Anda di halaman 1dari 16

PROSES MANUFAKTUR

Renaldy Febryanto
171.0313.027

TEKNIK PERKAPALAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN”

JAKARTA
I.Langkah – langkah proses pembuatan baja pada kapal (plat kapal)

Plat kapal merupakan plat yang berbeda dengan plat pada umumnya. Kelebihan plat kapal
tentunya terkandung unsur lain selain baja sebagai unsur utama. Unsur campuran pada plat kapal
berpengaruh terhadap laju korosi yang terjadi pada kapal nantinya. Unsur-unsur campuran tersebut
tentunya harus menambah kualitas dari plat tersebut.
Plat kapal dibuat dari peleburan bijih besi dalam tungku sembur yang mempunyai struktur
kerucut dan tungku tersebut tentunya terbuat dari bahan tahan api. Panas peleburan menggunakan
kokas dan batu kapur agar kerak pada bijih besi dapat terangkat dan tidak tercampur. Kandungan
dalam tiap lembar plat adalah 92-97 persen merupakan besi. Sisanya terdapat kandungan karbon,
silikon, mangan, belerang, dan fosfor. Tentunya dalam cetakan plat kotoran yang terbawa harus di
minimalisir untuk menjaga kualitas dari plat tersebut.

(Gambar 1. Plat Kapal)


Baja secara luar dapat diartikan sebagai paduan antara besi dan karbon. Untuk kandungan
karbon bervariasi berkisar antara 0,1% dan ketika baja telah mengeras menjadi 1,8% dari
kandungan seluruh plat. Proses pengasaman digunakan untuk memperbaiki plat besi yang rendah
dengan memasukkan unsur Fosfor dan unsur sulfur. Kedua unsur tersebut kaya akan silikon dan
menghasilkan terak asam yang dibutuhkan plat. Unsur fosfor merupakan kapur yang menghasikan
terak dasar. Dari 85% unsur baja yang diproduksi menggunakan teknik modern dan kualitas
tentunya juga baik dengan unsur bijih unggul.
Dalam plat kapal terdapat tahapan proses yang mana merupakan tahapan untuk mencapai
kualitas plat yang baik. Proses tersebut antara lain

1. Open heart Process.


2. Electric Furnaces yaitu proses.
3. Oxygen Process.
4. Chemical Additional.

Masing-masing proses mempunyai cara tersendiri dalam memperlakukan bijih besi logam sampai
menjadi plat.
Open hearth proses merupakan proses peleburan bijih besi dalam tungku besar yang mana
untuk memproduksi baja dalam jumlah besar. Setelah open hearth proses dilanjutkan electic
funance yang mana difungsikan sebagai penyulingan bahan untuk memberikan komposisi yang
dibutuhkan. Proses electric furnance sering digunakan untuk produksi bermutu tinggi. Kemudian
Oxygen proses adalah salah satu prose modern. Sebuah jet oksigen dengan kemurnian tinggi
diarahkan ke permukaan logam cair untuk memperbaiki baja tersebut. Proses berikutnya adalah
chemical additional to steel yang mana proses ini adalah penambahan bahan kimia yang berfungsi
untuk menjadikan kualitas baja ini menjadi lebih baik dengan komposisi yang sesuai.

(gambar 2. Tungku peleburan baja)


