Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang karena atas tuntunan-
Nya yang telah memberi rahmat dan hikmat-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan
penulisan ini yang berjudul “ PERTAMBANGAN” sebagai syarat pemenuhan nilai pada mata
kuliah Rekayasa Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanan Jurusan Teknik
Universitas Jayabaya.
Selama penyusunan penulisan penulis mendapat berbagai hambatan, akan tetapi berkat
bimbingan dan dukungan baik secara moral maupun materi dalam berbagai pihak, akhirnya
semua dapat teratasi dengan baik.
Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan pada penulisan ini. Oleh sebab
itu penulis dengan senang hati akan menampung dan menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan materi dan isi dan penulisan ilmiah ini.
Akhir kata, semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak lain yang
memerlukan.
Rekayasa Lingkungan 1
PERMASALAHAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Rumusan Masalah
Rekayasa Lingkungan 2
PEMBAHASAN
Pengembangan dan pemanfaatan energi perlu secara bijaksana baik untuk ekspor maupun
untuk penggunaan dalam negeri serta kemampuan penyediaan energi secara strategis dalam
jangka panjang. Sebagai salah satu contoh seperti minyak bumi yang merupakan sumber
utama pemakaian energi yang penggunaannya terus meningkat, sedang jumlah persediaannya
terbatas. Karena itu perlu adanya pengembangan sumber energi lainnya seperti batu bara,
tenaga air, tenaga angin, tenaga panas bumi, tenaga matahari, tenaga nuklir, dan sebagainya.
Pencemaran lingkungan sebagai akibat pengelolaan pertambangan umumnya disebabkan oleh
faktor kimia, fisik, dan biologis. Pencemaran ini biasanya mengakibatkan lingkungan di luar
pertambangan tersebut. Sebagai contoh misalnya pencemaran lingkungan oleh CO sangat
dipengaruhi oleh kerenggangan udara, pencemaran oleh tekanan panas tergantung kepada
keadaan suhu, kelembaban dan aliran udara setempat.
Suatu pertambangan yang lokasinya jauh dari masyarakat atau daerah industri bila dilihat
dari sudut pencemaran lingkungan lebih menguntungkan daripada bila berada dekat dengan
pemukiman masyarakat umum atau daerah industri. Selain itu jenis suatu tambang juga
menentukan jenis dan bahaya yang bisa timbul pada lingkungan. Akibat pencemaran
pertambangan batu bara akan berbeda dengan pertambangan mangan atau pertambangan gas
dan minyak bumi. Keracunan mangan karena menghirup debu mangan akan menimbulkan
gejala sukar tidur, nyeri dan kejang-kejang otot, ada gerakan-gerakan tubuh di luar kesadaran,
kadang-kadang ada gangguan bicara dan impotensi.
Melihat ruang lingkup pembangunan pertambangan yang sangat luas, yaitu mulai dari
pemetaan, eksplorasi eksplotasi sumber energi dan mineral serta penelitian deposit bahan
galian, pengolahan hasil tambang dan mungkin sampai penggunaan bahan yang bisa
mengakibatkan gangguan pada lingkungan, maka perlu adanya perhatian dan pengandalian
terhadap bahaya pencemaran lingkungan dan perubahan keseimbangan ekosistem, agar sektor
yang sangat vital untuk pembangunan ini dapat dipertahankan kelestariannya.
Rekayasa Lingkungan 3
Dalam pertambangan dan pengolahan minyak bumi misalnya mulai dari eksplorasi,
produksi, pemurnian, pengolahan, pengangkutannya serta kemudian penjualannya tidak lepas
dari berbagai bahaya seperti bahaya kebakaran, pengotoran lingkungan oleh bahan-bahan
minyak yang berakibat kerusakan flora dan fauna, pencemaran akibat penggunaan berbagai
bahan kimia dan keluarnya gas-gas/uap-uap ke udara pada proses pemurnian dan pengolahan,
pencemaran udara oleh pembakaran gasolin dan sebagainya.
Segala pengaruh sekunder pada ekosistem baik local maupun secara lebih luas perlu
dipertimbangkan dalam proses perencanaan pembangunan pertambangan, dan sedapatnya
evaluasi sehingga segala kerusakan akibat pembangunan pertambangan ini dapat dihindari
atau dikurangi, sebab melindungi ekosistem lebih mudah daripada memperbaikinya.
3. Kecelakaan di pertambangan
Pertambangan adalah salah satu pekerjaan yang paling berbahaya di dunia. Selama
bertahun-tahun, banyak kecelakaan fatal telah terjadi di berbagai belahan dunia, seringkali
berakhir dengan kematian. Pertambangan sering tercatat sebagai salah satu (meskipun bukan
Rekayasa Lingkungan 4
teratas) pekerjaan yang berbahaya (khususnya batubara) setiap tahunnya, di masukkan dalam
daftar pekerjaan paling berbahaya. Tanpa diragukan lagi bahwa, para penambang setiap hari
selalu menghadapi banyak resiko bahaya di tempat kerja.
5. Listrik
6. Bekerja di Ketinggian
7. Ruang Sempit
8. Api
Dari hasil pengawasan secara administrasi dan fungsional, serta evaluasi atas laporan
perusahaan, selama 2014 ada 48 orang cedera ringan, 78 orang mengalami cedera berat, dan
32 orang meninggal akibat kecelakaan di tambang. Untuk menekan angka kecelakaan di
tambang, perlu penerapan tata kelola yang baik.
