Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MANAJEMEN BANK DAN

LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA


“SUMBER DANA BANK DAN ALOKASI DANA”

Disusun Oleh :
Aldo Almando P (C 201 17 175)
------------------
------------------
------------------

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


UNIVERSITAS TADULAKO
Kelas A (bte 7)
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang maha esa yang mana atas
rahmat dan karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Kinerja Manajerial ini tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat untuk tugas di Semester IV dalam mata Kuliah


Manajemen Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak kesalahan / kekurangan baik dalam pengetikan maupun proses
penyusunan makalah ini. Untuk itu penyusun mohon maaf.

Untuk lebih menyempurnakan makalah ini, penyusun mengharapkan saran


dan kritik yang dapat membangun sehingga akan membuat makalah ini semakin
baik. Akhir kata, penyusun sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berpera serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Palu, Februari 2019


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................1


KATA PENGANTAR ............................................................................................2
DAFTAR ISI ...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................4
1.3 Tujuan Perumusan Masalah .........................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................5


2.1 Jenis-Jenis Bank ...........................................................................................5
2.2 Sejarah Bank ..............................................................................................10
2.3 Izin Mendirikan Bank Dan Bentuk Badan Hukum ....................................11
2.4 Pembinaan Dan Pengawasan Bank ............................................................13

BAB III PENUTUP ..............................................................................................16


3.1 Kesimpulan ................................................................................................16
3.2 Saran ...........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................17


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagi sebuah bank sebagai suatu lembaga keuangan, dana


merupakan darah dalam tubuh badan dan persoalan paling utama. Dana
bank / loanable fund merupakan sejumlah uang yang dimiliki atau aktiva
lancar yang dikuasai suatu bank dalam kegiatan operasionalnya dan setiap
waktu dapat diuangkan. Uang tunai yang dimiliki bank tidak hanya berasal
dari modal bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari pihak lain yang
dititipkan atau dipercayakan pada bank yang sewaktu-waktu akan diambil
kembali baik sekaligus maupun secara berangsur-angsur.

Bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yang


menghimpun dana dari masyarakat (receive deposits) dan menyalurkan
kredit (make loans) kepada masyarakat yang membutuhkan. Bagi Bank
sebagai lembaga keuangan, dana merupakan faktor utama dalam
mendukung kegiatan operasionalnya. Dana Bank (loanable funds)
merupakan sejumlah uang tunai yang dimiliki Bank atau aktiva lancar
yang setiap waktu dapat dicairkan. Uang tunai yang dimiliki Bank tidak
hanya berasal dari modal sendiri, tetapi juga berasal dari pihak lain yang
dititipkan atau dipercayakan pada Bank.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apasajakah jenis-jenis bank yang ada?
b. Bagaimana sejarah bank?
c. Bagaimana izin mendirikan bank dan bentuk badan hukumnya?
d. Bagaimana pembinaan dan pengawasan terhadap bank?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Mengetahui pengertian sumber dana bank.
b. Mengetahui jenis-jenis sumber dana bank.
c. Mengetahui izin mendirikan bank dan bentuk badan hukumnya.
d. Mendiskripsikan pembinaan dan pengawasan terhadap
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis Bank

 Jenis Bank Berdasarkan Fungsinya

1. Bank Sentral
Bank sentral adalah bank yang didirikan berdasarkan undang-
undang nomor 13 tahun 1968 yang memiliki tugas untuk mengatur
peredaran uang, mengatur pengarahan dana-dana, mengatur perbankan,
mengatur perkreditan, menjaga stabilitas mata uang, mengajukan
percetakan / penambahan mata uang rupiah dan lain sebagainya. Bank
sentral hanya ada satu sebagai pusat dari seluruh bank yang ada di
Indonesia. Contohnya adalah Bank Indonesia.

Tugas Bank Sentral:


a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
Penjelasan dan pengertian tentang kebijakan moneter serta macam-
macam kebijakan moneter akan dibahas di bagian selanjutnya bab ini.

b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.


