Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
penting yang harus ada. Peralatan yang ada dalam laboratorium pun haruslah steril
hal tersebut merupakan syarat mutlak. Artinya, pada bahan atau peralatan yang
akan digunakan harus bebeas dari mikroorganisme yang tidak diingikan yang
dapat merusak media atau koloni suatu mikroorganisme yang diinginkan. Adapun
lain : Media yaitu; cair, semi solid, solid (agak miring (siant), agak tegak (deep),
agak cawan(plate)) dan peralatan yaitu; autoklaf, tabung kultur, cawan petri,
(Suriawiria,2005).
semua organisme yang terdapat pada atau didalam suatu benda. Ketika anda untuk
Namun kebanyakan peralatan dan media yang umum dipakai dalam pekerjaan
1
dalam sterilisasi nanti alat-alat tidak terkontaminasi dengan pihak luar. Oleh
karena itu, bagi seorang pemula di bidang mikrobiologi sangat perlu mengenal
sterilisasi dapat dilakukan secara sempurna, dalam arti tidak ada mikroorganisme
dan bahan biakkan guna memberikan pemahaman tentang hal-hal yang berkaitan
Alat yang digunakan pada saat sterilisasi adalah cawan petri, erlenmeyer,
gelas kimia, tabung reaksi, autoklaf, oven, panci, wajan, kompor, dan batang
pengaduk.
Bahan yang digunakan pada saat sterilisasi alat adalah air, kertas, plastik
dan karet.
Cara sterilisasi alat terbagi atas 2 cara, yaitu cara basah (dengan autoklaf)
dan cara kering (dengan oven). Cara kerja steriliasi alat adalah sebagai berikut:
autoklaf dan di putar sekrup autoklaf dengan rapat. Diletakkan autoklaf di atas
2
tungku kompor gas. Dihidupkan kompor hingga suhu pada termometer mencapai
121oC. Dibiarkan selama 15-20 menit. Dimatikan kompor gas. Dibiarkan autoklaf
oven. Diatur suhu oven 160oC selama 2 jam. Setelah seleai dibiarkan oven hingga
1.4 Pembahasan
bahan bisa dikatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen
maupun tidak baik dalam bentuk vegetatip walaupun bentuk nonvegetatif (spora)
(Suriawiria, 2005).
harus disterilkan terlebih dahulu untuk membebaskan suatu bahan dan peralatan
tersebut dari semua bentuk kehidupan. Alat-alat yang di gunakan dalam strilisasi
yaitu autoklaf, kertas, cawan petridis, lampu bunses, korek api, jarum ose, alkohol
dan akuades.
panas kering dan panas basah (mengunakan uap air). Sterilisasi panas kering
dilakukan menggunakan lampu bunsen atau dengan oven. Pada kondisi panas
komponen sel dan virus teroksidasi. Panas basah (menggunakan uap air), lebih
3
mematikan dibandingkan panas kering pada suhu yang sama. Hal ini disebabkan
Sterilisasi panas basah ini dilakukan dengan alat autoklaf (Hadioetomo, 1993).
membunuh mikroba kontaminan pada alat atau bahan yang akan digunakan.
Sterilisasi basah menggunakan autoklaf ini menggunakan uap air jenuh pada suhu
121oC selama 15 menit. Adapun alasan digunakannya suhu 121oC itu disebabkan
oleh tekanan 1 atm pada ketinggian permukaan laut. Bunsen digunakan untuk
memanaskan jarum ose. Pemanasan dilakukan sampai jarum ose memerah yang
artinya jarum ose tersebut sudah steril. Ada 4 hal utama yang harus diingat bila
a) Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul-betul
b) Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkenah iuap, karena itu tabung
dan labu kosong harus diletakan dalam posisi tidur agar udara tidak
terperangkap di dasarnya.
c) Bahan-bahan yang berpori atau berbentuk cairan harus permeable terhadap uap.
Sterilisasi kering atau sterilisasi panas kering dapat diterapkan dengan cara
dan sterilisasi dengan udara panas (oven). Pemanasan kering sering digunakan
bahan yang sering disterilkan adalah pipet, tabung reaksi, cawan petri dari kaca,
4
dan barang-barang pecah belah lainnya. Bahan-bahan yang disterilkan harus
(Hadioetomo, 1993).
membungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil, setelah itu
atur pengatur suhu oven menjadi 160oC dan alat disterilkan selama 2 jam.
