Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
memiliki kekayaan alam terbesar urutan kedua di dunia. Indonesia memiliki sekitar
90.000 spesies tumbuhan, dimana 9.600 diketahui berkhasiat sebagai obat dan 300
spesies telah digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh industri obat tradisional
khasiat sebagai obat serta khasiatnya diketahui dari hasil telaah ilmiah yang secara
klinis terbukti bermanfaat bagi kesehatan berdasarkan resep nenek moyang, adat
seperti yang tercantum dalam UU No. 23 tahun 1992 pasal 47 tentang pengobatan
satu etnis yang masih mempertahankan tradisinya yaitu Etnis Dayak. Etnis Dayak
1
Inventarisasi tumbuhan merupakan pencatatan dan pengumpulan data dari
determinasi tumbuhan sesuai dengan ciri morfologinya (Santoso, 2016). Salah satu
kabupaten yang memiliki potensi tumbuhan berkhasiat obat untuk mengatasi penyakit
kelamin yaitu Kabupaten Barito Selatan. Kabupaten Barito Selatan adalah salah satu
Buntok. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 8.830 km² dan berpenduduk kurang
Kecamatan Dusun Selatan, dengan luas wilayah 1.829 km² (20,71% dari Luas
Kabupaten Barito Selatan). Secara geografis Kabupaten Barito Selatan terletak pada
posisi membujur atau memanjang sungai Barito dengan letak Astronomis 1° 20’
Lintang Utara – 2° 35’ Lintang Selatan dan 114° – 115° Bujur Timur. Sebagai daerah
yang beriklim tropis, wilayah Barito Selatan udaranya relatif panas yaitu siang hari
mencapai sekitar 34,94°C dan malam hari sekitar 21,95°C, rata-rata curah hujan
sangat rendah pada tahun 2015 yaitu hanya 49,78 mm dengan rata-rata hujan turun
kelamin ada pemakaian tunggal dan ada yang berupa campuran beberapa bahan.
menggunakan berbagai tumbuhan obat dipengaruhi oleh unsur ekonomi dan jarak
yang ditempuh untuk melakukan pengobatan. Sejauh ini belum terdapat penelitian
2
mengenai tumbuhan berkhasiat obat untuk mengatasi penyakit kelamin di Buntok
rujukkan yang baik bagi masyarakat Buntok. Penelitian di bidang kajian tumbuhan
obat juga semakin gencar dilakukan. Berbagai informasi terkait karakteristik dan
Salah satu cara pengelolaan informasi tumbuhan obat untuk mengatasi penyakit
kelamin yaitu melalui sebuah poster ilmiah yang dapat memberikan informasi atau
pesan yang ada di dalam sebuah poster sifatnya persuasif atau mengajak orang lain.
Itulah sebabnya mengapa poster selalu dibuat semenarik mungkin agar pembacanya
terpengaruh dan mengikuti pesan yang ada di dalam poster tersebut, yang diharapkan
yang dapat mengatasi penyakit kelamin yang digunakan oleh masyarakat buntok agar
dapat menjaga dan melestarikan serta memanfaatkan peran tumbuhann obat tersebut
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
2) Apa saja organ–organ tumbuhan yang digunakan sebagai obat untuk mengatasi
C. Tujuan Penelitian
4
4) Mengetahui hasil inventarisasi tumbuhan obat untuk mengatasi penyakit
ilmiah.
D. Kegunaan Penelitian
kelamin.
Selatan dapat dijadikan sebagai sumber media visual belajar biologi pada materi
E. Definisi Istilah
sebagai obat diantaranya adalah daun (folium), akar (radix), batang (caulis),
5
2) Inventarisasi adalah pencatatan dan pengumpulan data dari penelitian tentang
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pendataan barang milik kantor (sekolah, rumah tangga dan sebagainya) yang
merupakan kegiatan yang terdiri dari dua aspek, yaitu inventarisasi fisik dan
yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis,
yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mengenalkan jenis-jenis tumbuhan bawah
7
Tumbuhan obat adalah seluruh spesies yang diketahui atau dipercaya
mempunyai khasiat sebagai obat. Seluruh bagian dari tanaman obat (daun, batang
atau akar) mempunyai khasiat sebagai obat dan digunakan sebagai bahan mentah
dalam pembuatan obat modern atau obat tradisional (Hirman, 1990, dalam Salamah
2017).
