Sebutir peluhmu bisa runtuhkan dunia tanpa nestapa.
Lembayung Kartini sudah pasti,
Lirih sendiri ku bisiki,
Sebuah kisah perempuan zaman kini,
Di era reformasi filosofi.
Emban amanah tiada tara
Jeritan luka hiraukan begitu saja
Kemashyuran mu, kejernihan mu
Bak pedang pancang para pemfitnah.
Siar nyiur meramu permata
Aroma pelngai pun tak cukup terang memberi warna
Kembang perjuangan jadi bagian kekuatan dunia singgahsana.
Wanita, dirimu begitu mulia, berlipat-lipat kali istimewa
Ketangguhanmu membuat hati tertegun mentah
Maju tak gentar Arjuna meminta
Tak semudah membuka bak mata Najwa.
Globalisasi dunia kian mencerca
Gemuruh ombak menghantam samudera
Belalak Belanda terengah sudah
Lirik nirwana pupus tak hampa
Menggelegar berdikari emansipasinya.
Ranah panah mencuat ke udara
Itulah mangsanya.
Pendiri bangsa punya kisah
Karena mati berjuang jiwa, tumpah darah pun biasa
Pundak bahu membela kaumnya
Keistimewaan nyaris sempurna tatkala
Wanita Indonesia
Siap membawa bangsa, merubah amarah dunia
Karena wanita bidadari syurga.
(Bengkulu, 16 April 2019)
Biodata: nama Rizia Alprisika, program studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu. Asal kota Pagar Alam, provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. (email: riziarizia281@gmail.com. Alamat Pematang Gubernur, Bengkulu. No HP 0822-82394336). Penulis merupakan mahasiswi semester empat dan menyukai bidang kepenulisan. Karya yang pernah dibuat seperti Dikejar Newton, Menyengkal, Rafflesia Manunggal, Rembulan Sepertiga, Puing Sutera dan lainnya.