Keuntungan dari sterilisasi kering yaitu tidak ada uap air yang membasahi
1.5 Kesimpulan
ada pada suatu benda. Pemilihan teknik sterilisasi didasarkan pada sifat alat dan
bahan yang akan disterilkan. Ada dua jenis sterilisasi yang digunakan yaitu
5
II MEDIA
memiliki syarat yang berbeda-beda untuk tumbuh. Untuk itu, kita harus mengerti
mikroorganisme tersebut.
melalui media. Menurut Singleton dan Sainsbury (2006) medium yang digunakan
suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah
bakteri, fungi atau mikroorganisme lainnya. Karena itu, untuk melihat dengan
6
jelas penampakan mikroba tersebut, terlebih dahulu kita membuat biakan
organisme. Sebelumnya, bahan serta peralatan harus dalam keadaan steril, artinya
pada bahan dan peralatan yang ingin dipergunakan tidak terdapat mikroba lain
yang tidak diharapkan. Proses dari kegiatan steril disebut sterilisasi (Suriawiria,
2005).
fase (sifat fisik media), yaitu media padat, media setengah padat, media cair.
Pada praktikum penyakit ini, media yang digunakan adalah media PDA
(Potato Dextrose Agar) dimana media ini menggunakan bahan dasar kentang
yang telah direbus dan diambil ekstraknya sebagai sumber nutrisi dari
Alat yang digunakan pada praktikum adalah LAFC (Laminar Air Flow
Bahan yang digunakan pada praktikum adalah kentang, aquades, agar dan
1 tablet detromicyn.
dipotong dadu sekecil mungkin. Direbus kentang dengan aquades sebanyak 500
ml. Ditambahkan 20 gram agar dan detromicin 1 tablet ke dalam rebusan kentang.
7
Diaduk rebusan terus-menerus hingga mendidih. Dimatikan kompor saat rebusan
kulkas jika media tidak langsung digunakan dan langsung dituang ke petridish
2.4 Pembahasan
menumbuhkannya dalam biakan murni. Untuk dapat melakukan hal ini, haruslah
dimengerti jenis-jenis nutrient yang di peruntukkan pada jamur dan juga macam
(Pelczar, 1986).
molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media
8
adapun macam-macam media pertumbuhan yang digunakan untuk kultur mikroba
Media Cair (Liquid Media), yaitu media yang berbentuk cair seperti :
Nutrient Broth (NB), Brain Heart Infusion (BHI), Alkali Pepton Water
(APW), dll.
Semi Solid Media. Media ini digunakan untuk uji motilitas, karena
Media Padat, yaitu media yang berbentuk padat, media ini dapat berbentuk
media organik, contohnya : Blood Agar Plate (BAP), Mac Conkey (MC),
Media untuk isolasi, media ini mengandung semua senyawa esensial untuk
seperti darah, serum, kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif
9
Media untuk peremajaan kultur, media umum atau spesifik yang
mikroorganisme.
2.5 Kesimpulan
berbeda-beda untuk dapat tumbuh dengan baik. Secara garis besar, media
10
III PENGAMATAN GEJALA DI LAPANGAN
patogen biasanya terdiri atas jamur, bakteri, virus, dan nematoda. Penyakit hanya
akan terjadi apabila di suatu tempat terdapat tumbuhan inang yang rentan, patogen
yang virulen, dan lingkungan yang mendukung yang biasa kita sebut segitiga
abiotik dan yang bersifat biotik. Untuk yang bersifat biotik (tidak hidup) misalnya
polutan udara, polutan tanah, suhu yang ekstrim, kelembaban yang ekstrim,
oksigen dan cahaya yang berlebihan atau berkekurangan, unsur hara yang tidak
tepat dosis. Sedangkan penyakit yang bersifat biotik (hidup) sampai sekarang
dilaporkan ada 6 kelompok besar yaitu jamur, virus, viroid, nematoda, protozoa
susah tak seperti dijelaskan di kelas, karena harus teliti mengamati dan
mencermati penyakit apa yang dialami oleh suatu tumbuhan. Sering kali terdapat
beberapa macam penyakit pada tumbuhan tertentu yang menunjukkan gejala yang
diagnosis dengan pasti. Selain gejala, tanda dari penyakit juga harus diperhatikan.
