Isi Laporan Aktualisasi Ida
Isi Laporan Aktualisasi Ida
PENDAHULUAN
1
melihat keluarga pasien yang melakukan cuci tangan setelah melakukan kontak
dengan pasien.
Atas dasar tersebut, saya menarik untuk mengadakan kegiatan aktualisasi
dengan isu “kurangnya kepatuhan cuci tangan oleh keluarga pasien di RSPI Sulianti
Saroso”, dan dihubungkan dengan materi ANEKA (akuntabilitas, nasionalisme,
etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi), dengan menggunakan perspektif
Whole of Government, serta didasari nilai-nilai dasar PNS.
1. Memahami lebih dalam mengenai nilai-nilai dasar profesi ASN yang mencakup
ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti
Korupsi).
2. Mampu menerapkan nilai-nilai dasar ANEKA di dalam kegiatan aktualisasi
berdasarkan tugas dan fungsi sebagai ASN.
3. Membentuk ASN yang profesional yaitu ASN yang karakternya dibentuk oleh
nilai-nilai dasar profesi ASN.
4. Mewujudkan pelayanan publik di bidang informasi kesehatan yang lebih baik
lagi untuk mewujudkan tercapainya tujuan kesehatan nasional
5. Mampu mengimplementasikan nilai-nilai dasar profesi ASN dalam kegiatan
yang telah ditetapkan sebagai Sasaran Kinerja Pegawai (SKP)
1. Bagi ASN
2
2. Bagi Satuan Kerja
Terwujud iklim kerja yang kondusif dalam melayani publik, serta meningkatkan
akuntabilitas lembaga. Kinerja individu yang meningkat memungkinkan
organisasi untuk dapat mencapai visi dan mewujudkan citra lembaga yang lebih
baik.
b. Aspek-aspek Akuntabilitas
Aspek-aspek akuntabilitas antara lain:
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
3
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/
kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi kewenangan
bertanggung jawab memberikan arahan yang memadai, bimbingan dan
mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Di sisi
lain, individu, kelompok maupun institusi bertanggung jawab untuk
memenuhi semua kewajibannya.
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah
yang bertanggung jawab, adil dan inovatif. Setiap individu, kelompok,
maupun institusi dituntut untuk bertanggung jawab dalam menjalankan
tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya untuk
memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal.
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Pemberian laporan
kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah
dicapai oleh individu, kelompok maupun institusi serta mampu
memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan. Bentuk
akuntabilitas setiap individu dalam dunia birokrasi berwujud suatu laporan
yang didasarkan pada kontrak kerja, sedangkan untuk institusi adalah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi
Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban menunjukkan tanggung jawab
yang menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat berupa
penghargaan atau sanksi.
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja PNS
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan
akuntabilitas yang bersifat proaktif, akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah
hubungan dan proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat dan evaluasi
kinerja.
4
c. Pentingnya Akuntabilitas.
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada
setiap level atau unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam
memberikan pertanggung jawaban laporan kegiatan kepada atasannya.
Dalam beberapa hal, akuntabilitas sering diartikan berbeda-beda. Adanya
norma yang bersifat informal tentang perilaku PNS yang menjadi kebiasaan
dapat mempengaruhi perilaku anggota organisasi atau bahkan mempengaruhi
aturan formal yang berlaku.
5
yang ada dalam sebuah institusi memainkan peranan yang penting dalam
tercapainya kinerja organisasi yang diharapkan.
4) Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah
dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap organisasi
atau institusi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders lainnya.
5) Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna layanan
dan pembayar pajak yang memberikan masukan, saran dan kritik terhadap
kinerjanya. Jadi, akuntabilitas stakeholder adalah tanggung jawab
organisasi pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil,
responsif dan bermartabat.
1.5.2 Nasionalisme
Nasionalisme adalah paham kecintaan terhadap bangsa dan tanah air yang
mengedepankan kepentingan Negara dalam menjalankan tugas dan fungsinya
sebagai seorang ASN. Nilai Nasionalisme sesuai dengan butir-butir dalam
Pancasila, ASN sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta
sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
a. ASN sebagai pelaksana kebijakan publik.
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara, salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelaksana kebijakan
publik. Thomas R. Dye dalam bukunya berjudul Understanding Public Policy
yang diterbitkan pada tahun 1981 menyebutkan bahwa kebijakan publik
adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak
dilakukan. Definisi ini mencakup pengertian yang sangat luas. Segala hal
yang merupakan tindakan pemerintah maupun diamnya pemerintah terhadap
sesuatu disebut sebagai kebijakan publik.
1) Implementasi ASN sebagai pelaksana kebijakan publik
Implementasi ASN sebagai pelaksana kebijakan publik, yaitu:
6
a) Setiap pegawai ASN harus memiliki nilai-nilai kepublikan, berorientasi
pada kepentingan publik dan senantiasa menempatkan kepentingan
publik, bangsa dan negara di atas kepentingan lainnya, mengedepankan
kepentingan nasional ketimbang kepentingan sektoral dan golongan.
b) Senantiasa bersikap adil dan tidak diskriminatif dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Mereka harus bersikap profesional dan
berintegritas dalam memberikan pelayanan.
c) Tidak boleh mengejar keuntungan pribadi atau instansinya belaka, tetapi
pelayanan harus diberikan dengan maksud memperdayakan masyarakat
dan menciptakan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
7
keperluan serta kebutuhan seseorang atau sekolompok orang, artinya objek
yang dilayani dapat meliputi individu, pribadi-pribadi dan kelompok-
kelompok organisasi.
8
3) Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.
Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku Aparatur
Sipil Negara yakni sebagai berikut:
a) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi.
b) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
c) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
d) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
e) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan.
f) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
g) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif dan efisien.
h) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.
i) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
j) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
k) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN.
l) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin pegawai ASN.
9
dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat
dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
10
mampu mengidentifikasi masalah-masalah dan konsep etika dalam
pelayanan publik.
b) Dimensi Modalitas
Pemerintah bersih adalah syarat kemajuan suatu bangsa. Pemerintahan
korup menyebabkan kemiskinan, sumber diskriminasi, rentan konflik dan
penyalahgunaan kekuasaan. Korupsi disebabkan lemahnya integritas
pejabat publik, kurangnya partisipasi dan lemahnya pengawasan.
Membangun integritas publik pejabat dan politisi harus disertai perbaikan
sistem akuntabilitas dan transparansi yang didukung modalitas etika
publik, yaitu bagaimana bisa bertindak baik atau berperilaku sesuai standar
etika? Cara bagaimana etika bisa berfungsi atau bekerja? Struktur seperti
apa yang mampu mengorganisir tindakan agar sesuai dengan etika?
Infrastruktur semacam apa yang dibutuhkan agar etika publik berfungsi?
c) Dimensi tindakan integritas publik
Integritas publik dalam arti sempit yakni tidak melakukan korupsi atau
kecurangan. Adapun maknanya secara luas yakni tindakan yang sesuai
dengan nilai, tujuan dan kewajiban untuk memecahkan dilema moral yang
tercermin dalam kesederhanan hidup. Unsur-unsur modalitas dalam etika
publik adalah akuntabilitas, transparansi dan netralitas.
11
sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya dan bahkan melampaui
harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk
mengukur pencapaian hasil kerja. Mutu juga dapat dijadikan sebagai alat
pembeda atau pembanding dengan produk/jasa sejenis lainnya, yang
dihasilkan oleh lembaga lain sebagai pesaing.
12
3) Inovasi
Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan
organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang
terjadi di sekitarnya. Perubahan bisa dipicu antara lain oleh pergeseran
selera pasar, peningkatan harapan dan daya beli masyarakat, pergeseran
gaya hidup, peningkatan kesejahteraan, perkembangan ekonomi, pengaruh
globalisasi serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagaimana pendapat Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita
(2011:56) bahwa, ‘Inovasi barang dan jasa adalah cara utama di mana
suatu organisasi beradaptasi terhadap perubahan-perubahan di pasar,
teknologi dan persaingan’. Munculnya ide/gagasan baru, kreativitas dan
inovasi dilatarbelakangi oleh semangat belajar yang tidak pernah pudar,
yang dijalani dalam proses pembelajaran secara berkelanjutan.
Demikian juga di lingkungan lembaga pemerintahan, aparatur dapat
mengembangkan daya imajinasi dan kreativitasnya, untuk melahirkan
terobosan-terobosan baru dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi
layanan, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.
