Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. “…” DENGAN

CANCER SERVIKS DI POLI KEBIDANAN

RSUP DR. SARDJITO

DISUSUN OLEH;

NAMA : BANGUN GAGAH PRASETYA

NIM : 2720162886

KELAS : IIIB

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan pendahuluan pada pasien Ny. S dengan diagnosa medis CA Serviks di


Poli Kebidanan RSUP Dr. Sardjito. Laporan ini disusun untuk memenuhi Tugas
Individu Praktik Keperawatan Maternitas Semester V, pada :

Hari :
Tanggal :
Tempat: Poli Kebidanan RSUP Dr. Sardjito

Praktikan

( Bangun Gagah Prasetya)

Mengetahui,

Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing Akademik

( …………………………. ) (………………………………)

2
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I KONSEP DASAR MEDIS...............................................................
A. Definisi.....................................................................................................
B. Etiologi.....................................................................................................
C. Klasifikasi.................................................................................................
D. Tanda dan Gejala .....................................................................................
E. Patofisiologi .............................................................................................
F. Komplikasi ..............................................................................................
G. Penatalaksanaan .......................................................................................
H. Pengkajian fokus......................................................................................
I. Diagnosa keperawatan..............................................................................
J. Perencanaan keperawatan.........................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi

Kanker serviks hadir karena ketidakmampuan wanita untuk menjaga


kebersihan dan kesehatan organ reproduksi sendiri. Dapat dikatakan, bahwa
kanker servix merupakan hasil yang didapat apabila kita abai pada gaya hidup
sehat (Safitri, 2015).
Kanker serviks adalah proses keganasan atau bisa disebut juga
tumbuhnya tumor ganas pada leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim
yang menempel pada puncak vagina) sehingga jaringan disekitarnya tidak
dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya (Sukaca, 2009).
Kanker servix atau kanker leher rahim ini, merupakan jenis tumor ganas
yang mengenai lapisan permukaan (epitel) dari leher rahim atau mulut rahim.
Kanker ini dapat terjadi karena sel-sel permukaan tersebut mengalami
penggandaan dan berubah sifat tidak seperti sel yang normal. Penggandaan
sel yang tidak menuruti aturan yang normal itu dapat membentuk tumor atau
kadang-kadang seperti luka atau borok yang memberi keluhan atau gejala
keputihan berbau dan perdarahan. Satulagi, sifat dari sel ganas ini ialah dapat
menyebar, baik secara langsung disekitar panggul maupun menyebar jauh
lewat saluran getah bening atau pembuluh darah, misalnya ke paru, hati atau
tulang (Safitri, 2015)
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat
menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal
yang terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.

B. Etiologi

4
Sel kanker serviks pada awalnya berasal dari sel epitel pada serviks yang
mengalami mutasi sehingga terjadi perubahan perilaku yang abnormal.
Keadaan sel yang tumbuh tidak terkendali dan keadaan abnormal sel yang
tidak dapat diperbaiki inilah yang menyebabkan pertumbuhan menjadi
kanker.
Ada beberapa kejadian yang erat hubungannya dengan kejadian kanker
serviks yaitu insiden kanker sering terjadi pada mereka yang sudah menikah
dibanding dengan yang belum menikah, dapat juga dialami pada wanita pada
coitus pertama yang dialami pada usia yang sangat muda, kejadian meningkat
dengan tingginya paritas dan jarak persalinan yang terlalu dekat, selain itu
pada golongan dengan sosial ekonomi rendah yang berhubungan dengan
masalah higienis seksual yang kurang bersih, pada mereka yang sering
berganti-ganti pasangan (promiskuitas), perokok dan pada wanita yang
terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 atau 18.
Penyebab utama dari kanker serviks adalah adanya infeksi virus HPV.
HPV merupakan penyebab bagi kanker serviks sel skuamosa pada serviks
yang merupakan salah satu jenis kanker serviks yang paling sering terjadi
(Nurwijaya, 2010).

C. Klasifikasi

Ada dua macam klasifikasi menurut Safitri 2015:


1. Klasifikasi Klinis
a. Stage 0: Ca.Pre invasive
b. Stage I: Ca. Terbatas pada serviks
c. Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara
histopatologis
d. Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I
e. Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai
kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua
pertiga bagian proksimal
f. Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian
bawah vagina

5
g. Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain

2. Klasifikasi Pertumbuhan Sel Kanker Serviks


a. Mikroskopis
1) Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak
dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
2) Stadium Karsinoma Insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh
lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma
insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa
kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
3) Stadium karsionoma mikroinvasif
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari
membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kanker.
4) Stadium Karsinoma Invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel
menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif
muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas
ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan
parametrium dan korpus uteri. Bentuk kelainan dalam
pertumbuhan karsinoma serviks Pertumbuhan eksofilik, berbentuk
bunga kol, tumbuh ke arah vagina dan dapat mengisi setengah dari
vagina tanpa infiltrasi ke dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini
mudah nekrosis dan perdarahan. Pertumbuhan endofilik, biasanya
lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks,
posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.

