Managri Manajemen Resiko Dalam Agribisnis
Managri Manajemen Resiko Dalam Agribisnis
Disusun oleh:
Johanna Meidia A
150510160010
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
RESIKO DALAM AGRIBISNIS
Penanggungan resiko merupakan salah satu unsur biaya yg sulit diperkirakan besarnya dalam
setiap aktivitas agribisnis, seperti resiko penurunan produksi maupun resiko penurunan
pendapatan. Resiko penurunan produksi pertanian dapat dikarena-kan oleh faktor alam
(bencana alam) dan bencana la-innya (seperti :kebakaran, pencurian, dll). Resiko penurunan
pendapatan dapat terjadi karena penurunan mutu, perubahan harga karena perubahan
preferensi konsumen, maupun perubahan kondisi perekonomian secara umum.
3.Penerapan teknologi
Risiko produksi dan risiko harga beserta sikap petani terhadap risiko memiliki pengaruh
yang kuat terhadap pilihan strategi pengelolaan risiko.
1. Diversifikasi
Tampil dalam berbagai jenis bentuk ((bergerak pada beberapa lini produk). Merupakan cara
untuk mengeliminasi dampak negative atau resiko yg dihadapi. Bergerak pada beberapa lini
produk yang memiliki resiko yg berbeda, memungkinkan kerugian pada satu lini produk
tertentu, dapat ditutupi dengan keuntungan pada lini produk yg lain.
Motivasi untuk diversifikasi didasarkan pada ide bahwa hasil dari bermacam-macam usaha
tidak meningkat atau turun pada satu saat (bersamaan), sehingga apabila satu usaha memiliki
hasil yang rendah maka usaha-usaha yang lain mungkin akan memiliki hasil yang lebih
tinggi.
Bentuk diversifikasi :
a. usaha beberapa jenis tanaman
b. usaha tanaman dan ternak
c. usaha tanaman dan ikan
d. usaha ternak dan ikan
Lokasi usaha :
a. pada satu hamparan lahan
b. pada bidang lahan yang terpencar
2. Integrasi Vertikal
Dalam arti mikro adalah suatu perusahaan yg bergerak pada dua atau lebih level dalam suatu
system komoditas. Dalam arti makro adalah dua atau lebih perusahaan memiliki keterkaitan
bisnis yg kuat dalam suatu sistem komoditas. Integrasi vertikal dapat berupa diversifikasi
usaha dalam suatu sistem komoditas atau melakukan kerjasama yg kuat dg pelaku bisnis
lainnya dalam satu sistem komoditas. Integrasi vertikal dapatmenjamin resiko kekurangan
bahan baku pada industry pengolahan,menjamin pemasaran produk, melindungi diri dari
perilaku pesaing yang membahayakan kelangsungan usaha,melindungi diri dari permainan
yang tidak adil dari pelaku bisnis dari level yang lain.Integrasi vertikal merupakan salah satu
strategi dalam payung koordinasi vertikal. Vertical coordination includes all of the ways that
output from one stage of production and distribution is transferred to another stage.
Sebuah perusahaan melakukan integrasi vertikal apabila memiliki kontrol kepemilikan suatu
komoditi pada dua atau lebih tingkat kegiatan.
Contoh :
3. Penerapan Teknologi
Resiko biaya produksi yang tinggi dapat ditekan dengan penerapan teknologi produksi yang
tepat, sehingga produktivitas, efisiensi usaha meningkat dan produk yang dihasilkan mampu
bersaing di pasaran. Misalnya : penggunaan bioteknologi, peralatan mekanik, komputer, dll.
Agribisnis sebagai seluruh kegiatan usaha yang berkaitan dengan sektor pertanian
merupakan sektor usaha yang sejalan dengan basis sumberdaya Indonesia. Namun demikian
produk agribisnis Indonesia masih lemah bila dibandingkan dengan produk dari negara-
negara lain sebagai konsekuensi globalitas dan perdagangan bebas. Oleh karena itu produk
agribisnis Indonesia memiliki keunggulan kompetitif disamping keunggulan komparatif agar
mampu bersaing di pasar global.
Contoh penerapan adalah pada PT. Sosro. Teh sosro merupakan teh hasil dari seduhan
daun teh yang merupakan produk asli indonesia. Memiliki rasa dan aroma yang khas. Teh
sosro disukai banyak orang karena harganya yang ekonomis dan memiliki varian produk
yang cukup banyak. Untuk menjadi produk unggulan dan berdaya saing tinggi, maka dalam
menghasilkan produk teh sosro harus melaksanakan peningkatan produktivitas dan efisiensi
dalam suatu proses produksi dengan memperhatikan syarat-syarat dan kriteria mutu yang
ditetapkan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan seperti:
1. Pendekatan teknologi budidaya tanaman teh
Dimulai dari teknik pemilihan bibit unggul, teknik pemeliharan tanaman teh dengan
melakukan intensifikasi pengendalian hama terpadu.
