Anda di halaman 1dari 21

http://www.islamquest.

net/ms/archive/question/fa1763

Apa yang dimaksud dengan syaitan daripada golongan manusia?

Jawaban Global

Syaitan merupakan kata umum untuk setiap entiti ṭaghūt, penderhaka dan golongan sesat,
samada daripada golongan manusia atau daripada golongan jin mahupun daripada golongan
yang lain. Syaitan bukanlah sebuah kewujudan yang khusus di dalam al-Qur'an, bahkan
sehingga manusia yang jahat, tukang fitnah dan orang yang melakukan kerosakan juga
digelar syaitan.

Oleh itu, yang dimaksud dengan "syaṭān al-ins" adalah manusia yang sesat dan menyimpang
kerana menderhakai segala perintah Allah dan juga berada pada tahap menyesatkan dan
menyimpangkan orang lain.

Jawaban Detil

"Shayṭān" kata terbitan daripada perkataan "shaṭana" yang bermakna menjauhi. Oleh kerana
syaitan menjarakkan diri dari pekerjaan yang baik, maka ia dihindarkan dari rahmat Allah.
Lantaran itulah ia digelar dengan nama ini.[1]

Syaitan merupakan kata am manakala Iblis adalah kata khas. Dengan kata lain, syaitan ialah
setiap kewujudan yang berbahaya, menyesatkan, penderhaka, ṭāghūt samada dari jenis
manusia mahupun bukan manusia. Sementara itu Iblis ialah nama syaitan yang telah
memperdaya Nabi Adam dan sampai sekarang sentiasa bersama tenteranya untuk
mengganggu dan menggoda manusia.[2]

Kitab Ṣiḥaḥ Al-Lughah mengatakan: Setiap kedegilan yang berpaling dari kebenaran dan
realiti, samada dari kalangan individu manusia, ataupun jin, mahupun daripada kalangan
haiwan adalah syaitan.[3]

Antara beberapa hal di dalam al-Qur’an yang menggunakan perkataan syaitan ialah
kewujudan yang berbahaya dan memudharatkan, kewujudan yang tersesat dari jalan yang
benar dan berada pada tahap menganggu orang lain. Sebagaimana yang disebutkan dalam al-
Qur'an: “‫ انما یرید الشیطان ان یوقع بینکم‬...‫[”العداوة و البغضاء‬4] (Qs. Al-Maidah [5]:91)

Dalam al-Qur'an, syaitan tidak dirujuk kepada mana-mana makhluk tertentu sahaja, bahkan
manusia-manusia jahat dan melakukan kerosakan juga dikatakan sebagai syaitan. “ ‫وکذالک جعلنا‬
‫لکل نبی عدواً شیاطین االنس والجن‬.”[5]

Iblis juga disebut sebagai syaitan kerana kerosakan dan kejahatan yang terdapat pada
kewujudannya.[6]

Perkataan syaitan juga adalah kata panggilan untuk mikrob-mikrob: "Janganlah engkau
biarkan sampah-sampah bermalam di rumah kalian.. sesungguhnya sampah-sampah tersebut
merupakan tempat tinggal syaitan."[7] Oleh kerana sampah-sampah merupakan tempat
berkumpulnya segala haiwan dan serangga berbahaya, maka ia diterjemahkan sebagai syaitan
(dalam hadis tersebut).
Selain itu, dalam kebanyakan ayat al-Qur'an Allah (s.w.t) memanggil pengikut hawa nafsu,
hasad, marah, takabbur, munafik dan sebagainya sebagai syaitan.[8]

Oleh itu syaitan mempunyai berbagai makna yang berbeza di mana realiti miṣdāq (extention)-
nya ialah Iblis dan tenteranya. Manalaka miṣdāq yang lain ialah manusia yang sesat dan
menyesatkan. Walau bagaimana pun sebahagian kecil maknanya ialah ialah mikrob-mikrob
berbahaya.[9]

Selain itu, syaitan dalam maknanya yang asli diceritakan sebagai pemahaman sifat, iaitu
“kejahatan”, dan di dalam al-Qurʻan membawa makna tersebut. Melainkan kadang-kadang
membawa makna tentang diri Iblis dan kadang-kadang membawa makna umum setiap
kewujudan yang jahat, di mana kejahatan yang dimilikinya sangat utuh. Oleh itu
berkemungkinan syaitan itu terdiri daripada jin atau manusia. Di kalangan syaitan daripada
kelompok jin terdapat individu istimewa yang mempunyai pangkat syaitan tertinggi, iaitu
Iblis.[10]

Walau bagaimana pun terdapat perselisihan pendapat tentang Iblis, samada ia daripada
golongan jin atau malaikat:

Secara zahirnya, kesimpulan daripada sebahagian ayat-ayat al-Qur'an adalah Iblis berasal
daripada golongan para malaikat. "...‫ و اذ قلنا للمالئکة اسجدوا آلدم‬."[11]

Pada ayat yang lain disebutkan, ""Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam.” Maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah
daripada golongan jin, lalu menderhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia
dan keturunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedangkan mereka adalah
musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim."
(Qs. Al-Kahf [18]:50) Oleh itu Iblis berasal daripada golongan jin dan lantaran ia melakukan
ibadah selama ribuan tahun, ia berada sebaris dengan golongan malaikat. Atas alasan itu ia
menjadi tujuan (miṣdāq) perbicaraan ayat tersebut.[12]

Kesimpulan:

Syaitan merupakan sebuah entiti yang memiliki kedudukan yang degil dan menderhakai,
pada masa yang sama ia juga adalah penyebar fitnah dan menyesatkan. Boleh jadi syaitan ini
berasal dari golongan manusia, jin dan haiwan atau dari jenis yang lain. Yang dimaksud
dengan syaitan ins ialah manusia-manusia yang memiliki sifat-sifat seperti ini.[]
https://annafiz.wordpress.com/2015/02/28/syaitan-adalah-sifat-dan-bukan-mahkluk/

Kata syaithan ( setan ) terambil dari akar kata syathana, yang berarti “jauh” karena yang
bersangkutan jauh dari rahmat Tuhan. Ada juga pendapat yang menyatakan, bahwa kata itu
terambil dari akar kata syaatha, yang berarti “terbakar” boleh jadi karena ia akan terbakar di
neraka dan juga membakar hati dan fikiran untuk berbuat hal2 yg dilarang oleh Allah
sehingga hati tidak menjadi tenang ( terbakar ). Atau dari kata syatha, yang berarti “tepi”,
karena ia berada di tepi. Ini bersumber dari konsep bahwa segala yang baik berada di tengah
dan yang di tepi ( ekstrem kiri atau kanan ) adalah buruk.
Syetan adalah Sifat yang mengajak kepada keburukan dengan gambaran yg disenangi
oleh hawa Nafsu… Ia tidak terbatas pada jin atau makhluk halus, tetapi juga boleh jadi
manusia..

QS al-An’am (6) : 112 menjelaskan bahwa “setan dan jin dan manusia saling membisikkan
perkataan-perkataan yang indah untuk memperdaya.”

Atas dasar ini, ulama merumuskan bahwa setan adalah : “Segala makhluk Tuhan yang
durhaka kepada-Nya dan mengajak kepada kedurhakaan.. Bahkan ulama menegaskan bahwa
Al-Quran tidak hanya menggunakan kata syaithan untuk jin dan manusia, tetapi juga binatang
yang melapaui batas dalam sikap / kelakuannya.. Kata syaithan juga digunakan untuk sifat
yang buruk bukan pelakunya. Al-Raghib al-Asfahaniy, seorang pakar bahasa, mengutip hadis
Nabi SAW yang menyatakan bahwa: ”Dengki adalah setan, marah adalah setan.” Sehingga
pada akhirnya ia berpendapat bahwa syetan merupakan nama bagi segala yang buruk dari
sifat manusia..