13
sebagainya untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi,
yang mengakibatkan kerugian keuangan pada negara.
b. Faktor pendorong
14
c. Tantangan WoG
Tantangan WoG Model pendekatan WoG memiliki sejumlah tantangan
yang meliputi kekurangan dan hambatan sehingga menyebabkan WoG tidak
dapat dilanjutkan atau terhenti di tengah jalan dan pada akhirnya kembali ke
cara lama. Kekurangan-kekurangan WoG adalah memerlukan waktu lama,
relatif mahal, tidak selalu cocok dengan wicked problems yang akan ditangani
dan hasilnya sulit diukur. Kekurangan-kekurangan ini pada akhirnya dapat
menjadi dorongan untuk kembali ke cara lama. Hambatan WoG terutama
disebabkan oleh tujuan, prioritas dan akuntabilitas yang tidak jelas, benturan
agenda dan kepentingan sehingga tidak dapat tercipta kolaborasi, ego sektoral
antar instansi dan insentif yang rendah.
15
d) melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan
e) melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang undangan dan etika pemerintahan
f) menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara
g) menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien
h) menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya
i) memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan
j) tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan,
dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat
bagi diri sendiri atau untuk orang lain
2) Tugas Pegawai ASN
16
2) Personil, terutama ditekankan pada perilaku aparatur dalam pelayanan
publik aparatur pemerintah selaku personil pelayanan harus profesional,
disiplin dan terbuka terhadap kritik dari pelanggan atau masyarakat.
3) Sarana dan prasarana dalam pelayanan publik diperlukan peralatan dan
ruang kerja serta fasilitas pelayanan publik. Misalnya ruang tunggu atau
tempat parkir yang memadai.
4) Masyarakat sebagai pelanggan dalam pelayanan publik masyarakat
sebagai pelanggan sangatlah heterogen baik tingkat pendidikan maupun
perilakunya.
17
BAB II
PROFIL INSTANSI
Sejarah rumah sakit ini dimulai dengan keberadaan Station Karantina di Pulau
Onrust Kuiper, Kepulauan Seribu pada tahun 1917. Nama 'Onrust' sendiri diambil dari
bahasa Belanda yang berarti 'Tidak Pernah Beristirahat' atau dalam bahasa Inggrisnya
adalah Unrust. Pulau Onrust merupakan pelabuhan VOC sebelum pindah ke pelabuhan
Tanjung Priok Jakarta Utara sekaligus juga merupakan markas tentara penjajah Belanda
sebelum masuk Jakarta dan mendudukinya. Di pulau inilah tentara Belanda melakukan
aktivitas bongkar muat logistik perang. Tahun 1930-an, Pulau ini menjadi asrama haji
sebelum diberangkatkan ke Arab Saudi agar para calon haji dapat beradaptasi dengan
udara laut karena zaman dahulu mereka naik kapal laut sebelum menuju ke Arab Saudi.
Pulau - pulau lain di sekitarnya seperti Pulau Bidadari (dahulu bernama Pulau Sakit),
Pulau Cipir (Pulau Kahyangan) dan Pulau Kelor dibangun untuk menjadi pendukung
pulau ini.
Pada tahun 1958 Stasiun Karantina dipindahkan dari Pulau Onrust ke daerah
pelabuhan di Tanjung Priok Jakarta Utara. Fungsinya adalah untuk menampung
penderita karantina dari kapal dari tahun 1964 dijadikan sebagai tempat untuk
menampung penderita penyakit cacar dari Jakarta dan sekitarnya sampai dengan tahun
1970 telah merawat penderita cacar hingga mencapai 2.358 orang. Sejak Indonesia
dinyatakan bebas cacar pada tahun 1972, kegiatan pun berkurang.
Pada tahun 1978 didirikan monumen kerjasama Indonesia dengan Jepang,
kemudian berganti nama menjadi RS Karantina. Nama Sulianti Saroso berasal dari
nama seorang dokter Indonesia yaitu Prof. Dr. Julie Sulianti Saroso. Dana pembangunan
RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso berasal dari hibah murni pemerintah Jepang (JICA)
sebesar 2.459.000.000 yen. Peletakan batu pertama oleh menteri kesehatan Dr.
Adhyatma pada tanggal 17 Juni 1992 dan dihadiri oleh Duta Besar Jepang untuk
18
Indonesia Mr. Michiko Kunihiro. Pembangunan RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso selesai
pada tanggal 24 September 1993 dan secara resmi diserahkan oleh pemerintah Jepang
kepada pemerintah Indonesia melalui Direktur Jendral PPM&PLP. Setelah itu RSPI
Prof. Dr. Sulianti Saroso diresmikan pada tanggal 21 April 1994 dan berfungsi untuk
memberikan pelayanan medis dan penunjang medis kepada seluruh lapisan masyarakat
yang membutuhkan.
Saat ini Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso adalah rumah
sakit pemerintah tipe A yang berlokasi di Sunter, Jakarta Utara dan merupakan rumah
sakit pusat rujukan nasional untuk penyakit infeksi.
2.1.2 Visi, Misi, Moto dan Nilai-Nilai RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso
a. Visi
Menjadi RS Rujukan Nasional dan Pusat Kajian Penyakit Infeksi yang terdepan
setingkat Asia Pasifik tahun 2019.
b. Misi
1) Menyelenggarakan pengelolaan penyakit infeksi termasuk new emerging, re-
emerging dan tropical medicine secara paripurna dan profesional berbasis
quality dan safety.
2) Menyelenggarakan kajian, penelitian sesuai dengan standar ilmiah, etik,
berbasis bukti dan nilai untuk pengembangan, pencegahan dan
penanggulangan penyakit infeksi termasuk new emerging, re-emerging dan
tropical medicine.
3) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan penyakit infeksi termasuk new
emerging, re-emerging dan tropical medicine secara profesional.
4) Menyelenggarakan jejaring pelayanan, pendidikan dan penelitian di bidang
penyakit infeksi termasuk new emerging, re-emerging dan tropical medicine
Nasional dan Internasional.
c. Motto
19
d. Nilai-Nilai
1) Ramah
Sikap & tutur kata manis dengan berpandangan positif serta berbudi bahasa
menarik dan selalu berusaha untuk menolong konsumen dengan tulus dan
ikhlas dalam memberikan pelayanan kesehatan.
2) Santun
Memberikan pelayanan dengan penuh kasih dan ramah.
3) Profesional
Bekerja sesuai dengan penguasaan kelimuan dan atau keahlian dalam
bidangnya yang berindikasi profesi serta memegang teguh etika profesi.
4) Inovatif
Selalu berusaha mencari serta membuat terobosan baru dalam pekerjaan.
Nawacita
20
seluas 9 hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang
disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia
lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali
kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan
kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan,
seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta
Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum
pendidikan Indonesia.
9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui
kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang
dialog antarwarga.
RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso dipimpin oleh seorang Kepala yang disebut
Direktur Utama. Direktur utama membawahi Direktorat Medik dan Keperawatan,
Direktorat Keuangan, Direktorat Umum dan Operasional, serta Unit-unit Non
Struktural yang terdiri dari Dewan Pengawas, Komite Medik, Komite Etik dan
Hukum, Komite Mutu dan Keselamatan Pasien, Komite Keperawatan, Komite Etik
Penelitian Kesehatan, Komite Farmasi dan Terapi, Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi, Satuan Pemeriksa Intern, Staf Medik Fungsional, dan
Instalasi. Komite adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau
profesi yang dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada Direktur
Utama dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit
(Gambar 2.1).
21
Gambar 2.1 Struktur Organisasi RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso
2.3 DESKRIPSI SINGKAT TUGAS JABATAN PESERTA DIKLAT
Peserta diklat merupakan CPNS Golongan III dari Kementerian Kesehatan yang
bertugas di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso dengan jabatan Staf Medik Fungsional SMF
Umum. Sasaran kerja pegawai (SKP) peserta melingkupi melaksanakan pelayanan medis
rawat jalan, melaksanakan pelayanan medis rawat inap, melaksanakan pelayanan
kegawatdaruratan medis, melaksanakan pelayanan gizi dan KIA, menganalisis data dan
hasil pemeriksaan pasien sesuai dengan pedoman kerja untuk menyusun catatan medis
pasien, menyusun draft visum et repertum, melaksanakan tugas jaga, menyusun draft
laporan pelaksanaan tugas, menyusun laporan pelaksanaan tugas dan menyusun laporan
lain-lain.