Pabrik pembuatan plat kapal memproduksi dalam jumlah banyak sehingga ukuran plat telat
ditentukan oleh pabrikan sehingga lajur plet pada pembuatan kapal baru harus menyesuaikan
dengan buatan pavrik. Jika tidak memungkinkan sebuah kapal untuk memuat satu lajur plat maka
dilakukan pemotongan plat sesuai dengan bukaan kulit kapal yang telah direncanakan. Plat
menetapkan sebuah ukuran untuk dibuat secara massal karena jika dibuat perbijian maka pabrik
akan mengalami kerugian pada bidang produksi. Jika pihak galangan ingin memesan plat dengan
ukuran khusus maka pihak galangan harus mengeluarkan biaya lebih untuk produksi plat yang
tidak sesuai pasaran.
Baja untuk kapal konstruksi lambung biasanya mengandung 0,15-0,23% kandungan unsur
karbon. Sedangkan untuk kandungan fosfor dan sulfur kurang dari 0,05%. Jika kandungan fosfor
dan sulfur terlalu tinggi dapat merugikan pengelasan dari baja dan dapt terjadi keretakan jika
mengandung sulfur yang tinggi. Baja untuk kapal digolongkan oleh badan klasifikasi. Dalam hal
ini LR (Lloyd’s Register) dan produsen melakukan inspeksi pengujian yang telah ditentukan oleh
pabrik baja sebelum pengiriman. Semua plat bersertifikat ditandai dan diberikan keterangan sesuai
aturan yang diberlkakukan.
Sifat-sifat baja dapat berubah karena perlakuan panas terhadap baja tersebut. Hal ini
tentunya sangat berpengaruh pada proses pengelasan. Perlakuan panas terhadap baja tergantung
dari bahan baja tersebut. Adapun proses-proses perlakuan panar terhadap baja antara lain.

1. Annealing

Merupakan proses yang terdiri atas pemanasan baja sampai 8500-9500 C dan didinginkan
dalamtungku dengan sangat lambat. Hal ini dapat mengurangi tekanan internal untuk melunakkann
baja dan dapat membuat kualitas baja tetap baik ketika perlakuan panas berikutnya.

2. Normalizing.

Yaitu proses memenaskan baja perlahan kemudian didinginkan. Untuk proses pendinginan
dipercepat agar baja lebih kuat dan keras.
3. Quenching

Baja dipanaskan sampai suhu tertentu kemudian baja panas dipadamkan menggunakan air. Proses
tersebut menghasilkan baja yang keras dan struksur yang lebih baik.

4. Tempering.

Merupakan kelanjutan proses quenching dan pemanasan samapi 6800 C. Dan kemudian
didinginkan dalam minyak atau air.

5. Stress Relieving

Mengurangi tekanan internal suhu baja akan naik sehingga tidak ada perubahan struktur bahan
terjadi serta perlahan-lahan didinginkan.
Pada awalnya badan klasifikasi LR memberikan spesifikasi yang berbeda untuk setiap baja.
Namun pada tahun 1959, badan klasifikasi membuat kesepakatan untuk membakukan semua
kebutuhab plat. Sekarang ada lima kualitas baja yang berbeda menurut badan klasifikasi dalam
konstruksi kapal. Adapun tiap grade di beri perbedaan yaitu grade A, grade B, grade C, grade D,
dan grade E. Untuk grade A merupakan baja yang mempunyai kualitas bagus untuk sebuah
bangunan kapal. Sedangkan rade B adalah jenis baja ringan yang mempunyai kualitas lebih bagus
dari pada baja grade A. Baja grade B metupakan baja dimana tebal platnya yang diperulukan untuk
daerah kritis. Sedang ]kan Grade C,D,dan E memiliki tingkat kelenturan yang baik.

(gambar 3. Section Plat pada Bangunan Kapal)