6
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambatl aun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
b. Markroskopis
1) Stadium Preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa.
2) Stadium Permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum.
3) Stadium Setengah Lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio.
4) Stadium Lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

Menurut Dr Imam Rasjidi ( 2010 ), Klasifikasi internasional tentang


karsinoma serviks uteri :
Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak
terdapat bukti invasi.
Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks.
Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke
korpus uteri.
Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah
rusak dan sel tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1
mm, sel tumor tidak terdapat pada pembuluh limfa atau
pembuluh darah.
Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang
histologic menunjukkan invasi serviks uteri.
Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga
mengenai vagina (bukan sepertiga bagian bawah ) atau
area para servikal pada salah satu sisi atau kedua sisi.
Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih
bebas dari infiltrate tumor.
Tahap IIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi
belum sampai pada dinding panggul.

7
Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau
telah meluas kesalah satu atau kedua dinding panggul.
Penyakit nodus limfe yang teraba tidak merata pada
dinding panggul. Urogram IV menunjukkan salah satu
atau kedua ureter tersumbat oleh tumor.
Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina,
sedang ke parametrium tidak dipersoalkan.
Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak
ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan
dinding panggul ( frozen pelvic ) atau proses pada
tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada gangguan faal
ginjal.
Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mukosa rektum dan atau kandang kemih
(dibuktikan secara histologik ) atau telah terjadi metastasi
keluar paanggul atau ketempat - tempat yang jauh.
Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah
menginfiltrasi mukosa rektrum dan atau kandung kemih.
Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh.

D. Tanda dan Gejala

Berikut tanda dan gejala umum yang paling sering muncul dialami
penderita kanker servix (Safitri, 2015)

1. Keputihan tidak normal

Ada dua jenis keputihan yang dapat diderita oleh wanita, yakni
keputihan normal dan keputihan tidak normal.

a. Keputihan normal biasa dikenal dengan nama keputihan non


fisiologis. Keputihan non fisiologi biasa diderita wanita pada saat-
saat menjelang periode menstruasi. Bisa juga dikarenakan rangsangan
seksual, pengaruh hamil, bahkan dipengaruhi stres. Keputihan non

8
fisiologis juga bisa dikenali melalui warnanya yang bening, tidak
berbau, encer dan tidak menimbulkan rasa gatal.
b. Keputihan tidak normal ini biasa disebut dengan nama keputihan
patologis. Keputihan ini disebabkan oleh berbagai macam hal. Dapat
disebabkan jamur, bakteri ataupun virus. Jika lendir keputihan
berwarna putih kekuningan atau kuning kehijauan, berbau,
menyebabkan rasa gatal yang teramat sangat dan bahan nyeri, maka
kemungkinan besar itu disebabkan oleh jamur. Jika kondisi ini
dianggap sepele, maka keputihan yang tidak normal bisa saja
berkembang menjadi gejala kanker leher rahim. Kemungkinan
berkembang menjadi kanker akan lebih meyakinkan, jika jumlah
cairan keputihan yang keluar begitu banyak, terus menerus,
menimbulkan gatal bercampur nyeri, transparan, tak berbau, bahkan
juga menyebakan pendarahan setelah berhubungan seksual. Selain
dapat menyebabkan infeksi pada rahim, keputihan yang didiamkan
juga bisa menyebar kesaluran telur dan menyebabkan peradangan.

Ada banyak faktor penyebab faktor penyebab keputihan, diantaranya


kurang menjaga kebersihan miss V alias vagina, hormon yang tidak
seimbang, terjangkit penyakit tertentu, ketidakseimbangan biologis dan
keasaman pada area miss V, memiliki kebiasaan bertukar celana dalam
dengan anggota keluarga atau orang lain, toilet/WC kotor, memakai
celana dalam yang terbuat dari bahan sintetis yang tidak menyerap
keringat, tidak rajin mengganti pembalut saat menstruasi.

2. Pendarahan tidak normal

Gejala kedua yang biasanya dialami kanker servix adalah


mendapatkan yang tidak normal. Sama halnya keputihan, pendarahan
juga ada yang bersifat normal seperti menstruasi atau darah nifas pasca

9
melahirkan. Memang, darah hanya keluar dalam ukuran yang sangat
sedikit. Namun, banyak wanita justru mengabaikan keberadaan darah
tersebut dan menganggapnya hal sepele. Beberapa pendarahan tidak
normal yang perlu diwaspadai, antara lain:

a. Pendarahan selama atau setelah berhubungan seksual.


b. Pendarahan setelah melakukan pemeriksaan panggul.
c. Pendarahan setelah mengalami menopause.
d. Pendarahan saat memaksa buang air besar.

