Jurnal
Jurnal
Abstract
Kata Kunci:
Pendahuluan
Dalam membicarakan Hukum Islam di tengah-tengah Hukum Negara,
memang Indonesia bukan Negara Agama, tetapi juga bukan Negara Sekuler.
Indonesia telah memilih bentuk relegious nation state, negara kebangsaan yang
berketuhanan, yakni negara berdasarkan atas pancasila. Negara Pancasila bukan
Negara Sekular, sebab Negara Sekuler memisahkan sepenuhnya urusan negara
dan urusan agama. Negara Pancasila bukan negara agama, sebab Negara Agama
memberlakukan satu agama sebagai agama resmi negara.1
Al-Qur’an mengandung seperangkat tata nilai etika dan hukum bernegara
yang dapat dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Al-
Qur’an tidak menentukan suatu bentuk negara tertentu atau suatu sistem yang
baku tentang negara dan pemerintahan, dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang
1
Moh. Mahfud MD, “Politik Hukum Dalam Perda Syari’ah”, Jurnal Hukum 14 (Januari,2007):13
1
2
إ إ إ إ
َي َّالَناِإس َّأَنن َّ َنتتكتمنوا َّباِلنَعندل َّج َّإنن َّال َ َّإنن َّالَ َّيَأنتمترتكنم َّأَنن َّتتتَؤّدَوان َّانلََماَِناِت َّإَل َّأَنهلَهاِ ََّوإَذا ََّحَكنمتتنم َّبتَ ن
صنيِتررا َّ َّيَأَيتَّهاِ َّانللإذينَن َّآَمنتتنوا َّأَإطنيِتعتنوا َّالَ ََّوأَإطنيِتعتنوا َّالَرتسنوَل
نإعإمَاِ َّيعإظتتكم َّبإإه َّقلى َّإنن َّال ََّكاَِن َّ َإسيِتعاِ َّب إ
َ نر َ م َ ن
َّ ل ََّوالَرتسنوإل َّإنن َّتكنتتمن َّتتنؤإمنتتنوَن َّبإاِلإ وأتوإل َّالَمإر َّإمنتكم َّصلى َّ َّفَإنن َّتَتَناِزنعتتم َّإف ََّشىءء َّفَترّدَوه َّإَل َّا إ
ن ت نت َ ن ن ن َن
إ إ
ك ََّخنيِترر ََّوأَنحَستن َّتَأنإوينلر َ ََّوالنيَِتنوم َّالإخإر َّج ََّذال
Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha Melihat. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.2
Kedua ayat tersebut mengandung tiga prinsip dasar dalam bernegara, 1)
prinsip amanah, 2) prinsip penerapan Hukum secara adil, 3) prinsip ketaatan.
Menurut Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha dalam Tafsir Al-Manar bahwa
pengertian amanat pada ayat tersebut adalah sesuatu yang dipercayakan kepada
seseorang untuk dilaksanakan sebaik-baiknya. Amanat dalam konteks ini sangat
2
Alquran, 4:58-59
3
3
Lihat Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Hasil Amandemen 2002.
4
hukum Islam sesuai dengan konteks zaman dan waktu, timbul pemikiran-
pemikiran baru zaman dan era reformasi.
Sejarah pembentukan lembaga hukum Islam di Indonesia telah
mengalami banyak tantangan. Hal ini disebabkan banyaknya pihak yang
menghawatirkan jika Hukum Islam itu benar-benar ditegakkan. Kekhawatiran
yang sengaja direkayasa ini dimulai sejak zaman kolonial Belanda. Pemerintah
kolonial masa itu memandang lembaga hukum Islam sebagai lembaga yang
berpotensi menjadi penghalang bagi kepentingan kolonialisme. Pandangan ini
terwariskan pada sebagian masyarakat Indonesia pasca kemerdekaan, termasuk
sebagian ahli hukum, yang menganggap hukum Islam sebagai penghalang
pembangunan. Karena itu, berbagai cara mereka lakukan yang pada intinya ingin
menghapus berlakunya nilai-nilai hukum Islam dan menghindarkan hukum Islam
menjadi hukum positif di Indonesia. Puncak kontroversi itu terjadi pada saat
di sahkannya UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah
mendapat perubahan 2 kali beberapa waktu yang lalu. Namun, bagaimanapun
pada kenyataannya lembaga hukum tersebut, tetap eksis meskipun masih terus
dalam tahap penyempurnaan. Hukum Islam di ambil dari sumber-sumber yang
akurat, yang pertama bersumber dari Al-Qur’an sebagaimana Allah menjelaskan
dalam firmannya:
ب َفهييهه َبذاله ب ه
ل َبريي ب
ب َ ب
ك َالكبتاَ ب
Terjemahannya:
“ Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya petujuk bagi mereka yang
bertaqwa”.4
Lalu yang kedua sebagai sumber Hukum Islam yaitu Hadits setingkat di
bawah Al-Qur’an. Allah berfirman sebagai berikut:
4
Al-qur’an, 1:2
5
Terjemahannya:
“Apa yang di berikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang di
larangnya bagi kamu maka tinggalkanlah”.5
Terdapat pula pendapat yang berbeda bahwa Hukum Islam sebagai sistem
hukum yang bersumber dari Dinul Islam merupakan salah satu legal system yang
lain seperti Romano Germanic (Civil Law), Common Law,6 Sosialist Law.7 Hukum
Islam secara garis besar mengenal dua macam sumber hukum, pertama sumber
hukum yang bersifat “Naqliy” dan sumber hukum yang bersifat “Aqliy”. Sumber
hukum naqliy ialah Al-Qur’an dan Hadits atau As-sunah, sedangkan sumber
hukum aqliy ialah hasil usaha menemukan hukum dengan mengutamakan olah
pikir dengan beragam metodenya.8
Salah satu contoh dari kandungan Al-Qur’an dalam kehidupan masyarakat
pada Perkawinan Madzhab Indonesia yaitu pergulatan antara Negara, Agama, dan
Perempuan. Menurut Yvonne Yazbeck Haddad, kitab suci umat islam (Al-Qur’an)
adalah sumber nilai yang pertama kali menggagas konsep keadilan jender dalam
5
Al-Qur’an, 59:7
6
Edgar Bodenheimer, John Bilyev Odleley, Jean C. Love, An Introduction to the Anglo-American
Legal System, Reading and Case, 2nd ed, West Publishing, Minn, 1988.
https://books.google.co.id/books?
id=qfpDDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Hukum+islam&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjW
mM7Z-eLdAhXJQI8KHc4QBmsQ6AEIJDAA#v=onepage&q=Hukum%20islam&f=false akses
30 September 2018.
7
Rene David dan Jhon C. Brierly, Mayor Legal System in the World Today, Steven & Sons,
London, 1978, p. 143-283. https://books.google.co.id/books?
id=qfpDDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Hukum+islam&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjW
mM7Z-eLdAhXJQI8KHc4QBmsQ6AEIJDAA#v=onepage&q=Hukum%20islam&f=fals e akses
30 September 2018
8
Abdul Wahhab Khallaf, Mashadiru-‘t-Tasyri’i’l-Islami Fima la Nashsha, fihi, Darul Qalam,
Kuwait, 1972.; Musthafa Ahmad Al-Zarqa, Al-Istisan wa-al-Mushalih al-Mursalah fi al- Syari’ah
al- Islamiyah wa Ushul Fiqh. https://books.google.co.id/books?
id=qfpDDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Hukum+islam&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjW
mM7Z-eLdAhXJQI8KHc4QBmsQ6AEIJDAA#v=onepage&q=Hukum%20islam&f=false akses
30 September 2018.
6
sejarah panjang umat manusia. Di antara kebudayaan dan peradaban dunia yang
hidup pada masa turunnya Al-Qur’an, seperti Yunani (Greek), Romawi, Yahudi,
Persia, Cina, India, Kristen, dan Arab (pra-Islam), tidak ada satupun yang
menempatkan perempuan lebih terhormat dan lebih bermartabat daripada nilai-
nilai yang di perkenalkan oleh Al-Qur’an tegasnya.9
Dari hal tersebut mengapa hukum Indonesia lebih condong ke hukum
agama di karenakan hukum tersebut bersumber dari Al-Qur’an, seperti firman
Allah yang disebutkan:
Terjemahannya:
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-
Qur’an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya.”
Pancasila
Dasar pemikiran Sukarno dalam mencetuskan Pancasila sebagai dasar
negara adalah mengadopsi nilai-nilai dan praktek moral orang Jawa Kuno yang
didasari ajaran Buddhisme. Dalam ajaran Buddishme ada beberapa praktek moral
yang disebut sebagai Panca Sila yang merupakan bahasa Sansakerta/Pali, yang
memiliki arti Lima Kemoralan yaitu, Bertekad menghindari pembunuhan
makhluk hidup, bertekad menghindari berkata dusta, bertekad menghindari
perbuatan mencuri, bertekad menghindari perbuatan berzina, dan bertekad untuk
tidak minum minuman yang dapat menimbulkan candu dan hilangnya kesadaran.
9
Khaeron Sirin, Perkawinan Madzhab Indonesia: Pergulatan antara Negara, Agama, dan
Perempuan, Deepublish: 2018. https://scholar.google.co.id/scholar?
cites=9352585363662939991&as_sdt=2005&sciodt=0,5&hl=id#d=gs_qabs&p=&u=%23p
%3DampGEJJKfxoJ
7
10
Moh. Mahfud MD, “Kontribusi Nilai-nilai Hukum Islam pada Tataran Hukum Nasional.”