Bisikan baik yang didengar hati manusia bersumber dari malaikat. Bila buruk, sumbernya
setan. Namun, boleh jadi juga ia datang dari diri manusia. Dalam surat Yusuf (12) : 53, Al-
Quran menyatakan :

”Sesungguhnya nafsu manusia adalah pendorong kepada kejahatan ( inna al-nafsu la


ammarah bi al-su’..

Ulama-ulama tasawuf membedakan antara bisikan setan dan bisikan buruk hati manusia.. Ini
berbeda dengan setan. Setan, bila gagal merayu pada satu kejahatan/keburukan, akan
berpindah pada kejahatan/keburukan yang lain, yang lebih rendah. Tetapi tidak pernah
berhenti, atau puas. Karena itu, begitu berhasil, ia akan pindah kepada yang lain. Sehingga,
manusia menjadi setan sepertinya. Atau, dengan kata lain, durhaka kepada Tuhan, dan
mengajak orang lain kepada kedurhakaan..
Iblis adalah termasuk komunitas Jin, karena ia membangkang perintah Allah maka disebut
dengan Iblis. Ia bukanlah dari golongan Malaikat. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Allah..

Dan ketika kami katakan kepada para Malaikat bersujudlah kalian kepada Adam, maka
bersujudlah mereka semua kecuali Iblis adalah dia dari golongan Jin maka dia durhaka dari
perintah Tuhannya”. (QS. al-Kahfi 18:50)..

jadi Setan itu Sifat. Setan bukan sosok makhluk tersendiri, tapi hanyalah sifat dan sebutan
bagi setiap Pembangkang dari golongan Jin dan Manusia.. Dan sebagai musuh bagi setiap
orang beriman. Terkadang Allah menyebut Iblis dalam al-Qur’an dengan sebutan Setan.
Allah berfirman,
“Dan demikianlah kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh, yaitu Setan-Setan (dari jenis)
Manusia dan (dari jenis) Jin”. (QS. al- An`am 6:112)..

Nyatalah bahwa Setan merupakan Kata Sifat bukan Jenis Makhluk. Dan Iblis merupakan dari
golongan Jin yang Membangkang, selanjutnya disebut Rajanya Setan (Pembangkang)..
Setan/Syaithan = Sifat Buruk / Jauh dari Kebenaran (bisa menjangkiti manusia & jin) Iblis =
Golongan Jin yang membangkang kepada Allah..

Perbedan tafsir ulama tentang iblis adalah ada yang mengatakan bahwa iblis sebagian dari jin
yang fasik ( dalam surat alkahfi ayat 50) dan ada juga pendapat ulama yang mengatakan iblis
adalah bahagian dari malaikat yang fasik ( dalam surat al baqarah ayat 34). Dalam suatu kitab
dinyatakan bahwa iblis ahli ibadah, dan tinggal di surga dan ibadah nya lebih baik dari
malaikat. Tapi dosanya hanya satu, yaitu tidak mau sujud kepada Adam..

Jin adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dari api. Yang memebedakan jin dengan iblis
adalah tugasnya. Tugas jin adalah untuk beribadah kepada Allah seperti yang disebutkan
dalam surat Adz dzaariyaat ayat 56 yang artinya “tidaklah diciptakan jin dan manusia
melainkan untuk beribadah kepada Allah..
Setan itu bermakna lebih kepada sifat yang dimilki makhluk Allah. Sehingga semua iblis
pasti setan. Sifat setan ini selalu mengajak pada keingkaran kepada Allah SWT..

Pada surat an nas telah disebutkan oleh Allah jenis-jenis setan, yakni :
1. Setan manusia
Setan yang paling berbahaya adalah setan manusia. Setan jenis ini dapat kita lihat sehari-hari
dengan nyata. Setan inilah yang kita hadapi sehari-hari yang sering mengajak manusia
bermaksiat kepada Allah..

2 Setan Jin
Setan jin adalah setan yang tidak terlihat oleh kasat mata. Karena ada sifat setan pada jin
maka dari ada jin kafir dan jin muslim. Jin kafir lah yang selalu mengajak manusia untuk
bermaksiat kepada Allah..
Bisikan dari Iblis : berada di sebelah kiri yaitu selalu bertentangan dengan Allah. Iblis juga
membisikkan suatu perbuatan yang baik dengan tujuan :

1. Agar manusia lebih mementingkan perkara yang tidak wajib dan meninggalkan perkara
yang wajib..
2. Agar lebih terperosok kepada dosa yang lebih besar. Setan menghasut kepada riya padahal
niat awal kita bagus..

Bisikan dari Malaikat : berada di sebelah kanan dan selalu membisikkan perbuatan yang
sesuai dengan hukum-hukum Allah.. Nafsu merupakan bisikan yang berada diantara malaikat
dan Iblis..

Ciri-ciri dari nafsu sebagai berikut:


1. tidak berfikir akibat dari suatu perbuatan
2. senang akan sesuatu yang indah-indah,
3. nafsu cenderung mengikuti bisikan setan,
4. ketika mendapat musibah nafsu akan ingat kepada Allah sedangkan ketika mendapat
nikmat maka lupa kepada Allah..
bagaimana membedakan apakah bisikan tersebut mudhorot ataupun manfaat dan
bertentangan dengan agama atau tidak. Jawabannya, kita harus belajar agama, belajar dan
terus belajar agar kita mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak menurut agama. itu
salah satunya cara.

” Dan ketika kami katakan kepada para Malaikat bersujudlah kalian kepada Adam, maka
bersujudlah mereka semua kecuali Iblis adalah dia dari golongan Jin maka dia durhaka dari
perintah Tuhannya”. (QS. al-Kahfi 18:50)..

Setan itu Sifat. Setan bukan sosok makhluk tersendiri, tapi hanyalah sifat dan sebutan bagi
setiap Pembangkang dari golongan Jin dan Manusia, dan sebagai musuh bagi setiap orang
beriman. Terkadang Allah menyebut Iblis dalam al-Qur’an dengan sebutan Setan. Allah
berfirman,
“Dan demikianlah kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh, yaitu Setan-Setan (dari jenis)
Manusia dan (dari jenis) Jin”. (QS. (QS. al- An`am 6:112).

Berarti manusia bersifat setan wujud manusia sifat setan maka itu di namakan setan dari
golongan manusia .. seperti hal nya syetan dari golongan jin .. Wassalam..
al- An`am 6:112).
Berarti manusia bersifat setan wujud manusia sifat setan maka itu di namakan setan dari
golongan manusia .. seperti hal nya setan dari golongan jin .
https://www.facebook.com/notes/abu-basyer/berwaspada-
syaitan-akan-menggoda-anak-adam-melalui-10-
pintu/10150547196546040/
Syaitan Akan Menggoda Anak Adam Melalui 10 Pintu.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

‫الر ِحیم‬
َّ ‫من‬
ِ ‫الرح‬
َّ ِ‫س ِم هللا‬

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi
Muhammad SAW keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda
hingga ke hari kiamat.

Sahabat yang dirahmati Allah,

Iblis telah berjanji dihadapan Allah SWT bahawa dia akan menggoda dan menyesatkan
seberapa ramai anak Adam di muka bumi ini supaya mereka akan bersama-samanya di
neraka.

