Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH KOTA JAYAPURA

DINAS KESEHATAN KOTA JAYAPURA

PUSKESMAS KOTARAJA

PUSKESMAS KOTARAJA PROTAP / PNEUMONIA

No. Dokumen :
No. revisi :
Halaman :
PROSEDUR TETAP / STANDAR Tanggal terbit :
PROSEDUR OPERASIONAL
Pengertian Pneumonia adalah suatu peradangan paru
yang disebabkan oleh mikroorganisme
Mycobacterium pneumococcus .Pneumonia
mempunyai tanda dan gejala yaitu
batuk,kesukaran bernafas, sakit tenggorokan,
pilek,sakit telinga dan demam, Anak yang
menderita pneumonia kemampuan paru –
paru untuk mengembang berkurang sehingga
tubuh bereaksi dengan bernafas cepat agar
tidak terjadi hipoksia (kekurangan oksigen).
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah – langkah
untuk mendiagnosa penatalaksanaan
Pneumonia dan mencegah komplikasi.
Kebijakan Penerapan standar terapi di puskesmas

Referensi Departemen Kesehatan RI, 2007, Pedoman


pengobatan Dasar di Puskesmas 2007,
cetakan tahun 2008, Depkes RI, Jakarta.
Penyebab 1. Bakteri (paling sering menyebabkan
pneumonia pada dewasa):
- Streptococcus pneumoniae
- Staphylococcus aureus
- Legionella
- Hemophilus influenza
2. Virus: virus influenza, chicken-pox
(cacar air)
3. Organisme mirip bakteri: Mycoplasma
pneumoniae (terutama pada anakanak
dan dewasa muda)
4. Jamur tertentu. Pneumonia pada anak-
anak paling sering disebabkan oleh virus
pernafasan, dan puncaknya terjadi pada
umur 2 – 3 tahun. Pada usia sekolah,
pneumonia paling sering disebabkan oleh
bakteri Mycoplasma pneumonia.
Gambaran klinis Secara klinis gambaran pneumonia
bakterialis beragam menurut jenis kuman
penyebab, usia penderita, dan beratnya
penyakit. Beberapa bakteri penyebab
memberikan gambaran yang khas, misalnya
pneumonia lobaris karena S.pneumoniae,
atau empiema dan pneumatokel oleh
S.aureus.
Klasifikasi Klasifikasi pneumonia pada balita sesuai
dengan manajemen terpadu balita sakit yaitu
batuk disertai dengan napas cepat (usia < 2
bulan > 60 x/menit, 2 bulan – 1 tahun > 50
x/menit, 1-5 tahun > 40 x/menit).
Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak
dikenal diagnosis pneumonia. Pada
pemeriksaan dada dengan menggunakan
stetoskop, akan terdengar suara ronki.

Pemeriksaan penunjang Rontgen dada, pembiakan dahak, hitung


jenis darah, gas darah arteri.
Penatalaksanaan Penderita pneumonia dapat dirawat di
rumah, namun bila keadaannya berat
penderita harus dirawat di rumah sakit untuk
mendapat perawatan yang memadai, seperti
cairan intravena bila sangat sesak, oksigen,
serta sarana rawat lainnya. Bayi
memerlukan perhatian lebih khusus lagi.
Diberikan kotrimoksazol 2 x 2 tablet. Dosis
anak:
 2 – 12 bulan : 2 x ¼ tablet,
 1 – 3 tahun : 2 x ½ tablet,
 3 – 5 tahun : 2 x 1 tablet.
Antibiotik pengganti adalah amoksisilin
atau ampisilin. Pada kasus dimana rujukan
tidak memungkinkan diberikan injeksi
amoksisilin dan / atau gentamisin.
Pada orang dewasa terapi kausal secara
empiris adalah penisilin prokain 600.000 –
1.200.000 IU sehari atau ampisilin 1 gram 4
x sehari terutama pada penderita dengan
batuk produktif.
Bila penderita alergi terhadap golongan
penisilin dapat diberikan eritromisin 500mg
4 x sehari. Demikian juga bila diduga
penyebabnya mikoplasma (batuk kering).
Tergantung jenis batuk dapat diberikan
kodein 8 mg 3 x sehari atau brankodilator
(teofilin atau salbutamol).