2. Pengendalian teknologi produksi teh sosro
Teknologi yang digunakan untuk memproduksi teh sosro menggunakan teknologi yang
ramah lingkungan dengan penanganan limbahnya yang sangat baik. Teknologi yang tepat
guna akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi produk. Selain itu penanganan limbah
yang sangat baik, yaitu sebagai media budidaya ikan, juga merupakan peningkatan efisiensi.
3. Pendekatan teknoogi pengemasan
Berfungsi untuk melindungi produk dari kerussakan fisik, kimiawi, maupun mikrobiologik,
sebagai alat transportasi komoditi maupun alat promosi, dan pemberi infomasi. Teknologi
pengemasan yang baik akan meningkatkan daya saing produk terhadap produk-produk lain
yang sejenis.
4. Pendekatan teknologi pemasaran
Harga jual produk teh sosro yang ekonomis, teknik pemasaran yang tepat dan cepat akan
meningkatkan daya saing dalam penjualan produk sehingga bisa menjadi salah satu
keunggulan kompetitif.
Karakteristik Teknologi dalam Bidang Agribisnis
1. Perangkat organisasi (orgaware)
Perangkat ini mengoordinasikan semua aktivitas produksi disuatu perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan. Perangkat ini berwujud kerangka konseptual dari organisasi ,
fasilitas kerja, metode pendanaan,teknik negoisasi, hubungan antara lini manager, jaringan
kerja.
2. Perangkat informasi (infoware)
Perangkat ini berwujud dokumen fakta, yang dapat mempercepat proses pembelajaran
mempersingkat waktu operasional maupun penghematan sumber daya. Contoh :
website,database konsumen agribisnis, informasi mengenai riset pasar dan sebagainya.
3. Perangkat manusia (humanware)
Perangkat ini berwujud ketrampilan, pengetahuan,keahlian, inovasi, kreativitas manusia
dalam mengelola komponen teknologi dalam bidang agribisnis.
4. Perangkat keras )technoware)
Perangkat keras berwujud fisik yang memberdayakan fisik manusia dan mengontrol kegiatan
operasional
Kontrak pemasaran adalah perjanjian baik secara tertulis maupun lisan antara pedagang
dan produsen tentang penetapan harga dan penjualan untuk suatu komoditi sebelum
panen atau sebelum komoditi siap dipasarkan (Perry, 1997).
Kepemilikan komoditi saat diproduksi adalah milik petani, termasuk keputusan
manajemen (seperti menentukan varietas benih, penggunaan input dan kapan waktunya).
Future market :
Suatu sistem pasar yang menyediakan fasilitas untuk menanggapi perdagangan secara cepat
dalam unit produk terstandarisasi dalam mutu dan jumlah yang akan dikirim pada masa
yang akan datang. Tidak terkait dengan komoditas secara fisik karena yang diperdagangkan
hanya janji-janji berupa kontrak pengiriman komoditas pada tanggal tertentu pada masa
yang akan datang. Keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan para pedagang dapat
dianggap sebagai keputusan dan tindakan spekulasi yang menawarkan peluang keuntungan
dan kerugian atas keputusan yang diambil atau tindakan yang dilakukan. Future market
bukan hanya sekedar spekulasi atau mengadu untung, tetapi besar manfaatnya jika
digabungkan dengan pasar tunai (cash market) yang mana secara fisik komoditas yang
diperdagangkan benar-benar ada di tangan. Penggabungan future market dan cash market
ada yang dikenal dengan usaha perlindungan (hedging).
Hedging :
- mengambil posisi di suatu pasar berjangka untuk mengurangi risiko kehilangan finansial
dari perubahan harga.
- melibatkan pengalihan risiko dari suatu usaha yang menginginkan pengurangan risiko (the
hedger) kepada pihak yang mau menerima risiko dalam pertukaran profit yang diharapkan
(the speculator).
Hedge dapat digunakan sebagai the storage hedge dan the preharvest hedge.
Keberadaan future market membantu dalam menutupi biaya penyimpanan yang harus
dikeluarkan selama periode penyimpanan tersebut dan masih tetap memperoleh keuntungan.