Iblis dan bala tenteranya terdiri daripada syaitan dan jin kafir akan bekerja siang malam tanpa
jemu dan rehat untuk menyesatkan anak Adam yang leka dan lalai dan sentiasa mengikut
hawa nafsu.

Firman Allah SWT maksudnya : " ... dan (syaitan) itu mengatakan, 'Aku pasti akan
mengambil bagian tertentu dari hamba-hamba-Mu, dan pasti akan ku sesatkan mereka, dan
akan ku bangkitkan angan-angan kosong pada mereka..."

(Surah an-Nissa' ayat 118-119)

Berhati-hatilah kalian semua dengan hasutan dan godaan syaitan, kerana syaitan telah
bersumpah di hadapan Allah SWT bahawa mereka akan berusaha menyesatkan umat manusia
sehingga hari kiamat. Ini berikutan dendam selepas dilaknati Allah SWT kerana enggan
`tunduk' kepada Nabi Adam a.s.

Sahabat yang dimuliakan,

Syaitan sering menyerang kita melalui 10 pintu ini iaitu :

1. TAMAK DAN BURUK SANGKA.

Lantas aku hadapi dengan sifat menaruh kepercayaan dan berada dengan apa yang ada
setelah berusaha berakhir.

Hadis riwayat Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW. bersabda maksudnya : "Hindarilah
oleh kamu sekalian berburuk sangka kerana buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta.
Janganlah kamu sekalian saling memata-matai yang lain, janganlah saling mencari-cari aib
yang lain, janganlah kamu saling bersaing (kemegahan dunia), janganlah kamu saling
mendengki dan janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling bermusuhan
tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. (Hadis Riwayat Muslim)

2. CINTAKAN DUNIA DAN PANJANG ANGAN-ANGAN.

Lantas aku menghadapinya dengan rasa takut terhadap kadatangan maut secara tiba-tiba.

Daripada Tsauban r.a. berkata: Rasulullah SAW. bersabda yang bermaksud :

"Hampir tiba suata masa di mana bangsa-bangsa dan seluruh dunia akan datang
mengerumuni kamu bagaikan orang-orang yang hendak makan mengerumuni talam hidangan
mereka".

Maka salah seorang sahabat bertanya "Apakah dari kerana kami sedikit pada hari itu?"

Nabi SAW. menjawab, "Bahkan kamu pada hari itu banyak sekali, tetapi kamu umpama buih
di waktu banjir, dan Allah s.w.t. akan mencabut rasa gerun terhadap kamu dari hati musuh-
musuh kamu, dan Allah SWT. akan mencampakkan ke dalam hati kamu penyakit 'wahan".

Seorang sahabat bertanya, "Apakah wahan itu hai Rasulullah?"

Nabi Muhammad SAW menjawab, "Cinta pada dunia dan takut pada mati".

(Hadis Riwayat Abu Daud)

3. CINTAKAN NIKMAT DAN KEREHATAN.

Lantas aku menghadapinya dengan meyakini pemberian Allah dan segerakan amal soleh
tanpa tanpa berehat-rehat kerana takutkan balasan seksa Allah.

Firman Allah SWT dalam ayat 133 surah Ali ‘Imran :

َ‫ض أ ُ ِعدَّت ِلل ُمتَّقِین‬


ُ ‫س َم َاواتُ َواْلَر‬ ُ ‫ارعُوا ِإلَ ٰى َمغ ِف َرةٍ ِ ِّمن َّر ِِّب ُكم َو َجنَّ ٍة َعر‬
َّ ‫ض َها ال‬ ِ ‫س‬َ ‫َو‬

Maksudnya : "Dan segeralah kamu kepada (mengerjakan amal-amal yang baik untuk
mendapat) keampunan dari Tuhan kamu, dan (mendapat) syurga yang bidangnya seluas
segala langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa".

4. UJUB (kagum dengan diri sendiri).

Lalu aku menghadapinya dengan menyukuri nikmat pemberian Allah dan takutkan balasaan
dan seksaan daripada Allah SWT.

Nabi SAW bersabda yang maksudnya : "Tiga perkara yang dapat merosakkan, iaitu bakhil
yang diturut; hawa nafsu yang diperturuti dan mengagumi diri sendiri (ujub)."

(Hadis Riwayat Baihaqi)


Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud :

"Siapa yang tidak bersyukur dengan pemberian yang sedikit, dia juga tidak akan bersyukur
dengan pemberian yang banyak. Siapa yang tidak mensyukuri manusia, bererti dia juga tidak
mensyukuri Allah. Memperkatakan nikmat Allah adalah tanda syukur, dan mengabaikannya
adalah kufur. Berjemaah itu dirahmati, sedangkan berpecah belah itu mengundang azab."
(Hadis Riwayat Ahmad dalam Musnad Ahmad)

5. PANDANG RENDAH TERHADAP ORANG LAIN DAN TIDAK MENGHORMATI


MEREKA.

Lalu aku menghadapinya dengan cara mengetahui hak-hak dan kehormatan mereka.

Sabda Nabi SAW :

َّ ‫ إِ َّن‬: ‫ قَا َل‬.ً‫سنَة‬


َ‫َّللا‬ َ ‫الر ُج َل ی ُِحبُّ أَن یَ ُكونَ ثَوبُهُ َح‬
َ ‫سنًا َونَعلُهُ َح‬ َّ ‫ قَا َل َر ُج ٌل ِإ َّن‬.‫الَ یَد ُخ ُل ال َجنَّةَ َمن َكانَ فِى قَلبِ ِه ِمثقَا ُل ذَ َّرةٍ ِمن ِكب ٍر‬
‫اس‬ ُ ‫ق َوغَم‬
ِ َّ‫ط الن‬ َ َ‫َج ِمی ٌل ی ُِحبُّ ال َج َما َل ال ِكب ُر ب‬
ِ ِّ ‫ط ُر ال َح‬

Maksudnya : "Tidak akan masuk syurga orang yang di hatinya ada sebesar zarah perasaan
sombong."

Berkata seorang lelaki, "Sesungguhnya seseorang itu suka pakaiannya cantik dan kasutnya
cantik".

Rasulullah SAW bersabda maksudnya : "Sesungguhnya Allah itu indah dan sukakan
keindahan. Sombong ialah menolak kebenaran dan memandang rendah kepada manusia."

Di dalam hadis ini kita dapati Islam amat menentang sifat sombong, takbur dan apa sahaja
yang melambangkan keangkuhan kerana sifat sombong adalah perangai syaitan. Tiada
manusia berakal yang berani menafikan betapa buruknya sifat ini apabila ia mula menjadi
tabiat dalam diri seseorang. Oleh itu Islam datang membawa penegasan tentang keburukan
dan kemudaratan sifat ini, bukan sahaja di dunia ini, malah kesannya turut berkekalan
sehingga ke akhirat.

6. RIAK DAN SUKAKAN PUJIAN ORANG.

Lalu aku menghadapinya dengan sikap ikhlas dan tawaduk.

Rasulullah SAW dalam sabda bermaksud: "Sesungguhnya yang paling ditakutkan daripada
apa yang aku takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil). Sahabat
bertanya: "Apakah dimaksudkan syirik kecil itu? Baginda menjawab: Riak." (Hadis riwayat
Imam Ahmad)
Riak ialah memperlihat atau menyempurnakan ibadat dengan tujuan mendapat pujian serta
perhatian orang lain seperti solat dan puasa.

