SK 3 Kedkom
SK 3 Kedkom
LI. Memahami dan menjelaskan gizi kurang dan lebih pada anak
LI.2 Memahami dan menjelaskan Penilaian Status Gizi pada Anak dan Ibu Hamil
LI.3 Memahami dan menjelaskan PHBS pada Keluarga dan Instruksi Pendidikan
LI.4 Memahami dan menjelaskan beberapa gaya hidup anak yang tidak mencerminkan
perilaku .sehat
LI.5 Memahami dan menjelaskan PHBS dan pemberdayaan masyarakat dalam Islam
1
LI. Memahami dan menjelaskan gizi kurang dan lebih pada anak
Ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan dengan kesehatan
disebut gizi. Batasan klasik mengatakan bahwa ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari nasib
makanan sejak ditelan sampai diubah menjadi bagian tubuh dan energi serta diekskresikan
sebagai sisa (Achmad Djaeni,1987).
Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik,
tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat
gizi yang harus didatangkan dari makanan. Bila dikelompokkan, ada tiga fungsi zat gizi
dalam tubuh.
1. Memberi Energi
Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein.
Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk beraktivitas.
Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan
wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumya dan memiliki kemampuan
sesuai standar kemampuan anak seusianya. Selain itu, anak yang sehat tampak senang, mau
bermain, berlari, berterik, meloncat, memanjat, tidak berdiam diri saja. Anak yang sehat
terlihat berseri-seri, kreatif, dan selalu ingin mencoba sesuatu yang ada di sekelilingnya. Jika
ada sesuatu yang tidak diketahuinya ia bertanya, sehingga pengetahuan yang dimilikinya
selalu bertambah. Anak yang sehat biasanya akan mampu belajar dengan baik. Ia banyak
berkomunikasi dengan teman, saudara, orang tua, dan orang lain di lingkungannya. Anak
yang banyak bergaul, ia banyak pengetahuan dan pengalaman. Anak tidak mudah puas atas
sesuatu yang kurang dipahami dan ingin mendapatkan contoh. Anak yang sehat
membutuhkan asupan gizi yang baik agar status gizinya baik, yaitu tidak kurang dan tidak
lebih.
Kekurangan gizi :
Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan
tubuh maka akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrisi ini mencakup
kelebihan nutrisi/gizi disebut gizi lebih (overnutrition) dan kekurangan gizi atau gizi kurang
(undernutrition).
2
Penyakit ini terjadi akibat kekurangan energy dan protein atau karena
ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan
energi. Biasanya terjadi pada anak balita.
Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda tanda klinis : oedema atau
honger oedema, oedema biasanya tampak pada daerah kaki.
3
Akibat Gizi Kurang pada Proses Tubuh:
Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang
kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas)
menyebabkan gangguan pada proses-proses sebagai berikut :
1. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein sebagai zat pembakar,
sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Kekurangan karbohidrat dan
zat lemak juga dapat menyebabkan tubuh menjadi lesu, kurang bergairah untuk melakukan
berbagai kegiatan dan kondisi tubuh yang demikian tentunya akan banyak menimbulkan
kerugian.
2. Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang kekurangan tenaga
untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas merasa lemah, dan
produktivitas kerja menurun.
3. Pertahan Tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi
berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-
anak hal ini dapat membawa kematian.
4
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental,
dengan demikian kemampuan berpikir. Otak mencapai benuk maksmal pada usia dua tahun.
Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
5. Perilaku
Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gzi menunjukkan perilaku tidak
tenang. Mereka mudah tersinggung, cengang, dan apatis
5
4. Anemia Defisiensi Zat Besi
Pengaruh defisiensi Fe, terutama melalui kondisi gangguan fungsi hemoglobin.
Merupakan alat transportasi O2 yang diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh. Pada
anak sekolah telah ditunjukkan adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan
kesanggupan anak untuk belajar. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia, daya konsentrasi
dalam belajar menurun.
Defisiensi Fe dapat didiagnosisi berdasarkan data klinik dan data laboratorik yang
ditunjang oleh data konsumsi pangan. Gambaran klinik memperlihatkan kondisi anemia.
Muka penderita terlihat pucat, juga selaput lendir kelopk mata, bibir, dan kuku. Penderita
terlihat dan merasa bandannya lemah, kurang bergairah, dan cpeat merasa lelah, serta sering
menunjukkan sesak napas. Data laboratorik memperlihatkan kadar hemoglobin menurun di
bawah 11%, bahkan pada yang berat penurunan hemoglobin ini dapat mencapai tingkat di
bawah 10% atau lebih rendah lagi, sampai di bawah 4%. Data konsumsi mungkin
memperlihatkan hidangan yang kurng mengandung daging atau bahan makanan hewani lain,
dan juga kurang sayur serta daun yang berwarna hijau.
6
glukokortikoid, atau steroid,penghambat monoamin oksidase,sulfonylurea,tiazolidindion,
risperidon,klozapin,insulin dosis berlebih,kontrasepsi oral
Perlu diperhatikan !!! Seringkali obat steroid dicampurkan dalam jamu-jamuan atau
obat-obat herbal baik dalam bentuk pil atau dedaunan yang dikeringkan. Steroid dapat
berefek nyaman di tubuh dan badan terasa sehat dan segar padahal sesungguhnya itu hanya
efek semu belaka. Anak jadi terlalu lahap makan dan cepat lapar. Steroid juga dapat
menyebabkan Moon Face, yaitu bentuk muka menjadi bulat dan menimbulkan berbagai
komplikasi jangka panjang.
7
11. Sleep studies untuk mendeteksi sleep apneu
Komplikasi
Berbagai keadaan yang erat hubungannya dengan obesitas, baik yang terjadi pada
masa bayi maupun masa dewasa antara lain:
1. Terhadap kesehatan
Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anak-anak. Tetapi bila
obesitas masih terjadi setelah dewasa, maka morbiditas atau mortalitasnya akan menigkat.
Terdapat korelasi positif antara tingkat obesitas dengan berbagai penyakit infeksi, kecuali
TBC. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tersebut, dikaitan dengan menurunya respon
immunologic sel T dan aktfitas sel Polimorfonuklear.
2. Saluran pernafasan
Pada bayi, obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluran pernafasan bagian
bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipertropi tonsil dan adenoid akan
mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga mengakibatkan anuksia dan
saturasi oksigen rendah, yang disebut sindrom Chubby Puffer. Obstruksi kronis saluran
pernafasan dengan hipertropi tonsil dan adenoid, dapat mengakibatkan gangguan tidur,
gejala-gejala jantung dan kadar oksigen dalam darang yang abnormal. Keluhan lainnya
adalah nafas yang pendek.