23
BAB III
METODE AKTUALISASI
Dari kelima isu tersebut, perlu dilakukan penapisan melalui analisa untuk
mengetahui bagaimana memahami isu tersebut secara utuh. Maka diperlukan alat bantu
penetapan kriteria isu dengan teknik menentukan apakah isu tersebut memenuhi kriteria
A-Kh-P-K (aktual, kekhalayakan, problematik, kelayakan) atau tidak.
Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
dalam masyarakat. Kekhalayakan artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang
banyak. Problematik artinya isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks,
sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara komprehensif. Kelayakan artinya isu
24
tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan
masalahnya.
25
rekam medis pada poli rawat jalan
Kurang efektifnya pengkajian dan
4 4 4 4 12 III
pencatatan resep di bagian Farmasi
Keterangan:
Skala 1-5 (1 = sangat kecil, 2 = kecil, 3 = sedang, 4 = besar, 5 = sangat besar)
Dari hasil penapisan tersebut, didapatkan urutan prioritas dari yang pertama yaitu:
1. Kurangnya kepatuhan cuci tangan oleh keluarga pasien.
2. Kurangnya koordinasi pelayanan rekam medis pada poli rawat jalan.
3. Kurang efektifnya pengkajian dan pencatatan resep di bagian Farmasi.
4. Kurangnya koordinasi dalam pengisian rekam medik.
Sehingga, dari hasil tersebut, saya mengangkat isu “Kurangnya kepatuhan cuci
tangan oleh keluarga pasien” untuk dijadikan topik dalam rancangan aktualisasi.
Dari hasil analisa isu dengan metode fishbone diatas, didapatkan akar pemecahan
masalah:
26
2. Kurangnya sosialisasi kepada petugas kesehatan tentang pentingnya cuci tangan
untuk keluarga pasien
3. Petugas kesehatan kurang mengedukasi keluarga pasien
4. Tidak ada data pengetahuan keluarga pasien tentang cuci tangan
5. Tidak ada pengingat
6. Terbatasnya penyediaan sabun dan handrub
7. Tidak ada pengawasan
Rencana Kegiatan
27
Isu yang diangkat : Kurangnya kepatuhan cuci tangan oleh keluarga pasien di
RSPI Sulianti Saroso
28
MATRIKS KEGIATAN AKTUALISASI
Kontibusi Terhadap Visi Kontibusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output Pemaknaan Nilai Dasar
Misi RSPI - SS Nilai-Nilai Organisasi
1. Memberikan Memperkenalkan Data keluarga NASIONALISME Memberikan edukasi Berkontibusi terhadap
edukasi diri untuk pasien yg Melakukan edukasi tanpa kepada keluarga pasien nilai ramah yaitu
kepada memberikan diedukasi membedakan status sosial, dengan peragaan saat sikap & tutur kata manis
dengan berpandangan
keluarga edukasi cuci ekonomi dan budaya. memberikan informasi
positif serta berbudi
pasien tentang tangan ETIKA PUBLIK tentang penyakit pasien bahasa menarik, santun
cuci tangan Memperkenalkan diri dengan berkontribusi terhadap visi yaitu memberikan
saat sikap yang ramah, sopan dan misi RSPI-SS yaitu pelayanan dengan penuh
memberikan santun. menyelenggarakan kasih dan ramah,
informasi Menerangkan Keluarga AKUNTABILITAS pengelolaan penyakit professional yaitu bekerja
tentang kepada keluarga pasien Memberikan informasi yang infeksi termasuk new sesuai dengan
penguasaan kelimuan dan
penyakit pasien tentang mengerti benar dan tidak menyesatkan emerging, re-emerging
atau keahlian dalam
pasien. pentingnya cuci pentingnya NASIONALISME dan tropical medicine bidangnya yang
tangan cuci tangan Menerangkan kepada secara paripurna dan berindikasi profesi serta
keluarga pasien tanpa profesional berbasis memegang teguh etika
membedakan status sosial, quality dan safety. profesi, dan inovatif yaitu
ekonomi dan budaya. Dengan semangat selalu berusaha mencari
nawacita ke 5 yaitu serta membuat terobosan
ETIKA PUBLIK
baru dalam pekerjaan
Menerangkan dengan bahasa meningkatkan kualitas
yang sopan dan santun. hidup.
ANTI KORUPSI
Memberikan edukasi
termasuk nilai anti korupsi
yaitu peduli dan tanggung
29
jawab
PELAYANAN PUBLIK
Menerangkan dengan sopan
dan bahasa yang mudah
dimengerti keluarga pasien
Memperagakan Keluarga AKUNTABILITAS
secara singkat ke pasien Memberikan peragaan cuci
keluarga pasien memperagakan tangan yang benar
cara cuci tangan cara cuci NASIONALISME
yang benar. tangan yang Memperagakan ke semua
benar keluarga pasien tanpa
membedakan status pasien
KOMITMEN MUTU
Melakukan peragaan sehingga
edukasi lebih inovatif dan
efektif
Meminta keluarga Keluarga KOMITMEN MUTU
pasien untuk cuci pasien dapat Meminta pasien
tangan yang benar melakukan memperagakan cara cuci
teknik cuci tangan yang benar sehingga
tangan yang efektifitas edukasi dapat
benar tercapai.
30
2. Mengingatkan Meminta izin Izin dari kepala ETIKA PUBLIK Mengingatkan kembali Berkontibusi terhadap
kembali kepada kepala ruang rawat Meminta izin dengan dengan kepada perawat tentang nilai ramah yaitu
kepada ruang rawat inap inap sikap yang ramah, sopan dan pentingnya cuci tangan sikap & tutur kata manis
bagi keluarga pasien dengan berpandangan
perawat santun
sehingga berkontribusi positif serta berbudi
tentang WOG terhadap visi misi RSPI-
pentingnya Berkoordinasi dengan kepala bahasa menarik, santun
SS yaitu
cuci tangan ruangan rawat inap menyelenggarakan yaitu memberikan
bagi keluarga Menjelaskan Absensi AKUNTABILITAS, pencegahan dan pelayanan dengan penuh
pasien kepada perawat sosialisasi Menjelaskan maksud dan penanggulangan penyakit kasih dan ramah,
infeksi termasuk new professional yaitu bekerja
tujuan sosialisasi tujuan merupakan nilai
emerging, re-emerging sesuai dengan
cuci tangan akuntabilitas transparansi dan tropical medicine.
ETIKA PUBLIK penguasaan kelimuan dan
Dengan semangat
Menjelaskan dengan dengan atau keahlian dalam
nawacita ke 5 yaitu
sikap yang ramah, sopan dan bidangnya yang
meningkatkan kualitas
santun berindikasi profesi serta
hidup.
Mengingatkan memegang teguh etika
Perawat AKUNTABILITAS
kembali perawat profesi, dan inovatif yaitu
mengerti Mengingatkan perawat
tentang pentingnya selalu berusaha mencari
pentingnya pentingnnya cuci tangan
cuci tangan bagi serta membuat terobosan
cuci tangan merupakan nilai akuntabilitas
keluarga pasien baru dalam pekerjaan
bagi keluarga konsistensi, integritas
pasien NASIONALISME
ASN sebagai pelayan publik
maka harus professional
ETIKA PUBLIK
Mengingatkan dengan dengan
sikap yang ramah, sopan dan
santun
31
KOMITMEN MUTU
Mengingatkan perawat
tentang pentingnya cuci
tangan agar efektifitas
pengendalian infeksi tercapai
ANTI KORUPSI
Mengingatkan pentingnya
cuci tangan merupakan nilai
disiplin dan tanggung jawab
3. Melakukan Melakukan visit Rekam Medis AKUNTABIITAS, Melakukan pelayanan Berkontibusi terhadap
pelayanan pasien yg memiliki Nilai melayani dengan hati medis rawat inap sehingga nilai ramah yaitu
medis rawat keluhan dan proaktif dalam memenuhi berkontribusi terhadap visi sikap & tutur kata manis
inap kepentingan pasien. misi RSPI-SS yaitu yaitu dengan berpandangan
NASIONALISME, menyelenggarakan positif serta berbudi
ASN sebagai pelayan publik pengelolaan penyakit bahasa menarik, santun
memberikan pelayanan yang infeksi termasuk new yaitu memberikan
bermutu emerging, re-emerging pelayanan dengan penuh
ETIKA PUBLIK dan tropical medicine kasih dan ramah,
Menanyakan dengan sikap secara paripurna dan professional yaitu bekerja
yang ramah, sopan dan profesional berbasis sesuai dengan
santun. quality dan safety. penguasaan kelimuan dan
WOG Dengan semangat atau keahlian dalam
Berkoordinasi dengan DPJP nawacita ke 5 yaitu bidangnya yang
tentang kondisi pasien. meningkatkan kualitas berindikasi profesi serta
Memastikan rekam Rekam medis AKUNTABIITAS, hidup. memegang teguh etika
medis terisi terisi lengkap Nilai cermat dan tanggung profesi.
lengkap jawab, mastikan tidak terjadi
32
ada rekam medis yang belum
terisi.