Dalam mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank
Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk
mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik
dan memusnahkan uang dari peredaran.

c. Mengatur dan mengawasi bank.Bank Indonesia menetapkan peraturan,


memberikan dan mencabut izin usaha bank, melaksanakan
pengawasan serta memberi sanksi bagi bank yang melanggar
peraturan.

2. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
menghimpun dana dari masyarakat, memberikan pinjaman kepada
masyarakat, serta memberikan jasa pelayanan di bidang keuangan.
Dikatakan umum karena memberikan jasa kepada masyarakat umum, dan
dapat beroperasi di seluruh wilayah.
Tugas Bank Umum:
a. menghimpun dana dari masyarakat, berupa tabungan biasa, deposito
dan lain-lain.
b. memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat.
c. melakukan jasa pengiriman uang.
d. melakukan inkaso antarbank.
e. melakukan jual beli surat-surat berharga, seperti wesel dan kertas
perbendaharaan negara.
f. menerima titipan barang-barang berharga.
g. melakukan kegiatan-kegiatan perbankan lainnya yang sesuai dengan
undang-undang dan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

3. Bank Perkreditan Rakyat / BPR


Bank perkreditan rakyat adalah bank penunjang yang memiliki
keterbatasan wilayah operasional dan dana yang dimiliki dengan layanan
yang terbatas pula seperti memberikan kredit pinjaman dengan jumlah
yang terbatas, menerima simpanan masyarakat umum, menyediakan
pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, penempatan dalam sertifikat bank
Indonesia, deposito berjangka, sertifikat, tabungan, dan lain sebagainya.

Tugas Bank Perkreditan Umum / BPR:


a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
b. Memberikan kredit.
c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip
syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
d. Menenmpatkan dananya dalam bentuk sertifikat bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, sertifikat deposito, atau tabungan pada bank lain.

 Jenis Bank Menurut Kepemilikannya

1. Bank Milik Pemerintah


Bank pemerintah adalah bank di mana baik akta pendirian maupun
modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank
dimiliki oleh pemerintah pula. Contohnya Bank Rakyat Indonesia, Bank
Mandiri.

Selain itu ada juga bank milik pemerintah daerah yang terdapat di
daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi. Sedangkan bank
milik pemerintah daerah (Pemda) terdapat di daerah tingkat I dan tingkat
II. Contoh bank pemerintah daerah adalah BPD DKI Jakarta, BPD Jawa
Barat, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Timur, BPD Sumatera Utara, BPD
Sumatra Selatan, BPD Sulawesi Selatan, dan BPD lainnya.

2. Bank Milik Swasta Nasional


Bank jenis ini, seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh
swasta nasional. Akte pendiriannya menunjukkan kepemilikan swasta,
begitu pula pembagian keuntungannya untuk pihak swasta. Contoh bank
milik swasta nasional antara lain: Bank Muamalat, Bank Central Asia,
Bank Bumi Putra, Bank Danamon, Bank Duta, Bank Nusa Internasional,
Bank Niaga, Bank Universal, Bank Internasional Indonesia.

3. Bank Milik Koperasi

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh badan hukum


koperasi, contohnya adalah Bank Umum Koperasi Indonesia.

4. Bank Milik Campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan


pihak swasta nasional. Saham bank campuran secara mayoritas dimiliki
oleh warga negara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain :
Sumitono Niaga Bank, Bank Merincop, Bank Sakura Swadarma, Bank
Finconesia, Mitsubishi Buana Bank, Inter Pacifik Bank, Paribas BBD
Indonesia, Ing Bank, Sanwa Indonesia Bank, dan Bank PDFCI.

5. Bank Milik Asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri,
baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki
oleh pihak luar negeri. Contohnya ABN AMRO bank, City Bank, dan lain-
lain.

 Dilihat Dari Segi Status


Pengklasifikasian ini berdasarkan kedudukan atau status bank
tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan
bank dalam melayani masyarakat baik dari jumlah produk, modal, maupun
kualitas pelayanannya. Oleh karena itu, untuk memperoleh status tersebut
diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteris tertentu. Status bank yang
dimaksud adalah:
1. Bank Devisa

Adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri


atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
Misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, traveller cheque,
pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya.
Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank
Indonesia.