Baginda SAW bersabda yang bermaksud: "Mahukah kalian aku beritahu sesuatu yang lebih
aku takutkan daripada Dajal? Kami katakan: Tentu. Baginda bersabda: Syirik yang
tersembunyi iaitu apabila seseorang mengerjakan solat lalu dia menyempurnakan solatnya
kerana melihat seseorang memandangnya." (Hadis Riwayat Ibnu Majah)

7. HASAD DENGKI.

Lalu aku menghadapiya dengan sifat qanaah iaitu berpuas hati dengan apa yang ada setelah
berusaha dan berikhtiar serta reda di atas pemberian Allah SWT terhadap makhluk-Nya.

Allah S.W.T. berfirman yang bermaksud: “Sesungguhnya kami jadikan sebagai isi Neraka
Jahanam kebanyakan di antara jin dan manusia. Mereka mempunyai hati tapi tidak
dipergunakan untuk memahami ayat Allah. Dan mereka mempunyai mata tetapi tidak
dipergunakan untuk melihat tanda kekuasaan Allah. Dan mereka mempunyai telinga tetapi
tidak dipergunakan untuk mendengar ayat Allah. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang yang lalai.” (Surah al-Araf, ayat 179)

Sabda Rasulullah S.A.W. maksudnya : "Waspadalah terhadap hasad (iri dan dengki),
sesungguhnya hasad mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu.

(Hadis Riwayat Abu Dawud)"

8. BAKHIL.

Lalu aku menghadapinya dengan meyakini bahawa harta yang kita miliki adalah pinjaman
sementara daripada Allah SWT ianya perlu di infakkan dan disedekahkan di jalan Allah SWT
dan diberikan kepada orang miskin yang memerlukannya.

Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud , "Maafkanlah kesalahan orang yang murah hati
(dermawan).Sesungguhnya Allah melihat tangannya jika dia terjatuh.Seorang pemurah hati
dekat kepada Allah,dekat kepada manusia dan dekat kepada syurga. Seorang yang bodoh tapi
murah hati (dermawan) lebih di sukai Allah daripada seorang alim (tekun beribadah) tapi
bakhil" (Hadis Riwayat Tabrani)

9. TAKBUR.

Lalu aku menghadapi dengan meyakini sifat tawakal dan rendah diri.

Firman Allah SWT maksudnya : "Sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang yang
takbur (mustakbirin) " (Surah An-Nahl ayat 23)

10. TAMAK.

Lalu aku menghadapinya dengan yakin terhadap balasan Allah SWT dan tidak mengharapkan
sesuatu daripada manusia.
Rasulullah SAW bersabda, maksudnya: “Sekiranya anak Adam memiliki satu lembah
daripada harta, nescaya ia mahu yang kedua dan sekiranya ia mempunyai dua lembah
nescaya ia mahu yang ketiga. Tidak akan memenuhi perut anak Adam melainkan tanah dan
Allah sentiasa menerima taubat orang yang bertaubat”.

(Hadis Riwayat Ahmad)

Selaku umat Islam kita dituntut untuk sentiasa bersyukur kepada Allah kerana dengan
bersyukur hati kita akan tenang dan reda di samping mempercayai bahawa rezeki itu terletak
di tangan Tuhan. Kita wajib berusaha sedangkan yang menentukannya adalah Allah S.W.T.
Bahkan Allah telah berjanji bahawa rezeki orang yang bersyukur akan ditambah sebaliknya
pula bagi orang kufur (tidak bersyukur).

Lawan kepada sikap tamak itu adalah bersikap sederhana iaitu menolak keterlaluan di mana
kita dituntut agar bersederhana dalam menetapkan sesuatu peraturan, perbelanjaan dan
sebagainya tetapi mestilah menyeimbangkannya terutama dalam memenuhi tuntutan
keduniaan dan tuntutan akhirat.

Sahabat yang dimuliakan,

Marilah sama-sama kita buangkan 10 sifat-sifat mazmumah yang dinyatakan di atas dengan
digantikan dengan sifat-sifat mahmudah, kerana sifat-sifat tersebut adalah merupakan pintu-
pintu iblis dan syaitan yang akan menggoda dan menghasut umat manusia supaya cenderung
kepada kerosakan dan kehancuran. Iblis dan syaitan akan bergembira sekiranya ada
dikalangan umat Rasulullah SAW yang tersesat kerana mereka akan bersama-sama dengan
iblis dan syaitan di neraka Jahanam. Banyakkan bertaubat dan memohon perlindungan Allah
SWT semoga kita terpelihara daripada gangguan dan hasutan makhluk halus yang
mengeluarkan datuk kita Nabi Adam a.s dan Siti Hawa daripada syurga.
https://falahluqmanulhakiem.wordpress.com/2009/01/10/memahami-definisi-jinsetan-dan-iblis-
menurut-al-quran/

MEMAHAMI “DEFINISI JIN,SETAN DAN IBLIS


MENURUT AL-QUR’AN”.
Tema Jin, Setan, dan Iblis masih menyisakan kontroversi hingga kini. Namun yang
jelas, eksistensi mereka diakui dalam syariat. Sehingga, jika masih ada dari kalangan
muslim yang meragukan keberadaan mereka, teramat pantas jika diragukan
keimanannya.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengutus nabi kita Muhammad


Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan risalah yang umum dan menyeluruh. Tidak hanya
untuk kalangan Arab saja namun juga untuk selain Arab. Tidak khusus bagi kaumnya
saja, namun bagi umat seluruhnya.

Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutusnya kepada segenap Ats-Tsaqalain: jin


dan manusia.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫س ْو ُل هللاِ ِإ َل ْي ُك ْم ج َِم ْي ًعا‬ ُ َّ‫قُ ْل يَاأَيُّهَا الن‬


ُ ‫اس ِإنِي َر‬

“Katakanlah: `Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu


semua.”
(Al-A’raf: 158)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫اس كَافَّ ًة‬


ِ َّ‫ث إِ َلى قَ ْو ِم ِه َخاصَّةً َوبُ ِعثْتُ إِلَى الن‬
ُ َ‫َوكَانَ النَّ ِب ُّي يُ ْبع‬

“Adalah para nabi itu diutus kepada kaumnya sedang aku diutus kepada seluruh
manusia.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

‫ قَالُوا َيا‬. َ‫ست َ ِمعُ ْونَ ا ْلقُ ْرآنَ فَلَ َّما َحض َُر ْوهُ قَالُوا أ َ ْن ِصت ُوا فَلَ َّما قُ ِض َي َولَّ ْوا إِلَى َق ْو ِم ِه ْم ُم ْنذ ِِر ْين‬ ْ ‫َوإِ ْذ ص ََر ْف َنا إِلَ ْيكَ َنفَ ًرا ِمنَ ا ْل ِج ِن َي‬
‫ يَا قَ ْو َمنَا‬.‫ستَ ِقي ٍْم‬ ٍ ‫َق َو ِإ َلى َط ِري‬
ْ ‫ْق ُم‬ ِ ‫ص ِدقًا ِل َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِه يَ ْهدِي ِإلَى ا ْلح‬َ ‫سى ُم‬ َ ‫س ِم ْعنَا ِكتَابًا أ ُ ْن ِز َل ِم ْن بَ ْع ِد ُم ْو‬
َ ‫قَ ْو َمنَا ِإنَّا‬
‫ْس بِ ُم ْع ِج ٍز فِي‬ َ َ َ
َ ‫ َو َم ْن ل يُ ِج ْب دَا ِع َي هللاِ فلي‬.‫ب أ ِلي ٍْم‬ َ ٍ ‫عذا‬َ ُ ُ َ ْ
َ ‫آمنوا بِ ِه يَغ ِف ْر ل ُك ْم ِم ْن ذن ْوبِ ُك ْم َويُ ِج ْر ُك ْم ِم ْن‬ ُ ِ ‫أ َ ِج ْيبُوا دَا ِع َي هللاِ َو‬
َ ‫ْس لَهُ ِم ْن د ُْونِ ِه أ َ ْو ِليَا ُء أُولَئِكَ فِي‬
‫ضالَ ٍل ُم ِبي ٍْن‬ َ ‫ض َولَي‬ ِ ‫اْأل َ ْر‬