NASIONALISME,
Memberikan pelayanan yang
jujur dan terus terang sesuai
intruksi DPJP
Membuat resep Resep ANTI KORUPSI,
obat yang Menggunakan sumber daya
dibutuhkan pasien Negara dengan teliti, efektif
rawat inap dan efisien
NASIONALISME,
ASN sebagai pelayan publik
yang professional
4. Menempelkan Meminta izin Izin dari kepala ETIKA PUBLIK Menempelkan pengingat Berkontibusi terhadap
lembar kepada kepala ruang rawat Meminta dengan sopan dan di meja nurse station nilai ramah yaitu
pengingat di ruang rawat inap inap santun kepada kepada ruang untuk petugas kesehatan sikap & tutur kata manis
meja nurse rawat inap berkontribusi terhadap visi dengan berpandangan
station untuk WOG misi RSPI-SS yaitu positif serta berbudi
petugas Berkoordinasi dengan kepala menyelenggarakan bahasa menarik, santun
kesehatan. ruang rawat inap pengelolaan penyakit yaitu memberikan
Membuat lembar Lembar AKUNTABILITAS infeksi termasuk new pelayanan dengan penuh
pengingat Pengingat Sesuai dengan nilai emerging, re-emerging kasih dan ramah,
akuntabilitas semangat, dan tropical medicine professional yaitu bekerja
tanggung jawab secara paripurna dan sesuai dengan
NASIONALISME profesional berbasis penguasaan kelimuan dan
ASN sebagai pelayan publik quality dan safety. atau keahlian dalam
memberikan kemudahan Dengan semangat bidangnya yang
33
dalam pelayanan. nawacita ke 5 yaitu berindikasi profesi serta
KOMITMEN MUTU meningkatkan kualitas memegang teguh etika
Membuat inovasi sehingga hidup. profesi, dan inovatif yaitu
perawat ingat selalu berusaha mencari
ANTI KORUPSI serta membuat terobosan
Sesuai nilai anti korupsi baru dalam pekerjaan
tanggung jawab dan disiplin
Menempelkan Lembar KOMITMEN MUTU
lembar pengingat pengingat Menempatkan di tempat yang
di seluruh meja ditempelkan strategis sehingga efektif dan
nurse station efisien
5. Mengadakan Meminta izin Izin dari ETIKA PUBLIK Mengadakan voice Berkontibusi terhadap
voice kepada pimpinan pimpinan Meminta izin dengan ramah, reminder via speaker nilai ramah yaitu
reminder via untuk mengadakan sopan dan santun setiap empat jam untuk sikap & tutur kata manis
speaker setiap voice reminder dengan berpandangan
mengingatkan pentingnya
empat jam Mengunduh jingle Jingle AKUNTABILITAS positif serta berbudi
untuk cuci tangan didapatkan Memilih file jingle dengan cuci tangan baik bagi bahasa menarik, santun
mengingatkan cermat, penuh tanggung keluarga pasien maupun yaitu memberikan
pentingnya jawab dan professional bagi petugas berkontribusi pelayanan dengan penuh
cuci tangan Berkoordinasi Petugas IPID WOG terhadap visi misi RSPI- kasih dan ramah,
baik bagi dengan petugas mengetahui Berkoordinasi dengan petugas SS yaitu professional yaitu bekerja
keluarga IPID IPID menyelenggarakan sesuai dengan
pasien Menyerahkan file Petugas IPID AKUNTABILITAS penguasaan kelimuan dan
pengelolaan penyakit
maupun bagi jingle tersebut mendapat file Sesuai dengan nilai atau keahlian dalam
petugas. infeksi termasuk new bidangnya yang
kepada petugas jingle akuntabilitas semangat,
IPID emerging, re-emerging berindikasi profesi serta
tanggung jawab
34
Petugas IPID Diputarkannya NASIONALISME dan tropical medicine memegang teguh etika
memutar jingle jingle cuci ASN sebagai pelayan publik secara paripurna dan profesi, dan inovatif yaitu
setiap empat jam tangan memberikan kemudahan profesional berbasis selalu berusaha mencari
via speaker serta membuat terobosan
dalam pelayanan. quality dan safety.
baru dalam pekerjaan
KOMITMEN MUTU Dengan semangat
Membuat inovasi sehingga nawacita ke 5 yaitu
keluarga pasien dan petugas meningkatkan kualitas
hidup.
ingat
ANTI KORUPSI
Sesuai nilai anti korupsi
tanggung jawab dan disiplin
6. Melakukan Meminta izin Izin dari atasan ETIKA PUBLIK Melakukan survey Berkontibusi terhadap
survey atasan untuk Meminta izin dengan ramah, pengetahuan keluarga nilai ramah yaitu
pengetahuan survey sopan dan santun pasien tentang cuci tangan sikap & tutur kata manis
dan perilaku WOG berkontribusi terhadap visi dengan berpandangan
keluarga Berkoordinasi dengan atasan misi RSPI-SS yaitu untuk positif serta berbudi
pasien tentang untuk melakukan survey menyelenggarakan kajian, bahasa menarik, santun
cuci tangan Membuat lembar Lembar AKUNTABILITAS penelitian sesuai dengan yaitu memberikan
kuesioner kuesioner Membuat dengan cermat, standar ilmiah, etik, pelayanan dengan penuh
penuh tanggung jawab dan berbasis bukti dan nilai kasih dan ramah,
professional untuk pengembangan, professional yaitu bekerja
ETIKA PUBLIK pencegahan dan sesuai dengan
Membuat kuesioner dengan penanggulangan penyakit penguasaan kelimuan dan
bahasa yang mudah di infeksi termasuk new atau keahlian dalam
mengerti emerging, re-emerging, bidangnya yang
KOMITMEN MUTU dan tropical medicine. berindikasi profesi serta
Membuat lembar kuesioner memegang teguh etika
berdasarkan tinjauan pustaka profesi, dan inovatif yaitu
ANTI KORUPSI selalu berusaha mencari
35
Sesuai dengan nilai anti serta membuat terobosan
korupsi yaitu kerja keras dan baru dalam pekerjaan
disiplin
Menjelaskan Keluarga ETIKA PUBLIK
kepada keluarga mengerti Menjelaskan dengan sopan
pasien cara dan bahasa yang mudah
pengisian dimengerti
Membagikan Data keluarga NASIONALISME
kuesioner kepada pasien Membagikan tidak
keluarga pasien memandang status keluarga
pasien
Mengumpulkan Kuesioner AKUNTABILITAS
kuesioner yang yang sudah Mengumpulkan kuesioner
sudah diisi terisi dengan nilai akuntabilitas
semangat, konsisten dan
bertanggung jawab
Menghitung hasil Data jawaban AKUNTABILITAS
kuesioner kuesioner Transparan dan cermat dalam
menghitung hasil kuesioner
ETIKA PUBLIK
Menghitung hasil kuesioner
secara teliti sehingga bisa
memberikan informasi yang
benar sesuai dgn kode etik
Menganalisis hasil Analisis data AKUNTABILITAS
survey Menganalisis dengan cermat
dan transparan.
NASIONALISME
Menganalisis hasil survey
dengan obyektif, jujur dan
36
transparan sesauai dengan
fungsi ASN sebagai perekat
dan pemersatu bangsa.
ANTI KORUPSI
Menganalisis dengan sikap
jujur dan penuh tanggung
jawab
KOMITMEN MUTU
Mengambil kesimpulan hasil
survey untuk melihat
efektifitas kegiatan
MANAJEMEN ASN
Menganalisis hasil survey
dengan profesional, bebas dari
intervensi politik
Mengambil Kesimpulan MANAJEMEN ASN
kesimpulan dari survey Mengambil kesimpulan
hasil survey dengan profesional, bebas dari
intervensi politik
37
Kegiatan aktualisasi ini akan dilaksanakan di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso mulai
tanggal 10 Juni sampai dengan 18 September 2018 dengan difasilitasi oleh mentor dari
RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso yaitu Dr. H. I Gede Resmino Tyasto dan pembimbing dari
38
BAB IV
Kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi ASN dilaksanakan di RSPI Prof. Dr.