3. Kulit
Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah atau panas sering di sertai
miliaria, maupun jamur pada lipatan-lipatan kulit.
4. Ortopedi
Anak obesitas pergerakannya lambat. Sering terdapat kelainan ortopedi seperti Legg-
perthee disease, genu valgum, slipped femoral capital epiphyses, tibia vara dll.
5. Efek psiokologis
Kurangnya percaya diri. Anak pada masa remaja yang obesitas biasanya pasif dan
depresi. Karena sering tidak di libatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman sebayanya.
Juga sulit mendapatkan pacar, karena merasa potongan tubuhnya jelek, tidak modis, merasa
rendah diri sehinga mengisolasikan diri pergaulan dengan teman temannya. Gangguan
kejiwaan ini juga dapat sebagai penyebab terjadinya obesitas, yaitu dengan melampiasakan
setres yang dialaminya ke makanan.
6. Bila obesitas pada anak terus berlanjut sampai masa dewasa dapat mengakibatkan:
- Hipertensi pada masa odelesensi.
- Hyperlipidemia, aterosklerosis, penyakit jantung coroner, hipertensi maligna pada
dewasa.
- Diabetes
- Sindrmp pickwickian merupakan komplikasi yang berat dari obesitas dewasa, yaitu
gangguan pada jantung dan pernafasan, hipoventilasi. Dengan manifestasi polisitemia,
pipoksemia, sianosis, pembesaran jantung, gagal jantung, tongesif, dan somnolen. Kita harus
berhati-hati pada pemberian oksigen konsentrasi tinggi pada anak ini. Usaha pengurusan
badan sangat penting bila terjadi komplikasi ini.
- Maturitas sexsual lebih awal, mensturasi sering tidak teratur
8
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan obesitas pada anak berbeda dengan pengobatan obesitas dewasa,
karena tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat tersebut
dan tidak boleh diet terlalu ketat. Sehingga pengaturan dietnya harus dipertimbangkan
bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan sesuai tinggat pertumbuhan pada usia anak
tersebut. Disamping itu pengobatan obesitas pada anak sering gagal, kecuali mendapat
dukungan dari seluruh keluarga. Olahraga atau aktifitas tubuh yang teratur sangat penting
dalam upaya penata laksanaan obesitas pada anak ini.
3. Pemberian diet rendah kalori seimbang untuk menghambat kenaikan berat badan
kemudian membimbing pengaturan makanan yang sesuai untuk mempertahankan gizi yang
ideal sesuai dengan pertumbuhan anak. Ditambahkan pula vitamin dan mineral.
4. Mengajukan penderita untuk olahraga yang teratur atau anak bermain secara aktif,
sehingga banyak energy yang banyak digunakan.
Baik terapi diet maupun pisiko terapi harus diberikan pada seluruh keluarga. Sehingga
seluruh keluarga seolah-olah turut serta dalam usaha pencapaian berat badan tersebut.
1. Pada bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapi bukan untuk menurunkan berat
badannya seperti pada obesitas dewasa, teteapi memperlambat kecepatan kenaikan berat
badannya. Bayi diberikan diet sesuai degan kebutuhan normal untuk pertumbuhan, yaitu 110
kkal/kg. BB/hari untuk bayi kurang dari 6 bulan dengan 90 kkal/kg. BB/hari untuk bayi lebih
dari 6 bulan. Susu botol jumlahnya harus dikurangi dengan cara diselingi dengan air tawar,
disamping itu tidak dianjurkan memberi susu yang diencerkan, susu rendah atau tanpa lemak.
Disamping itu kita anjurkan pada ibunya agar anak tidak digendong saja, tetapi dibiarkan
melakukan aktifitas.
2. Pada anak prasekolah yang menglami obesitas, kenaikan berat badannya harus
diperlambat, dengan memberikan diet seimbang 60 kkal/kg. BB/hari. Atau bisa juga dari
makan keluarga dengan porsi kecil dan menghindari makanan yang mengandung kalori
tinggi. Selain itu kita harus mendorong anak untuk melakukan aktifitas fisik dan mencegah
menonton TV berlebihan.
3. Pada anak usia sekolah (prapubertas) yang obesitas, kita berusaha mempertahankan
berat badan anak dan menaikan tinggi badannya. Diet diberikan 1200 kkal/hari atau sekitar
60 kkal/kg. BB/hari. Mendorong anak melakukan aktifitas fisik secara sendiri-sendiri
maupun secara berkelompok. Tidak boleh menonton TV terlalu lama, lebih – lebih jika
disertai makan – makanan yang bekalori tinggi. Mengorganisir kelompok olah raga atau
rekreasi, agar anak lebih aktif.
9
4. Pada obesitas dewasa, kita harus menurunkan berat badannya untuk mencapai berat
badan yang diharapkan sesuai dengan tinggi badannya. Diet di berikan sekitar 850 kkal/hari,
ataupun ingin menurunkan berat badan 500 kkal/hari. Selain itu anak harus didorong untuk
melakukan aktifitas baik sendiri maupun secara berkelompok. Mendorong anak agar mau
melakukan interaksi dengan teman – temannya.
Prognosis
Prognosis obesitas tergantung pada penyebab dan ada tidak adanya komplikasi.
Obesitas yang berlanjut sampai dewasa, morbiditas dan mortalitasnya tinggi.
Pencegahan
Mencegah obesitas lebih baik daripada mengobati jika sudah terjadi obesitas yang
penting adalah mengubah pandangan masyarakat agar mereka tidak menganggap bahwa
sehat itu identing dengan gemuk.
Pencegahan harus sedini mungkin yang dimulai sejak dari bayi, yaitu dengan
memberikan ASI. Bayi yang minum ASI mempunyai mekanisme tersendiri dalam
mengontrol berat badan bayi. Komposisi ASI pada saat baru mulai
disusui (Foremilk) lemaknya sedikit, sedangkan pada akhir menyusui (hint milk) kadar
lemaknya lebih tinggi, sehingga menimbulkan rasa “nek” pada bayi, akibatnya bayi akan
menghentikan menyusu. Pemberian ASI ekskulif empat (4) bulan, kemudian, makanan
tambahan diberikan mulai umur empat (4) bulan, dan pemberian ASI dianjuran sampai umur
2 tahun. Tidak memberikan minuman atau makanan setiap anak menangis, kecuali kalau kita
yakin bahwa anak tersebut memang lapar. KMS (Kartu Menuju Sehat) perlu untuk
memnatau pertumuhan anak, sehingga kita mengetahui penyimpangan arah dari grafik berat
badan anak. Anak sedini mungkin dikenalkan aktifitas fisik, baik melalui bermain maupun
olahraga. Menonton TV hanya sebagai selingan saja.