“Dan ingatlah ketika Kami hadapkan sekumpulan jin kepadamu yang mendengarkan
Al-Qur`an.
Maka ketika mereka menghadiri pembacaannya lalu mereka berkata: `Diamlah kamu
(untuk mendengarkannya)’. Ketika pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada
kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: `Wahai kaum kami,
sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Qur`an) yang telah diturunkan
setelah Musa, yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada
kebenaran dan jalan yang lurus.
Wahai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan
berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan
melepaskan kamu dari azab yang pedih. Dan orang yang tidak menerima (seruan)
orang yang menyeru kepada Allah, maka dia tidak akan lepas dari azab Allah di muka
bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang
nyata’.”
(Al-Ahqaf: 29-32)

Jin Diciptakan Sebelum Manusia

Tak ada satupun dari golongan kaum muslimin yang mengingkari keberadaan jin.
Demikian pula mayoritas kaum kuffar meyakini keberadaannya.

Ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nashrani pun mengakui eksistensinya
sebagaimana pengakuan kaum muslimin, meski ada sebagian kecil dari mereka yang
mengingkarinya. Sebagaimana ada pula di antara kaum muslimin yang
mengingkarinya yakni dari kalangan orang bodoh dan sebagian Mu’tazilah.

Jelasnya, keberadaan jin merupakan hal yang tak dapat disangkal lagi mengingat
pemberitaan dari para nabi sudah sangat mutawatir dan diketahui orang banyak.
Secara pasti, kaum jin adalah makhluk hidup, berakal dan mereka melakukan segala
sesuatu dengan kehendak.

Bahkan mereka dibebani perintah dan larangan, hanya saja mereka tidak memiliki
sifat dan tabiat seperti yang ada pada manusia atau selainnya.
(Idhahu Ad-Dilalah fi ’Umumi Ar-Risalah hal. 1, lihat Majmu’ul Fatawa, 19/9)

Anehnya orang-orang filsafat masih mengingkari keberadaan jin. Dan dalam hal
inipun Muhammad Rasyid Ridha telah keliru.

Dia mengatakan:

“Sesungguhnya jin itu hanyalah ungkapan/ gambaran tentang bakteri-bakteri. Karena


ia tidak dapat dilihat kecuali dengan perantara mikroskop.”
(Nashihatii li Ahlis Sunnah minal Jin oleh Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu)

Jin lebih dahulu diciptakan daripada manusia sebagaimana dikabarkan Allah


Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:

َّ ‫ َوا ْل َجانَّ َخلَ ْق َناهُ ِم ْن قَ ْب ُل ِم ْن نَ ِار ال‬.‫سنُ ْو ٍن‬


‫س ُم ْو ِم‬ ْ ‫ص ْلصَا ٍل ِم ْن َح َم ٍإ َم‬ َ ‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا اْ ِإل ْن‬
َ ‫سانَ ِم ْن‬

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin
sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.”
(Al-Hijr: 26-27)

Karena jin lebih dulu ada, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mendahulukan
penyebutannya daripada manusia ketika menjelaskan bahwa mereka diperintah untuk
beribadah seperti halnya manusia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِجنَّ َواْ ِإل ْن‬


‫س ِإلَّ ِليَ ْعبُد ُْو ِن‬

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku.”
(Adz-Dzariyat: 56)

Jin, Setan, dan Iblis

Kalimat jin, setan, ataupun juga Iblis seringkali disebutkan dalam Al-Qur`an, bahkan
mayoritas kita pun sudah tidak asing lagi mendengarnya. Sehingga eksistensinya
sebagai makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak lagi diragukan, berdasarkan Al-
Qur`an dan As-Sunnah serta ijma’ ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Tinggal persoalannya, apakah jin, setan, dan Iblis itu tiga makhluk yang berbeda
dengan penciptaan yang berbeda, ataukah mereka itu bermula dari satu asal atau
termasuk golongan para malaikat?

Yang pasti, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menerangkan asal-muasal penciptaan jin
dengan firman-Nya:

َّ ‫َوا ْل َجانَّ َخلَ ْق َناهُ ِم ْن قَ ْب ُل ِم ْن نَ ِار ال‬


‫س ُم ْو ِم‬

“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.”
(Al-Hijr: 27)

Juga firman-Nya:

‫ق ا ْل َجانَّ ِم ْن َم ِارجٍ ِم ْن َن ٍار‬


َ َ‫َو َخل‬

“Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.”


(Ar-Rahman: 15)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ف لَ ُك ْم‬ ِ َ‫ت ا ْل َمالَئِكَةُ ِم ْن نُ ْو ٍر َو ُخ ِلق‬


َ ‫ت ا ْل َجانُّ ِم ْن َّم ِارجٍ ِم ْن نَ ٍار َو ُخلِقَ آ َد ُم ِم َّما ُو ِص‬ ِ َ‫ُخ ِلق‬

“Para malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam
diciptakan dari apa yang disifatkan kepada kalian.”
(HR. Muslim no. 2996 dari ’Aisyah radhiallahu ‘anha)

Adapun Iblis, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentangnya:

‫ْس كَانَ ِمنَ ا ْل ِج ِن‬ َ ‫س ُجدُوا آل َد َم َف‬


َ ‫س َجدُوا إِلَّ إِ ْب ِلي‬ ْ ‫َوإِ ْذ قُ ْل َنا ِل ْل َمالَئِ َك ِة ا‬

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada
Adam’, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin…”
(Al-Kahfi: 50)
Ibnu Katsir rahimahullahu berkata:

“Iblis mengkhianati asal penciptaannya, karena dia sesungguhnya diciptakan dari


nyala api, sedangkan asal penciptaan malaikat adalah dari cahaya. Maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan di sini bahwa Iblis berasal dari kalangan jin,
dalam arti dia diciptakan dari api.

Al-Hasan Al-Bashri berkata:

‘Iblis tidak termasuk malaikat sedikitpun. Iblis merupakan asal mula jin, sebagaimana
Adam sebagai asal mula manusia’.”
(Tafsir Al-Qur`anul ’Azhim, 3/94)

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu mengatakan: “Iblis


adalah abul jin (bapak para jin).”
(Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 406 dan 793)

Sedangkan setan, mereka adalah kalangan jin yang durhaka. Asy-Syaikh Muqbil bin
Hadi rahimahullahu pernah ditanya tentang perbedaan jin dan setan, beliau
menjawab: “Jin itu meliputi setan, namun ada juga yang shalih.

Setan diciptakan untuk memalingkan manusia dan menyesatkannya. Adapun yang


shalih, mereka berpegang teguh dengan agamanya, memiliki masjid-masjid dan
melakukan shalat sebatas yang mereka ketahui ilmunya. Hanya saja mayoritas mereka
itu bodoh.”
(Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)

Siapakah Iblis..?

