GENERASI PENERUS: Sejumlah siswa SMP Kota Pasuruan pulang dari sekolah. Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan berencana membuat kurikulum pendidikan agama. (Mokhamad Zubaidillah/Jawa Pos Radar
Bromo)
Pasuruan (wartabromo) – Untuk menjaga kerukunan dan persatuan umat beragama paska
tragedi Tolikara, Bupati Pasuruan beserta seluruh unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah
(Forkopimda) dan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Pasuruan menandatangani
Surat Pernyataan Bersama, di Pendopo Nyaweji Ngesti Wenganing Gusti Pemkab Pasuruan, Jumat
(24/7/2015).
Penandatanganan tersebut dilakukan langsung oleh Bupati Pasuruan, Irsyad Yusuf dan segenap
unsur Forkopimda Kabupaten Pasuruan, Kepala Kemenag, Barnoto, Ketua MUI, KH Nurul Huda, Ketua
PCNU, KH Sonhaji Abdussomad, Ketua FKUB, Suud Ibrahim, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), Yazid
Manan, serta perwakilan dari tokoh lintas agama diantaranya Iran dari agama Hindu, Susanto dari agama
Budha, dan Yudhi Dharma dari perwakilan agama Konghucu dan perwakilan dari Bamag (Badan
Musyawarah Antar Gereja).
Berikut bunyi pernyataan sikap bersama :
1. Mengutuk dengan keras kasus penyerangan dan pembakaran tempat ibadah umat Islam di
Tolikara Provinsi Papua yang terjadi pada saat perayaan Hari Raya Idul Fitri 1436 H hari Jumat tanggal 17
Juli 2015 pukul 07.10 WIT yang jelas-jelas telah melanggar hukum dan prinsip-prinsip toleransi
beragama.
2. Menolak dengan tegas penggunaan cara-cara kekerasan, radikal dan melanggar perundang-
undangan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan sosial dan keagamaan di masyarakat.
3. Menyerahkan sepenuhnya penyelesaian insiden Tolikara Papua kepada aparat keamanan /
Polri untuk memproses hukum secara adil, tepat dan cepat.
4. Mengajak kepada para Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan seluruh elemen masyarakat agar
menjaga kondusifitas wilayah Kabupaten Pasuruan.
5. Menghimbau kepada semua pihak agar mewaspadai pihak-pihak tertentu yang bermain,
menghasut, mengadu domba antar umat beragama di wilayah Kabupaten Pasuruan.
6. Menghimbau kepada para Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Pimpinan Organisasi
Kemasyarakatan dan Keagamaan agar mengedepankan kerukunan intern dan antar umat beragama dan
menjaga toleransi beragama dalam rangka selalu menjaga keutuhan bangsa Indonesia yang beradab
dan berperikemanusiaan.
Seluruh isi pernyataan sikap tersebut menurut Bupati Iryad, harus disosialisasikan oleh seluruh
pihak, mulai dari Camat, Kapolsek, Danramil, sehingga sampai pada masyarakat di manapun berada.
“Kita dulu pernah terjadi gesekan antar intern agama sendiri, dan itu betul-betil harus dipahami
betapa krusialnya arti sebuah perdamaian. Maka dari itu, saya menghimbau kepada seluruh masyarakat
untuk saling berkomunikasi satu sama lain, karena pada dasarnya damai itu indah,” kata Bupati.
(eml/yog)
Gugah Semangat Pemuda, Polisi dan TNI di Pasuruan Gelar Renungan Hari Lahir
Pancasila
Peristiwa Jumat, 1 Juni 2018 | 12:51 WIB Jurnalis: Redaksi FN
FaktualNews.co/Ilustrasi/
Ilustrasi (net)
PASURUAN, FaktualNews.co – Polres Pasuruan bersama TNI, tokoh lintas agama, ormas
kepemudaan dan ormas keagamaan, menggelar renungan peringatan hari lahirnya Pancasila.
“Kegiatan ini untuk meneguhkan komitmen kita agar kita lebih mendalami, lebih menghayati,
dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar berbangsa dan bernegara. Pancasila harus
kita rawat dan harus tetap dipertahankan dari gangguan orang-orang yang ingin mengganggu dan
mengganti Pancasila sebagai dasar negara kita,” kata Kapolres Pasuruan, AKBP Raydian Kokrosono,
Kamis (31/5/2018) malam.