2. Bank Non-Devisa

Adalah bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan


transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan
kegiatan seperti halnya bank devisa. Jadi bank non-devisa hanya dapat
melakukan transaksi dalam batas-batas negara.

 Jenis-jenis Bank Berdasarkan Kegiatan Operasionalnya

1. Bank Konvensional
Pengertian kata “konvensional” menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia adalah “menurut apa yang sudah menjadi kebiasaan”. Sementara
itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “berdasarkan
kesepakatan umum” seperti adat, kebiasaan, kelaziman. Berdasarkan
pengertian itu, bank konvensional adalah bank yang dalam operasionalnya
menerapkan metode bunga, karena metode bunga sudah ada terlebih
dahulu, menjadi kebiasaan dan telah dipakai secara meluas dibandingkan
dengan metode bagi hasil.
Bank konvensional pada umumnya beroperasi dengan
mengeluarkan produk-produk untuk menyerap dana masyarakat antara lain
tabungan, simpanan deposito, simpanan giro; menyalurkan dana yang
telah dihimpun dengan cara mengeluarkan kredit antara lain kredit
investasi, kredit modal kerja, kredit konsumtif, kredit jangka pendek; dan
pelayanan jasa keuangan antara lain kliring, inkaso, kiriman uang, Letter
of Credit, dan jasa-jasa lainnya seperti jual beli surat berharga, bank draft,
wali amanat, penjamin emisi, dan perdagangan efek.
Bank konvensional dapat memperoleh dana dari pihak luar,
misalnya dari nasabah berupa rekening giro, deposit on call, sertifikat
deposito, dana transfer, saham, dan obligasi. Sumber ini merupakan
pendapatan bank yang paling besar. Pendapatan bank tersebut, kemudian
dialokasikan untuk cadangan primer, cadangan sekunder, penyaluran
kredit, dan investasi. Bank konvensional contohnya bank umum dan BPR.
Kedua jenis bank tersebut telah kalian pelajari pada subbab sebelumnya.

2. Bank Syariah
Sekarang ini banyak berkembang bank syariah. Bank syariah
muncul di Indonesia pada awal tahun 1990-an. Pemrakarsa pendirian bank
syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada
tanggal 18 – 20 Agustus 1990.
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya
mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang
menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam.
Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai seluruh
hubungan transaksinya adalah efesiensi, keadilan, dan kebersamaan.
Efisiensi mengacu pada prinsip saling membantu secara sinergis untuk
memperoleh keuntungan sebesar mungkin.
Keadilan mengacu pada hubungan yang tidak dicurangi, ikhlas,
dengan persetujuan yang matang atas proporsi masukan dan keluarannya.
Kebersamaan mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan
nasihat untuk saling meningkatkan produktivitas.
Kegiatan bank syariah dalam hal penentuan harga produknya
sangat berbeda dengan bank konvensional. Penentuan harga bagi bank
syariah didasarkan pada kesepakatan antara bank dengan nasabah
penyimpan dana sesuai dengan jenis simpanan dan jangka waktunya, yang
akan menentukan besar kecilnya porsi bagi hasil yang akan diterima
penyimpan.

Berikut ini prinsip-prinsip yang berlaku pada bank syariah.

1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).


2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah).
3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah).
4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan
(ijarah).
5. Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak
bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Dalam rangka menjalankan kegiatannya, bank syariah harus


berlandaskan pada Alquran dan hadis. Bank syariah mengharamkan
penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank syariah,
bunga bank adalah riba.

2.2 Sejarah Bank


Bank Indonesia sendiri ialah merupakan perubahan nama serta
kekuasaan dari pemerintah Hindia-Belanda ke tangan pemerintah republik
Indonesia di masa awal kemerdekaan. Pada tahun 1828 pemerintah
Hindia-Belanda mendirikan De Javasche Bank yang merupakan cikal
bakal dari Bank Indonesia dan memiliki peranan untuk mencetak sekaligus
mengedarkan uang sebagai alat tukar yang sah di wilayah kekuasaan
Hindia-Belanda.