Terjadi perbedaan pendapat dalam hal asal-usul iblis, apakah berasal dari malaikat
atau dari jin.

Pendapat pertama menyatakan bahwa iblis berasal dari jenis jin. Ini adalah pendapat
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu.

Beliau menyatakan: “Iblis tidak pernah menjadi golongan malaikat sekejap matapun
sama sekali. Dan dia benar-benar asal-usul jin, sebagaimana Adam adalah asal-usul
manusia.”
(Diriwayatkan Ibnu Jarir dalam tafsir surat Al-Kahfi ayat 50, dan dishahihkan oleh
Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya)

Pendapat ini pula yang tampaknya dikuatkan oleh Ibnu Katsir, Al-Jashshash dalam
kitabnya Ahkamul Qur‘an (3/215), dan Asy-Syinqithi dalam kitabnya Adhwa`ul Bayan
(4/120). Penjelasan tentang dalil pendapat ini beliau sebutkan dalam kitab tersebut.
Secara ringkas, dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Kema’shuman malaikat dari perbuatan kufur yang dilakukan iblis,


sebagaimana firman Allah:

َ‫ص ْونَ هللاَ َما أَ َم َر ُه ْم َويَ ْفعَلُ ْونَ َما يُؤْ َم ُر ْون‬
ُ ‫لَ يَ ْع‬
“…yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(At-Tahrim: 6)

َ‫س ِبقُ ْونَهُ ِبا ْل َق ْو ِل َو ُه ْم ِبأ َ ْم ِر ِه يَ ْع َملُ ْون‬


ْ َ‫لَ ي‬

“Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan, dan mereka mengerjakan


perintah-perintah-Nya.”
(Al-Anbiya`: 27)

2. Dzahir surat Al-Kahfi ayat 50

‫ْس كَانَ ِمنَ ا ْل ِج ِن َففَسَقَ ع َْن أَ ْم ِر َربِ ِه‬ َ ‫س ُجدُوا آل َد َم َف‬


َ ‫س َجدُوا إِلَّ إِ ْب ِلي‬ ْ ‫َوإِ ْذ قُ ْل َنا ِل ْل َمالَئِ َك ِة ا‬

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada
Adam’, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, lalu ia
mendurhakai perintah Rabbnya.”

Allah menegaskan dalam ayat ini bahwa iblis dari jin, dan jin bukanlah malaikat.
Ulama yang memegang pendapat ini menyatakan:

“Ini adalah nash Al-Qur`an yang tegas dalam masalah yang diperselisihkan ini.” Beliau
juga menyatakan: “Dan hujjah yang paling kuat dalam masalah ini adalah hujjah
mereka yang berpendapat bahwa iblis bukan dari malaikat.”

Adapun pendapat kedua yang menyatakan bahwa iblis dari malaikat, menurut Al-
Qurthubi, adalah pendapat jumhur ulama termasuk Ibnu ‘Abbas radhiallahu
‘anhuma. Alasannya adalah firman Allah:

ْ ‫ْس أَبَى َوا‬


َ‫ستَ ْكبَ َر َوكَانَ ِمنَ ا ْلكَا ِف ِر ْين‬ َ ‫س ُجدُوا آل َد َم َف‬
َ ‫س َجدُوا إِلَّ إِ ْب ِلي‬ ْ ‫َوإِ ْذ قُ ْل َنا ِل ْل َمالَئِ َك ِة ا‬

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada
Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia
termasuk golongan orang-orang yang kafir.”
(Al-Baqarah: 34)

Juga ada alasan-alasan lain berupa beberapa riwayat Israiliyat.


Pendapat yang kuat adalah pendapat yang pertama, insya Allah, karena kuatnya dalil
mereka dari ayat-ayat yang jelas.

Adapun alasan pendapat kedua (yakni surat Al-Baqarah ayat 34), sebenarnya ayat
tersebut tidak menunjukkan bahwa iblis dari malaikat. Karena susunan kalimat
tersebut adalah susunan istitsna` munqathi’ (yaitu yang dikecualikan tidaklah
termasuk jenis yang disebutkan).

Adapun cerita-cerita asal-usul iblis, itu adalah cerita Israiliyat. Ibnu Katsir
menyatakan: “Dan dalam masalah ini (asal-usul iblis), banyak yang diriwayatkan dari
ulama salaf. Namun mayoritasnya adalah Israiliyat (cerita-cerita dari Bani Israil) yang
(sesungguhnya) dinukilkan untuk dikaji –wallahu a’lam–, Allah lebih tahu tentang
keadaan mayoritas cerita itu. Dan di antaranya ada yang dipastikan dusta, karena
menyelisihi kebenaran yang ada di tangan kita. Dan apa yang ada di dalam Al-Qur`an
sudah memadai dari yang selainnya dari berita-berita itu.”
(Tafsir Ibnu Katsir, 3/94)

Asy-Syinqithi menyatakan: “Apa yang disebutkan para ahli tafsir dari sekelompok
ulama salaf, seperti Ibnu ‘Abbas dan selainnya, bahwa dahulu iblis termasuk pembesar
malaikat, penjaga surga, mengurusi urusan dunia, dan namanya adalah ‘Azazil, ini
semua adalah cerita Israiliyat yang tidak bisa dijadikan landasan.”
(Adhwa`ul Bayan, 4/120-121)

Siapakah Setan..?

Setan atau Syaithan (‫ش ْي َطان‬


َ ) dalam bahasa Arab diambil dari kata ( َ‫ش َطن‬
َ ) yang berarti
jauh. Ada pula yang mengatakan bahwa itu dari kata (‫ )شَا َط‬yang berarti terbakar atau
batal. Pendapat yang pertama lebih kuat menurut Ibnu Jarir dan Ibnu Katsir, sehingga
kata Syaithan artinya yang jauh dari kebenaran atau dari rahmat Allah Subhanahu wa
Ta’ala
(Al-Misbahul Munir, hal. 313).

Ibnu Jarir menyatakan, syaithan dalam bahasa Arab adalah setiap yang durhaka dari
jin, manusia atau hewan, atau dari segala sesuatu.

Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ُ ‫ف ا ْلقَ ْو ِل‬
‫غ ُر ْو ًرا‬ َ ‫ض ُز ْخ ُر‬ ُ ‫اط ْينَ اْ ِإل ْن ِس َوا ْل ِج ِن يُ ْو ِحي َب ْع‬
ٍ ‫ض ُه ْم ِإلَى َب ْع‬ ِ ‫ش َي‬ َ ٍ ‫َو َكذَ ِلكَ َج َع ْلنَا ِلك ُِل نَ ِبي‬
َ ‫عد ًُّوا‬

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari
jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian
yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).”
(Al-An’am: 112)

(Dalam ayat ini) Allah menjadikan setan dari jenis manusia, seperti halnya setan dari
jenis jin. Dan hanyalah setiap yang durhaka disebut setan, karena akhlak dan
perbuatannya menyelisihi akhlak dan perbuatan makhluk yang sejenisnya, dan karena
jauhnya dari kebaikan.
(Tafsir Ibnu Jarir, 1/49)

Ibnu Katsir menyatakan bahwa syaithan adalah semua yang keluar dari tabiat jenisnya
dengan kejelekan (Tafsir Ibnu Katsir, 2/127). Lihat juga Al-Qamus Al-Muhith (hal.
1071).