(Kuliah Umum di IAIN Sultan Thaha, Jambi, 24 Nopember 2015).
8
dan juga agama. Nilai dari sila ketiga ialah pentingnya sejarah hidup berbangsa,
tidak akan melahirkan apa-apajika beragama tanpa menjalanka sejarah
kebangsaan yang baik. Termasuk dalam hal beragama, sejarah membuktikan
bahwa agama memiliki peran penting dalam membangun hidup beerbangsa.
Keempat, sila “Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan, dalam
permusyawaratan perwakilan.” Sila ini menegaskan bahwa demokrasi Indonesia
adalah demokrasi permusyawaratan. Kelima, sila “Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.” Pada sila ini Indonesia mewujudkan keadialan sosial adalah
kebangsaan yang mulia.
Sebagimana di awal telah di jelaskan dasar-dasar teologis bangsa ini
adalah nrgara berketuhanan (negara beragama), kemudian menandaskan sikap
kemanusiaan yang adil dan beradab, berkebangsaan, dan mewujudkan demokrasi
permusyawaratan, dengan tujuan mewujudkan keadilan sosial yang merata. Visi
keadilan sosial harus menjadi tujuan bersama baik agama maupun politik.
Hukum Nasional
Hukum nasional adalah hukum yang dibangun oleh bangsa Indonesia,
setelah Indonesia merdeka dan berlaku bagi penduduk Indonesia, terutama bagi
warga negara Republik Indonesia sebagai pengganti hukum kolonial. Untuk
mewujudkan satu hukum nasional bagi bangsa Indonesia yang terdiri atas
berbagai suku bangsa dengan budaya dan agama yang berbeda, ditambah dengan
keanekaragaman hukum yang ditinggalkan oleh pemerintah kolonial dahulu,
bukan pekerjaan mudah. Pembangunan hukum nasional akan berIaku bagi semua
warga negara tanpa memandang agama, yang dipeluknya harus dilakukan dengan
hati-hati, karena di antara agama yang dipeluk oleh warga negara Republik
Indonesia ini ada agama yang tidak dapat diceraipisahkan dari hukum. Agama
Islam, misalnya, adalah agama yang mengandung hukum yang mengatur
hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat. Bahwa
Islam adalah agama hukum dalam arti kata yang sesungguhnya. Oleh karena itu,
dalam pembangunan hukum nasional di negara yang mayoritas penduduknya
beragama Islam seperti di Indonesia ini, unsur-unsur hukum agama itu harus
9
benar-benar diperhatikan. Untuk itu perlu wawasan yang jelas dan kebijakan
yang arif.
Dipandang dari wawasan kebangsaan sistem hukum nasional harus
berorientasi penuh pada aspirasi serta kepentingan bangsa Indonesia. Wawasan
kebangsaan ini, menurut Menteri Kehakiman, bukanlah wawasan kebangsaan
yang tertutup, tetapi terbuka memperhatikan kepentingan generasi yang akan
datang dan mampu menyerap nilai-nilai hukum modern.11 Hukum Islam sebagai
tatanan hukum yang dipedomani dan ditaati oleh mayoritas penduduk dan
masyarakat Indonesia adalah hukum yang telah hidup dalam masyarakat, dan
merupakan sebagian dari ajaran dan keyakinan Islam yang eksis dalam kehidupan
hukum nasional, serta merupakan bahan dalam pembinaan dan
pengembangannya. Sejarah perjalanan hukum di Indonesia, kehadiran hukum
Islam dalam hukum nasional merupakan perjuangan eksistensi. Teori eksistensi
merumuskan keadaan hukum nasional Indonesia, masa lalu, masa kini, dan masa
datang, menegaskan bahwa hukum Islam itu ada dalam hukum nasional
Indonesia, baik tertulis maupun yang tidak tertulis. Ia ada dalam berbagai
lapangan kehidupan hukum dan praktik hukum. Teori eksistensi, dalam kaitannya
dengan hukum Islam adalah teori yang menerangkan tentang adanya hukum Islam
dalam hukum nasional Indonesia, yaitu: (l) Ada, dalam arti sebagai bagian integral
dari hukum nasional Indonesia; (2) Ada, dalam arti kemandiriannya yang diakui,
adanya kekuatan dan wibawanya, dan diberi status sebagai hukum nasional; (3)
Ada, dalam arti hukum nasional dan norma hukum Islam yang berfungsi sebagai
penyaring bahan-bah an hukum nasional di Indonesia; (4) Ada, dalam arti sebagai
bahan utama dan unsur utama. Jadi, secara eksistensial, kedudukan hukum Islam
dalam hukum nasional merupakan sub sistem dari hukum nasional. Karenanya,
hukum Islam juga mempunyai peluang untuk memberikan sumbangan dalam
rangka pembentukan dan pembaharuan hukum nasional, meski harus diakui
problema dan kendalanya yang belum pernah usai.