Malam renungan diikuti oleh seluruh Forkompimda Pasuruan serta sejumlah tokoh masyarakat.
Acara dimulai dengan doa bersama serta menyalakan lilin, sebagai simbol renungan terhadap
lahirnya Pancasila di Indonesia.
Ditambahkan Raydian, kegiatan renungan itu sebagai upaya bertujuan untuk merefleksi
bagaimana saktinya Pancasila itu juga harus dibela hingga titik darah penghabisan.
Dengan melibatkan tokoh pemuda dan ormas di Pasuruan, bertujuan untuk menggugah
semangat para pemuda supaya tidak luntur akan kecintaannya terhadap Pancasila sebagai dasar negara
yang tercinta Indonesia.
Sementara itu, Komandan Kodim 0819 Pasuruan Letkol Inf Mulliadi, menuturkan, bangsa
Indonesia harus senantiasa terus menggelorakan jiwa Pancasila kepada anak cucunya.
“Adanya kegiatan seperti ini membuat kami sangat terharu, karena peran pemuda sangat
penting dalam perkembangan zaman supaya Pancasila tidak akan terlupakan,” ujarnya singkat. (Abdul
Aziz Zubair)
Penganut Paham Kepercayaan di Kota Pasuruan Harus Segera Rubah Kolom Agama
Posted on Sabtu, 27 Oktober 2018 by jawanto arifin
Ilustrasi
Kebun Raya Purwodadi masih menjadi primadona bagi jemaat gereja untuk melakukan kegiatan
ibadah dan keagamaan. Hal ini didukung oleh posisi strategis Kebun Raya Purwodadi yang mudah
dijangkau yaitu di tepi jalan raya yang menghubungkan 3 kota besar Surabaya, Pasuruan dan Malang.
Kemudahan aksesibilitas ini juga ditunjang dengan kondisi lingkungan yang asri dan rindang dengan
koleksi tumbuhan yang ditata rapi serta taman–taman tematik yang cantik menjadikan suasana
keindahan alam di Kebun Raya Purwodadi menjadi daya tarik tersendiri. Tentunya pemandangan alam
seperti ini tidak akan di jumpai ditempat lain oleh mereka yang melaksanakan kegiatan peribadahan di
alam terbuka.
Bertepatan dengan peringatan hari paskah untuk memperingati wafatnya Isa Almasih tahun ini
yang jatuh pada tanggal 18 April 2014, rangkaian kegiatan keagaamaan dan permainan–permainan fun
games yang dilakukan oleh umat Nasrani di Kebun Raya Purwodadi sangat meriah. Kegiatan ini
berlangsung selama beberapa hari mulai tanggal 17–19 April 2014 oleh beberapa Gereja yang berasal
dari kota Malang dan kota Pasuruan. Tercatat 7 Gereja yang melakukan kegiatan peringatan hari Paskah
di Kebun Raya Purwodadi yaitu Gereja Penyebaran Injil, Gereja Filadelfia, GPIB Efrata, GSJA Sumber
Wuni, GPIB Efrata, GKJW Pandaan, dan GSJA Parakletos.
Berbeda dengan beberapa gereja lainnya yang melaksanakan kegiatan di tempat terbuka (seperti
di Lawn Saman, Lawn meeting point), untuk kegiatan Gereja Efrata yang diikuti 250 orang jemaat
melakukan perayaan hari Paskah pada tahun ini dengan memanfaatkan Aula in-door lantai atas Gedung
Serbaguna untuk kegiatan kerohanian dan lawn Fabaceae untuk permainan – permainan fun-games.
Bapak Thomas Pangarso, salah satu panitia Gereja GPIB Pandaan yang mengadakan acara di camping
ground menyatakan bahwa kegiatan ini rutin setiap tahun dilaksanakan di Kebun Raya Purwoddi karena
disamping nyaman dan indah, Kebun Raya Purwodadi memiliki fasilitas pengunjung yang mendukung
untuk melaksanakan ibadah diluar ruangan seperti toilet yang memadai dan bangunan kupel yang
representatif untuk sekedar bersantai menikmati alam. (Narasi : Syaiful A)
Puluhan Siswa SMPN 2 Pasuruan Mendadak Kesurupan saat Acara Istigotsah
Sinergi Jawa Pos15 December 2017 10:56 pm
TAK SADARKAN DIRI: Salah satu siswa di SMPN 2 Pasuruan yang kesurupan, Jumat (15/12) pagi.