3. Mengalami rasa sakit yang aneh pada organ reproduksi.

Selain mengalami keputihan, dan pendarahan tidak normal, penderita


kanker serviks akan mengalami sakit abrnormal pada organ
reproduksinya pada situasi-situasi tertentu. Misalnya sakit saat
melakukan aktivitas seksual yang melibatkan organ reproduksi, buang air
besar atau pada saat menstruasi. Rasa sakit ini biasanya dirasakan pada
vagina, perut bagian bawah, paha, dan persendian panggul.

E. Patofisiologi
Patofisiologi Serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan
intraepitel, berubah menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadikan kerservik
ssetelah 10 tahun atau lebih. Secara histopatologilesi pre invasive biasanya
berkembang melalui beberapa stadium displasia (ringan, sedang dan berat)
menjadikan sinomain dan akhirnya invasif. Berdasarkankan
sinogenesisumum, proses perubahan menjadikan keakibatkan oleh adanya
mutasi gen lisiklus sel.
Gen pengendali tersebut adalah onkogen, tumor supresor gene, dan repair
genes. Onkogen dan tumor supresor gen mempunyai efek yang berlawanan
dalam karsinogenesis, dimana onkogen memperantarai timbulnya
transformasimaligna, sedangkan tumor supresor gen akan menghambat
perkembangan tumor yang diatur oleh gen yang terlibat dalam pertumbuhan
sel.
Meskipun kanker invasive berkembang melalui perubahan intra epitel,
tidak semua perubahan ini progress menjadi invasif. Lesi preinvasif akan

10
mengalami regresise cara spontan sebanyak 3 -35%. Bentuk ringan
(displasiaringandansedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu
yang diperlukan dari displasia menjadi karsinomainsitu (KIS) berkisar antara
1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinomains itu menjadi
invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992).
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya
perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini
dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya
akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon.
Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk
preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya
proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,
pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi kekanali sserviks. Lesi
dapat meluas keforniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat
menginvasi kerektum dan atau vesikaurinaria.
Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona
transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen
pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat
serta control pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan
Prawirohardjo, 2008).

11
Patway

12
G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut Rohmat, (2010) yaitu :
1. Kerusakan pembuluh darah utama akibat tindakan operasi yang
menyebabkan perdarahan masif. Kondisi ini bisa mengancam
keselamatan jiwa pasien.
2. Kerusakan pada kandung kemih, rektum, ureter (saluran dari ginjal ke
kandung kemih), dan saraf. Pasien mungkin harus menjalani tindakan
operasi lagi bila diperlukan.
Potensi efek samping yang merugikan pasca operasi:
a. Sulit untuk buang air kecil.
b. Edema (retensi cairan yang menyebabkan pembengkakan pada
daerah yang terkena dampaknya) pada tungkai bagian bawah, mati
rasa ringan di bagian paha.
c. Getah bening terakumulasi di dalam rongga panggul sehingga
menyebabkan limfosel (massa kistik berukuran besar yang berisi
cairan limfatik) dan infeksi.
d. Perdarahan atau hematosel (pengumpulan darah) di vagina, infeksi
luka.
e. Tidak bisa hamil.

H. Penatalaksanaan
Menurut Andhi Djuanda, (2009) yaitu :
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan
stadium lanjutanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur
kebersihan pengobatanya itu bisa digunakan adalah langkah harapan hidup 5
tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium atau drajatnya
beberapa penliti menyebutkan bahwa angka harapan hidup untuk kanker leher
Rahim akan menurun dengan stadium yang lebih lanjut. Pada penderita
kanker leher Rahim ini juga mendapatkan sitistika dalam genetologi.

Penggolongan obat sitostatika anatara lain :


1. Golongan terdiri atas obat-obatan yang mematikan semua sel pada siklus
termasuk obat-obatan non spesifik.

13
2. Golongan obat-obatan yang mematikan pada fase tertentu dimana
proliferasi termasuk obat fasespesifik.
3. Golongan obat yang merusak selakan terapi pengaruh proliferasi selebih
besar, termasuk obat-obatan siklus spesifik.