LI.2 Memahami dan menjelaskan Penilaian Status Gizi pada Anak dan Ibu Hamil
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu,
merupakan indeks yang statis dan agresif sifatnya kurang peka untuk melihat terjadinya
perubahan dalam waktu pendek misalnya bulanan. (Supariasa, 2001:18). Status gizi terbaik
ialah kesehatan gizi optimum. Kondisi ini tubuh bebas dari penyakit dan mempunyai daya
tahan tubuh yang baik sehingga memiliki daya kerja dan efisiensi yang sebaik-baiknya.
10
2. PSG untuk kelompok / masyarakat
Menurut Schaible & Kauffman (2007) hubungan antara kurang gizi dengan penyakit
infeksi tergantung dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap
status gizi itu sendiri. Beberapa contoh bagaimana infeksi bisa berkontribusi terhadap kurang
gizi seperti infeksi pencernaan dapat menyebabkan diare, HIV/AIDS, tuberculosis, dan
beberapa penyakit infeksi kronis lainnya bisa menyebabkan anemia dan parasit pada usus
dapat menyebabkan anemia. Penyakit Infeksi disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan bersih,
pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai, dan pola asuh anak yang tidak memadai
(Soekirman, 2000).
Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak,
serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Rendahnya ketahanan pangan rumah
tangga, pola asuh anak yang tidak memadai, kurangnya sanitasi lingkungan serta pelayanan
kesehatan yang tidak memadai merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. Makin
tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga terhadap
pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin
kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi (Unicef, 1998) Sedangkan penyebab
mendasar atau akar masalah gizi di atas adalah terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial
termasuk bencana alam, yang mempengaruhi ketidak-seimbangan antara asupan makanan
dan adanya penyakit infeksi, yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita
(Soekirman, 2000).
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-
ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).
3) Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan
(Soetjiningsih, 1998, dalam artikelpenjas.blogspot.com)
Budaya berperan dalam status gizi masyarakat karena ada beberapa kepercayaan,
seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur tertentu yang sebenarnya
makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok umur tersebut. Seperti ibu
hamil yang tabu mengonsumsi ikan ( Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007).
11
B. Faktor Internal
1) Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua
dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001 dalam creasoft.wordpress.com)
2) Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya
memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak
yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat
gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986)
3) Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan
kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986 dalam
creasoft.wordpress.com)
1. Penilaian Langsung
a. Antropometri
Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan
dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada
umumnya antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh seseorang (Supariasa, 2001).
Metode antropometri sangat berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi dan protein.
Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat-zat gizi yang
spesifik (Gibson, 2005).
b. Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan perubahan yang
terjadi yang b erhubungan erat dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi.
Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang terdapat di mata, kulit, rambut,
mukosa mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar tiroid) (Hartriyanti
dan Triyanti, 2007).
c. Biokimia
Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium. Pemeriksaan biokimia
pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada kasus yang
lebih parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan biopsi sehingga dapat
diketahui kadar zat gizi atau adanya simpanan di jaringan yang paling sensitif terhadap
deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis. Cara lain adalah dengan menggunakan uji
gangguan fungsional yang berfungsi untuk mengukur besarnya konsekuensi fungsional dari
suatu zat gizi yang spesifik Untuk pemeriksaan biokimia sebaiknya digunakan perpaduan
antara uji biokimia statis dan uji gangguan fungsional (Baliwati, 2004).
12
d. Biofisik
Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan
dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja (Supariasa, 2001).
b. Statistik Vital
Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi melalui data-data
mengenai statistik kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti angka kematian menurut
umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik pelayanan kesehatan, dan
angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan kekurangan gizi (Hartriyanti dan Triyanti,
2007).
c. Faktor Ekologi
Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah gizi dapat
terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan
lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui
penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya akan sangat
berguna untuk melakukan intervensi gizi (Supariasa, 2001).
Antopometri Gizi
Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah
antropometri gizi. Dewasa ini dalam progam gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak
balita menggunakan metode antropometri, sebagai cara untuk menilai status gizi. Disamping
itu pula dalam kegiatan penapisan status gizi masyarakat selalu menggunakan metode
tersebut.
Pada dasarnya jenis pertumbuhan dapat dibagi dua yaitu: pertumbuhan yang bersifat linier
dan pertumbuhan massa jaringan. Dari sudut pandang antropometri, kedua jenis pertumbuhan
ini mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan linier menggambarkan status gizi yang
dihubungkan pada saat lampau dan pertumbuhan massa jaringan mengambarkan status gizi
yang dihubungkan pada saat sekarang atau saat pengukuran.
a. Pertumbuhan linier
Bentuk dari ukuran linier adalah ukuran yang berhubungan dengan panjang.
Contohnya panjang badan, lingkar badan, dan lingkar kepala. Ukuran linear yang rendah
biasanya menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein yang
diderita waktu lampau. Ukuran linear yang paling sering digunakan adalah tinggi atau
panjang badan.
13
ukuran ini rendah atau kecil, menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan
protein yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan. Ukuran massa jaringan yang paling
sering digunakan adalah berat badan.
Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran
tubuh antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah
kulit.
a. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar.
b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah
dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan pengukuran antropometri. Kader gizi
(Posyandu) tidak perlu seorang ahli, tetapi dengan pelatihan singkat ia dapat melaksanakan
kegiatannya secara rutin.
c. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat.
Memang ada alat antropometri yang mahal dan harus diimpor dari luar negeri, tetapi
penggunaan alat itu hanya tertentu saja seperti "Skin Fold Caliper" untuk mengukur tebal
lemak di bawah kulit.
f. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk, karena sudah
ada ambang batas yang jelas.
g. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
h. Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan
terhadap gizi.
Di samping keunggulan metode penentuan status gizi secara antropometri, terdapat pula
beberapa kelemahan.
a.Tidak sensitif. Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Di
samping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe.
b.Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri.
c.Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan
validitas pengukuran antropometri gizi.
14
1.pengukuran
2.perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan
3.analisis dan asumsi yang keliru
Jenis Parameter
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur
beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain:
Umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada,
lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit. Di bawah ini akan diuraikan parameter
itu.
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi
normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau di
bawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju
pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi,
asites, edema dan adanya tumor. Di samping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai
dasar perhitungan dosis obat dan makanan.