(Fahrizal Firmani/Jawa Pos Radar Bromo)
PANGGUNGREJO – Suasana SMPN 2 Kota Pasuruan mendadak resah. Betapa tidak, dalam
sepekan ini telah terjadi 6 kali kesurupan. Terakhir, Jumat (15/12) pagi, 20 siswa mengalami kesurupan
saat mengikuti kegiatan Istighotsah di musala sekolah setempat.
Saat Jawa Pos Radar Bromo berkunjung ke sekolah, sejumlah siswa nampak berteriak. Siswa itu
ada yang lelaki dan perempuan. Selain berteriak, mereka juga menangis histeris.
Alhasil, warga lingkungan sekolah gempar. Siswa yang sadar, ikut membantu menenangkan. Ada
yang memegangi kawannya, ada juga yang membacakan doa. Upaya itu turut dibantu security sekolah.
Usaha yang dilakukan warga lingkungan sekolah, cukup efektif. Sebab, siswa maupun siswi yang
kesurupan, mulai sadarkan diri. Siswa yang sadar akhirnya diberi minuman.
Salah satu siswa yang kesurupan, tak ada ada yang bisa diajak berbicara. Mereka seperti
kehabisan tenaga. Acara istogotsah yang sejatinya hendak membaca surat yasin tersebut, akhirnya
dihentikan.
ADA PULUHAN: Suasana di musala SMPN 2 Pasuruan saat sejumlah siswa tak sadarkan diri dan
diduga mengalami kesurupan.
(Fahrizal Firmani/Jawa Pos radar Bromo)
Jawa Pos Radar Bromo sempat mencoba untuk meminta penjelasan dari pihak sekolah. Namun,
pihak sekolah enggan memberikan tanggapan. Security yang berjaga menjelaskan para guru dan
pengurus sekolah sedang sibuk.
“Maaf mas, guru dan kepala sekolah sedang sibuk mempersiapkan ujian. Jadi, belum bisa
memberikan komentar,” sebut security, Bambang.
Bambang adalah salah satu yang ikut membacakan doa, ketika siswa-siswi di SMPN 2 Pasuruan,
kesurupan Jumat pagi. Bambang membacakan surat-surat pendek Alquran seperti Al-Falaq, Annas, Al-
Ikhlas dan ayat Kursi.
Sekitar pukul 10.00, puluhan siswa yang kesurupan berhasil disadarkan. Pihak sekolah akhirnya
mengambil keputusan untuk memulangkan siswa. Acaa Istigotsah akhirnya buyar sebelum berakhir.
Informasi yang dihimpun, peristiwa kesurupan di SMPN 2 Pasuruan, bukanlah pertama kali yang
terjadi. Terhitung, insiden serupa terjadi sudah sepekan ini.
Pertama kali terjadi sejak Jumat sore lalu (8/12). Saat itu, seorang anggota organisasi siswa intra
sekolah (OSIS) bernama Sagita Rosi, mendadak berteriak.
Sontak, hal ini mengejutkan anggota OSIS lainnya. Sebab, kebetulan OSIS sedang melakukan
kegiatan gladi bersih untuk maulid Nabi Muhammad. Diduga, kesurupan ini terjadi karena Sagita
kecapekan. Ia berhasil disembuhkan oleh Bambang, security setempat.
“Pertama kali ada kesurupan Jumat pekan lalu. Saat itu, teman saya menjadi korbannya. Mungkin
karena kecepekan sehingga mudah dirasuki,”ungkap Andi, siswa kelas 9.
Rupanya, peristiwa ini terulang keesokan harinya. Saat perayaan Maulid Nabi Muhammad di Aula
sekolah setempat, 5 siswa mendadak kesurupan. Dan kesurupan ini kembali berhasil dihilangkan oleh
security setempat.
Kesurupan kembali terulang pada kegiatan Class Meeting selama 3 hari pada senin-rabu lalu (11-
13/12). Saat itu, ada 7 siswa yang mengalami kesurupan. Karena itu, kamis lalu (14/12), pihak sekolah
memanggil tokoh agama untuk menghilangkan kesurupan tersebut.