Menurut Nurwijaya 2010 penatalaksanaan ca serviks adalah sebagai berikut:


1. Radiasi
a. Dapat dipakai untuk semua stadium
b. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
c. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
2. Operasi
a. Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II
b. Operasi histerektomi vagina yang radikal
3. Kombinasi (Radiasi dan Pembedahan)
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi
berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula,
disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran
darah.

I. Pengkajian Fokus
Pengkajian fokus menurut Ocviyanti, (2008) adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi klien
2. Keluhan Utama
3. Riwayat penyakit sekarang
Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat,
misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau
membawa ke rumah sakit dengan segera serta kurangnya pengetahuan
keluarga.
4. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakna apakah didalam anggota keluarga ada yang menderita
penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.
5. Riwayat psikososial.

14
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah
sakit dan bagaimana keluarga tentang penyakit kanker serviks.

J. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosa keperawatan menurut Herdman, (2018) yaitu :
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual dan muntah.
2. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan tromositopenia.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat
anemia dan pemberian kemoterapi.

15
K. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nutrisi kurang dari Masukan yang adekuat serta 1. Kaji adanya pantangan atau 1. Pengkajian penting dilakukan
kebutuhan tubuh b.d kalori yang mencukupi kebutuhan adanya alergi terhadap untuk mengetahui status
anoreksia, mual dan tubuh. makanan tertentu. nutrisi pasien sehingga dapat
2. Kalaborasi dengan ahli gizi
muntah menentukan intervenisi yang
dalam pemberian menu
diberikan
yang sesuai dengan diset 2. Untuk menambah nutrisi bagi
yang ditentukan. pasien agar membantu
3. Pantau makanan oleh klien
mempercepat proses
4. Anjurkan agar membawa
membaik
makanan dari rumah jika
3. Agar mengetahui makanan
diperlukan dan sesuai
yang dikonsumsi oleh pasien
dengan diet. 4. Mulut bersih dapat
5. Lakukan perawaan mulut
mengangkat nafsu makan
sebelum makanan sesuai
ketentuan.

1. Untuk mengetahui keadaan

16
2. Resiko tinggi Pasien bebas dari perdarahan dan 1. Observasi tanda-tanda vital. umum
2. Observasi tanda-tanda 2. Untuk mengetahui adanya
terhadap cedera b.d hupoksis jaringan
perdarahan. pendarahan
trombositnya
3. Lakukan tindakan yang 3. Agar mencegah adanya
tidak menyebabkan pendarahan dalam
perdarahan. melakukan aktivitas
4. Kolaborasi dengan petugas 4. Untuk mengetahui hasil
laboratorium untuk laboratorium dan mencegah
pemeriksaan darah lengkap adanya komplikasi yang
(hb dan trombosit) terjadi
5. Kolaborasi dalam tindakan
transfusi tc (trombosit
concentrated)

1. Mengkaji setiap aspek klien


1. Kaji pola istirahat serta

17
3. Intoleransi aktivitas Pasien mampu mempertahankan adanya keletihan pasien. terhadap terapi latihan yang
2. Anjurkan kepada pasien
berhubungan dengan tingkat aktifitas yang optimal direncanakan
untuk mempertahankan 2. Melatih kekuatan dan irama
keletihan sekunder
pola istirahat atau tidur jantung selama aktivitas
akibat anemia dan
3. EKG memberikan gambaran
sebanyak mungkin dengan
pemberian
yamg akurat mengenai
diimbangi aktifitas.
kemoterapi.
3. Bantu pasien merencanakan konduksi jantung selama
aktivitas berdasarkan pada istirahat maupun aktivitas
4. Mengetahui setiap
istirahat atau keletihan yang
perkembangan yang muncul
dialami.
4. Anjurkan kepada klien segera setelah terapi.
untuk melakukan latihan
ringan.
5. Observasi kemampuan
pasien dalam melakukan
aktivitas.
4.

18
DAFTAR PUSTAKA

Andhi, Djuanda. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Diananda, Rama. 2009. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta: Katahati.

Herdman T, Heater. 2018. Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.

Nurwijaya H, Adrijono, Suheimi HK Kanker Serviks. Elex Media Komputindo,


Jakarta. 2010.

Rasjidi Imam. (2010). Kanker Serviks Dalam Buku Epidemiologi Kanker Pada
Wanita, Jakarta, Sagung Seto.

Rohmat, Ratih. 2010. Penanganan Ca Cervix. Didapatkan dari URL:


http://cacervix/penangananCACervix. Diunduh tanggal 8 Januari
2018 Pukul 20.00 WIB.

Safitri, Astrid dkk. 2015. Kupas Tuntas Kanker: Payudara, Leher Rahim, Rahim.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sukaca, Bertiani E. 2009. Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks. Yogyakarta:


Genius Printika.

19

Anda mungkin juga menyukai