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang.
Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun. Pada orang yang
edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan
jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di
lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:
1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain.
2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
3. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.
4. Skalanya mudah dibaca.
5. Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan untuk
digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin.
Dacin
Dacin yang digunakan sebaiknya minimum 20 kg dan maksimum 25 kg. Bila
digunakan dacin berkapasitas 50 kg dapat juga, tetapi hasilnya agak kasar, karena angka
ketelitiannya 0,25 kg.
Tinggi Badan, tinggi atau panjang badan merupakan indikator umum ukuran tubuh
dan panjang tulang. Namun, tinggi saja belum dapat dijadikan indikator untuk menilai status
gizi, kecuali jika digabungkan dengan indikator lain seperti usia dan berat badan. Penggunaan
tinggi, atau panjang, bukan tanpa kelemahan. Pertama, baku acuan yang tersedia umumnya
15
terambil dari penilaian tinggi badan subjek yang berasal dari masyarakat berstatus gizi baik di
negara maju. Kedua, defisit pertumbuhan linier baru akan terjelma manakala defisiensi telah
berlangsung lama yang berarti tidak akan termanifestasi semasa bayi. Jika bayi terukur lebih
pendek ketimbang baku acuan, tidak berarti bayi tersebut tengah malnutrisi pascanatal,
melainkan dampak dari ukuran lahir rendah. Ketiga, secara genetik setiap orang terlahir
menurut ukuran yang tidak serupa: orang yang jika dibandingkan dengan populasi "acuan"
berukuran lebih pendek tidak langsung berarti malnutrisi.
Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan
merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan
ke depan.
Lingkar Lengan Atas (LLA), dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan
untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang
sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah.
Pengukuran LLA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi protein
(KEP) wanita usia subur (WUS). Pengukuran LLA tidak dapat digunakan untuk memantau
perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LLA digunakan karena
pengukurannya sangat mudah dan dapat dilakukan siapa saja.
Beberapa tujuan pemeriksaan LLA adalah mencakup masalah WUS baik ibu hamil
maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral. Adapun tujuan
tersebut adalah:
a. Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita
yang mempunyai risiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan
dan penanggulangan KEK.
c. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak.
d. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi WUS yang
menderita KEK.
e. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK.
Lingkar lengan atas diperiksa pada bagian pertengahan jarak antara olekranon dan
tonjolan akromion. Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5
cm. Apabila ukuran LLA kurang 23,5 cm atau dibagian merah pita LLA, artinya wanita
tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah
(BBLR). BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan
gangguan perkembangan anak.
Lingkar Kepala, adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis,
yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan
ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar (Hidrosefalus) dan kepala
kecil (Mikrosefalus).
Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak.
Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, akan tetapi besar lingkar kepala
tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun juga ukuran otak dan
lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi.
Lingkar Dada, biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2 sampai 3 tahun, karena
rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang
tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan
16
5 tahun, rasio lingkar kepala dan dada adalah kurang dari satu, hal ini dikarenakan akibat
kegagalan perkembangan dan pertumbuhan, atau kelemahan otot dan lemak pada dinding
dada. Ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan KEP pada anak balita.
Jaringan Lunak. Otak, hati, jantung, dan organ dalam lainnya merupakan bagian
yang cukup besar dari berat badan, tetapi relatif tidak berubah beratnya pada anak malnutrisi.
Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang sangat bervariasi pada penderita KEP.
Antropometri jaringan dapat dilakukan pada kedua jaringan tersebut dalam pengukuran status
gizi di masyarakat
Indeks Antropometri
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara
beberapa parameter disebut Indeks Antropometri.
Dalam pengukuran indeks antropometri sering terjadi kerancuan, hal ini akan mempengaruhi
interpretasi status gizi yang keliru. Masih banyak diantara pakar yang berkecimpung di
bidang gizi belum mengerti makna dari beberapa indeks antropometri. Beberapa indeks
antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Perbedaan
penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang berbeda.
Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri
bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang
dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu contoh dari indeks antropometri
adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang disebut dengan Body Mass Index (Supariasa,
2001).
17
kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang.
Antropometri berasal dari kata anthropos dan logos (bahasa Yunani), yang berarti
tubuh manusia dan ilmu. Artinya PSG dengan metode antropometri adalah menjadikan
ukuran tubuh manusia sebagai alat menentukan status gizi manusia. Konsep dasar yang harus
dipahami dalam menggunakan antropometri adalah konsep pertumbuhan.
Selain menggunakan konsep dasar pertumbuhan status gizi dapat ditentukan dengan :
Indeks berat badan per tinggi badan (BB/TB) dan Lingkar lengan atas. Untuk orang dewasa
lebih cocok menggunakan indeks perbandingan berat badan (kg) dengan tinggi badan (m)
kwadrat, yaitu (BB/TB2). Pengukuran status gizi dengan indeks BB/TB merupakan indikator
yang baik untuk menilai status gizi saat ini selain itu BB/TB juga merupakan indeks yang
independent terhadap umur (Supariasa, 2001: 58).
2. LILA
Calon ibu harus sehat dan fit untuk hamil. Tentu saja, pertambahan berat badan
selama hamil harus dipantau cermat. Cara lain yang dapat digunakan untuk mengetahui status
gizi ibu hamil adalah dengan mengukur lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran LILA
biasanya dilakukan pada wanita usia subur (15-45 tahun) dan ibu hamil untuk memprediksi
adanya kekurangan energi dan protein yang bersifat kronis atau sudah terjadi dalam waktu
lama.
Ukuran LILA berkaitan erat dengan berat badan ibu selama hamil mulai trimester I
sampai trimester III. Kelebihannya jika dibandingkan dengan ukuran berat badan, ukuran
LILA lebih menggambarkan keadaan atau status gizi ibu hamil sendiri berat badan selama
kehamilan merupakan berat badan komulatif antara pertambahan berat organ tubuh dan
volume darah ibu serta berat janin yang dikandungnya. Kita tidak tahu pasti apakah
pertambahan berat badan ibu selama hamil itu berasal dari pertambahan berat badan ibu,
janin, atau keduanya.
Selain itu, pembengkakan (oedema) yang biasa dialami ibu hamil, jarang mengenai
lengan atas. Ini juga yang menyebabkan pengkuran LILA lebih baik untuk menilai status gizi
ibu hamil daripada berat badan.