Tanda merupakan semua pengenalan dari penyakit selain reaksi tumbuhan inang
11
(selain gejala), misalnya bentuk tubuh buah parasit, miselium, warna spora,
2009).
adalah semua struktur pathogen yang terdapat pada permukaan tanaman yang
dapat dilihat secara makroskopis dan struktur tersebut berasosiasi dengan tanaman
yang sakit. Untuk mendiagnosis penyakit secara cepat dan tepat, tidak hanya
melihat dari gejala penyakit, tetapi juga melihat dari tanda penyakitnya. Sehingga
Alat yang digunakan pada praktikum adalah alat tulis, kertas, dan
kamera.
Bahan yang digunakan pada praktikum adalah tanaman sawit yang akan
diamati.
Disapkan alat dan bahan. Dibawa alat tulis dan kertas ke lapangan tempat
tanaman sawit berada. Diamati tanaman sawit apakah ada penyakit apa tidak.
12
3.4 Hasil Pengamatan
sawit, didapati bahwa tanaman sawit yang diamati terkena penyakit bercak daun
Gambar 1. Gejala penyakit bercak daun pada tanaman kelapa sawit di lahan
praktikum (kiri) dan dari internet (kanan).
3.5 Pembahasan
hembusan angin atau percikan air. Bercak daun yang disebabkan oleh Curvularia
sp. lebih dikenal sebagai hawar daun curvularia. Penyakit ini terdapat di berbagai
terjadi selama periode kering dan basah. Gejala awal tampak berupa bintik kuning
pada daun tombak atau yang telah membuka, bercak membesar dan menjadi agak
lonjong dengan panjang 7-8 mm berwarna coklat terang dengan tepi kuning atau
tidak, bagian tengah bercak kadang kala tampak berminyak. Pada gejala lanjut
bercak menjadi nekrosis, beberapa bercak menyatu membentuk bercak besar tak
13
beraturan. Pada beberapa kasus bagian tengah bercak mengering, rapuh, berwarna
Faktor pendorong penyakit ini adalah populasi bibit per satuan luas terlalu
tinggi atau terlalu rapat (< 90 cm), dan keadaan pembibitan yang terlalu lembab.
Kelebihan air siraman dan cara penyiraman yang tidak tepat. Kebersihan areal
alternatif bagi patogen, terutama dari keluarga Gramineae di dalam atau di sekitar
dengan fungisida thibenzol, captan atau thiram dengan konsentrasi 0,1-0,2% tiap
10-14 hari, daun pangkalan harus dibakar. Memusnahkan bibit yang terserang
3.6 Kesimpulan
Bercak daun kelapa sawit dapat disebabkan oleh jamur Curvularia spp.,
sp. Gejala awal tampak berupa bintik kuning pada daun tombak atau yang telah
membuka, bercak membesar dan menjadi agak lonjong dengan panjang 7-8 mm
berwarna coklat terang dengan tepi kuning atau tidak, bagian tengah bercak
kadang kala tampak berminyak. Pada gejala lanjut bercak menjadi nekrosis. Pada
14
IV ISOLAT PATOGEN TANAMAN
dan tanda. Gangguan fisiologis ini disebabkan oleh faktor biotik (bakteri,
cendawan, virus dan nematoda) maupun faktor abiotik (suhu, kelembaban, unsur
sehingga diperoleh kultur murni. Manfaat dilakukannya kultur murni adalah untuk
pada tumbuhan inang didukung oleh tiga faktor, yaitu inang yang rentan, patogen
yang virulen dan lingkungan yang mendukung. Patogen terbukti memiliki daya
15
utama substansi yang disekresikan patogen ke dalam tubuh tumbuhan yang
biakan yang murni. Patogen dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus
menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi
Mikroorganisme seperti jamur, bakteri, yis, virus, dan alga dapat dijumpai
di berbagai tempat termasuk penyebab penyakit tanaman. Ada di air, udara, tanah,
tumbuhan, hewan, manusia dsb dan akan tumbuh berkembangbiak pada kondisi
manusia ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Dalam dunia
agar penyebab penyakit dapat diketahui yang pada akhirnya dapat digunakan
16
Prinsip kerja isolasi patogen cukup sederhana yakni dengan
menginokulasikan sejumlah kecil patogen pada suatu medium tertentu yang dapat
menyusun kehidupan patogen. Sejumlah kecil patogen ini didapat dari bermacam-
kompor, panci, batang pengaduk, gunting, api bunsen, pinset, dan laminar air
flow cabinet.