Sulianti Saroso. Periode pelaksanaan aktualisasi dilakukan pada bulan Juni-September
2018. Kegiatan yang dilakukan selama periode aktualisasi dan habituasi terlaksana 6
kegiatan. Dalam laporan ini bukti pendukung dilampirkan untuk menunjukkan bahwa
rancangan aktualisasi sudah dilakukan.
Tabel 4.1 Realisasi kegiatan aktualisasi
KEGIATAN 1
Nama Kegiatan Memberikan edukasi kepada keluarga pasien dengan peragaan saat
memberikan informasi tentang penyakit pasien.
39
tangan yang benar.
4. Meminta keluarga pasien untuk cuci tangan yang benar.
Pasca Kegiatan:
Menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan dimengerti
oleh keluarga pasien.
Pembahasan :
Memberikan edukasi kepada keluarga pasien dengan peragaan saat memberikan
informasi tentang penyakit pasien, yang dilaksanakan di ruangan rawat inap sehingga sebelum
melakukan kegiatan maka kita meminta izin terlebih dahulu kepada kepala instalasi ruang rawat
inap.
Setelah meminta izin kegiatan edukasi dimulai dengan tahapan memperkenalkan diri
untuk memberikan edukasi cuci tangan kepada keluarga pasien, maka kita harus
memperkenalkan diri dengan sikap yang ramah, sopan dan santun kepada keluarga pasien (etika
publik), tanpa membeda-bedakan latar belakang keluarga pasien (nasionalisme).
Kemudian kita menerangkan kepada keluarga pasien tentang pentingnya cuci tangan.
Setiap keluarga pasien harus mendapatkan informasi tentang pentingnya cuci tangan yang
benar dan sesuai pedoman WHO (akuntabilitas). Dimulai dari bagaimana cara cuci tangan 6
langkah, 5 momen cuci tangan, dan prinsip dasar cuci tangan 6 langkah. Kita menerangkan
dengan bahasa yang sopan, santun dan mudah dimengerti (etika publik).
Kemudian kita memperagakan secara singkat kepada keluarga pasien cara cuci tangan
yang benar secara terperinci, sistematis dan profesional (pelayanan publik), sehingga edukasi
lebih inovatif dan efektif (komitmen mutu). Kita kemudian meminta pasien memperagakan cara
cuci tangan yang benar sehingga efektifitas edukasi dapat tercapai.
Analisa Dampak
POSITIF
Dengan diadakannya kegiatan edukasi pada keluarga pasien tentang pentingnya cuci
tangan, maka diharapkan keluarga pasien bisa mendapat pengetauan tentang cuci tangan yang
benar dan bisa mempraktekkannya saat merawat pasien maupun untuk kehidupan sehari-hari.
Dengan menerapkan nilai ANEKA maka keluarga pasien mendapatkan informasi tentang cuci
tangan yang sesuai standar WHO, dan merasa nyaman serta lebih memahami maksud dari
edukasi karena kita sudah membangun hubungan yang baik.
NEGATIF
Bila tidak dilakukan kegiatan edukasi pada keluarga pasien tentang pentingnya cuci
tangan, maka keluarga pasien tidak mengetahui cara melakukan cuci tangan dengan benar, hal
40
ini bisa meningkatkan resiko penularan penyakit dari keluarga ke pasien maupun sebaliknya.
Jika tidak menerapkan nilai ANEKA maka edukasi yang disampaikan bisa saja tidak reliable
atau bahkan menyesatkan dan membingungkan. Hal ini akan membuat informasi yang salah
menyebar. Selain itu, apabila proses edukasi dilakukan tanpa menerapkan nilai ANEKA, maka
dikhawatirkan tujuan sosialisasi tidak tercapai, karena hubungan yang baik dengan keluarga
pasien tidak terjalin.
Kontribusi terhadap Visi Misi Organisasi
Memberikan edukasi kepada keluarga pasien dengan peragaan saat memberikan
informasi tentang penyakit pasien berkontribusi terhadap visi misi RSPI-SS yaitu
menyelenggarakan pengelolaan penyakit infeksi termasuk new emerging, re-emerging dan
tropical medicine secara paripurna dan profesional berbasis quality dan safety. Dengan semangat
nawacita ke 5 yaitu meningkatkan kualitas hidup.
Penguatan Nilai-nilai Organisasi
Dengan memberikan edukasi kepada kelarga pasien dengan peragaan saat memberikan
informasi tentang penyakit pasien yang memperhatikan nilai ANEKA akan memperkuat nilai
organisasi terhadap nilai ramah yaitu sikap & tutur kata manis dengan berpandangan positif serta
berbudi bahasa menarik, santun yaitu memberikan pelayanan dengan penuh kasih dan ramah,
professional yaitu bekerja sesuai dengan penguasaan kelimuan dan atau keahlian dalam
bidangnya yang berindikasi profesi serta memegang teguh etika profesi, dan inovatif yaitu selalu
berusaha mencari serta membuat terobosan baru dalam pekerjaan.
Daftar Lampiran
- Surat izin kepala instalasi ruang rawat inap
- Materi edukasi
- Data absensi edukasi
- Dokumentasi kegiatan
KEGIATAN 2
41
Pasca Kegiatan:
Memastikan lembar edukasi hand hygiene terisi.
Pembahasan :
Mengingatkan kembali kepada perawat tentang pentingnya cuci tangan bagi keluarga
pasien yang dilaksanakan di ruangan rawat inap sehingga sebelum melakukan kegiatan maka
kita meminta izin terlebih dahulu kepada kepala instalasi ruang rawat inap. Meminta izin dengan
dengan sikap yang ramah, sopan dan santun (etika publik) dan berkoordinasi dengan kepala
instalasi ruang rawat inap (WOG).
Setelah meminta izin kegiatan dilakukan di setiap ruangan rawat inap dengan
menjelaskan kepada perawat tujuan sosialisasi tentang pentingnya cuci tangan bagi keluarga
pasien (akuntabilitas transparansi), menjelaskan dengan sikap yang ramah, sopan dan santun
(etika publik)
Kemudian kita mengingatkan kepada perawat tentang pentingnya cuci tangan bagi
keluarga pasien, agar efektifitas pengendalian infeksi tercapai (komitmen mutu). Setiap keluarga
pasien harus mendapatkan informasi tentang pentingnya cuci tangan yang benar dan sesuai
pedoman WHO (akuntabilitas). Dimulai dari bagaimana cara cuci tangan 6 langkah, 5 momen
cuci tangan, dan prinsip dasar cuci tangan 6 langkah. Kita mengingatkan dengan bahasa yang
sopan, santun dan mudah dimengerti (etika publik). Dengan mengingatkan kepada perawat maka
diharapkan perawat sebagai pelayan publik professional dalam menjalanan tugasnya di ruang
rawat inap (nasionalisme).
Analisa Dampak
POSITIF
Dengan diadakannya kegiatan mengingatkan kembali kepada perawat tentang
pentingnya cuci tangan bagi keluarga pasien, maka diharapkan perawat bisa mengeduksi
keluarga pasien saat pasien masuk ruang rawat inap sehingga bisa mendapat pengetauan tentang
cuci tangan yang benar dan bisa mempraktekkannya saat merawat pasien maupun untuk
kehidupan sehari-hari. Diharapkan dengan hal ini maka efektifitas pengendalian infeksi dapat
tercapai.
NEGATIF
Bila tidak dilakukan kegiatan mengingatkan kembali kepada perawat tentang
pentingnya cuci tangan bagi keluarga pasien, maka keluarga pasien tidak mengetahui cara
melakukan cuci tangan dengan benar, hal ini bisa meningkatkan resiko penularan penyakit dari
keluarga ke pasien maupun sebaliknya. Jika tidak menerapkan nilai ANEKA maka edukasi yang
42
disampaikan bisa saja tidak reliable atau bahkan menyesatkan dan membingungkan. Hal ini akan
membuat informasi yang salah menyebar. Selain itu, apabila proses edukasi dilakukan tanpa
menerapkan nilai ANEKA, maka dikhawatirkan tujuan sosialisasi tidak tercapai, karena
hubungan yang baik dengan perawat tidak terjalin.
Kontribusi terhadap Visi Misi Organisasi
Mengingatkan kembali kepada perawat tentang pentingnya cuci tangan bagi keluarga
pasien berkontribusi terhadap visi misi RSPI-SS yaitu menyelenggarakan pengelolaan penyakit
infeksi termasuk new emerging, re-emerging dan tropical medicine secara paripurna dan
profesional berbasis quality dan safety. Dengan semangat nawacita ke 5 yaitu meningkatkan
kualitas hidup.