Setelah melalui penelitian khusus untuk perempuan Indonesia, diperoleh standar LILA
sebagai berikut :
18
1. Jika LILA kurang dari 23,5 cm: status gizi ibu hamil kurang, misalnya kemungkinan
mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) atau anemia kronis, dan beresiko lebih tinggi
melahirkan bayi BBLR.
2. Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm: berarti status gizi ibu hamil baik, dan resiko
melahirkan bayi BBLR lebih rendah.
Apalagi, alat yang digunakan lebih ringan dibandingkan timbangan, dan mudah dibawa
kemana-mana. Pengukuran LILA dilakukan dengan melingkarkan pita LILA sepanjang 33
cm, atau meteran kain dengan ketelitian 1 desimal (0,1 cm). Saat dilakukan pengukuran, ibu
hamil pada posisi berdiri dan dilakukan pada titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku
lengan kiri, jika ibu hamil yang bersangkutan tidak kidal.
Sebaliknya jika dia kidal, pengukuran dilakukan pada lengan kanan. Hal ini dilakukan
untuk memperkecil bias yang terjadi, karena adanya pembesaran otot akibat aktivitas, bukan
karena penimbunan lemak. Demikian juga jika lengan kiri lumpuh, pengukuran dilakukan
19
1. Untuk BB/U
a. Gizi Kurang Bila SSB < - 2 SD
b. Gizi Baik Bila SSB -2 s/d +2 SD
c. Gizi Lebih Bila SSB > +2 SD
2. TB/U
a. Pendek Bila SSB < -2 SD
b. Normal Bila SSB -2 s/d +2 SD
c. Tinggi Bila SBB > +2 SD
3. BB/TB
a. Kurus Bila SSB < -2 SD
b. Normal Bila SSB -2 s/d +2 SD
c. Gemuk Bila SSB > +2 SD
Dan juga status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropomteri, (Depkes,
2004). Dan dikategorikan seperti yang ditunjukan pada tabel 3.
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan
akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan
maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan
umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk
memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan
umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1
bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur
dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa
jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak
baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini
dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan
penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang
dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan
umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu
ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan
kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa
lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada
masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut
umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan
karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali.
20
Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak
baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan
status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan
Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya
gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam
menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U.
Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD
diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius
dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.
Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku
Antropometeri WHO-NCHS
21
populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku
(SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).
Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai
Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang
bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan
menggunakan rumus :
22
23
LI.3 Memahami dan menjelaskan PHBS pada Keluarga dan Institusi Pendidikan
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya.
Menurut Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2007), dalam Jariston (2009), ada tiga
faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat yaitu:
1. Faktor Pemudah (Predisposing factors)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap perilaku hidup bersih
dan sehat. Dimana faktor ini menjadi pemicu atau antesenden terhadap perilaku yang
menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi, kebiasaan, kepercayaan,
tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi.
2. Faktor pemungkin (enambling factors)
Faktor pemicu teradap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan
terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi anak-anak, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban,
ketersediaan makanan bergizi, dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakikatnya
mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Faktor penguat (reinforcing factors)
24
Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau
tidak. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku pengasuh anak-anak atau
orangtua yang merupakan tokoh yang dipercaya atau dipanuti anak-anak. Contoh
pengasuh anak-anak memberikan keteladanan dengan melakukan cuci tangan
sebelum makan atau selalu minum air yang sudah dimasak. Maka hal ini akan
menjadi penguat untuk perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak-anak.
Tujuan PHBS:
1. Tujuan Umum
Meningkatnya rumah tangga sehat di desa kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
2. Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah tangga
untuk melaksanakan PHBS.
Berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat.
Manfaat PHBS:
1. Manfaat PHBS bagi rumah tangga:
a. Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit.
b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.
c. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya kesehatan
anggota rumah tangga maka biaya yang dialokasikan untuk kesehatan dapat
dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga
dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.
2. Manfaat PHBS bagi masyarakat:
a. Masyarakat mampu mengupa yakan lingkungan yang sehat.
b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan.
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) seperti
3. posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (tabulin), arisan
jamban, kelompok
4. pemakai air, ambulans desa dan lain-lain.
Strategi PHBS
Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS.
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi
kesehatan dan PHBS yaitu:
1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran
agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta kelompok
masyarakat. Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke mampu melaksanakan boleh
jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan
dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang sering kali dipraktikkan adalah dengan
mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community
25
organization) atau pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu
sejumlah individu yang telah mau dihimpun dalam suatu kelompok untuk
bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun
masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari
dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS
dengan program kesehatan yang didukungnya.
2. Bina Suasana (Social Support)
Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu
anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang
akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia
berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok
arisan, majelis agama, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung
perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan
masyarakat khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase
mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana
yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan pendekatan masyarakat umum.
3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy)
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak
yang terkait ini bisa brupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai
penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa
tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan yang
lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis)
dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Perlu disadari bahwa
komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam
waktu yang singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-
tahapan yaitu: a) mengetahui atau menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut
mengatasi masalah, c) peduli terhadap pemecahan masalah dengan
mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk
memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan
e) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
a. Jenis
PHBS RUMAH TANGGA
26
peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan
bahaya kesehatan lainnya.
2. Memberi ASI ekslusif
Adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan
makanan atau minuman lain. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan
kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi
tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI pertama berupa cairan bening
berwarna kekuningan (colostrums), sangat baik untuk bayi karena mengandung
zat kekebalan terhadap penyakit.
3. Menimbang balita setiap bulan
Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya
setiap bulan. Penimbangan bayi dan balita dilakukan mulai umur 1 bulan sampai
5 tahun di posyandu. Dengan demikian dapat diketahui apakah balita tumbuh
sehat atau tidak dan mengetahui kelengkapan imunisasi serta bayi yang dicurigai
menderita gizi buruk.
4. Menggunakan air bersih
Air adalah kebutuhan dasar yang diperlukan sehari-hari untuk minum, memasak,
mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur dan sebagainya
agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit. Rumah tangga yang
memiliki akses terhadap air bersih adalah rumah tangga yang sehari-harinya
memakai air minum yang meliputi air dalam kemasan, ledeng, pompa, sumur
terlindung, serta mata air terlindung yang berjarak minimal 10 meter dari tempat
penampungan kotor air limbah.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Manfaat mencuci tangan dengan sabun adalah membunuh kuman penyakit yang
ada di tangan, mencegah penularan penyakit diare, kolera, disentri, tifus,
cacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut, flu burung atau Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS) serta tangan mejadi bersih dan bebas dari
kuman.