Satu abad berselang Indonesia pun telah menjadi negara yang


merdeka, pada tahun 1953 Bank Indonesia di dirikan untuk menggantikan
fungsi serta peranan De Javasce Bank yang merupakan bank peninggalan
pada masa penjajahan Belanda kala itu. Bank Indonesia yang merupakan
bank sentral memiliki tugas baru selain mencetak dan mengedarkan uang
di tengah masyarakat, bank Indonesia juga memiliki fungsi lain yaitu di
bidang perbankan, moneter serta pengaturan system pembayaran yang di
berlakukan oleh pemerintahan pada saat itu.

Setelah 15 tahun berjalan, Pemerintah kemudian menerbitkan


undang-undang Bank Sentral yang berisi tentang aturan serta tugas dan
kedudukan Bank Indonesia. Dengan adanya undang-undang ini tentunya
akan membedakan antara Bank Indonesia dengan bank-bank lain yang
memiliki fungsi komersial. Bersamaan dengan penerbitan undang-undang
baru tersebut, Bank Indonesia juga di beri tugas tambahan di dalam
pemerintahan yaitu membantu pemerintah untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.
Setelah Indonesia mengalami krisis moneter yang berhasil
melumpuhkan perekonomian saat itu, di tahun 1999 Bank Indonesia
memasuki era baru dalam sejarah Bank Indonesia yaitu sebagai bank
sentral independen yang mengemban tugas dan memiliki wewenang demi
mencapai dan memelihara kestabilan nilai tukar rupiah. Keseluruhan tugas
tersebut tercantum dalam ketetapan undang-undang No.23 Tahun 1999.
Dengan status tersebut, Bank Indonesia tidak boleh di intervensi dari pihak
manapun dan dalam bentuk apapun. Kedudukan BI sebagai bank yang
independen tersebut sangat di perlukan sehingga BI mampu melakukan
kewenangannya dalam pelaksanaan fungsi dan peranannya sebagai
otoritas moneter secara maksimal.

Setelahnya Bank Indonesia terus mengalami perkembangan dan


beberapa amandemen mengenai undang-undang Bank Indonesia kembali
di lakukan yaitu di tahun 2004 yang di konsentrasikan kepada aspek
penting yang berhubungan dengan wewenang serta tugas Bank Indonesia.
Kemudian pada tahun 2008 di keluarkan undang-undang perubahan kedua
atas UU no. 23 tahun 1999. Pada perubahan tersebut juga di tegaskan jika
Bank Indonesia juga berperan sebagai bagian atas upaya menjaga stabilitas
system keuangan di Indonesia. Dengan adanya perubahan-perubahan
tersebut di tujukan agar dapat mewujudkan ketahanan nasional bagi dunia
perbankan serta dapat menanggulangi efek dari krisis global dengan usaha
peningkatan akses perbankan kepada pelayanan serta pembiayaan pada
jangka pendek dari Bank Indonesia.

2.3 Izin Pendirian Bank Dan Bentuk Badan Hukumnya

1. Izin Pendirian Bank


Dalam perbankan sebelum melakukan kegiatannya harus
memperoleh izin dari Bank Indonesia sebagai “Bank Sentral”. Pemberian izin
untuk mendirikan Bank Umum dilakukan dengan 2 tahapan.
Pertama, tahap persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian bank
yang bersangkutan. Tahap kedua berupa pemberian izin usaha yakni izin
yang akan diberikan untuk melakukan kegiatan usaha setelah persiapan.
Sebelum mendapat izin usaha, pihak yang mendapat persetujuanprinsip
tidak diperkenakan untuk melakukan kegiatan usaha apapun dibidang
perbankan. Izin pendirian Bank umum dan BPR biasanya diberikan sesuai
dengan persyaratan yang berlaku. Persyaratan yang wajib dipenuhi
menurut Undang-undang no.10 tahun sekurang-kurangnya adalah :
a. Susunan Organisasi dan Kepengurusan.
b. Permodalan.
c. Kepemilikan.
d. Keahlian di bidang perbankan.
e. Kelayakan rencana kerja.