Penguatan Nilai-nilai Organisasi
Dengan mengingatkan kembali kepada perawat tentang pentingnya cuci tangan bagi
keluarga pasien yang memperhatikan nilai ANEKA akan memperkuat nilai organisasi terhadap
nilai ramah yaitu sikap & tutur kata manis dengan berpandangan positif serta berbudi bahasa
menarik, santun yaitu memberikan pelayanan dengan penuh kasih dan ramah, professional yaitu
bekerja sesuai dengan penguasaan kelimuan dan atau keahlian dalam bidangnya yang
berindikasi profesi serta memegang teguh etika profesi, dan inovatif yaitu selalu berusaha
mencari serta membuat terobosan baru dalam pekerjaan.
Daftar Lampiran
- Surat izin kepala instalasi ruang rawat inap
- Materi edukasi
- Data absensi
- Dokumentasi kegiatan
- Lembar edukasi hand hygiene terisi
KEGIATAN 3
43
Pembahasan :
Melaksanakan pelayanan medis di rawat inap dimulai dengan visit datang ke ruang
rawat pasien (Manajemen ASN). Saat bertemu pasien dan keluarga ke dalam ruang rawat maka
kita harus menyapa pasien dan keluarga, memberi salam dan senyum kepada pasien tanpa
membeda-bedakan latar belakang pasien (nasionalisme).
Setiap pasien harus diidentifikasi sebelum melakukan tindakan medis dengan
menanyakan data pasien yaitu nama lengkap dan tanggal lahir sesuai standar internasional
(komitmen mutu). Kita kemudian memperkenalkan diri pada pasien dan menjelaskan rencana
pemeriksaan yang akan dilakukan (etika publik). Kemudian kita menanyakan keluhan dan
riwayat penyakit pasien secara terperinci, sistematis dan profesional (komitmen mutu) dengan
tetap menjaga kebebasan dan privasi pasien dalam memberikan informasi (etika publik). Fisik
pasien diperiksa dengan teliti dan sistematis sesuai kaidah keilmuan (komitmen mutu) dengan
terlebih dahulu meminta ijin kepada pasien.
Kemudian kita menuliskan semua hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik kita di rekam
medis secara jelas dan terperinci sesuai standar format penulisan rekam medis (komitmen mutu).
Memastikan bahwa instruksi dari DPJP terlaksana dan melaporan bila ada keluhan pasien yang
memerlukan pendapat dari DPJP. Membuatkan resep obat yang dibutukan pasien rawat inap
sesuai dengan instruksi DPJP dengan cermat dan teliti (akuntabilitas). Serta sesuai standar
penulisan resep yang ada (komitmen mutu) agar bagian farmasi dapat mudah membacanya.
Analisa Dampak
POSITIF
Dengan diadakannya kegiatan pelayanan medis rawat inap, maka pasien bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan di ruang rawat inap maksimal. Kita akan mengetahui
perkembangan terbaru pasien saat berada di ruang rawat inap dan memastikan bahwa instruksi
DPJP berjalan dengan baik. Pasien dan keluarga pasien juga akan merasa puas dengan pelayanan
kesehatan yang ramah, sopan, santun dan profesional.
NEGATIF
Bila tidak dilakukan kegiatan pelayanan medis rawat inap, maka kita tidak bisa
mengetahui perkembangan kondisi pasien selama di ruang rawat inap dan tidak bisa memastikan
apakah instruksi DPJP terlaksana.
Kontribusi terhadap Visi Misi Organisasi
Melakukan pelayanan medis rawat inap berkontribusi terhadap visi misi RSPI-SS yaitu
menyelenggarakan pengelolaan penyakit infeksi termasuk new emerging, re-emerging dan
44
tropical medicine secara paripurna dan profesional berbasis quality dan safety. Dengan semangat
nawacita ke 5 yaitu meningkatkan kualitas hidup.
Penguatan Nilai-nilai Organisasi
Dengan melakukan pelayanan medis rawat inap yang memperhatikan nilai ANEKA
akan memperkuat nilai organisasi terhadap nilai ramah yaitu sikap & tutur kata manis dengan
berpandangan positif serta berbudi bahasa menarik, santun yaitu memberikan pelayanan dengan
penuh kasih dan ramah, professional yaitu bekerja sesuai dengan penguasaan kelimuan dan atau
keahlian dalam bidangnya yang berindikasi profesi serta memegang teguh etika profesi, dan
inovatif yaitu selalu berusaha mencari serta membuat terobosan baru dalam pekerjaan.
Daftar Lampiran
- Rekam medis terisi lengkap
- Resep pasien rawat inap
- Dokumentasi kegiatan
KEGIATAN 4
45
efisien (komitmen mutu) sesuai fungsinya yaitu mengingatkan perawat untuk edukasi cuci
tangan kepada keluarga pasien.
Analisa Dampak
POSITIF
Dengan diadakannya kegiatan menempelkan lembar pengingat di meja nurse station
untuk petugas kesehatan tentang pentingnya cuci tangan bagi keluarga pasien, maka diharapkan
perawat bisa terus ingat untuk mengeduksi keluarga pasien saat pasien masuk ruang rawat inap
sehingga bisa mendapat pengetauan tentang cuci tangan yang benar dan bisa mempraktekkannya
saat merawat pasien maupun untuk kehidupan sehari-hari. Diharapkan dengan hal ini maka
efektifitas pengendalian infeksi dapat tercapai.
NEGATIF
Bila tidak dilakukan kegiatan menempelkan lembar pengingat di meja nurse station
untuk petugas kesehatan tentang pentingnya cuci tangan bagi keluarga pasien, maka
kemungkinan perawat lupa memberikan edukasi cuci tangan kepada pasien semakin besar.
Sehingga keluarga pasien tidak mengetahui cara melakukan cuci tangan dengan benar, hal ini
bisa meningkatkan resiko penularan penyakit dari keluarga ke pasien maupun sebaliknya.
Kontribusi terhadap Visi Misi Organisasi
Menempelkan lembar pengingat di meja nurse station untuk petugas kesehatan
berkontribusi terhadap visi misi RSPI-SS yaitu menyelenggarakan pengelolaan penyakit infeksi
termasuk new emerging, re-emerging dan tropical medicine secara paripurna dan profesional
berbasis quality dan safety. Dengan semangat nawacita ke 5 yaitu meningkatkan kualitas hidup.
Penguatan Nilai-nilai Organisasi
Dengan menempelkan lembar pengingat di meja nurse station untuk petugas kesehatan
yang memperhatikan nilai ANEKA akan memperkuat nilai organisasi terhadap nilai ramah yaitu
sikap & tutur kata manis dengan berpandangan positif serta berbudi bahasa menarik, santun
yaitu memberikan pelayanan dengan penuh kasih dan ramah, professional yaitu bekerja sesuai
dengan penguasaan kelimuan dan atau keahlian dalam bidangnya yang berindikasi profesi serta
memegang teguh etika profesi, dan inovatif yaitu selalu berusaha mencari serta membuat
terobosan baru dalam pekerjaan.
Daftar Lampiran
- Surat izin kepala instalasi ruang rawat inap
- Lembar pengingat
- Dokumentasi kegiatan
46
KEGIATAN 5
Nama Kegiatan Mengadakan voice reminder via speaker setiap empat jam untuk
mengingatkan pentingnya cuci tangan baik bagi keluarga pasien
maupun bagi petugas.
Tanggal 1 Agustus – 17 September 2018
Pembahasan :
Mengadakan voice reminder via speaker setiap empat jam untuk mengingatkan
pentingnya cuci tangan baik bagi keluarga pasien maupun bagi petugas. Sebelum melakukan
kegiatan maka kita meminta izin terlebih dahulu kepada pimpinan yaitu direktur bidang medik
dan keperawatan. Meminta izin dengan dengan sikap yang ramah, sopan dan santun (etika
publik).
Setelah mendapatkan izin maka selanjutnya mengunduh jingle cuci tangan yang sesuai
dengan WHO (komitmen mutu). Memilih file jingle dengan cermat, penuh tanggung jawab dan
professional (akuntabilitas) sehingga menarik dan mudah dimengerti oleh keluarga pasien
maupun petugas kesehatan (nasionalisme).