memiliki gejala penyakit yang disebabkan patogen yang ingin diisolasikan, air,
Disiapakan alat dan bahan. Diambil organ tanaman yang memiliki gejala
setengah bagian sakit dan setengah lagi terdapat bagian sehat. Diletakkan
penyakit bercak daun tanaman kelapa sawit. Dari hasil isolasi yang dilakukan,
17
A. Pengamatan isolasi hari ke-3
4.5 Pembahasan
18
pengujian sifat-sifat tersebut di alam terbuka sangat mustahill untuk dilakukan
(Pelczar,1986).
yang dikenal dengan hifa. Diameter hipa hanya beberapa µm, tetapi dapat
bersel satu seperti ragi. Hifa yang tumbuh membentuk masa disebut miselium
atau tebal menyerupai kawat dan disebut sebagai rhizomorphs yang tampak
diisolasi terus berkembang pada media PDA yang dibuat. Jamur yang
berkembang memiliki warna hifa putih dengan spora yang berwarna hitam. Hal
ini menunjukkan adanya keberadaan jamur Curvularia sp.. Pada hari terakhir
pengamatan terlihat bahwa jamur telah memenuhi media PDA. Namun ada
beberapa isolat yang kurang bagus pertumbuhannya pada media yang dapat dilihat
pada cawan petri ada terbentuk seperti jaring laba-laba, dimana hifa tumbuh ke
atas menuju tutup petridish yang biasa disebabkan karena isolat yang dibalik-
balik.
4.6 Kesimpulan
19
V PEMURNIAN BIAKAN
campuran, hanya dalam keadaan tertentu saja populasi ini ditemukan dalam
keadaan murni. Hal ini berarti bahwa harus diperoleh biakan murni yang hanya
mikroba satu dengan mikroba lain yang berasal dari campuran berbagai mikroba.
padat. Hal ini karena dalam medium padat, sel-sel mikroba akan membentuk
mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan
murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan
Biakan murni adalah biakan yang terdiri atas satu spesies mikroba yang
ditumbuhkan dalam medium buatan. Pada medium ini mikroba dapat tumbuh dan
berkembang biak. Bahan dasar yang digunakan untuk medium pertumbuhan ini
molekul makanan (misal gula) sumber nitrogen dan mineral. Untuk hasil yang
lebih baik agar bakteri tumbuh, alat dan bahan yang digunakan disterilkan terlebih
Di alam bebas tidak ada mikroba yang hidup tersendiri dan terlepas dari
spesies yang lain. Dalam teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana
20
mencegah pencemaran dari luar. Teknik biakan murni untuk suatu spesies dikenal
kompor, panci, batang pengaduk, gunting, api bunsen, pinset, dan laminar air
flow cabinet.
Bahan yang digunakan pada praktikum adalah isolat patogen yang telah
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dibuka tutup petridish.
Diambil jarum ose dan dipanaskan hingga berpijar. Diambil hifa dari patogen
yang diinginkan dan dipindahkan ke media baru untuk dibuat biakan murni
dengan menggunakan jarum ose. Ditutup petridish dan diwrap dengan rapat.
Diamati pertumbuhan jamur pada hari ke 3, 4 dan 5. Dicatat dan difoto hasil
pengamatan.