Semua persyaratan dan tata cara perizinan bank diatas ditetapkan


oleh Bank Indonesia. Pada pasal 16 ayat 3 dikatakan bahwa” persyaratan
dan tata cara perizinan bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditetapkan oleh bank indonesia”.
Sebagaimana halnya ketentuan pasal 16 ayat 1 dan ayat 2., maka
berhubungan dengan ketentuan pasal 16 ayat 3 dapatdikemukakan
bahwapook-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
memuat antara lain adalah :
a. Persyaratan untuk menjadi pengurus bank antara lain menyangkut keahlian di
bidang perbankan dan kondoite yang lain.
b. Larangan adanya hubungan keluarga diantara pengurus bank.
c. Modal disetor untuk pendirian Bank umum dan BPR.

Pada izin pendirian bank, adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi


untuk mendirikan lembaga perbankan, antara lain:
a. Memiliki izin dari direksi bank indonesia.
b. Memiliki modal minimal 3 triliyun rupiah.
c. Memiliki rancangan akta pendirian badan hukum.
d. Memiliki rencana susunan organisasi.
e. Memiliki data kepemilikan berupa daftar calon pemegang saham
dan daftarcalon anggota.

Pada sebuah bank, bank harus memiliki bentuk hukum dikarenakan


untuk mengontrol kinerja bank dan juga untuk mendapatkan kepercayaan
dari nasabah bank.

2. Badan Hukum Bank

Disamping izin yang di ajukan, maka permohonan dapat memilih


bentuk badan hukum yang di inginkan dan yang telah ditentukan.
Pemilihan bentuk badan hukum ini tergantung dari jenis bank yang
dipilihnya. UU perbankan membedakan secara tegas bentuk hukum untuk
bank umum, bentuk hukum untuk BPR, dan bentuk dari kantor
perwakilan, dan kantorcabang yang berkedudukan di luar negeri ,
berdasarkan ketentuan terakhir. Masing-masing bentuk badan mempunyai
kelebihan dan kekurangannya.
Ada beberapa bentukhukum bank yang dapat dipilih jika ingin
mendirikan bank sesuai dengan UU no 10 tahun 1998. Bentukbadan
hukum bank umum dapatberupa salah atu dari alternatif dibawah ini,
antara lain :
a. Perseroan terbatas.
b. Oprasi.
c. Perseroan daerah (PD).

Sedangkan bentuk badan hukum bank pengkreditan rakyat sesuai


dengan UU no 7 tahun 1992 dapat berupa :
a. Perusahaan daerah (PD).
b. Koperasi.
c. Perseroan terbatas (PT).
d. Atau bentuk lainnya.

Dan bentuk hukum dari kantor perwakilan dan kantor cabang bank
yang berkedudukan diluar negeri adalah mengikuti bentuk hukum kantor
pusatnya sebagaimana ditentukan oleh pasal 21 ayat (3).
dari apa yang diuraikan diatas, menunjukan bahwa bentuk hukum
dari BPR lebih banyak daripada bentuk hukum untuk bank umum.
Perbedaaan yang substansial adalah adanya peluang untuk mendirikan
BPR dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (2).
Dalam penjelasan pasal tersebut dimaksudkan untuk memberikan wadah
bagi penyelenggaraan lembaga perbankan yg lebih kecil dari BPR, seperti
bank desa, dan lembaga-lembaga lainnya.