Meminta pendapat ke kepala bagian PPI tentang jingle cuci tangan yang akan diputarkan
(WOG). Kepala bagian PPI meminta untuk mengedit beberapa kata yang ada sehingga jingle
cuci tangan diedit terlebih dahulu dan direkam kembali. Setelah mendapat persetujuan dari
kepala bagian PPI selanjutnya dilakukan koordinasi dengan bagian informasi dan pemasaran
untuk rencana pemutaran di speaker rumah sakit setiap empat jam sekali.
Kita memberikan cd yang berisi file jingle cuci tangan ke bagian informasi dan
pemasaran yang selanjutnya diberikan kepada petugas di ruangan operator untuk memutarkan
jingle cuci tangan setiap empat jam sekali, yaitu pada jam 08.00, 12.00, dan 16.00 WIB setiap
hari kerja.
Analisa Dampak
POSITIF
Dengan diadakannya kegiatan voice reminder via speaker setiap empat jam untuk
47
mengingatkan pentingnya cuci tangan baik bagi keluarga pasien maupun bagi petugas, maka
diharapkan keluarga pasien dan petugas kesehatan mendapat pengetauan dan mengingat tentang
cara cuci tangan yang benar.
NEGATIF
Bila tidak dilakukan kegiatan voice reminder via speaker setiap empat jam untuk
mengingatkan pentingnya cuci tangan baik bagi keluarga pasien maupun bagi petugas, maka
kemungkinan keluarga pasien dan petugas lupa tentang cara melakukan cuci tangan dengan
benar menjadi lebih besar, hal ini bisa meningkatkan resiko penularan penyakit dari keluarga ke
pasien maupun sebaliknya.
Kontribusi terhadap Visi Misi Organisasi
Mengadakan voice reminder via speaker setiap empat jam untuk mengingatkan
pentingnya cuci tangan baik bagi keluarga pasien maupun bagi petugas berkontribusi terhadap
visi misi RSPI-SS yaitu menyelenggarakan pengelolaan penyakit infeksi termasuk new
emerging, re-emerging dan tropical medicine secara paripurna dan profesional berbasis quality
dan safety. Dengan semangat nawacita ke 5 yaitu meningkatkan kualitas hidup.
Penguatan Nilai-nilai Organisasi
Dengan mengadakan voice reminder via speaker setiap empat jam untuk mengingatkan
pentingnya cuci tangan baik bagi keluarga pasien maupun bagi petugas yang memperhatikan
nilai ANEKA akan memperkuat nilai organisasi terhadap nilai ramah yaitu sikap & tutur kata
manis dengan berpandangan positif serta berbudi bahasa menarik, santun yaitu memberikan
pelayanan dengan penuh kasih dan ramah, professional yaitu bekerja sesuai dengan penguasaan
kelimuan dan atau keahlian dalam bidangnya yang berindikasi profesi serta memegang teguh
etika profesi, dan inovatif yaitu selalu berusaha mencari serta membuat terobosan baru dalam
pekerjaan.
Daftar Lampiran
- Surat izin kepada pimpinan
- File jingle cuci tangan
- Dokumentasi kegiatan
KEGIATAN 6
48
Tahapan Kegiatan 1. Meminta izin atasan untuk survey.
2. Membuat lembar kuesioner.
3. Menjelaskan kepada keluarga pasien cara pengisian.
4. Membagikan kuesioner kepada keluarga pasien.
5. Mengumpulkan kuesioner yang sudah diisi.
6. Menghitung hasil kuesioner.
7. Menganalisis hasil survey.
8. Mengambil kesimpulan dari hasil survey.
Pembahasan :
Melakukan survey pengetahuan dan perilaku keluarga pasien tentang cuci tangan
sebelum melakukan kegiatan maka kita meminta izin terlebih dahulu kepada pimpinan yaitu
kepala instalasi rawat inap. Meminta izin dengan dengan sikap yang ramah, sopan dan santun
(etika publik).
Setelah mendapatkan izin maka selanjutnya membuat lembar kuesioner. Membuat
dengan cermat, penuh tanggung jawab dan professional (akuntabilitas) dengan bahasa yang
mudah dimengerti oleh keluarga pasien (etika publik) dan sesuai dengan tinjauan pustaka
(komitmen mutu).
Lembar kuesioner yang sudah jadi lalu berikan kepada keluarga pasien dengan
sebelumnya menjelaskan terlebih dahulu cara pengisian kuesioner. Kuesioner dibagikan dalam
waktu 1 minggu pada keluarga inti pasien yang di ruang rawat inap RSPI Prof. Dr. Sulianti
Saroso yang mau berpartisipasi dengan menggunakaan teknik accidental sampling. Selama 1
minggu didapatkan 20 orang keluarga yang mau berpartisipasi.
Transparan dan cermat dalam menghitung hasil kuesioner (akuntabilitas). Menganalisis
hasil survey dengan obyektif, jujur, dan penuh tanggung jawab (anti korupsi) sesuai dengan
fungsi ASN sebagai perekat dan pemersatu bangsa (nasionalisme). Kemudian mengambil
kesimpulan dengan profesional, bebas dari intervensi politik (manajemen ASN).
Analisa Dampak
POSITIF
Dengan diadakannya survey pengetahuan dan perilaku keluarga pasien tentang cuci
tangan, maka diharapkan kita bisa mengetahui bagaimana pengetahuan dan perilaku cuci tangan
pada keluarga pasien. Hal ini bisa dijadikan data awal untuk melakukan perbaikan dalam
program pengendalian penyakit infeksi yang ada di rumah sakit.
NEGATIF
Apabila nilai komitmen mutu tidak diterapkan dalam kegiatan ini maka akan pesan
49
yang ingin disampaikan tidak akan sampai. Apabila etika publik tidak diaktualisasikan, maka
akan mudah terjadi kesalahpahaman sehingga survey tidak berjalan dengan baik. Penting pula
adanya akuntabilitas dalam menghitung hasil kuesioner teliti sehingga bisa memberikan
informasi yang benar.
Kontribusi terhadap Visi Misi Organisasi
Melakukan survey pengetahuan dan perilaku keluarga pasien tentang cuci tangan
berkontribusi terhadap visi misi RSPI-SS yaitu untuk menyelenggarakan kajian, penelitian
sesuai dengan standar ilmiah, etik, berbasis bukti dan nilai untuk pengembangan, pencegahan
dan penanggulangan penyakit infeksi termasuk new emerging, re-emerging, dan tropical
medicine.
Penguatan Nilai-nilai Organisasi
Dengan melakukan survey pengetahuan dan perilaku keluarga pasien tentang cuci
tangan yang memperhatikan nilai ANEKA akan memperkuat nilai organisasi terhadap nilai
ramah yaitu sikap & tutur kata manis dengan berpandangan positif serta berbudi bahasa menarik,
santun yaitu memberikan pelayanan dengan penuh kasih dan ramah, professional yaitu bekerja
sesuai dengan penguasaan kelimuan dan atau keahlian dalam bidangnya yang berindikasi profesi
serta memegang teguh etika profesi, dan inovatif yaitu selalu berusaha mencari serta membuat
terobosan baru dalam pekerjaan.
Daftar Lampiran
- Surat izin kepala ruang rawat inap
- Lembar kuesioner
- Dokumentasi kegiatan
- Hasil analisis
50
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Tingkat kepatuhan cuci tangan keluarga pasien di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso
belum dipantau secara rutin, mengingat tingkat kepatuhan cuci tangan merupakan
salah satu indikator pengendalian penyakit infeksi yang baik di RS, sehingga
peserta mengambil tema “Meningkatkan Kepatuhan Cuci Tangan Keluarga Pasien
RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso” sebagai isu yang akan diangkat dan direncanakan
kegiatan aktualisasinya.
2. Terdapat beberapa kegiatan yang direncanakan dalam aktualisasi peserta yang
dilaksanakan mulai 10 Juni – 18 September 2018, antara lain memberikan edukasi
kepada keluarga pasien dengan peragaan saat memberikan informasi tentang
penyakit pasien, mengingatkan kembali kepada perawat tentang pentingnya cuci
tangan bagi keluarga pasien, melakukan pelayanan medis rawat inap,
menempelkan pengingat di meja nurse station untuk petugas kesehatan,
mengadakan voice reminder via speaker setiap empat jam untuk mengingatkan
pentingnya cuci tangan baik bagi keluarga pasien maupun bagi petugas dan
melakukan survey pengetahuan dan perilaku keluarga pasien tentang cuci tangan.
3. Dengan melakukan aktualisasi ini, peserta dapat mengaplikasikan nilai-nilai dasar
ASN dengan baik pada saat bekerja dan menjalankan kegiatan di RS, sehingga
hasil kegiatan lebih optimal dan profesional, serta tingkat kepatuhan cuci tangan
keluarga pasien di RS dapat meningkat.