Untuk itu tiga pilar utama yakni pemerintah, perusahaan tambang, dan perusahaan jasa
pertambangan serta masyarakat harus terus bersinergi. Mereka harus memiliki satu persepsi
bahwa keselamatan pertambangan bukan tanggung jawab pihak tertentu tetapi tanggung
jawab bersama.
Hal yang selalu diberitahukan pada perusahaan tambang untuk membangun dan
meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik dengan berpedoman pada enam prisnsip,
Rekayasa Lingkungan 5
yaitu satu persepsi dalam visi misi, patuh terhadap hukum, kerjasama dalam azas kesetaraan,
transparansi, terukur, dan partisipasi dalam aspek keselamatan pertambangan.
Selain itu perusahaan tambang harus memperhatikan secara serius aspek keselamatan
dengan meningkatkan kompetensi, pengawas, dan pengelolaan keselamatan sesuai regulasi
yang ada.
Sebagai gambaran pencapaian tujuan program lingkungan sehat disajikan dalam per
kegiatan pokok melalui indikator yang telah disepakati serta beberapa kegiatan yang
dilaksanakan sebagai berikut:
Rekayasa Lingkungan 6
Adanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum dan penyehatan
lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yang dibangun, melalui kebijakan Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan yang ditandatangani oleh Bappenas, Departemen
Kesehatan, Departemen Dalam Negeri serta Departemen Pekerjaan Umum sangat cukup
signifikan terhadap penyelenggaraan kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi khususnya di
daerah. Strategi pelaksanaan yang diantaranya meliputi penerapan pendekatan tanggap
kebutuhan, peningkatan sumber daya manusia, kampanye kesadaran masyarakat, upaya
peningkatan penyehatan lingkungan, pengembangan kelembagaan dan penguatan sistem
monitoring serta evaluasi pada semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan pola
pendekatan kegiatan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi.
Direktorat Penyehatan Lingkungan sendiri guna pencapaian akses air bersih dan sanitasi
diperkuat oleh tiga Subdit Penyehatan Air Bersih, Pengendalian Dampak Limbah, Serta
Penyehatan Sanitasi Makanan dan Bahan Pangan juga didukung oleh kegiatan dimana
Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan donor agency internasional, seperti ADB, KFW
German, WHO, UNICEF, dan World Bank yang diimplementasikan melalui kegiatan
CWSH, WASC, Pro Air, WHO, WSLIC-2 dengan kegiatan yang dilaksanakan adalah
pembinaan dan pengendalian sarana dan prasarana dasar pedesaan masyarakt miskin bidang
kesehatan dengan tujuan meningkatkan status kesehatan, produktifitas, dan kualitas hidup
masyarakat yang berpenghasilan rendah di pedesaan khususnya dalam pemenuhan
penyediaan air bersih dan sanitasi.
Pengalaman masa lalu yang menunjukkan prasarana dan sarana air minum yang tidak
dapat berfungsi secara optimal untuk saat ini dikembangkan melalui pendekatan
pembangunan yang melibatkan masyarakat (mulai dari perencanaan, konstruksi, kegiatan
operasional serta pemeliharaan).
Disadari bahwa dari perkembangan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan serta didukung
oleh berbagai lintas sektor terkait (Bappenas, Depdagri dan PU) melalui kegiatan CWSH,
WASC, Pro Air, WSLIC-2 terdapat beberapa kemajuan yang diperoleh khususnya dalam
Rekayasa Lingkungan 7
peningkatan cakupan pelayanan air minum dan sanitasi dasar serta secara tidak langsung
meningkatkan derajat kesehatan.
Berdasarkan sumber BPS tahun 2006, pada tabel berikut: akses rumah tangga terhadap
pelayanan air minum s/d tahun 2006, terjadi peningkatan cakupan baik di perkotaan maupun
perdesaan, yaitu di atas 70%. Bila dibandingkan dengan tahun 2005 terjadi penurunan hal ini
disebabkan oleh adanya perubahan kriteria penentuan akses air minum.
Rekayasa Lingkungan 8
5. Pencemaran udara atau polusi udara.
Di saat pertambangan memerlukan api untuk meleburkan bahan mentah,biasanya
penambang tidak memperhatikan asap yang di buang ke udara. Hal ini mengakibatkan
rusaknya ozon.
Penanaman modal untuk pertambangan terhitung milyaran ataupun trilyunan. Sedangkan area
pertambangan di Indonesia tersebar dimana-mana. Investor-investor yang menanamkan
modalnya biasanya takut bangkrut,dikarenakan rupiah sangat kecil nilainya.
Dari pengalaman yang terjadi, di area pertambangan biasanya tertimbun dalam area
tersebut. Ini biasanya dikarenakan gempa atau retaknya lapisan tanah. Adapun kecelakaan
dikarenakan lalai atau ceroboh disaaat bekerja. Hal ini sering terjadi di area
pertambangan,dan tak ada satu orang pun yang tewas karena hal seperti itu.
Biasanya dapat dilihat bahwa dari sisi keamanan belum terjamin keselamatannya. Hal ini
menjadi bertambahnya angka kematian di area pertambangan. Memang jelas berbeda dari
pertambangan yang terdapat di negara meju. Negara mereka menggunakan alat-alat yang
lebih canggih lagi dari pada negara kita. Dan tingkat keselamatan jauh lebih aman dari pada
di negara ini.
Rekayasa Lingkungan 9