2.4 Pembinaan Dan Pengawasan Bank


Kegiatan perbankan yang dilakukan sehari-hari, baik oleh bank
umum maupun bank perkreditan rakyat tidak terlepas dari berbagai
kesalahan. Kesalahan ini dapat dilakukan secara sengaja maupun tidak
sengaja. Oleh karena itu, agar dunia perbankan dapat berjalan sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan, maka perlu dilakukan pembinaan
dan pengawasan bank terhadap seluruh aktivitas yang dilakukan oleh
perbankan. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh
Bank Indonesia.
Dalam hal pembinaan dan pengawasan bank tersebut, Bank
Indonesia menetapkan kesehatan bank meliputi aspek kecukupan modal,
kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan
aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan
kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Kemudian pihak perbankan wajib memelihara kesehatan bank
tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku dan wajib menyampaikan
semua informasi yang dibutuhkan Bank Indonesia dan wajib pula
menyediakan informasi mengenai berbagai kemungkinan timbulnya risiko
kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui
bank. Demikian pula Bank Indonesia berhak untuk memerikasa semua
catatan dan berkas-berkas yang ada baik secara berkala maupun atau setiap
waktu jika diperlukan.
Perbankan wajib pula menyampaikan kepada Bank Indonesia
tentang laporan keuangannya, baik berupa neraca, laporan laba rugi
tahunan maupun laporan perubahan modal dalam waktu dan bentuk yang
telah ditetapkan.
Apabila menurut penilaian Bank Indonesia menilai suatu bank
mengalami kesulitan atau membahayakan kelangsungan hidupnya, maka
Bank Indonesia dapat melakukan tindakan agar :

1. Pemegang saham menambah modal


2. Pemegang saham mengganti dewan komisaris atau direksi bank
3. Bank menghapuskan buku kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah yang macet dan memperhitungka kerugian bank dengan
modalnya
4. Melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain
5. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh
kewajiban
6. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank
kepada pihak lain
7. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan/atau kewajiban kepada
bank atau pihak lain.

Kemudian apabila tindakan di atas tidak mampu untuk mengatasi


kesulitan yang dihadapi bank dan menurut penilaian Bank Indonesia dapat
membahayakan sistem perbankan, maka pimpinan Bank Indonesia dapat
mencabut izin usaha bank dan memerintahkan direksi bank untuk
meneyelengfarakan Rapat Umum Pemegang Saham guna membubarkan
badan hukum bank dan membentuk tim likuidasi.
Oleh karena itu, pembinaan dan pengawasan bank perlu untuk
terus dijalankan agar pihak perbankan mematuhi rambu-rambu yang telah
ditetapkan. Pembinaan dan pengawasan bank ini juga ditujukan untuk
kepentingan dan kemajuan bank itu sendiri agar jangan menderita
kerugian di samping kepentingan nasional. Pembinaan dan pengawasan
bank yang dijalankan harus tetap konsisten agar dalam pelaksanaan di
lapangan tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bank adalah suatu lembaga keuangan yang memiliki kewenangan
untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali
kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman modal kerja untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat umum. Bank memiliki banyak jenis-
jenis contohnya Bank Sentral, Bank Umum dan lainnya. Pada tahun 1828
pemerintah Hindia-Belanda mendirikan De Javasche Bank yang
merupakan cikal bakal dari Bank Indonesia dan memiliki peranan untuk
mencetak sekaligus mengedarkan uang sebagai alat tukar yang sah di
wilayah kekuasaan Hindia-Belanda. Bank juga memiliki izin pendirian
yang sudah di atur oleh Bank Sentral dan Bank juga memiliki badan
hukum, Pemilihan bentuk badan hukum ini tergantung dari jenis bank
yang dipilihnya. Pembinaan dan pengawasan Bank juga ada guna
mengatur dan mengontrol bank-bank agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
di inginkan.

3.2 Saran
Saran untuk Perbankan di Indonesia semoga kedepannya semakin
membaik dalam mengatur keuangan negara. Semoga keuangan di
Indonesia tetap stabil dan dapat terus berkembang dengan pesat seiring
berjalannya waktu. Semoga bisa bersaing di MEA.
DAFTAR PUSTAKA

Dicki Hartanto, MM, Bank Dan Lembaga Keungan Lain, Aswaja Pressiendo,
Jogjakarta, 2012.

Kasmir, S.E. M.M, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Rajawali Pers,
Jakarta, 2008.

http://www.zonanesia.com/2014/12/jenis-jenis-bank-dan-fungsinya.html

https://uangteman.com/blog/info/sejarah-bank-indonesia/

http://yuda-calm-envy.blogspot.com/2012/03/izin-pendirian-dan-bentuk-hukum-
bank.html

Anda mungkin juga menyukai