelitian Tanah – Proyek Penelitian
Pertanian Menunjang Transmigrasi (P3MT). Bogor.

Sitorus, S.R.P. 2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan, Edisi Ketiga. Penerbit


Tarsito. Bandung.

Sys, C., Van Ranst, E and Debaveye. 1991. Land Evaluation, part II : Methods in
land evaluation. Agricultural Publication No. 7. General
Administration for Development Coorporation. Brussels.

Vink, A.P.A. 1975. Land Use in Advancing Agriculture. Spinger-Verlag. Berlin

Young, A. 1978. Recent advances in the survey and evaluation of land


resources. Prog. Physical Geogr. 2 : 246 – 479.

VII-25

Anda mungkin juga menyukai