Pada setiap baja mempunyai kekuatan tarik terutama pada bangunan kapal. Kekuatan tarik
plat baja pada sebuah kapal terjadi paling besar pada daerah lambung kapal terutama kapal tanker,
kontainer dan cargo. Hal ini membuat konstruksi pada bagian dek menaglami penurunan ketebalan
untuk mengurangi berat pada kapal. Maka pada kulit bawah dan frame pada bagian midship lebih
tebal karena mengalami defleksi yang besar pula.
Kekuatan tarik baja adalah aplikasi penting dalam sebuah bangunan kapal karena sebuah
plat baja juga mengalami kelelahan saat proses pengelasan. Selain kekuataan tarik baja perlu
diperhatikan juga tingkat korosi dari baja tersebut dan dilakukan pemeriksaan untuk mewaspadai
hal tersebut. Baja dengan kekuatan tarik yang lebih tinggi digunakan untuk konstruksi lambung
yang telah disetujui oleh pihak badan klasifikasi. Spesifikasi meliputi metode pembuatan,
komposisi kimia, perlakuan panas, dan sifat mekanik dari baja tersebut.
Penempaan baja merupakan sebuah metode untuk membentuk sebuah logam dengan
meberikan panas pada baja. Pemanasn terhadap baja adalah dengan menaikkan suhu panas,
kemudian baja di tempa dengan palu sehingga membentuk bagian yang diinginkan.
Analysis
Plat baja yang digunakan untuk kapal merupakan baja yang berbeda dengan jenis baja yang
ada pada umumnya. Sebagai perbandingan sebuah plat baja untuk kapal mempunyai kandungan
campuran selain baja sebagai unsur utama plat. Plat baja kapal mempunyai bergai campuran unsur
kimia diantaranya karbon, fosfor dan sulfur.
Plat baja untuk kapal mempunyai kelebihan pada tingkat ketahanan terhadap korosi air
laut. Selain mempunyai kekuatan tarik yang lebih bagus, plat baja kapal mempunyai kadar karbon
sebagai pelindung dari korosi. Untuk itu plat baja pada kapal dibuat khusus. Adapun tingkat
kekerasan atau kekuatan tarik dari plat baja kapal lebih baik dari pada plat baja lainnya.
Untuk sertifikasi plat baja pada kapal melewati tahap pengujian atau serangkaian tes uji
material. Hal tersebut tentunya harus mendapat persetujuan dari badan klasifikasi. Uji material
pada plat kapal ditujukan untuk mengetahui performa dari material karena plat kapal ketika di laut
mengalami beberapa defleksi yang terjadi akibat gesekan antara aliran air laut dengan badan kapal
atau plat kapal. Jadi pengujian untuk plat kapal juga berbeda dengan plat yang bukan untuk plat
kapal. Setelah dilakukan serangkaian uji material maka sertifikat dikeluarkan untuk mendapat
nialai jual yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Sertifikat dibuat atas persetujuan laboratorium uji
material dengan badan kalsifikasi kapal. Setelah itu pihak galangan selaku pembuat kapal dapat
menggunakan plat tersebut seuai dengan kebutuhan konstruksi kapal.

Conslusion
Plat baja pada kapal merupakan plat yang mempunyai kualitas bagus dari pada plat-plat
yang digunakan pada umumnya. Hal tersebut dikarenakan sebuah kapal akan melakukan pelayaran
di laut maka sifat korodif dari air laut merupakan problem dan selain itu tekanan dari air laut juga
mempengaruhi ketahanan dari plat baja tersebut.
Proses pembuatan plat merupakan peleburan bijih besi didalam tungku yang tahan terhadap
api. Adapun tahapan-tahapan pembuatan plat baja adalah
1. Open heart Process yaitu proses peleburan bijih besi.
2. Electric Furnaces yaitu proses penyulingan bijih besi cair.
3. Oxygen Process yaitu proses memperbaiki cairan logam.
4. Chemical Additional to steel yaitu proses penambahan cairan kimia sesuai kebutuhan plat baja.
Dari proses tersebut maka produksi plat dibuat secara massal dengan ukuran yang sama.
Hal ini dikarenakan pabrikan plat baja tentunya tidak ingin menambah biaya produksi untuk jenis
plat dengan ukuran berbeda.
Pada sebuah plat baja untuk kapal mempunyai kandungan lain seperti fosfor, sulfur, dan
karbon. Untuk karbon, zat ini mempunyai ketahanan terhadap korosi yang baik. Namun jika terlalu
banyak kadar karbon maka plat akan semakin berat maka kadar karbon dalam satu plat tidak lebih
dari 1%.
II. Proses assembly fabrikasi errection sampai dengan
Body kapal.

SUB ASSEMBLY
Tugas dari bagian sub assembly adalah menggabungkan beberapa komponen kecil menjadi
komponen block antara lain:

 Pemasangan stiffener pada pelat sekat.


 Pembuatan Wrang.
 Penyambungan dua lembar pelat atau lebih.
 Membantu tugas bagian assembly.

Fitting.

Pemasangan stiffener pada pelat sekat:

 Stiffener diletakkan pada posisinya dengan tanda yang ada di pelat.