21
B. Pengamatan isolasi hari ke-4
5.5 Pembahasan
dengan memindahkan koloni dari mikroba yang diinginkan dalam isolat ke dalam
media pertumbuhan yang baru sehingga di dapat koloni murni yang di harapkan
(Suriawiria, 2005).
berupa hifa cendawan saja, dengan menggunakan jarum ose kemudian diletakkan
pada media PDA yang baru kemudian diwrap dan diinkubasi beberapa hari. Tanda
keberhasilan biakan murni pada jamur adalah tumbuhnya satu koloni jamur
22
Dari pengamatan hari ke 3 dapat dilihat bahwa semua biakan murni
berkembang dengan baik dan tidak ada kontaminasi. Namun pada salah satu
biakan murni, jamur tidak berkembang. Dari pengmatan hari ke 4 dapat dilihat
bahwa jamur biakan murni semakin berkembang pada salah satu isolat dan sudah
menghitam sporanya, yang merupakan salah satu ciri dari jamur Curvularia sp.
namun pada salah satu petridish jamur tidak berkembang sama sekali dan masih
sama seperti pada hari ke-3. Pada hari ke 5, dapat dilihat bahwa perkembangan
jamur telah memenuhi setengah bagian diameter media pada salah satu petridish
dan dapat dilihat bahwa perkembangan telah sampai ke bagian tutup petridish.
Namun pada salahh satu petridish terlihat bahwa hifa yang ditanamkan tidak
tumbuh dan berkembang lagi. Hal ini dapat disebabkan oleh lingkungan yang
tidak mendukung atau media yang buruk. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadillah
pertumbuhannya dipeng aruhi oleh faktor jenis media dan komposisi yang
terkandung didalamnya. Jenis dan komposisi media itulah yang nantinya akan
5.6 Kesimpulan
media PDA dengan ciri yang seragam dan hanya 1 koloni dalam media, tidak ada
23
terlihat koloni lain dalam media PDA atau ada miselium yang menunjukkan ciri
berbeda-beda.
24
VI UJI BIAKAN GANDA
hidup sebagai agen biopestisida secara langsung maupun tidak langsung untuk
Trichoderma sp., Gliocladium sp., dan Aspergillus niger (Nugroho et al., 2001).
hayati Trichoderma sp. Telah banyak digunakan oleh petani di berbagai daerah
patogen yang terdapa tdi daerah asalnya. Selanjutnya pengendalian hayati bersifat
25
spesifik lokal yakni mikroorganisme antagonis yang terdapat di suatu daerah
hanya akan memberikan hasil yang baik didaerah itu juga. Mekanisme antagonis
dikembangkan. Hal ini disebabkan karena pengendalian hayati relatif aman dan
salah satunya adalah uji dual culture atau uji biakan ganda.
kertas label, penggaris, jarum ose, bunsen api, erlenmeyer, cork borrer,
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dipanaskan cork borrer.
Dipotong media biakan murni jamur Trichoderma sp. menggunakan cork borrer.
Dipanaskan jarum ose hingga berpijar dan diambil hasil potongan tersebut dengan
26
menggunakan jarum ose. Potongan media berisi Trichoderma sp. dipindahkan ke
media baru. Dilakukan hal yang sama terhadap jamur patogen Curvulari sp. dan
diletakkan hasil potongan di media yang sama dengan jamur Trichoderma sp.
Ditutup petridish dan diwrap dengan rapat. Diamati hasil pengujian dual culture
27
6.5 Pembahasan
secara bertahap pada hari ke- 3 , 4, dan 5. Pada hari pengamatan cendawan ini
oleh Vey et al., (2001), yang menyatakan bahwa Senyawa antibiotik tersebut
rentan.