diketahui dan dipercayai masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan
sebagai bahan baku obat tradisional. Selama sepuluh tahun terakhir, tumbuhan obat
telah menjadi topik kepentingan umum. Hingga saat ini diperkirakan banyak negara
tumbuhan obat sebagai sarana pemenuhan kebutuhan kesehatan (Meytia, et al. 2013).
sebagai obat diantaranya adalah daun (folium), akar (radix), batang (caulis), rimpang
(rhizome), bunga (flos), buah (fructus) dan biji (semen). Menurut Bonay (2013:28)
antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonorrhea. Dengan semakin
8
majunya ilmu pengetahuan ,dan semakin banyaknya penyakit–penyakit baru,
sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi Sexually Transmitted
Diseases (STD) atau Penyakit Menular Seksual (PMS). Kemudian sejak 1998, istilah
Sexually Transmitted Diseases (STD) mulai berubah menjadi Infeksi menular seksual
(IMS) adalah infeksi atau penyakit yang salah satu cara penularannya melalui
hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Hubungan seks ini termasuk
hubungan seks lewat liang senggama, lewat mulut (oral) atau lewat dubur (anal).
Infeksi Menular Seksual (IMS) disebut juga venereal (dari kata venus, yaitu
Dewi Cinta dari Romawi kuno), didefinisikan sebagai salah satu akibat yang
munculnya penvakit menular. Kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak
terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstra
genital. Gejalanya dapat juga menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak,
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada tingkat gen, tingkat jenis, dan tingkat
yaitu tingkat variasi pada organisme sejenis sebagai akibat interaksi antar
9
gen-gen di dalam genotipnya dengan lingkungan sehingga memunculkan
sebagai akibat sifat gen-gen ada yang dominan dan ada yang resesif. Itulah
fenotif. Dengan begitu, akibat adanya sifat dominansi dan resesif gen-gen
disebut juga plasma nutfah. Individu yang masih alami atau belum
dilestarikan.
10
individu sebagai akibat pengaruh keanekaragaman gen-gen yang
contohnya variasi pada jenis kelapa (Cocos nucifera), yaitu ada kelapa
gading, kelapa kopyor, dan kelapa hijau adalah berbeda varietasnya, tetapi
sama jenisnya.
Taksonomi.
kelompok yang lebih khusus atau tingkat jenis, secara garis besar dan
11
lingkungan abiotiknya. Seringkali faktor abiotik menjadi faktor pembatas
dapat berupa perbedaan iklim, bentang alam yang luas, keadaan air tanah
setiap jenis makhluk hidup memiliki daya toleransi, adaptasi, dan suksesi
dipelajarinya sehingga dikenali secara mudah dan akhirnya dapat dimanfaatkan untuk
tertentu atau sistem yang dianutnya. Dengan membandingkan ciri-cirinya dan sifat-
ada antara organisme satu dengan lainnya, kita dapat menentukan jauh dekatnya
macam sistem klasifikasi pada makhluk hidup, yaitu berdasarkan Sistem Buatan
12
1) Sistem Klasifikasi Buatan
13
Sistem klasifikasi filogeni adalah mendasarkan penggolongan
organisme sejak sel pertama hingga menjadi bentuk masa kininya. Sistem
Sebab, individu pada tingkat genus yang sama bisa saja disilangkan, hanya
B. Penelitian Relevan
tumbuhan tergolong dalam 27 familia dan 5 macam ramuan yang biasanya diramu
oleh paraji.
14
Sebagai Buku Referensi di SMA. Jenis-jenis tumbuhan obat yang ada di Kecamatan
yang dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu di Kelurahan Mesat Seni 52 jenis dari 26
famili, Kelurahan Mesat Jaya 32 jenis dari 23 famili, Kelurahan Karya Bakti 43 jenis
jenis dari 14 famili, dan Kelurahan Ceremeh Taba 39 jenis dari 25 famili. Kelurahan
yang paling banyak ditemukan tumbuhan obat adalah Kelurahan Mesat Seni dan yang
paling sedikit adalah Kelurahan Wirakarya. Organ tumbuhan obat yang paling banyak
digunakan adalah daun dengan jumlah 36, batang 10 jenis, rimpang 5 jenis, buah 16
jenis, akar 4 jenis, biji 2 jenis, umbi 2 jenis, getah/lendir 4 jenis, bunga 2 jenis, kulit
buah 2 jenis dan yang paling sedikit adalah bagian daging buah dengan jumlah 1 jenis
tumbuhan obat. Pengembangan buku referensi tumbuhan obat yang ada di Kecamatan
Lubuklinggau Timur II berdasarkan hasil validasi dari ahli materi, ahli media, ahli
bahasa dan siswa bahwa buku referensi telah layak dan tidak perlu direvisi.
