Iht 5

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU HAMA TANAMAN

“Hubungan Faktor Fisik Tanaman dengan Perkembangan Hama


dan Preferensinya pada Tanaman Inang”

Disusun oleh:

NAMA : Annisa Hurrin Ain

NIM :155040207111156

KELOMPOK : B2

ASISTEN : Radi Firnanda

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018
BAB III
Metodologi

3.1 Alat dan Bahan


Alat :

1. Cutter : untuk menghilangkan trichom daun


2. Kuas gambar : untuk mengambil Riptortus linearis
3. Toples plastik : untuk tempat perlakuan
4. Label : untuk memberikan tanda pada toples
5. Kaca pembesar : untuk mengamati Riptortus linearis
6. Kompor listrik : untuk mendidihkan asam fuksin dan aquades
7. Beaker glass : tempat untuk mendidihkan asam fuksin dan
aquades
8. Petridish : untuk tempat pengamatan Riptortus linearis

Bahan

1. Riptortus linearis : sebagai spesimen


2. Daun kedelai : untuk bahan praktikum
3. Aquades : untuk membilas daun kedelai
4. Asam fuksin : untuk mendeteksi adanya tusukan serangga

3.2 Cara kerja


1. Ambil 2 tangkai daun kedelai perlakukan 1 daun dibiarkan tricomanya dan
1 daun dihilangkan tricomanya
2. Masukkan masing-masing daun tersebut kedalam toples plastic yang
berbeda
3. Masukkan 2 individu Riptortus linearis kedalam toples
4. Setelah 24 jam Riptortus linearis dikeluarkan dari toples plastic
5. Didihkan asam fuksin dan aquades kemudian masukkan daun kedelai
kedalam larutan tersebut
6. Setelah terjadi perubahan warna, angkat daun kemudian dibilas dengan air
yang mengalir, lalu letakkan dalam petridish
7. Amati dan hitung jumlah tusukan menggunkan mikroskop
BAB IV
Hasil dan Pembahasan

4.1 Tabel hasil pengamatan

Perlakuan Jumlah tusukan


Daun bertricom 0
Daun tanpa bertricom 4

Dokumentasi hasil pengamatan

Daun yang memiliki trikoma Daun yang tidak memiliki trikoma

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa daun kedelai yang masih
memiliki trikoma memilki jumlah tusukan yang lebih sedikit yakni 0 tusukan
dibandingkan dengan daun yang dihilangkan tricomanya yakni sebanyak 4
tusukan. Riptortus linearis memiliki tipe mulut menusuk dan menghisap sehingga
meninggalkan tanda berupa tusukan pada permukaan daun kedelai yang diamati.
Dengan adanya trikoma kemungkinan Riptortus linearis sulit untuk melakukan
penentrasi. Trikoma merupakan salah satu derivate dari epidermis yang berasal
dari bahasa yunani yang artinya rambut-rambut yang tumbuh dan berasal dari sel-
sel epidermis dengan bentuk, susunan serta fungsinya yang memang bervariasi
(Yayan, 1994). Trikoma pada jaringan epidermis mempunyai sifat khusus sebagai
daya pertahanan dari serangga, yang ditentukan oleh adanya kelenjar (glandula)
atau tidak (nonsecretory), kerapatan, panjang, bentuk, dan ketegakaan trikoma.
Tanaman yang termasuk dalam Solanaceae umumnya memiliki trikoma di
seluruh tubuhnya. Menurut Untung (1993) trikoma merupakan morfologi tanaman
kedelai yang secara tidak langsung mejadi barrier mekanis bagi suatu invasi hama,
namun juga dapat merangsang bagi aktifitas peneluran. Selain itu menurut
Suhartono (2006) trikoma yang rapat dan panjang dapat mengurangi banyaknya
luka tusukan stilet pengisap polong. Mekanisme ini digolongkan kedalam
ketahanan tanaman antixenosis. Antixenosis sendiri merupakan proses penolakan
tanaman terhadap serangga ketika proses pemilihan inang karena terhalang oleh
adanya struktur morfologi tanaman seperti trikoma pada batang, daun, dan kulit
yang tebal dan keras yang bertindak sebagai barier mekanis bagi serangga hama
(Untung, 1993). Dikatakan bahwa trikoma pada jaringan epidermis mempunyai
sifat khusus sebagai daya pertahanan dari serangga ditentukan oleh adanya
kelenjar (glandula) atau tidak (non sekretori), kerapatan, panjang, bentuk, dan
ketegakan trikoma (Suharsono, 2009).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tanaman yang memiliki sistem
ketahanan seperti trikoma ini memiliki daya tahan yang lebih tinggi dibandingkan
tanaman yang tidak memiliki trikoma. Trikoma berperan sebagai perisai untuk
menghalangi serangga hama menusukkan mulutnya pada daun atau dapat
mencegah serangga meletakkan telur.
DAFTAR PUSTAKA
Harisha, CR. & Jani, S. 2013. Pharmaconostical Study on Trichomes of
Solanaceae and its Significance. Jamnagar : IPGT & RA Gujarat Ayurved
University
Sari Kurnia Paramita dan Suharsono. 2010. Trikoma Sebagai Faktor Ketahanan
Kedelai Terhadap Hama Penggerek Polong. Buletin Palawija (20): 80-83.
Suharsono. 2009. Hubungan Kerapatan Trikoma dengan Intensitas Serangan
Penggerak Tanaman Polong Kedelai. Malang. Unpublish
Suhartono. 2006. Antixenosis Morfologis Salah Satu Faktor Ketahanan Kedelai
Terhadap Hama Pemakan Polong. Buletin Palawija (12): 29-34.
Untung K. 1993. Konsep Pengendalian Hama Terpadu, Andi Offset. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai