Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH BERDIRINYA GEREJA

ORAHUA NIHA KERISO PROTESTAN (ONKP)[1]


Oleh: Pdt. Budieli Hia, S.Th[2]

1. MASUKNYA INJIL DI NIAS

Usaha untuk memberitakan Injil di Pulau sudah dimulai pada tahun 1822/1823, oleh dua orang
pastor dari Gereja Roma Katolik yang bernama Pere Wallon dan Pere Barart dari badan
misi Mission Etranges de Paris, tetapi usaha mereka tidak berhasil karena baru tiga hari setelah
mereka datang, salah seorang dari antara mereka meninggal dunia, dan tiga bulan kemudian
yang seorang lagi meninggal dunia.[3]
Pemberitaan Injil di Nias baru berhasil pada tahun 1865, yang ditandai dengan kedatangan
Tuan E.L. Denninger pada tanggal 27 September 1865.[4] Ia berasal dari badan misi RMG
(Rheinische Mission Geselshaft). Sebelumnya ia ditugaskan oleh RMG menjadi Pekabar Injil di
Kalimantan, namun karena terjadi perang bersaudara dan para misionaris turut menjadi korban
pembunuhan dan ada beberapa orang yang sempat meloloskan diri, diantaranya E.L Denninger
bersama keluarganya lari ke Padang pada Tahun 1859.
Di Padang iabanyak bergaul dengan orang-orang Nias dan belajar Bahasa Nias sehingga ia
banyak mengetahui tentang Nias, sehingga timbul keinginannya untuk memberitakan Injil di
Nias. Untuk itu ia mengajukan permohonannya kepada badan misi RMG di Barmen guna
meminta persetujuan mereka.
Setelah ia mendapat rekomondasi dari RMG, ia bertolak dari Padang dan sampai di
Gunungsitoli pada tanggal 27 September 1865. Setelah itu ia mengadakan pendekatan sosial
kepada masyarakat dan mengumpulkan para pemuda untuk mengajar mereka membaca dan
menulis.
Setelah beberapa tahun kemudian oleh RMG mengutus J.W Thomas (1873) dan membuka pos
Pekabaran Injil di Ombõlata, Kraemer (1874) dan menetap di Hilinaa, dan ia yang melakukan
pembaptisan pertama kepada Salawa Yawaduha dan 9 orang pengikutnya. Kemudian
beberapa saat setelah itu, ia membaptiskan 16 orang berikutnya sehingga semuanya berjumlah
25 orang.[5] Kemudian pada tahun 1875 ada 6 orang dari Ombõlata menerima untuk di Baptis,
dan pada tahun 1876 dari Faekhu ada 32 orang yang dibaptis.
Pada tahun 1876, Dr. W.H Sundermann datang di Gunungsitoli dan membuka pos Pekabaran
Injil di Dahana. Ia menulis beberapa buah buku untuk diberikan kepada pemuda sebagai bahan
pelajaran. Pada tanggal 21 Januari 1881, Pdt. Johann Adam Fehr tiba di Gunungsitoli dan
tinggal di Ombõlata..
Setelah beberapa tahun kemudian, berita Injil tersebar ke seluruh wilayah Pulau Nias, dan pada
tahun 1891 berita Injil sampai di wilayah Barat Pulau Nias.[6] Pada tahun 1896 tuan Allet diutus
di Sirombu di daerah Tugala Lahõmi dan ia membaptis 42 orang dari Tugala Lahõmi dan 30
orang dari desa Lahusa. Pada tahun 1899, Pdt. Sporket membuka Pos Pekabaran Injil di
Lõlõmboli Moro’õ, dan Tuan W. Hoffman di Pulau Hinako. Walupun demikian hasil yang dicapai
masih sangat kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Berita Injil di Nias mulai
bertumbuh dan berkembang pada tahun 1916 yang ditandai dengan terjadinya pertobatan
massal (fangesa dõdõ sebua) yang terus berlangsung sampai tahun 1930 di seluruh wilayah
Nias.

1. BERDIRINYA BNKP
Dengan melihat perkembangan Injil di Nias yang semakin pesat, maka pada tanggal 08-11
November 1936 dilangsungkan Sinode pertama di Gunungsioli yang dihadiri oleh semua
Praeses (yang terdiri dri para utusan zending) dan utusan dari setiap Resort. Dalam sidang ini
diambil satu keputusan yaitu membentuk satu organisasi gereja dengan nama Banua Niha
Keriso Protestan disingkat BNKP. Sinode pertama ini dipimpin oleh Voorzitter (Ephorus)
pertama Pdt. A. Luck dari RMG.
Sewaktu terjadi pergolakan politik dunia (Perang dunia II), pada tahun 1940 pemerintah
Belanda menangkap semua pemberita Injil orang Jerman. Akibatnya tidak ada pemimpin di
Sinode BNKP dan pemimpin Resort yang sebelumnya dipegang oleh pendeta dari RMG.
Dengan keadaan terpaksa berdasarkan surat Voorzitter Pdt. A. Luck dari penjara tanggal 10
Mei 1940 yang isinya menyerahkan kepemimpinan BNKP kepada orang Nias. Bertepatan pada
waktu, para pendeta Ono Niha sedang melaksanakan Rapat Kerja oendeta untuk
membicarakan perayaan Yubilium 75 tahun Berita Injil di Nias. Karena kekosongan pemimpin,
maka pada waktu dibicarakan tentang pengganti Pdt. A/ Luck sebagai Ephorus, maka dicapai
kesepakatan bahwa Voorzitte diangkat dari antara pendeta yang sudah sekolah teologi, pada
waktu terpilih Pdt. Atofõna Harefa menjadi Voorzitter untuk meneruska kepemimpinan BNKP.[7]

1. BERDIRINYA GEREJA ONKP

Setelah pergantian kepemimpinan dari pendeta utusan RMG kepada pendeta pribumi (Ono
Niha), membawa berbagai permasalahan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya pendeta
pribumi yang berpengalaman memimpin organisasi gereja, karena kepemimpinan sebelumnya
dipegang oleh pendeta utusan RMG baik di tingkat Sinodal dan juga Resort. Sedangkan
pendeta pribumi masih dalam bimbingan atau pendampingan para misionaris.
Permasalahan yang dihadapi oleh pendeta pribumi waktu itu dalam soal manajeman, dan
bidang organisasi dan dalampengambila keputusan. Hal ini terlihat dari kepemimpinan BNKP
pada saat itu selalu berada di Level sinodal dan tidak pernah memberi wewenang kepada
Majelis Resort, Majelis Distrik dan Majelis Jemaat untuk mengatur sendiri pelayanan. Sehingga
akibat dari keadaan ini, ada banyak masalah yang menimbulkan perpecahan dalam tubuh
BNKP sendiri.[8]
Pada tahun 1946 BNKP dibagi dalam 12 resort, yang sebelumnya terdiri dari 8 resort, maka
dengan bertambahnya jumlah resort, tentu bertambah pula para pelayan yang harus melayani.
Pembagian ini disebabkan oleh karena letak geografis tiap-tiap jemaat dalam satu resort
berjauhan dan jalur transportasi seperti jalan dan jembatan sudah semakin rusak karena tidak
diperbaiki.[9]
Bila kita melihat jumlah para pelayan di BNKP sampai tahun 1940, yang telah menjadi pendeta
dari orang pribumi baru 25 orang, itupun hanya 16 orang yang aktif, 2 orang telah meninggal
dan 7 orang yang telah pensiun.[10]
Mengingat karena para pelayan sangat sedikit, maka ketika Pdt. Dalimanõ Hia dipindahkan ke
Tugala Oyo, ia menolak dengan alasan bahwa pelayanan diLingkungan Nias Barat masih
kekurangan dan juga faktor ekonomi saat itu sangat sulit. Sehingga ia merasa apabila ia
melayani di Tugala Oyo, pasti honornya tidak terpenuhi sedangkan kalau ia melayani di Lahõmi
maka ia bisa bertani untuk mencukupi kebutuhannya
Jika dilihat dari letak geografis antara Sinode BNKP dan warga jemaat di sebelah Barat (Nias
Barat) yang sangat berjauhan dan hubungan transportasi sangat sulit dan harus ditempuh
dengan jalan kaki sehingga terkadang mereka sering terlambat informasi yang disampaikan
Sinode, misalnya apabila diadakan rapat kadang mereka tidak datang karena informasi baru
sampai setelah lewat waktu pelaksanaan pertemuan.[11]
Selain hal tersebut di atas, Pdt. B. Chr. Hulu, yang dikutip oleh Pdt. DB Harefa, mengatakan
bahwa terjadinya perpisahan dari tubuh BNKP menjadi ONKP oleh karena ketidakcocokan
antara pelayan; ada pertentangan antara pelayan. Pertentangan ini terjadi di Sinode BNKP di
Ombõlata pada tahun 1950, dimana ada yang tersinggung karena status kehadirannya pada
waktu bukan sebagai peserta tetapi peninjau, dan ia tidak diberi izin untuk memberikan
tanggapan.[12]
Dari peristiwa di atas, maka pendeta-pendeta dari Nias Barat merasa tersinggung atas berbagai
tindakan pimpinan BNKP yang otoriter. Oelh karenanya mereka mengadakan pertemuan pada
tanggal 31 Maret 1950 di Gereja Tugala Lahõmi. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Tabaluna
Hia (A. Zibõ’a), salah satu tokoh masyarakat dari Sisobandrao. Pertemuan ini menghasilkan
keputusan untuk membentuk panitia perancang untuk mendirikan perkumpulan baru terpisah
dari BNKP. Susunan panitia perancang ini adalah:
Ketua : P.K.D Marunduri
Wakil Ketua : Pdt. Fang Gulõ
Setia Usaha : G. Daeli
Bendahara : H. Hia
Penyiasat : 1. Pdt. D. Hia
2. Pdt. F. Daeli
3. Sin. ID. Hia (A. Dimi)
Panitia perancang ini bekerja dari tanggal 31 Maret 1950-14 April 1952. Hasil keputusan
mereka dibacakan oleh G. Daeli selaku Setia Usaha di depan Rapat Besar yang dipimpin oleh
P.K.D.Marundruri tanggal 15 April 1952. segala hasil rancangan Panitia Perancang diterima
dengan baik oleh peserta rapat.untuk menindaklanjuti maka dibentuk Panitia Perumus yang
susunannya adalah:
Ketua : P.K.D. Marundruri
Setia Usaha : G. Daeli
Anggota:

 Pdt. Fang Gulõ (Moro’õ)


 Pdt. F. Daeli (Lahõmi)
 L. Hulu (Tugala Oyo)
 Asanudin Waruwu (Hinako)
 Baziduhu Hia (Lahusa)
 Fasõla Gulõ (Mandrehe)
 Fondrõni Gulõ (Lawelu)
 A.Mbõrõ Hia (Tugala)

Setelah Panitia Perumus melakukan kerjanya maka sore harinya sekitar pukul 16.00 wib
dibacakan hasil keputusan yaitu:[13]

1. Bahwa dibentuk perkumpulan baru yang diberi nama Orahua Niha Keriso Protestan.
2. Disingkat ONKP
3. Bertempat di Tugala Lahõmi
4. Dasar Pendirian (fundamen): I Korintus 3: 11: “karena tidak ada seorangpun yang dapat
meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus”.
5. Tingkatan Rapat dalam Golongan ONKP: Rapat Jemaat, Rapat Resort, Rapat Besar
(Sinode).

Perlu dijelaskan bahwa nama ONKP bukan dirobah tetapi hanya digeser dan bukan
pula dipecahkan melainkan hanya dipisahkan dari BNKP.
Sesuai dengan kesepakatan bersama pada rapat tanggal 16 April 1952, maka tanggal tersebut
ditetapkan sebagai tanggal berdirinya Gereja ONKP dan diresmikan pada tanggal 22 Mei 1952
di Tugala Lahõmi dan sekaligus ditetapkan sebagai tempat kedudukan Pusat Gereja ONKP.
Pada Rapat Sinode BNKP di Gunungsitoli tanggal 31 Mei s/d 3 juni 1952 telah diproklamirkan
bahwa Gereja ONKP secara resmi menyatakan berpisah dari BNKP untuk jangka waktu yang
tidak ditentukan.[14]
Setelah Gereja ONKP berdiri, maka untuk menata kerja-kerja dalam organisasi maka
dilaksanakan Sinode Pertama di Gereja ONKP Tugala Lahõmi, dan ditetapkan para pelayan
yang disebut Pengurus Besar dengan susunan sebagai berikut:
Presiden : P.K.D. Marundruri
Setia Usaha : Pdt. D. Hia
Bendahara : Snk. H. Hia
Komisaris :

 Komisaris I : G. Daeli
 Komisaris II : Pdt. Fang. Gulõ
 Komisaris III : L. Hulu
 Komisaris IV : Pdt. F. Daeli

Pada awal berdirinya, Gereja ONKP hanya terdiri dari 3 resort yaitu: Resort Lahõmi, Resort
Hinako dan Resort Moro’õ dan tiga bulan setelah itu pada bulan Juli 1952 berdiri Resort
Hilinamazihõnõ.

1. PENATAAN ORGANISASI

Gereja ONKP yang baru berdiri ini terus berjuang untuk menata dan membenahi tata organisasi
Gereja ONKP dengan menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, juga
melaporkan keberadaannya kepada pemerintah Republik Indonesia yang didukung dengan
rekomondasi dari Bupati Kepala Daerah tingkat II Nias, yang pada akhirnya mendapat
pengesahan dengan badan hukum oleh Menteri Kehakiman RI No. J.A 5/1/12 tanggal 26
Pebruari 1953, dan untuk menyesuikan dengan UU No. 8 tentang keormasan tahun 1985
bahwa Gereja ONKP sebagai lembaga keagamaan, telah dibuat Akta Notaris tanggal 12
Oktober 1988 No. 26 sesuai dengan surat Direktorat Jenderal Bimas Kristen Protestan
Departemen Agama Republik Indonesia tanggal 07 Mei 1988 No. F.II/242/1361/1988, dan telah
terdaftar sebagai lembaga keagamaan pada Departemen Agama RI dengan SK Dirjen Bimas
Kristen Protestan Depag RI No. 76 tahun 1991 tanggal 04 Maret 1991.[15]
Pada tahun 1955 oleh Pengurus Besar Harian ONKP mulai merintis usaha agar Gereja ONKP
diterima menjadi anggota DGI (sekarang PGI) dengan menghadap BPH DGI di Jakarta, dan
oleh BPH DGI berjanji untuk mengusahakan. Pada tanggal 1 Maret 1983 Gereja ONKP diterima
menjadi anggota Dewan Gereja Wilayah (DGW) Sumut-Aceh (Sekarang PGIW SUMUT). Pada
tahun 1985 Pdt. Dr. Fridolin Ukur (Sekum DGI) datang ke Nias untuk menyelesaikan masalah
antara BNKP dan Gereja ONKP dengan tujuan agar BNKP memberikan rekomondasi kepada
Gereja ONKP untuk menjadi anggota PGI. Karena tidak adanya realisasi dari BNKP, maka Pdt.
Dr. Fridolin Ukur langsung mengumumkan kepada warga jemaat ONKP di Jemaat Tugala
Lahõmi bahwa Gereja ONKP diterima menjadi anggota DGI. Karena begitu banyak
permasalahan yang harus diselesaikan antara BNKP dengan Gereja ONKP termasuk surat
rekomondasi dari BNKP, maka Gereja ONKP baru diterima menjadi anggota PGI pada sidang
MPL PGI tanggal 22 April 1988 di Kendari Sulawesi Tenggara dengan Nomor urut 57. pada
Sidang Raya PGI XIII di Jayapura ketika GKI Jawa Barat, GKI Jawa Tengah dan GKI Jawa
Timur menyatu maka nomur urut Gereja ONKP berubah menjadi nomor urut 55.[16]
1. PENGKADERAN PEMIMPIN DI GEREJA ONKP

Gereja ONKP yang telah berdiri itu memahami bahwa salah satu penunjang segala tugas
panggilan gereja adalah adanya para pelayan yang cukup dan memadai dalam melaksanakan
segala kegiatan baik dalam pelayanan penggembalaan, pemberitaan Firman Tuhan dan juga di
dalam meneruskan kepemimpinan di Gereja ONKP.
Untuk memenuhi kebutuhan di atas, maka pucuk pimpinan Gereja ONKP pada tahun 1954
pada saat Sinode Kerja III di Gereja ONKP Fabaliwa memutuskan untuk mengkader pelayan
dengan membuka sekolah pendeta selama 2 tahun kepada guru-guru jemaat yang sudah
senior dan berpengalaman. Sekolah pendeta ini dibuka dalam 3 tahap yaitu:

 Tahap I tahun 1953-1955 sebanyak 6 orang.


 Tahap II tahun 1965-1967 sebanyak 8 orang.
 Tahap III tahun 1980-1982 untuk dua kelas yaitu: kelas A sebanyak 12 orang dan kelas
B sebanyak 19 orang 19 orang. Yang menjadi leader adalah Pst. Fang Gulõ.

Usaha tersebut membuahkan hasil dimana sampai tahun 1969 Gereja ONKP telah memiliki
pendeta sebanyak 15 orang dan 52 jemaat. Untuk terus meningkatkan pelayanan, oleh
pimpinan Gereja ONKP mengadakan pengkaderan kepada para pelayan baik kepada Guru
Jemaat, Satua Niha Keriso melalui penataran-penataran, juga mengutus warga jemaat Gereja
ONKP untuk dididik di Sekolah Teologi maupun Non Teologi dan juga mengutus kader-kader
muda untuk dilatih dalamketrampilan tertentu di luar Pulau Nias.
Kesadaran akan kebutuhan pelayanan yang terdidik dan terampil ini tertuang dalam visi dan
misi Gereja ONKP tahun 2002-2007 yang telah dirumuskan pada Sidang Sinode Besar X tahun
2002 di Gereja ONKP Hiligafia, yaitu: Visi: MENUJU GEREJA MANDIRI.
Misi:

1. Meningkatkan kwalitas iman jemaat.


2. Meningkatkan kesadaran berorganisai/ berjemaat.
3. Meningkatkan kwalitas sumber daya dan pemberdayaan sumber daya.
4. Pengkaderan.
5. Meningkatkan ekonomi jemaat.

1. SISTEM KEPEMIMPINAN DI GEREJA ONKP

Sistem kepemimpinan yang dipakai oleh Gereja ONKP pada awal berdiri adalah sistem
kepemimpinan organisasi massa. Hal ini terlihat dari struktur kepemimpinan, dimana Gereja
ONKP dipimpin oleh seorang Presiden, Setia Usaha dan Bendahara serta dibantu oleh 4 orang
Komisaris yang secara kolektif disebut sebagai Pengurus Besar. Hal ini dijelaskan oleh Pdt. E.
K. Waruwu, S.Th, S.IP, M.Min (Ephorus Gereja ONKP Periode 2007-2012) pada saat
wawancara dengan penulis pada tanggal 31 Mei 2006. Hal ini juga terlihat dalam Anggaran
Dasar/ Anggaran Rumah Tangga Gereja ONKP tahun 1953, dmana pada awalnya ONKP
hanyalah merupakan suatu perkumpulan massa dan tidak sebagai organisasi gereja.
Setelah beberapa tahun kemudian, gereja ONKP membenahi diri dan mengambil kesimpulan
bahwa Gereja ONKP adalah organisasi gereja beraliran Lutheran. Maka pada saat pelaksanaan
Sinode Kerja XX Gereja ONKP di Gereja Onowaembo-Lahõmi, kepemimipinan Gereja ONKP
disempurnakan menjadi sistem Presbiterial Sinodal. Pada waktu itu Presiden diganti menjadi
Ephorus yang didampingi oleh seorang penasehat, Sekretaris Jenderal, Bendahara dan
beberapa Komisaris yang kesemuanya tetap disebut sebagai Pengurus Besar.
Beberapa tahun kemudian, Gereja ONKP menyadari bahwa sistem kepemimpinan ini perlu
disempurnakan lagi karena masih belum mampu menjawab segala kebutuhan, serta mengalami
permasalahan berupa benturan-benturan dalam operasional. Dengan belajar dari sistem
kepemimpinan gereja-gereja yang sudah maju di Indonesia khususnya yang beraliran Lutheran,
maka pada saat Sinode Kerja XXVI/ Sinode Besar VII Gereja ONKP di Tugala Lahõmi tahun
1987, sistem kepemimpinan Gereja ONKP disempurnakan lagi dengan komposisi Ephorus
didampingi Sekretaris Jenderal (Sekjen) dan Bendahara Pusat (Benpus) yang disebut BPH, dan
dibentuk Forum Majelis Pekerja Lengkap (MPL) yang langsung diketuai oleh Ephorus secara
eks offisio nerangkap anggota dan beberapa anggota yang terdiri dar berbagai unsur yaitu:
unsur pendeta, unsur guru jemaat, unsur penatua, unsur komisi/lembaga/badan dan yayasan,
unsur wanita, unsur pemuda dan unsur cendekiawan. Selain itu juga dibentuk forum Majelis
Pertimbangan Pusat (MPP) yang merupakan wadah penasehat. Pada Sinode Besar VIII/
Sinode KERJA XXVIII Gereja ONKP tahun 1992 di Gereja Tugala Lahõmi dalam peninjauan
Tata Gereja ONKP telah ditambah wadah baru yang diberi nama: Badan Pengawas Organisasi,
Keuangan dan Administrasi (BP-OKA).
MPL adalah Forum di bawah Sinode Besar/Kerja yang bekerja untuk menentukan langkas-
langkah kebijakan mengoperasionalkan program Gereja ONKP yang dituangkan dalam
program tahunan, untuk seterusnya dilaksanakan oleh BPH sebagai mandataris Sinode.
BPH adalah unsur Pimpinan Pusat yang memegang mandat tertinggi dalam rangka
menjalankan serta menjalankan seluruh Keputusan Sinode Besar/ Sinode Kerja yang sudah
dijabarkan dalam program tahunan oleh MPL. BPH ONKP bertanggungjawab untuk
menjalankan roda kepemimpinan Gereja ONKP.
MPP adalah suatu badan yang bekerja untuk memberikan pertimbangan serta tuntunan dalam
pelaksanaan tugas-tugas BPH ONKP termasuk memberikan pertimbangan kepada unsur
pimpinan pusat lainnya dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan fungsinya masing-masing.
BPOKA adalah suatu badan yang bekerja dan bertanggungjawab mengawasi pertumbuhan dan
perkembangan organisasi, keuangan dan Administrasi Gereja ONKP di tingkat pusat juga di
tingkat Resort dan jemaat.
Komisi-komisi, Badan, Lembaga dan Yayasan dibentuk untuk bidang tertentu dalam rangka
membantu pengembangan Gereja ONKP, dan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya pada
Sidang MPL, dan didalam mengoperasikan tugas setiap hari harus tetap mengkoordinasikan
kepada BPH ONKP.

[1] Diangkat dari Skripsi “ KEPEMIMPINAN KRISTEN BERDASARKAN 1 PETRUS 5: 2-3 DAN
IMPLIKASINYA BAGI KEPEMIMPINAN DI GEREJA ONKP” yang ditulis oleh Budieli Hia (STT
BNKP Sundermann, 2006) hlm. 57-77
[2] Pendeta ONKP Resort Medan.
[3] W. Gulõ, Benih Yang Tumbuh XIII, (Semarang: Satya Wacana, 1983) hlm.6. tidak ada data
mengenai siapa duluan meninggal diantara kedua missionaris tersebut.
[4] Tanggal 27 September selalu diperingati oleh Gereja-gereja di Nias sebagai hari Yubilium.
[5] W. Gulõ, Op.cit., hlm. 7
[6] BPH ONKP, Beberapa Catatan Penting Tentang Sejarah Gereja ONKP-Nias (Tugala
Lahõmi, 2001), hlm. 1
[7] Dalibudi Harefa, Kepemimpinan di Dalam Masyarakat Tradisional Nias dan
Perbandingannya Dengan Struktur BNKP (Tesis), (Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana, 1996), hlm. 98
[8] Ibid., hlm. 96
[9] BPH ONKP, Sinangea Nitõngõni ba Sitebai Mu’olifugõ ba Gereja ONKP (Tugala Lahõmi,
20 April 2004), hlm.2
[10] W. Gulõ, Op.cit., hlm 20-21
[11] F. Gulõ, Sejarah Gereja ONKP, (Tugala Lahõmi, 1983), hlm. 2
[12] Dalibudi Harefa, Op. Cit., hlm.101.
[13] Ibid., hlm. 3
[14] Lih. BPH ONKP, Anggaran Dasar dan Tata Gereja ONKP tahun 1953, (Tugala Lahõmi),
hlm. 2
[15] Lih. BPH ONKP, Sekilas Keberadaan (Kronologi) Gereja Orahua Niha Keriso
Protestan (ONKP) di Pulau Nias, (Tugala Lahõmi, tt), hlm. 3-4

Anda mungkin juga menyukai