Unit terkait Loket, Poli umum, laboratorium, apotik


PEMERINTAH KOTA JAYAPURA

DINAS KESEHATAN KOTA JAYAPURA

PUSKESMAS KOTARAJA

PUSKESMAS KOTARAJA PROTAP / Dislipidemia

No. Dokumen :
No. revisi :
Halaman :
PROSEDUR TETAP / STANDAR Tanggal terbit :
PROSEDUR OPERASIONAL
Pengertian Dislipidemia adalah kelainan metabolism
lipid yang ditandai dengan peningkatan
maupun penurunan fraksi lipid dalam darah.
Beberapa kelainan fraksi lipid utama adalah
kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol
LDL dan atau trigliserida, serta penurunan
kolester HDL. Dislipidemia merupakan
factor resiko terjadinya ateroskerosis
sehingga dapat menyebabkan stroke,
Penyakit Jantung Koroner (PJK), Peripheral
Arterial Disease (PAD),Sindroma Koroner
Akut (SKA).
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah – langkah
untuk mendiagnosa penatalaksanaan
Dislipidemia dan mencegah komplikasi.
Kebijakan Penerapan standar terapi di puskesmas

Prosedur 1. Pada umumnya dyslipidemia tidak


bergejala dan biasanya ditemukan pada
pasen melakukan pemeriksaan rutin
kesehatan (medical check - up)
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan tanda – tanda vital
4. Pemeriksaan antropometri
5. Pemeriksaan penunjang (kadar
kolesterol total, kolesterol HDL,
kolesterol LDL, trigliserida plasma)
Diagnosis klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
penunjang
Komplikasi Biasanya terjadi pada minggu kedua dan
ketiga demam. Komplikasi antara lain
perdarahan, perforasi, sepsis, ensefalopati,
dan infeksi organ lain :
a. Tifoid toksik
Penderita dengan sindrom demam
tifoid dengan panas tinggi yang disertai
dengan kekacauan mental hebat,
kesadaran menurun mulai dari delirium
sampai koma,
b. Syok septik
Penderita dengan demam tifoid, panas
tinggi serta gejala – gejala toksemia
yang berat. Selain itu, terdapat gejala
gangguan hemodinamik seperti tekanan
darah turun, nadi halus dan cepat
keringat dingin dan akral dingin.
c. Perdarahan dan perforasi interstinal
(peritonitis)
Komplikasi perdarahan ditandai dengan
hematosschezia. Dapat juga diketahui
dengan pemeriksaan feses (occult blood
test). Komplikasi ini ditandai dengan
gejala akut abdomen dan peritonitis.
Pada foto polos abdomen 3 posisi dan
pemeriksaan klinis bedah didapatkan
gas bebas dalam rongga perut.
d. Hepatitis tifosa
Kelainan berupa icterus, hepatomegaly,
dan kelainan tes fungsi hati.
e. Pankreatitis tifosa
Terdapat tanda pankreatitis akut dengan
peningkatan enzim lipase dan amylase.
Tanda ini dapat dibantu dengan USG
atau CT – scan.
f. Pneumonia
Didapatkan tanda pneumonia yang
diagnosisnya dibantu dengan foto polos
thoraks.
Penatalaksanaan a. Terapi suportif dapat dilakukan dengan :
1. Istirahat tirah baring dan mengatur
tahapan mobilisasi.
2. Diet tinggi kalori dan tinggi protein
3. Konsumsi obat – obatan secara rutin
dan tuntas.
4. Kontrol dan monitor tanda vital
(tekanan darah, nadi, suhu,
kesadaran), kemudian dicatat dengan
baik di rekam medik pasien.
b. Terapi simptomatik untuk menurunkan
demam (antipiretik) dan mengurangi
keluhan gastrointestinal.
c. Terapi definitive dengan pemberian
antibiotic. Antibiotic lini pertama untuk
demam tifoid adalah kloramfenikol,
ampisilin atau amoxisilin, atau
trimetroprim sulfametoxazole
(kotrimoksazol)
d. Bila pemberian salah satu antibiotic lini
pertama dinilai tidak efektif dapat
diganti dengan antibiotic lain atau
dipilih antibiotic lini kedua yaitu
ceftriaxone, cefotaxime (diberikan untuk
dewasa dan anak). Kuinolon tidak
dianjurkan untuk anak < 18 tahun
karena menggangu pertumbuhan tulang.
Unit terkait Loket, Poli umum, laboratorium, apotik

Anda mungkin juga menyukai