28
Trichoderma Sp memiliki peran antagonisme terhdap beberapa patogen
suatu proses yang kompleks dan terdiri dari beberapa tahap dalam menyerang
inangnya. Interaksi awal dari Trichoderma Sp. yaitu dengan cara hifanya
dari hyfa inang ataupun senyawa kimia yang dikeluarkan oleh jamur inang.
menghimpit hifa inang tersebut dengan membentuk struktur seperti kait (hook-
6.6 Kesimpulan
29
VII PENGAMATAN MIKROSKOPIS
Jamur adalah organisme bersel tunggal atau bersel banyak yang dinding
multiseluler terbentuk dari rangkaian sel yang membentuk benang hifa bersekat
miselium (Kawuri et al., 2016). Secara umum, jamur dibagi menjadi tiga kelas
Ascomycota merupakan jamur dengan hifa tidak bersekat dan askuspora terdiri
saprofit, parasit atau simbiosis pada makhluk hidup lain atau pada inang tertentu
untuk memperoleh nutrisi. Pada keadaan tertentu, sifat jamur dapat berubah
yang sehat dan terhindar dari jamur. Berbagai jenis makanan yang sudah
ditumbuhi jamur umumnya akan busuk dan namun tidak basah (berlendir).
Apabila jamur dibiarkan berkembang biak, maka jamur akan membentuk koloni
yang dapat dilihat secara makroskopik serta merusak host atau inangnya. menurut
bahan makanan.
30
Terdapat beberapa cara atau metode pengamatan yaitu dengan pembuatan slide
terhadap warna koloni, bentuk permukaan, diameter koloni serta jumlah koloni,
khusus pada jamur pengatan terhadap hifa atau konidia yang tampak. Pengamatan
struktur jamur atau bakteri secara lebih detail dan kompleks (Waluyo, 2005).
cover glass, pipet tetes, jarum pentol, jarum ose dan cawan petri.
Disiapkan alat dan bahan. Diambil hifa dari biakan murni jamur
menggunakan jarum pentol agar tidak ada hifa yang menumpuk. Ditetesi preparat
dengan aquades. Ditutup dengan cover glass. Diamati preparat dengan mikroskop.
Difoto hifa dan sporanya. Dilakukan hal yang sama terhadap biakan murni
Curvularia sp.
31
7.4 Hasil Pengamatan
Gambar 8. Cercospora sp
.
Gambar 9. Curvularia sp.
7.5 Pembahasan
Isola kelompok 1,2 dan 3 merupakan Curvularia sp. maka dari itu yang digunakan
(bulat) tumbuh pada ujung dan ada juga konidium terbentuk secara bergerombol
32
berwarna hijau muda pada permukaan sel konidiofornya. Adanya banyak
berwarna agak coklat, konidiofor berwarna kecoklatan, dan konidia terdiri dari 3-
5 sel yang berwarna gelap. Barnet dan Hunter (1972), Cercospora memiliki
konidiofor bercabang, dimana konidia berwarna gelap dengan sel- sel ujung agak
jernih, konidia bersel 3-5 dan mempunyai ciri khas melengkung dan sel-sel
tengahnya membesar.
agak gelap, dan konidia bentuknya panjang mempunyai sel dan berwama hialin.
Menurut Barnet dan Hunter (1972), konidiofor berwarna gelap dan konidia
dihasilkan berurutan pada sel ujung yang sedang mengalami pertumbuhan baru.
Konidia hialin sampai berwama gelap, memanjang (filiform) dan bersel banyak.
7.6 Kesimpulan
melihat morfologi dari jamur yang diamati yakni hifa, spora, konidia dan lainnya.
Pengamatan ini dapat menjadi acuan untuk mengidentifikasi mikroba yang belum
33
DAFTAR PUSTAKA
34
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular
Biology 3rd Edition. John Wiley and Sons. Sussex, England.
Sudharto, Agus S., Y. P. Rolletha, dan Bambang. 2011.Teknologi Pengendalian
Hama dan Penyakit pada Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Medan.
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti, Jakarta.
Tournas, V., M.E. Stack, P.B. Misli. 2001. Yeast, Molds, and Myccotoxins.
Waashington D.C. : U.S. Food and Drug Administration. Center for Safety
and Applied Nutrition.
Vey, A., R. E. Hoagland dan T. M. Butt. 2001. Fungi as Biocontrol Agents:
progress problems and potential. In Butt, T. M., C. Jackson and N. Magan
(Ed). Toxic metabolite of fungal biocontrol agents. Publishing CAB
International. London.
Wagiman, F. X. 2003. Penyakit Tanaman : Ciri Morfologi, Biologi dan Gejala
Serangan. Jurusan Penyakit Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Waluyo. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
35