 Diadakan las ikat.
 Setelah tepat diadakan pengelasan menyeluruh.

Secara garis besar bagian Sub Assembly dibedakan menjadi dua bagian:

a. Fitting (penyetelan)

b. Welding (pengelasan)
Sedangkan bagian Assembly dibagi menjadi:

 Plate Joinning
 Fitting
 Welding
 Pointing

 Assembly
Fitting : Penyetelan bagian-bagian yang akan disambung hingga sesuai dengan tanda yang
telahada sebelum dilaksanakan pengelasan.

Welding : Proses penyambungan material baik 2 atau lebih secara manual, semi otomatis
danotomatis.

1. Manual Electric Welding


Penyambungan 2 logam sengan cara memanaskan hingga melebur menjadi satu
dabsebagai logam pengisis diambil dari elektroda, pengoperasian dengan
tangan.Penggunaan manual electric welding ini untuk menyambung komponen
konstruksi yangterletak dalam posisi yang tak dapat dicapai oleh penggunaan peralatan
las yang otomatis.
2. Automatic Electric Welding
Digunakan untuk mengelas benda-benda yang datar permukaannya dan cukup
panjangjarak pengelasannya.
3. Acetyline Welding
Penyambungan dua buah logam dengan jalan meleburkan kedua ujung logam dan diikuti
oleh pengisian kawat logam pengisi. Panas yang digunakan berupa campuran 02 dan gas
Acetiline dan dengan bantuan penekanan dan panas dari campuran atau nyala didua gas
tersebut, penggunaan las acetylene dalam proses assembly (sub assembly dan assembly)
ini hanya untuk pelat-pelat dengan ketebalan 6 mm. Pada pengelasn secara otomatis,
pasir yang digunakan sebagai pelindung adalah pasir OK FLOX.
 ASSEMBLY
Pekerjaan yang dilakukan oleh bagian assembly adalah sebagai berikut:

– Penggabungan beberapa wrang.

– Penggabungan seksi menjadi sebuah blok.


– Penggabungan dua block (grand assembly)

Dari seluruh pekerjaan dibagian assembly akan diadakan pemeriksaan oleh badan yang
berwenang di perusahaan galangan maupun oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Bengkel —–
QC——– QA—— KI—— Ship Owner

Prosedur Pemeriksaan

Akibat pengelasan akan timbul penarikan (deformasi) biasanya deformasi ini yang diukur adalah
antara stiffener dengan stiffener atau antara penguat satu dengan penguat lainnya misal jarak
antara deck girder jarak perubahan maksimum 0,6 cm harus dilakukan perbaikan (biasanya
pemanasan). Tanda untuk margin (cadangan), Margin/cadangan adalah kelebihan pelat yang
diberikan pada setiap sambungan block atau sambungan-sambungan lain yang dianggap perlu,
umumnya ditulis + 20 + 30 + 10 dan sebagainya. Dimana pada rambunya sendiri (dari mould
loft) hanya ditulis sebagai berikut :

Sedangkan pada markingnya diberi kelebihan + 20 mm

ERECTION
Erection merupakan pekerjaan pembangunan badan kapal yang terakhir. Pada pekerjaan ini blok-
blok yang telah selesai dikerjakan oleh bagian assembly digabung (disambung/joint) menjadi
satu sehingga terbentuklah badan kapal keseluruhan. Dalam penggabungan block satu dengan
block lainnya diperlukan pekerjaan awal yaitu pemasangan kupingan, papan pranca, penandaan
dll.

Secara garis besar pekerjaan pada bagian erection dapat digolongkan sebagai berikut:

 Preparation, meliputi pekerjaan pemasangan kupingan, guide plate, marking dan


pemasangan papan-papan pranca.
 Adjusting, meliputi pekerjaan leveling, atau penyamaan, cutting of allowance.
 Fitting atau penyetelan dimana pada pekerjaan ini dibutuhkan peralatan seperti gerinda,
gajung dll. serta dilaksanakan pekerjaan heating untuk menghilangkan deformasi atau
tegangan sisa setelah terjadi pengelasan.
 Welding.atau proses pengelasan.
 Pengecekan/pemeriksaan pada erection: Structure check, welding, tekanan air dan udara
untuk pengecekan tanki, ukuran kapal serta painting check.