hasil penelitian dan pembahaan yang di dapatkan pada kawasan Giribangun terdapat
14 jenis tumbuhan obat dan daerah atas 10 jenis tumbuhan obat. Suku yang
15
dilakukan bertujuan untuk menegtahui dalam memanfaatkan tumbuhan yang ada di
tumbuhan obat dan sebanayk 2 warga (10%) tidak mengetahui tumbuhan obat. Hasil
penelitian yang diperoleh ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan
seluruh Guru dan Siswa-siswi SMP san SMA. Hasil produk peneletian ini berupa
katalog dan herbarium yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar mata
pelajaran IPA Biologi untuk SMP pada kelas VII (materi Klasifikasi Tumbuhan) dan
SMA kelas X (materi Plantae). Selain hasil penelitian ini juga dapat memberikan
Tumbuhan Obat pada Suku Seko di Desa Tanah Harapan, Kabupaten Sigi, Sulawesi
(Ageratum conyzoides L.), “kaluku” (Cocos nucifera L.) dan “lai’a” (Zingiber
officinale L.) yaitu dengan persentase sebanyak 97,5% dengan nilai pengetahuan
suku Seko tentang tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional adalah
tumbuhan “sebi-sebi” (Cyperus rotundus L.) dan “pamiuhai” (Acorus calamus L.)
16
C. Kerangka Berpikir
Keanekaragaman Hayati
17
BAB III
METODE PENELITIAN
yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau
tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang (subyek) itu sendiri. Dengan
gambaran objek yag diteliti secara sistematis, baik itu mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian yang sesuai
metode survey, yang merupakan suatu metode untuk menarik suatu kesimpulan
tentang suatu populasi yang sedang diteliti. Kesimpulan yang didapat berdasarkan
informasi ataupun data yang diperoleh dari sampel penelitian yang telah ditentukan.
18
B. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam hal ini sangatlah penting dan utama, hal ini seperti
yang dikatakan Moleong bahwa dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti sendiri
penting dan diperlukan secara optimal. Peneliti merupakan instrument kunci utama
dalam mengungkapkan makna dan sekaligus sebagai alat pengumpul data. Karena itu
peneliti juga harus terlibat dalam kehidupan orang-orang yang diteliti sampai pada
tingkat keterbukaan antara kedua belah pihak. Oleh karena itu dalam penelitian ini
peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati dan mengumpulkan data yang
Dusun Selatan.
C. Lokasi Penelitian
Kabupaten Barito Selatan. Peneliti menggunakan penelitian ini karena keadaan lokasi
yang mudah dijangkau juga memperoleh data-data yang sesuai, menjawab persoalan
dan fenomena yang terjadi sesuai dengan pokok fokus masalah yang diajukan.
19
Gambar 1. Peta lokasi Kabupaten Barito Selatan di
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Tengah
D. Sumber Data
Jenis data pada penelitian ini terbagi menjadi dua :
1. Data Primer
Data yang didapatkan secara langsung dari lokasi penelitian meliputi Observasi
area penelitian, wawancara masyarakat sekitar, dan lembaga terkait. Data primer
dalam penelitian ini diperoleh langsung dari lapangan yaitu tumbuhan obat berkhasiat
obat untuk mengatasi penyakit kelamin yang didapat secara langsung dari kawasan
20
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu data penunjang, sumber ini biasanya berbentuk
bacaan dan lain-lain. Data sekunder penelitian ini yaitu data tumbuhan berkhasiat
obat untuk mengatasi penyakit kelamin, sumber buku maupun jurnal yang relevan.