Yang mendukung pendapat ini adalah surat Al-An’am ayat 112:

ُ ‫ف ا ْلقَ ْو ِل‬
‫غ ُر ْو ًرا‬ َ ‫ض ُز ْخ ُر‬ ُ ‫اط ْينَ اْ ِإل ْن ِس َوا ْل ِج ِن يُ ْو ِحي بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُه ْم ِإلَى بَ ْع‬ ِ َ‫شي‬ َ ٍ ‫َو َكذَ ِلكَ َج َع ْلنَا ِلك ُِل نَ ِبي‬
َ ‫عد ًُّوا‬

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari
jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian
yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).”
(Al-An’am: 112)
Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Aku
datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau berada di masjid. Akupun
duduk. Dan beliau menyatakan:
“Wahai Abu Dzar apakah kamu sudah shalat?” Aku jawab: “Belum.” Beliau
mengatakan: “Bangkit dan shalatlah.” Akupun bangkit dan shalat, lalu aku duduk.
Beliau berkata: “Wahai Abu Dzar, berlindunglah kepada Allah dari kejahatan setan
manusia dan jin.” Abu Dzar berkata: “Wahai Rasulullah, apakah di kalangan manusia
ada setan?” Beliau menjawab: “Ya.”

Ibnu Katsir menyatakan setelah menyebutkan beberapa sanad hadits ini: “Inilah jalan-
jalan hadits ini. Dan semua jalan-jalan hadits tersebut menunjukkan kuatnya hadits itu
dan keshahihannya.”
(Tafsir Ibnu Katsir, 2/172)

Yang mendukung pendapat ini juga hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
riwayat Muslim:

‫ش ْي َطان‬ ْ َ ‫ب اْأل‬
َ ‫س َو ُد‬ ُ ‫ا ْل َك ْل‬

“Anjing hitam adalah setan.”

Ibnu Katsir menyatakan: “Maknanya –wallahu a’lam– yaitu setan dari jenis anjing.”
(Tafsir Ibnu Katsir, 2/173)

Ini adalah pendapat Qatadah, Mujahid dan yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu
Katsir, Asy-Syaukani dan Asy-Syinqithi.

Dalam masalah ini ada tafsir lain terhadap ayat itu, tapi itu adalah pendapat yang
lemah. (ed)

Ketika membicarakan tentang setan dan tekadnya dalam menyesatkan manusia, Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ْ ‫ قَا َل فَبِ َما أ َ ْغ َو ْيتَنِي ألَ ْقعُدَنَّ لَ ُه ْم ِص َرا َطكَ ا ْل ُم‬. َ‫ َقا َل ِإنَّكَ ِمنَ ا ْل ُم ْن َظ ِر ْين‬. َ‫قَا َل أ َ ْن ِظ ْرنِي إِلَى يَ ْو ِم يُ ْبعَث ُ ْون‬
‫ ث ُ َّم آلتِيَنَّ ُه ْم ِم ْن‬.‫ستَ ِق ْي َم‬
َ
َ‫ش َمائِ ِل ِه ْم َولَ تَ ِج ُد أ ْكثَ َر ُه ْم شَا ِك ِر ْين‬َ ‫بَي ِْن أ َ ْي ِدي ِْه ْم َو ِم ْن َخ ْل ِف ِه ْم َوع َْن أ َ ْي َمانِ ِه ْم َوع َْن‬

“Iblis menjawab: ‘Beri tangguhlah aku sampai waktu mereka dibangkitkan’, Allah
berfirman: ‘Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.’

Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukumiku tersesat, aku benar-benar akan
(menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian aku akan
mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka.
Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”
(Al-A’raf: 14-17)

Setan adalah turunan Iblis, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ً‫ْس ِلل َّظا ِل ِم ْينَ َب َدل‬ َ ‫أَفَتَت َّ ِخذُ ْونَهُ َوذُ ِريَّتَهُ أ َ ْو ِليَا َء ِم ْن د ُْو ِني َو ُه ْم لَ ُك ْم‬
َ ‫عد ٌُّو ِبئ‬
“Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain-Ku,
sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (Allah)
bagi orang-orang yang dzalim.”
(Al-Kahfi: 50)

Turunan-turunan Iblis yang dimaksud dalam ayat ini adalah setan-setan.(Taisir Al-
Karim Ar-Rahman, hal. 453)

Penggambaran Tentang Jin

Al-jinnu berasal dari kata janna syai`un yajunnuhu yang bermakna satarahu
(menutupi sesuatu). Maka segala sesuatu yang tertutup berarti tersembunyi. Jadi, jin
itu disebut dengan jin karena keadaannya yang tersembunyi.

Jin memiliki roh dan jasad. Dalam hal ini, Syaikhuna Muqbil bin Hadi rahimahullahu
mengatakan: “Jin memiliki roh dan jasad. Hanya saja mereka dapat berubah-ubah
bentuk dan menyerupai sosok tertentu, serta mereka bisa masuk dari tempat manapun.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar menutup pintu-
pintu sembari beliau mengatakan: ‘Sesungguhnya setan tidak dapat membuka yang
tertutup’. Beliau memerintahkan agar kita menutup bejana-bejana dan menyebut
nama Allah Subhanahu wa Ta’ala atasnya. Demikian pula bila seseorang masuk ke
rumahnya kemudian membaca bismillah, maka setan mengatakan: ‘Tidak ada
kesempatan menginap’.

Jika seseorang makan dan mengucapkan bismillah, maka setan berkata: ‘Tidak ada
kesempatan menginap dan bersantap malam’.”
(Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)

Jin bisa berujud seperti manusia dan binatang. Dapat berupa ular dan kalajengking,
juga dalam wujud unta, sapi, kambing, kuda, bighal, keledai dan juga burung. Serta
bisa berujud Bani Adam seperti waktu setan mendatangi kaum musyrikin dalam
bentuk Suraqah bin Malik kala mereka hendak pergi menuju Badr.

Mereka dapat berubah-ubah dalam bentuk yang banyak, seperti anjing hitam atau
juga kucing hitam. Karena warna hitam itu lebih signifikan bagi kekuatan setan dan
mempunyai kekuatan panas.
(Idhahu Ad-Dilalah, hal. 19 dan 23)

Kaum jin memiliki tempat tinggal yang berbeda-beda. Jin yang shalih bertempat
tinggal di masjid dan tempat-tempat yang baik. Sedangkan jin yang jahat dan merusak,
mereka tinggal di kamar mandi dan tempat-tempat yang kotor.
(Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)

Tulang dan kotoran hewan adalah makanan jin. Di dalam sebuah hadits, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:

َ ‫ف ث َ ْو ِبي َحتَّى َو‬


‫ض ْعتُهَا ِإ َلى‬ ِ ‫َار أَحْ َملُهَا ِفي َط َر‬ ٍ ‫ َفأَت َ ْيتُهُ ِبأَحْ ج‬.ٍ‫ض ِبهَا َولَ تَأ ْ ِت ِني ِب َع ْظ ٍم َولَ ِب َر ْوثَة‬ ْ ‫ست َ ْن ِف‬ْ َ ‫َارا أ‬ ً ‫ا ْب ِغ ِني أَحْ ج‬
ْ َ ْ َ َ
‫ ُه َما ِم ْن طعَ ِام ال ِج ِن َوإِنَّهُ أتَانِي َوف ُد ِج ِن‬:َ‫الر ْوث ِة؟ قال‬ َ ْ ْ ْ
َّ ‫ َما بَا ُل ال َعظ ِم َو‬: ُ‫شيْتُ فقُلت‬ َ َ َ ْ
َ ‫َج ْنبِ ِه ث ُ َّم ا ْنص ََرفتُ حَ تَّى إِذا ف َرغ َم‬
َ
َ ‫الزا َد فَ َدع َْوتُ هللاَ لَ ُه ْم أ َ ْن لَ َي ُم ُّروا ِب َع ْظ ٍم َولَ ِب َر ْوث َ ٍة ِإلَّ َو َجدُوا‬
‫علَ ْيهَا َط َعا ًما‬ َّ ‫سأَلُ ْو ِني‬ َ َ‫نَ ِص ْي ِب ْينَ َو ِن ْع َم ا ْل ِجنُّ ف‬
“Carikan beberapa buah batu untuk kugunakan bersuci dan janganlah engkau carikan
tulang dan kotoran hewan.” Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: “Aku pun
membawakan untuknya beberapa buah batu dan kusimpan di sampingnya. Lalu aku
menjauh hingga beliau menyelesaikan hajatnya.”