6. Menggunakan jamban sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit pembuangan
kotoran dan air untuk membersihkannya. Jamban cemplung digunakan untuk
daerah yang sulit air, sedangkan jamban leher angsa digunakan untuk daerah
yang cukup air dan daerah padat penduduk.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan
jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan jentik berkala
adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat
penampungan air) yang ada dalam rumah seperti bak mandi atau WC, vas bunga,
tatakan kulkas dan lain-lain. Hal yang dilakukan agar rumah bebas jentik adalah
melakukan 3 M plus (menguras, menutup, mengubur plus menghindari gigitan
nyamuk).
8. Makan buah dan sayur setiap hari
27
Makan sayur dan buah sangat penting karena sayur dan buah mengandung
vitamin dan mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta
mengandung serat yang tinggi. Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak
kandungan gizinya adalah dengan memakannya dalam keadaan mentah atau
dikukus. Merebus dengan air akan melarutkan beberapa vitamin dan mineral
dalam sayur dan buah tersebut. Pemanasan tinggi akan menguraikan beberapa
vitamin seperti vitamin C.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik,
mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang
hari. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan antara lain kegiatan sehari-hari yaitu
berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian,mencuci mobil dan turun tangga.
Selain itu kegiatan olahraga seperti push up, lari ringan, bermain bola, berenang,
senam, fitness, dapat juga dilakukan sebagai aktifitas fisik.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Tidak merokok adalah penduduk 10 tahun keatas yang tidak merokok selama 1
bulan terakhir. Perokok terdiri atas perokok aktif dan perokok pasif. Bahaya
perokok aktif dan perokok pasif adalah dapat menyebabkan kerontokan rambut,
gangguan pada mata seperti katarak, kehilangan pendengaran lebih awal
dibanding bukan perokok, menyebabkan penyakit paru-paru kronis, merusak gigi,
sakit jantung, stroke, kanker kulit, kemandulan, impotensi, kanker rahim dan
keguguran.
Menurut Dinas Keshatan Republik Indonesia tahun 2007 klasifikasi tersebut sebagai berikut :
Klasifikasi penilaian PHBS menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2008
mengalami perubahan, dimana jika salah satu indikator PHBS tidak terpenuhi, maka tatanan
tersebut dinyatakan tidak menjalankan PHBS.
PHBS SEKOLAH
Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai
penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 – 10 tahun), yang ternyata umumnya
berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah.
28
Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan
di institusi pendidikan. Indikator institusi pendidikan adalah Sekolah Dasar negeri maupun
swasta (SD/MI). Sasaran PHBS tatanan institusi pendidikan adalah sekolah dan siswa dengan
indikator :
a. Tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah siswa
b. Tersedia air bersih atau air keran yang mengalir di setiap kelas
c. Tidak ada sampah yang berserakan dan lingkungan sekolah yang bersih dan serasi
d. Ketersediaan UKS yang berfungsi dengan baik
e. Siswa menjadi anggota dana sehat (JPKM)
f. Siswa pada umumnya (60 %) kukunya pendek dan bersih
g. Siswa tidak merokok
h. Siswa ada yang menjadi dokter kecil atau promosi kesehatan sekolah (minimal 10
orang)
Manfaat PHBS di sekolah di antaranya :
- Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit.
- Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada prestasi belajar
peserta didik.
- Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik
minat orang tua (masyarakat).
- Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan.
- Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain
29
PHBS TEMPAT UMUM
Tempat-tempat umum merupakan sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta,
atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan masyarakat, seperti sarana pariwisata,
transportasi umum, sarana ibadah, sarana olahraga, sarana perdagangan, dsb. PHBS di
tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan
pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS
serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-PHBS. Melalui
penerapan PHBS di tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang berada di tempat-tempat
umum akan terjaga kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan penyakit.
30
- Mengkonsumsi makanan bergizi.
- Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
- Tidak merokok di tempat kerja.
- Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
- Menggunakan air bersih.
- Memberantas jentik di tempat kerja.
- Menggunakan jamban.
- Membuang sampah pada tempatnya.
31
7. Menghabiskan makanan hingga piring bersih Pada umumnya, anak-anak yang sehat
akan makan ketika mereka merasa lapar dan berhenti sebelum kekenyangan. Namun
banyak orang tua yang secara tidak sadar mengacaukan hal ini dengan mengajarkan anak
untuk menghabiskan makanan sampai piring bersih. Hal ini akan membuat anak bisa
makan hingga terlalu kenyang. Sebaiknya sediakan porsi makan yang sesuai untuk anak,
tidak terlalu sedikit, juga tidak terlalu banyak.
8. Tingginya konsumsi gula. Sudah merupakan hal yang biasa untuk kebanyakan orang
tua membujuk anak-anak mereka agar mau memakan buah-buahan atau sayur-sayuran
dengan “sogokan” atau hadiah diberikan makanan penutup yang manis seperti permen,
cokelat es krim dan lain sebagainya. Hal ini tentu saja tidak baik karena secara tidak
langsung Anda mengajarkan anak berpikir bahwa makanan manis adalah makanan
paling enak daripada makanan utama. Akibatnya, anak akan terbiasa mengonsumsi
makanan penutup yang manis setelah mereka makan makanan seimbang yang sehat.
9. Ngemil terlalu banyak. Memberikan cemilan terlalu banyak kepada anak akan
membuat anak kenyang dengan makanan yang tidak mengandung nutrisi untuk tubuh
mereka, sehingga mereka akan menolak untuk makan makanan yang sehat. Selain itu,
kebiasaan mengemil pada anak juga tentu saja akan memicu obesitas.
10. Konsumsi kalori berlebih dari minuman. Minuman seperti soda, jus kalengan dan
smoothies yang mudah ditemukan di mana-mana mengandung kalori yang tinggi serta
tidak memberikan vitamin atau nutrisi apapun untuk tubuh. Oleh karena itu biasakan
memberi Anak anda air putih, susu atau jus yang dibuat sendiri di rumah.
11. Terlalu lama di depan layar kaca. Tidak membatasi waktu anak di depan layar kaca
juga dapat berdampak kepada berat badan mereka. Jangan izinkan anak seharian berada
di depan layar kaca seperti menonton televisi, bermain video games atau komputer.
Hindari menggunakan televisi atau media lainnya untuk menjadi pusat perhatian anak
Anda saat waktu makan dan bercengkrama dengan Anda.