Di Indonesia, biasanya setelah kapal memungkinkan untuk diluncurkan, kapal diluncurkan


(tempat erection bisa digunakan untuk membangun kapal berikutnya), pekerjaan selanjutnya bisa
dilaksanakan di atas dok apung atau di dalam dok gali. Oleh karenanya pengedokan tidak bisa
kita lewatkan.

Proses Erection
Proses ini merupakan pekerjaan terakhir dalam pembuatan badan kapal. Proses ini
melakukan penyambungan antar block (section) 1 dengan Section yang lainnya dari bagian kapal
antar block yang sebelumnya telah dikerjakan pada proses assembly.
 Metode Seksi Assembly
Metode ini difokuskan pada pengembangan erection pada arah vertikal dan penurunan
ditetapkan untuk satu blok dari dasar ke upper deck. Gambar 5 memperlihatkan situasi penurunan
blok pada hari kalender ke n setelah keel laying.

Kelebihan dari metode ini adalah :


1. Oleh karena pembangunannya ditetapkan bahwa satu tangki pada satu waktu, maka pemeriksaan
tangki menjadi cepat dan penggunaan perlatan dan permesinaan untuk ditangki menjadi mudah.
2. Pelaksanaan grand assembly dari blok-blok didarat menjadi lebih mudah dan dapat diharapkan
terjadinya peningkatan effesiensi yang tinggi, sebab adanya derajat keselamatan kerja yang tinggi.
Kelemahan dari metode ini, yakni :
1. Karena pengembangan awal dari dasar kapal tidak memungkinkan waktu kosong antara
pembangunan dari kapal-kapal berbeda tidak dapat diserap, sehingga menyulitkan untuk
menyamaratakan beban pekerja. Pekerjaan yang campur aduk akan sering terjadi sehingga akan
memperbesar pengaruh buruk pada lingkungan kerja.
2. Karena pekerjaan pada dasar kapal, sekat melintang, pelat kulit, upper deck dan bagian yang lain
dicampur atau dengan kata lain dikerjakan bersamaan maka ketebalan pelat dan ukurannya
berbeda,sehingga hal ini akan menimbulkan kondisi naik dan turun dalam pembuatan distibusi
pekerjaan untuk para pekerja akan menjadi sulit. Oleh karena itu keadaan naik dan turunnya dalam
batas area dan pembagian pekerja lebih seperti yang sering terjadi selama tahap assembly.

 Metode Berlapis ( Layered Method)


Metode ini difokuskan pada perakitan pada arah memanjang dari blok permulaan, sehingga
perakitannya dimulai dari blok dasr (bottom). Kemudian sekat melintang, sekat memanjang dan
pelat kulit dapat dikembangkan. Gambar di bawah memperlihatkan situasi penurunan blok hari
ke n setelah keel laying.

Kelebihan dari metode ini adalah :