Aku bertanya: “Ada apa dengan tulang dan kotoran hewan?”


Beliau menjawab: “Keduanya termasuk makanan jin. Aku pernah didatangi
rombongan utusan jin dari Nashibin, dan mereka adalah sebaik-baik jin. Mereka
meminta bekal kepadaku. Maka aku berdoa kepada Allah untuk mereka agar tidaklah
mereka melewati tulang dan kotoran melainkan mereka mendapatkan makanan.”
(HR. Al-Bukhari no. 3860 dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dalam riwayat
Muslim disebutkan: “Semua tulang yang disebutkan nama Allah padanya”, ed)

Gambaran Tentang Iblis dan Setan

Iblis adalah wazan dari fi’il, diambil dari asal kata al-iblaas yang bermakna at-tai`as
(putus asa) dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Mereka adalah musuh nomer wahid bagi manusia, musuh bagi Adam dan
keturunannya. Dengan kesombongan dan analoginya yang rusak serta kedustaannya,
mereka berani menentang perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala saat mereka enggan
untuk sujud kepada Adam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ْ ‫ْس أَبَى َوا‬


َ‫ستَ ْكبَ َر َوكَانَ ِمنَ ا ْلكَا ِف ِر ْين‬ َ ‫س ُجدُوا آل َد َم َف‬
َ ‫س َجدُوا ِإلَّ ِإ ْب ِلي‬ ْ ‫َو ِإ ْذ قُ ْل َنا ِل ْل َمالَئِ َك ِة ا‬

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada
Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Ia enggan dan takabur, dan adalah ia
termasuk golongan orang-orang yang kafir.”
(Al-Baqarah: 34)

Malah dengan analoginya yang menyesatkan, Iblis menjawab:

‫قَا َل أَنَا َخيْر ِم ْنهُ َخلَ ْقتَنِي ِم ْن نَ ٍار َو َخلَ ْقتَهُ ِم ْن ِطي ٍْن‬

“Aku lebih baik darinya: Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan
dari tanah.”
(Al-A’raf: 12)

Analogi atau qiyas Iblis ini adalah qiyas yang paling rusak. Qiyas ini adalah qiyas batil
karena bertentangan dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menyuruhnya
untuk sujud. Sedangkan qiyas jika berlawanan dengan nash, maka ia menjadi batil
karena maksud dari qiyas itu adalah menetapkan hukum yang tidak ada padanya nash,
mendekatkan sejumlah perkara kepada yang ada nashnya, sehingga keberadaannya
menjadi pengikut bagi nash.

Bila qiyas itu berlawanan dengan nash dan tetap digunakan/ diakui, maka
konsekuensinya akan menggugurkan nash. Dan inilah qiyas yang paling jelek!
Sumpah mereka untuk menggoda Bani Adam terus berlangsung sampai hari kiamat
setelah mereka berhasil menggoda Abul Basyar (bapak manusia) Adam dan vonis sesat
dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mereka.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kita dengan firman-Nya:

‫س ْوآتِ ِه َما إِ َّنهُ يَ َرا ُك ْم ه َُو َوقَ ِب ْيلُهُ ِم ْن‬


َ ‫س ُه َما ِليُ ِريَ ُه َما‬ َ ‫ع ْن ُه َما ِلبَا‬ ُ ‫ش ْي َطانُ َك َما أ َ ْخ َر َج أَبَ َو ْي ُك ْم ِمنَ ا ْل َجنَّ ِة يَ ْن ِز‬
َ ‫ع‬ َّ ‫يَابَنِي آ َد َم لَ يَ ْفتِنَنَّ ُك ُم ال‬
َ‫اط ْينَ أ َ ْو ِليَا َء ِللَّ ِذ ْينَ لَ يُؤْ ِمنُ ْون‬
ِ َ‫شي‬ َ ْ َّ َ َ َ
َّ ‫َحيْث ل ت َر ْون ُه ْم إِنا َجعَلنا ال‬ ُ

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia
telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga. Ia menanggalkan pakaian
keduanya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan
pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat
mereka.

Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-


orang yang tidak beriman.”
(Al-A’raf: 27)

Karena setan sebagai musuh kita, maka kita diperintahkan untuk menjadi musuh
setan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫س ِعي ِْر‬
َّ ‫ب ال‬ ْ َ‫عد ًُّوا ِإنَّ َما َي ْدعُو ِح ْز َبهُ ِل َيك ُْونُوا ِم ْن أ‬
ِ ‫صحَا‬ َ ‫عد ٌُّو َفات َّ ِخذُ ْو ُه‬
َ ‫ش ْي َطانَ لَ ُك ْم‬
َّ ‫ِإنَّ ال‬

“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu, karena
sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi
penghuni neraka yang menyala-nyala.”
(Fathir: 6)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ً‫ْس ِلل َّظا ِل ِم ْينَ َب َدل‬ َ ‫أَفَتَت َّ ِخذُ ْونَهُ َوذُ ِريَّتَهُ أ َ ْو ِليَا َء ِم ْن د ُْو ِني َو ُه ْم لَ ُك ْم‬
َ ‫عد ٌُّو بِئ‬

“Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain-Ku,


sedangkan mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti
(Allah) bagi orang-orang yang dzalim.”
(Al-Kahfi: 50)

Semoga kita semua terlindung dari godaan-godaannya. Wal ’ilmu ’indallah

http://islamtogether.blogspot.co.id/2012/07/definisi-iblisjindan-syaitan.html
 Jin adalah sebuah Bangsa / Golongan dari Makhluk Allah yang diciptakan agar
Menyembah Allah Subhanahu wa ta'ala, Dan dari golongan ini ada yang taat dan ada
yang durhaka
 Iblis adalah salah satu makhluk dari bangsa jin yang Durhaka terhadap
Allah Subhanahu wa ta'ala karena tidak menaati perintahnya untuk sujud kepada
Nabi Adam 'Alayhissalam. Iblis juga adalah Nenek Moyang dari Jin-Jin Durhaka
yang lain. Ibli berjanji untuk menghasut dan menggoda keturunan Adam (Manusia)
agar durhaka terhadap Allah Subhanahu wa ta'ala dan tidak akan berhenti hingga
Akhir Zaman. Diketahui Iblis ini tidak akan mati hingga Akhir Zaman, dan pada
Akhir Zaman nanti Iblis akan Menangis disaat Sakaratul Mautnya.
 Syaitan itu adalah semua golongan / jenis Makhluk Ciptaan Allah Subhanahu wa
ta'ala yang telah durhaka terhadap Allah Subhanahu wa ta'ala. Baik dari golongan
Manusia,Jin, dan yang lain

Anda mungkin juga menyukai