12. Tak mengacuhkan waktu tidur. Kekurangan waktu tidur dapat menyebabkan
keinginan untuk mengemil dan makan lebih banyak dari biasanya karena mereka
membutuhkan asupan ekstra energi untuk tidak tertidur. Oleh karena itu atur jam tidur
anak Anda 8-9 jam setiap hari. (eh)
13. Suka ngemil sembari menonton televisi
14. Malas olahraga
15. Malas minum air putih
16. Suka makanan yang diproses
17. Sering stress dan perilaku suka makan
18. Tidak melakukan 3J : Jenis makanan yang beraneka, Jam makan yang teratur, dan
Jumlah makanan secukupnya
19. Tidak menghindari 3G : Gula, Garam, Goreng-gorengan
20. Tidak minum air putih yang cukup (minimal 2 liter per hari)
21. Mengkonsumsi makanan kaleng
22. Tidak menyikat gigi setelah makan
LI.4 Memahami dan menjelaskan beberapa gaya hidup anak yang tidak mencerminkan
perilaku .sehat
Lalu kebiasaan buruk apa saja yang orang tua ajarkan secara tidak langsung atau tanpa
mereka sadari
1. Melewatkan sarapan
32
Melewatkan sarapan telah lama diketahui menghambat perkembangan dan
kemampuan belajar seorang anak. Sebab tanpa sarapan yang penting itu, kadar gula darah
anak akan tetap rendah sehingga menyebabkan kelelahan, kelesuan, kurangnya konsentrasi di
kelas, mudah tersinggung, performa kerja yang buruk dan peningkatan kecenderungan untuk
melakukan kesalahan saat mengerjakan tugas atau tes.
Tak sarapan juga telah lama dikaitkan dengan obesitas pada anak-anak karena remaja
dan anak-anak yang tidak melakukannya akan cenderung mengonsumsi makanan tak sehat
seperti makanan cepat saji, keripik, permen dan cokelat dalam rangka meningkatkan energi
mereka.
Solusi:
Meski setiap pagi, rumah akan selalu dipenuhi dengan kepanikan sebelum berangkat
beraktivitas, penting untuk meluangkan waktu beberapa menit untuk sarapan singkat. Tak
perlu dengan menu yang lengkap, cukup kombinasikan protein dan karbohidrat (seperti sereal
berserat tinggi dan susu rendah lemak; atau roti gandum panggang dan telur rebus). Jangan
lupa juga tambahkan buah.
2. Kurang makan buah dan sayur
Buah-buahan dan sayur-sayuran sarat dengan nutrisi super. Berbagai studi telah
menunjukkan bagaimana besarnya manfaat mengonsumsi sedikitnya lima porsi buah dan
sayur sehari dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko penyakit jantung, stroke
hingga beberapa jenis kanker.
Solusi:
Mengonsumsi lima porsi buah dan sayur dalam sehari sebenarnya tidaklah sulit:
sempatkan makan dua buah di pagi hari, lalu makan salad atau sup sayur saat makan siang
(bisa juga dengan menambahkan cemilan seperti cocktail tomat, wortel atau mentimun pada
kotak makan siang anak) dan konsumsi dua jenis sayuran untuk makan malam.
Selain itu, dorong anak untuk lebih banyak makan buah dan sayuran dengan selalu
menyiapkan buah-buahan dan sayuran segar di lemari es. Lebih dari itu, biasakan nyemil
buah atau sayuran di depan anak, dengan begitu cepat atau lambat anak akan menirunya.
3. Tidak rutin berolahraga
Padahal olahraga rutin banyak sekali manfaatnya, mulai dari meningkatkan kesehatan
tulang, otot dan sendi; menambah energi dan daya konsentrasi; mendorong sistem kekebalan
tubuh; memperbaiki kualitas tidur dan menurunkan risiko sejumlah penyakit serius akibat
gaya hidup seperti diabetes.
Bahkan untuk anak-anak, manfaat olahraga jauh lebih kentara karena aktivitas fisik
ini dapat meningkatkan kemampuan koordinasi tubuh, mempertajam daya pikir, membangun
harga diri sekaligus kepercayaan diri serta mengurangi tingkat kecemasan dan stres.
Solusi:
Meski orang dewasa direkomendasikan untuk berolahraga sedikitnya 30 menit
perharinya tapi anak-anak justru harus didorong untuk berolahraga selama 60 menit perhari.
Tak perlu melakukan satu jenis latihan fisik selama durasi itu karena orangtua bisa mengajari
33
anak untuk mengkombinasikan sejumlah latihan fisik, misalnya jalan kaki selama 30 menit,
bersepeda 10 menit dan 20 menit bermain seperti lompat tali atau berkejaran dengan anjing.
Anda juga bisa mengarahkannya agar fisiknya lebih aktif dengan mendorongnya
berpartisipasi dalam olahraga, kelas tari atau bela diri. Bisa juga dengan mengajak mereka
melakukan aktivitas bersama seperti mengajak anjing jalan-jalan, menyapu dedaunan yang
berjatuhan di taman rumah atau membersihkan karpet. Beri contoh pada anak dengan aktif
berolahraga atau melakukan kegiatan fisik dan luangkan waktu untuk family outing seperti
bersepeda atau mendaki gunung bersama.
4. Kurang tidur
Kurang tidur mungkin terdengar sepele tapi hal ini telah lama diketahui menyebabkan
berbagai gangguan kesehatan. Bahkan kurang tidur kronis dapat menimbulkan konsekuensi
negatif untuk seumur hidup.
Pasalnya, ketika tidur tubuh memperoleh kesempatan untuk memulihkan dirinya
sendiri setelah seharian beraktivitas. Lagipula jam tidur yang cukup dapat membantu Anda
mempertajam daya pikir sekaligus melawan infeksi.
Tak hanya itu, kurang tidur juga mempengaruhi stok energi, mood, kebiasaan makan,
kemampuan memecahkan masalah (problem-solving skill) serta kemampuan belajar,
termasuk mencegah tubuh memulihkan diri dari cedera. Apalagi bagi anak-anak tidur itu
begitu penting karena aktivitas ini membantu mereka tumbuh, berkembang dan berfungsi
secara optimal.
Bahkan sejumlah studi telah mengaitkan antara kurang tidur dengan obesitas,
gangguan pemusatan pikiran, diabetes hingga penyakit jantung paa anak-anak.
Solusi:
Tanamkan rutinitas tidur yang teratur pada anak. Salah satunya dengan membatasi
waktu anak untuk menonton televisi atau bermain game di malam hari serta memastikan anak
berangkat tidur di jam yang sama setiap malamnya dalam lingkungan rumah yang nyaman,
aman dan tenang.