1. Oleh karena suatu pertimbangan bahwa sejumlah pekerja akan terlibat pada saat pelaksanaan
erection, maka waktu luang yang terjadi sebelum dan setelah peluncuran kapal dapat diatasi
dengan cepat. metode ini sangat efektif untuk perakitan awal pada bagian dasar yang relatif
melibatkan jumlah pekerja lebih besar.
2. Sebab pekerja-pekerja yang sama dapat terlibat dalam pekerjaan yang sama dalam suatu
waktu/masa yang sudah pasti, penyempurnaan dalam efesiensi tidak diharapkan melalui
spesialisasi.
3. Tidak ada pekerjaan kearah vertikal dan pekerjaan yang campur aduk dapat dihindari,sehingga
lingkungan kerja dapat menjadi baik, kerja menjadi aman dan hal ini akan meningkatkan efesiensi
besar.
4. Jika hanya metode pelapisan yang digunakan, maka secara sekwen lokasi-lokasi pekerja akan
bergerak/berpindah dari dasar kapal ke sekat melintang dan sekat memanjang, pelat kulit dan
akhirya ke upper deck, sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan hanya beberapa
pekerja saja dan hal ini mempermudah untuk membagi rata pekerjaan. Oleh karena blok-blok yang
sama dikerjakan dalam waktu yang sama, maka langkah untuk outomatisasi dan penggunaan
permesinan pada tahap di assembly menjadi lebih mudah.
- Kelemahan dari metode ini , yakni :
1. Dibandingkan dengan perakitan kearah memanjang, maka penyelesaian pekerjaan kearah vertikal
akan menjadi lambat, sehingga penyelesaian kompartemen kapal secara individual akan menjadi
lambat dan inspeksi tangkitangki dan pekerjaan outfitting akan menjadi menurun. Secara umum
keinginan untuk memperpendek waktu pembangunan dan peningkatan produksi tidap dapat
diharapkan.
2. Derajad deformasi dari bentuk kapal menjadi besar, khususnya permintaan pada bagian depan
(bow) dan belakang (stern) kapal akan bertambah besar sehingga ketepatan akhir dari kapal akan
menjadi jelek.

 Titik Awal Erection


Langkah pertama dalam pembagian/ division adalah menetapkan blok mana yangakan
diturunkan lebih dahulu untuk setiap kontruksi. Oleh karena itu setiap galangan menggunakan
metode-metode pembangunan yang berbeda, maka ada beberapa kegiatan yang demikian tadi dan
masing-masing dinamakan sebagai:
1. Erection dengan satu titik (one point erection).
2. Erection dengan lebih dari satu titik (multiple point erection).
3. Pembangunan secara berlapis.
4. Assembly seksi.
5. Dan lain-lain.
Titik dimulainya erection ditentukan oleh gambaran utilitas dari setiap galangan. Biasanya
dalam kaitannya dengan keinginan untuk mengawali pekerjaan outfitting di bagian buritan kapal
(stern part) dan kamar mesin, maka ditentukan satu titik awal erection-nya di bagian blok kamar
mesin atau bagian dari blok kamar mesin tersebut di bagian sisi depan.
1. Keputusan ini akan memberi kelonggaran waktu pelaksanaan pekerjaan outfitting lebih awal di
bagian belakang kapal (stern section) dan di kamar mesin.
2. Keputusan ini memberikan kesetaraan distribusi jam orang untuk divisi produksi, dan penggunaan
arah dari kegiatan-kegiatan kritis (critical path) selama waktu pembangunan berjalan.
3. Penempatan blok secara sederhana dan stabil (bisa memindahkan
bulkhead).

 Tahapan dari proses ereksi yaitu :


1. Pengangkatan block/loading
Tahapan ini merupakan penggabungan suatu block ke block lain. Dalam hal ini digunakan crane
untuk menggabungkan block-block tersebut.

Gambar Pengangkatan block CO


2. Penggabungan
Tahap penyambungan pada proses join erection tidak jauh berbeda dengan tahapan penyambungan
pada proses assembly. Yang menjadi bagian pengechekan yaitu :
 Kerataan plat dari ke dua block
 Ukuran gap
 Ukuran jarak gading
Setelah pegecekan gading-gading sudah selesai maka langkah selanjutnya adalah di take weld
pada bagian tertentu. Take weld ini adalaha proses pengelesan titik, yang berfungsi untuk
mematikan posisi benda kerja atau blok setelah digabungkan dan sesuai ukuran yang sudak di
tentukan.
3. Levelling deck
Proses ini yaitu sebuah proses untuk mengetahui kerataan suatu bidang. Dari proses sub assembly,
maka plate akan dilevel agar plate tersebut rata. Tujuan dari proses leveling ini adalah untuk
menyamakan ketinggian bagian kanan dan kiri dari kapal. Jadi diharapkan posisi kapal pada saat
pembangunan dalam keadaan yang seimbang.

Gambar 9. Pengukuran ketinggian deck

4. Pengechekan pengelasan
Proses ini juga tidak jauh berbeda dengan pengechekan pengelasan pada sub assembly maupun
assembly.

Anda mungkin juga menyukai