4. Atasan, rekan sejawat, rekan kerja, serta seluruh pihak yang berinteraksi dengan
peserta juga dapat merasakan manfaatnya, baik secara individual yaitu reminder
untuk pentingnya cuci tangan, maupun pada tingkat organisasi, yaitu kualitas
SDM dan RS yang dapat terjaga dengan baik.
5.2. Saran
Berdasarkan proses pembelajaran dari awal mengikuti Pelatihan Dasar CPNS
Golongan III Angkatan V tahun 2018 hingga penyusunan laporan akhir ini, diberikan
beberapa rekomendasi sebagai berikut:
51
a. Bagi penulis
Kegiatan aktualisasi ini sangat penting sebagai salah satu upaya pembentukan
karakter ASN yang terwujud dalam sikap sehari-hari sesuai nilai ANEKA pada
penulis. Selain itu, kegiatan aktualisasi hand hygiene ini juga menjadi reminder
bagi peserta agar selalu menjaga kebersihan tangan baik saat melakukan pekerjaan
ataupun saat melaksanakan aktivitas sehari-hari di RS.
52
DAFTAR PUSTAKA
53
LAMPIRAN
KEGIATAN 1
54
Materi Edukasi
55
Data Absensi Edukasi
56
57
Dokumentasi Kegiatan
58
KEGIATAN 2
59
Materi Edukasi
60
Data Absensi
61
62
Dokumentasi Kegiatan
63
Lembar Edukasi Hand Hygiene Terisi
64
65
KEGIATAN 3
66
67
68
69
Resep Pasien Rawat Inap
70
Dokumentasi Kegiatan
71
KEGIATAN 4
72
Lembar pengingat
73
Dokumentasi kegiatan
74
KEGIATAN 5
75
File Jingle Cuci Tangan
76
Dokumentasi Kegiatan
77
KEGIATAN 6
78
Lembar Kuesioner
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Hubungan dengan Pasien :
PENGETAHUAN
1. Ada berapa langkah cuci tangan menurut WHO?
a. 5 langkah
b. 6 langkah
c. 7 langkah
2. Langkah cuci tangan yang benar di bawah ini, kecuali?
a. Gosok kedua telapak tangan
b. Gosok dan putar jempol kedua tangan
c. Gosok pergelangan tangan
3. Apa langkah cuci tangan yang terakhir?
a. Gosok sela-sela jari
b. Gosok kedua ujung-ujung jari
c. Gosok kedua punggung tangan
4. Mencuci tangan bisa menggunakan?
a. Semua benar
b. Air dan sabun
c. Handrub
5. Jika tangan terlihat kotor, sebaiknya mencuci tangan dengan?
a. Air dan sabun
b. Handrub
c. Semua benar
6. Berikut waktu untuk melakukan cuci tangan?
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Setelah kontak dengan lingkungan pasien
c. Semua benar
7. Berapa lama waktu untuk cuci tangan yang benar dengan air dan sabun?
a. 20-30 detik
b. 30-40 detik
c. 40-60 detik
8. Berapa lama waktu untuk cuci tangan yang benar dengan handrub?
a. 20-30 detik
b. 30-40 detik
c. 40-60 detik
79
9. Apa tujuan mencuci tangan yang paling tepat?
a. Untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah
kuman sementara
b. Membersihkan tangan dari virus dan bakteri yang mengancam.
c. Menghindarkan tangan dari segala jenis kuman.
10. Bahan apa yang bisa digunakan untuk mengeringkan tangan setelah cuci tangan?
a. Handuk sekali pakai
b. Tissue
c. Semua benar
PERILAKU
No Pertanyaan Tidak Kadang- Selalu
Pernah kadang
1 Apakah Anda mencuci tangan sebelum kontak dengan
pasien?
2 Apakah Anda mencuci tangan setelah kontak dengan
pasien?
3 Apakah Anda mencuci tangan sebelum pulang ke
rumah?
4 Apakah Anda mencuci tangan setelah terkena cairan
tubuh pasien?
5 Apakah Anda mencuci tangan 6 langkah?
6 Apakah Anda mencuci tangan dengan air dan sabun/
handrub yg disediakan?
80
Dokumentasi Kegiatan
81
Hasil Analisis
82
Tabel 5.5 Distribusi perilaku cuci tangan sebelum kontak dengan pasien pada keluarga
pasien rawat inap
Perilaku Jumlah Presentase
Tidak pernah 10 45 %
Kadang-kadang 9 50 %
Selalu 1 15 %
Total 20 100%
Tabel 5.6 Distribusi perilaku cuci tangan setelah kontak dengan pasien pada keluarga
pasien rawat inap
Perilaku Jumlah Presentase
Tidak pernah 5 25 %
Kadang-kadang 10 50 %
Selalu 5 25 %
Total 20 100%
Tabel 5.7 Distribusi perilaku cuci tangan sebelum pulang ke rumah pada keluarga pasien
rawat inap
Perilaku Jumlah Presentase
Tidak pernah 11 55 %
Kadang-kadang 9 45 %
Selalu 0 0%
Total 20 100%
Tabel 5.8 Distribusi perilaku cuci tangan setelah terkena cairan tubuh pasien pada
keluarga pasien rawat inap
Perilaku Jumlah Presentase
Tidak pernah 0 0%
Kadang-kadang 7 35 %
Selalu 13 65 %
Total 20 100%
Tabel 5.9 Distribusi perilaku cuci tangan 6 langkah pada keluarga pasien rawat inap
Perilaku Jumlah Presentase
Tidak pernah 8 40 %
Kadang-kadang 10 50 %
Selalu 2 10 %
Total 20 100%
Tabel 5.9 Distribusi perilaku cuci tangan dengan air dan sabun/ handrub yang disediakan
pada keluarga pasien rawat inap
Perilaku Jumlah Presentase
Tidak pernah 0 0%
Kadang-kadang 8 40 %
Selalu 12 60 %
Total 20 100%
83
Gambar 5.1 Distribusi alasan keluarga pasien tidak cuci tangan
Kesimpulan Survey
Dari 20 keluarga pasien yang mau berpartisipasi dalam pengisian kuesioner,
didapatkan tingkat pengetahuan yang tinggi tentang cuci tangan sebanyak 7 orang (35%),
sedang 10 orang (50%) dan rendah 3 orang (15%). Hal ini menggambarkan bahwa rata-
rata keluarga pasien sudah mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang cuci tangan.
Untuk perilaku cuci tangan sebelum kontak dengan pasien didapatkan keluarga
yang tidak pernah 10 orang (45%), kadang-kadang 9 orang (50%), selalu 1 orang (15%).
Untuk perilaku cuci tangan sebelum pulang ke rumah didapatkan keluarga yang tidak
pernah 11 orang (55%), kadang-kadang 9 orang (45%), selalu 0 orang. Untuk perilaku
cuci tangan setelah kontak dengan pasien didapatkan keluarga yang tidak pernah 5 orang
(25%), kadang-kadang 10 orang (50%), selalu 5 orang (25%). Untuk perilaku cuci tangan
setelah terkena cairan tubuh pasien didapatkan keluarga yang tidak pernah 0 orang,
kadang-kadang 7 orang (35%), selalu 13 orang (65%). Hal ini menggambarkan bahwa
keluarga pasien paling sering melakukan cuci tangan setelah terkena cairan tubuh pasien.
Untuk perilaku cuci tangan cuci tangan 6 langkah didapatkan keluarga yang tidak
pernah 8 orang (40%), kadang-kadang 10 orang (50%), selalu 2 orang (10%). Untuk
perilaku cuci tangan dengan air dan sabun/ handrub yang disediakan didapatkan keluarga
yang tidak pernah 0 orang, kadang-kadang 8 orang (40%), selalu 12 orang (60%). Hal ini
menggambarkan bahwa keluarga pasien yang melakukan cuci tangan 6 langkah sudah
lebih dari banyak dan sarana yang disediakan RS sudah digunakan oleh keluarga pasien.
Dari hasil analisis kuesioner didapatkan bahwa alasan keluarga pasien tidak
melakukan cuci tangan karena lupa sebanyak 12 orang (60%), tidak tau cara cuci tangan
yang benar sebanyak 3 orang (15%), dan tidak tau kapan harus cuci tangan sebanyak 5
orang (25%). Hal ini menunjukan bahwa alasan keluarga pasien tidak cuci tangan yang
terbanyak adalah karena lupa tetapi mereka tau cara cuci tangan yang benar.
84