Teknik pengumpulan data dalam peneltian ini dilakukan dengan teknik survey
masyarakat yang tinggal di daerah ini adalah Suku Dayak, yaitu: Suku Dayak Ngaju,
Suku Dayak Bakumpai, Suku Dayak Maanyan, Suku Dayak Lawangan, Suku Dayak
Dusun dan Suku Dayak Bawo. Dan setiap penentuan responden selanjutnya
meliputi habitat, nama daerah, nama ilmiah, ciri morfologi, bagian tumbuhan yang
F. Analisis Data
fenomena yang terjadi (deskriptif) disertai penafsiran terhadap arti yang terkandung
21
dibalik yang tampak (interpretif). Dalam penelitian ini peneliti melakukan analisis
interpretif dengan mengandalkan daya imajinasi, intuisi, dan daya kreasi peneliti
dalam proses yang disebut reflektif dalam menangkap makna dari objek penelitian,
nama spesies tumbuhan paku yang digunakan masyarakat Buntok Kecamatan Dusun
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini meliputi uji credibility data
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif
manakah hasil penelitian ini dapat digunakan dalam konteks dan situasi tertentu.
Peneliti telah memberikan deskripsi yang terinci bagaimana peneliti mencapai hasil
penelitian ini, apakah hasil penelitian itu dapat diterapkan, diserahkan kepada para
22
gambaran yang sedemikian jelas dari hasil penelitian maka laporan tersebut
Suatu penelitian yang reliable adalah apabila orang lain dapat mengulangi atau
hal yang harus di audit oleh peneliti, meliputi: masalah atau fokus yang ada di
lapangan, sumber datanya, analisis data, uji keabsahan data, serta kesimpulan dari
peneliti.
yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang
confirmability diperoleh dari hasil yang dilakukan peneliti mengenai sumber data,
H. Tahap-Tahap Penelitian
23
1. Tahap Observasi
Selatan. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan langsung dan menggali
infomasi dari masyarakat yang menggunakan tumbuhan sebagai obat untuk mengatasi
penyakin kelamin. Teknik pemilihan informan yang digunakan dalam observasi awal
ini adalah metode purposive sampling yaitu teknik pemilihan informan dengan
pertimbangan tertentu, dalam hal ini orang yang dianggap paling tahu tentang
tumbuhan obat. Tokoh yang dipilih melalui metode ini untuk diwawancarai adalah
Kepala Adat, Dukun dan ahli pengobatan desa. Dalam hal ini Kepala Adat, Dukun
obat untuk mengatasi penyakit kelamin yang digunakan oleh masyarakat Dayak di
Buntok tersebut.
2. Tahap Wawancara
informasi data lisan dari responden. Metode ini dilakukan dengan mewawancarai
sejumlah tokoh masyarakat terutama para sesepuh desa, tokoh adat, dukun, penjual
jamu dan masyarakat setempat yang sering memanfaatkan tumbuhan obat sebagai
24
Pemilihan informan pada tahap wawancara ini dilakukan dengan metode
informan kunci dalam hal ini Kepala Adat, Dukun dan ahli pengobatan desa.
Informan yang dianggap ahli dalam tumbuhan obat yaitu seperti tokoh adat, tokoh
masyarakat, penjual jamu, dukun dan tukang urut ditentukan dengan purposive
3. Dokumentasi Tumbuhan
4. Identifikasi Tumbuhan
buku referensi tumbuhan obat seperti (1) kunci identifikasi “Flora untuk sekolah di
Indonesia” (1995) oleh C.G.G.J Van Steenis; (2) kunci identifikasi pada buku “Flora
of Java” Volume I, II, III oleh Backer dan Bakhuzein Van den Brink (1963, 1965,
25
relevan. Selanjutnya dilakukan klasifikasi dalam bentuk data yang dapat dilihat pada
Tabel 1. Contoh Tabel Klasifikasi Tumbuhan Berkhasiat Obat untuk mengatasi Penyakit
Kelamin
Tingkatan Takson
No.
Kerajaan Divisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Santoso, A. E. 2016. Inventarisasi Tumbuhan Obat di Kawasan Diklatsar
Tlogodringo Tawamangu Jawa Tengah Sebagai Bahan Sosialisasi Bagi
Masyarakat. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tapundu, S. A., Anam S., Pitopang, R. Studi Etnobotani Tumbuhan Obat pada Suku
Seko di Desa Tanah Harapan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Biocelebes,
Desember 2015, hlm 66-86, Vol. 09, No. 02. ISSN: 1978-6471.
28