Namun seberapa besar kebutuhan tidur anak bergantung pada usia dan kadar
aktivitasnya, biasanya berkisar antara 9-12 tahun. Untuk mengetahui apakah anak Anda
mendapatkan jam tidur yang cukup atau tidak, cobalah amati apakah di pagi hari anak Anda
bisa bangun sendiri atau tidak. Jika iya, itu tandanya ia mendapatkan jam tidur yang
memadai. Jika harus dibangunkan, biasakan si anak untuk tidur lebih cepat.
5. Malas mencuci tangan
Lini pertama pertahanan Anda terhadap berbagai kuman dan penyakit terdapat pada
kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air. Tapi sayangnya banyak orang yang enggan
melakukannya atau tak melakukannya dengan benar.
Padahal kuman dan penyakit yang masuk ke dalam tubuh karena malas mencuci
tangan bisa mengakibatkan berbagai masalah kesehatan mulai dari flu biasa hingga penyakit
parasit seperti E. coli, Giardia dan Salmonella yang dapat menyebabkan sakit serius.
Solusi:
34
Ajari anak untuk rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air sebelum makan,
setelah memakai toilet, setelah memegang hewan peliharaan, sebelum dan setelah menyentuh
makanan mentah, setelah batuk, bersin atau melecit. Namun yang terpenting adalah berikan
aturan yang sama untuk diri Anda sendiri.
Berikut ini adalah beberapa cara sederhana tentang apa yang harus orang tua ajarkan
kepada anak-anak tentang gaya hidup sehat.
1. Anda tidak dapat memiliki kesehatan yang baik tanpa gizi yang baik.
2. Makan buah-buahan dan sayuran mentah sebanyak mungkin.
3. Makan beberapa jenis protein setiap kali makan. (Makan daging yang cukup dan makan
lebih banyak ikan)
4. Makanlah dalam porsi kecil setiap hari dengan gizi seimbang.
5. Minum air putih yang cukup setiap hari.
6. Istirahat yang cukup.
7. Ajarkan anak-anak Anda pentingnya olahraga teratur.
8. Ajarkan anak-anak Anda pentingnya suplemen.
9. Ajarkan anak-anak Anda bagaimana menghindari stres dan bagaimana menghadapinya
ketika hal itu tidak dapat dihindari.
10. Ajarkan anak-anak Anda bahaya dari gula, lemak, dan kafein.
LI.5 Memahami dan menjelaskan PHBS dan pemberdayaan masyarakat dalam Islam
Al-qur’an banyak ayat yang menganjurkan unntuk bersuci. Alalh berfirman :
َروثِيَابَك َ َف
َ ط ِِّه
“Dan pakaianmu bersikanlah” (QS.Al Muddatsir ayat: 4)
َ َ ْال ُمت
ط ِِّه ِرينَ َوي ُِحب التوابِينَ ي ُِحب َللاَ إِن
“Sesungguhnya Allah mencintai orang –orang yang bertaubat dan orang – orang yang
mermbersikan diri”. ( QS. Al baqarah:222 ).
Ada dua makna dalam mengarti suci, yaitu suci dari hadats dan suci dari najis. Hadats
dan najis merupakan sesuatu yang menghalangi seseorang untuk melaksanakan ibadah
tertentu seperti shalat. Hadats berbeda dengan najis karena hadats berarti keadaan dan bukan
suatu benda atau zat tertentu, sedangkan najis berarti benda atau zat tertentu dan bukan suatu
keadaan.
Memberdayakan masyarakat dalam bidang kesehatan adalah hal yang benar, maka
dalam islam pun diajarkan.
Dalam Islam, kesehatan termasuk hal utama. Hal ini didukung dengan kenyataan
bahwa banyak ayat Al-Qur’an dan hadist yang berkaitan dengan kesehatan. Salah satu
contohnya adalah wahyu kedua yang dibawakan Jibril, yaitu Ayat 1-5 Surat Al
Mudatstsir. Wahyu tersebut belum mengenai shalat, puasa dan zakat, tetapi perintah untuk
berdakwah dan mengenai kesucian (kebersihan) dan menjauhi kekotoran.
35
Pada ayat di atas tampak bahwa kebersihan menjadi pangkal kesehatan. Ilmu
kesehatan modern tetap berpendirian bahwa kebersihan merupakan pangkal kesehatan.
Tidaklah heran kalau kebersihan umumnya merupakan salah satu kewajiban yang selalu
diperintahkan Nabi Muhammad SAW kepada para pengikutnya dan dijadikan sendi dasar
dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara dalam hadits lebih banyak lagi dijumpai peraturan-peraturan kesehatan.
Salah satu sabda Nabi SAW yang terkenal adalah “Annadha fatu minal iiman” yang berarti
bahwa “Kebersihan itu adalah sebagian dari pada iman. Hadist lain menyatkana bahwa
“orang mukmin yang kuat lebih disukai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah.”
Ajaran kesehatan Nabi SAW yang lain adalah khitan sangat sesuai dengan kebersihan dan
kesehatan. Mengurus mayat menurut hukum Islam juga sesuai dengan kebersihan. Juga
tentang pemberantasan penyakit menular telah diatur lengkap dalam hadist.
Urgensi Kebersihan dan Kesehatan
Islam tidak membiarkan manusia di alam ini terbelenggu dalam persoalan yang tidak
dapat dipecahkan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu
sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk dari yang baik”. (QS. Ali Imran: 179)
Salah satu tujuan dari ajaran Islam ialah menghilangkan kemadharatan/bahaya (daf’u
al-dharar) yang menimpa manusia baik bahaya yang mengancam fisik maupun psikis.
Tujuannya adalah agar manusia dapat menjalankan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT. -
menyembah dan mengabdi kepada-Nya- di muka bumi ini dengan baik. Jika kondisi fisik
atau psikis seseorang tidak sehat tentu ia tidak akan dapat menunaikan tugas tersebut dengan
baik. Karena itu, Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan dan menganjurkan agar
manusia menjaga kesehatan.
Di samping itu, untuk mencapai tubuh yang sehat, dalam pandangan Islam tidak
cukup hanya mengandalkan faktor internal tubuh manusia saja, tetapi juga faktor lingkungan.
Sebaik apapun makanan yang dikonsumsi manusia, jika lingkungannya tidak sehat atau tidak
bersih, maka ancaman penyakit masih tetap besar. Karena penyakit bisa datang melalui
makanan yang dikonsumsi dan bisa juga melalui udara dan hewan yang kotor. Maka dari itu,
Islam juga sangat menekankan kebersihan.
36
Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah
beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. (Q.S Al-
Baqarah : 16)
37