11
M. Daud Ali, dalam "Pengembangan Hukum Material Peradilan
Agama", lihat Jurnal Mimbar Hukum: Aktualisasi Hukum Is/am, Nomor 17 Tahun V (Nov -
Des 1994), (Jakarta: AI-Hikmah dan Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam,
1994), hal. 34
10
Kesimpulan
Di dalam sistem hukum Pancasila, hukum yang berlaku adalah hukum
nasional atau hukum-hukum yang diberlakukan melalui otoritas pembentuk
hukum nasional. Meskipun begitu, ada dua hal yang bisa dipergunakan oleh umat
Muslim Indonesia untuk tetap melaksanakan agamanya. Pertama, untuk hukum
privat terutama dalam bidang hukum keluarga, umat Muslim dapat melaksanakan
hukum Islam tanpa harus ada pemberlakuan resmi kembali oleh negara dari sudut
hukum. Kedua, untuk bidang hukum publik, hukum Islam Indonesia bisa
diperjuangkan keberlakukan nilai-nilai substantifnya (al-jawhar) melalui strategi
eklektisisme dengan sumber-sumber hukum materiil (bahan pembuatan hukum)
lainnya yang kemudian menjadi hukum nasional.
Kedudukan Hukum Islam di Indonesia setera dengan hukum pening-galan
Hindia Belanda dan Hukum adat. Penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam,
hukum Islam merupakan sumber dalam pembinaan hukum nasional. Hukum Islam
akan menjadi hukum nasional ditentukan pada kebijaksanaan pemerintah sebagai
legal policy. Politikus, intelek Muslim dan praktisi hukum Islam sangat
mempunyai peranan dalam pem-berlakuan hukum Islam menjadi hukum
Nasional.
Referensi
Abdul Wahhab Khallaf, Mashadiru-‘t-Tasyri’i’l-Islami Fima la Nashsha, fihi,
Darul Qalam, Kuwait, 1972.; Musthafa Ahmad Al-Zarqa, Al-Istisan wa-al-
Mushalih al-Mursalah fi al- Syari’ah al- Islamiyah wa Ushul Fiqh.
https://books.google.co.id/books?
id=qfpDDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Hukum+islam&hl=id&sa
11
=X&ved=0ahUKEwjWmM7Z-
eLdAhXJQI8KHc4QBmsQ6AEIJDAA#v=onepage&q=Hukum
%20islam&f=false akses 30 September 2018.
Al-Qur’an, 1:2
Al-Qur’an, 59:7
Al-Qur’an, 4:58-59
Daud, Ali, M. "Pengembangan Hukum Material Peradilan Agama", lihat Jurnal
Mimbar Hukum: Aktualisasi Hukum Is/am, Nomor 17 Tahun V (Nov -
Des 1994), (Jakarta: AI-Hikmah dan Direktorat Pembinaan Badan
Peradilan Agama Islam, 1994), hal. 34
Edgar Bodenheimer, John Bilyev Odleley, Jean C. Love, An Introduction to the
Anglo-American Legal System, Reading and Case, 2nd ed, West
Publishing, Minn, 1988. https://books.google.co.id/books?
id=qfpDDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Hukum+islam&hl=id&sa
=X&ved=0ahUKEwjWmM7Z-
eLdAhXJQI8KHc4QBmsQ6AEIJDAA#v=onepage&q=Hukum
%20islam&f=false akses 30 September 2018.
Mahfud, MD, Moh. “Kontribusi Nilai-nilai Hukum Islam pada Tataran Hukum
Nasional.” (Kuliah Umum di IAIN Sultan Thaha, Jambi, 24 Nopember
2015).
Mahfud, MD, Moh. “Politik Hukum Dalam Perda Syari’ah”, Jurnal Hukum 14
(Januari,2007):13
Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Hasil Amandemen 2002.
Rene David dan Jhon C. Brierly, Mayor Legal System in the World Today, Steven
& Sons, London, 1978, p. 143-283. https://books.google.co.id/books?
id=qfpDDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Hukum+islam&hl=id&sa
=X&ved=0ahUKEwjWmM7Z-
eLdAhXJQI8KHc4QBmsQ6AEIJDAA#v=onepage&q=Hukum
%20islam&f=false akses 30 September 2018
Sirin, Khaeron. Perkawinan Madzhab Indonesia: Pergulatan antara Negara,
Agama, dan Perempuan, Deepublish: 2018.
https://scholar.google.co.id/scholar?
cites=9352585363662939991&as_sdt=2005&sciodt=0,5&hl=id#d=gs_qab
s&p=&u=%23p%3DampGEJJKfxoJ