“Kamis lalu tokoh agama ini datang ke sekolah sekitar pukul 13.00. Ia (tokoh agama., Red) sempat
masuk ke unit kesehatan sekolah (UKS) selama 2 jam. Tapi, saya tidak tahu ia sedang apa,” ungkap Andi.
(br/fun/riz/fun/JP
Haul KH Hamid Ditetapkan sebagai Hari Libur Lokal
Sabtu, 19 Januari 2013 07:59 Daerah
Pasuruan, NU Online
Pemerintah Kota Pasuruan, Jawa Timur menetapkan, haul atau hari peringatan wafatnya KH Abdul
Hamid menjadi hari libur lokal.<>
Kabag Humas Pemerintah Kota Pasuruan, Raden Murahanto, Rabu, menjelaskan,keputusan itu diawali
dengan meliburkan seluruh pelajar di Kota Pasuruan pada haul yang akan digelar pada Senin, 21
Januari 2013..
Ia menjelaskan, pada perinhatan haul tersebut seluruh kegiatan belajar mengajar siswa di Kota
Pasuruan, akan dialihkan untuk belajar di rumah. Para pelajar yang libur mulai dari tingkat Taman
Kanak-Kanak hingga Sekolah Menengah Atas.
“Sebenarnya ini bukan meliburkan, tapi para siswa dialihkan untuk belajar di rumah. Hal ini demi
menghormati Haul KH Abdul Hamid karena pada tahun sebelumnya sebagian besar siswa yang
beragama Islam di kota santri ini menghadiri haul tersebut,” katanya.
Ia menambahkan, diliburkannya para pelajar di Kota Pasuruan juga didasarkan pada Surat Edaran
Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama Kota Pasuruan Nomor 420/64/423.102/2013 serta
Disposisi Nota Dinas Walikota Pasuruan Nomor 450/19/2013 tertanggal 9 Januari 2013.
“Sosialisasinya sudah dilakukan sejak surat edaran keluar, sehingga para pelajar tidak akan ketinggalan
informasi, mengingat sekolah-sekolah sudah kami beritahu sebelumnya melalui Dinas Pendidikan,”
jelasnya.
Sebagai langkah penetapan Haul KH Abdul Hamid sebagai libur lokal, Pemerintah Kota Pasuruan sudah
mengkonsultasikan kepada Bagian Biro Hukum dan Organisasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
“Pemerintah Kota Pasuruan sudah mengkonsultasikannya, tapi tinggal menunggu keputusan Gubernur
Jatim saja,” tegas Raden Murahanto.
PASURUAN, KOMPAS.com - Kawasan wisata Gunung Bromo yang meliputi wilayah Kabupaten
Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, ditutup total sepanjang Hari Raya Nyepi. Kepala Desa
Wonokitri, Wartono yang ditemui, Rabu (25/3) sore mengatakan, mulai Kamis (26/3) pukul 00.00 dini
hari, pintu gerbang Desa Wonokitri yang juga merupakan pintu gerbang kawasan wisata Gunung Bromo
lewat Kabupaten Pasuruan akan ditutup total.
"Tindakan itu dilakukan agar umat Hindu suku Tengger di kawasan Gunung Bromo bisa
melaksanakan Yoga Samadhi Hari Suci Nyepi dengan baik," kata Wartono. Djelaskan, mulai hari itu umat
Hindu suku Tengger di Gunung Bromo akan melaksanakan Catur Berata Penyepian, yakni umat akan
melakukan amati geni (berpantang menyalakan api), upawasa (berpuasa), amati karya (berpantang
melakukan aktivitas kerja), amati lelanguan (berpantang menghibur diri dan tidak menikmati
kesenangan), amati lelungan (berpantangan bepergian). Makanya, warga dari luar wilayah Tosari
diminta dengan hormat agar bisa menghormati umat Hindu yang sedang melaksanakan ibadah.
Dijelaskan, mulai Kamis (26/3) pukul 00.00 dini listrik di wilayah Tosari Gunung Bromo juga akan
dimatikan. Dengan demikian, praktis kegiatan yang berkaitan dengan wisata di Gunung Bromo juga akan
terhenti. Wisatawan diimbau untuk tidak mengunjungi Gunung Bromo selama Hari Raya Nyepi.
"Termasuk para pimpinan parpol peserta pemilu diimbau untuk tidak melaksanakan kampanye di
kawasan Gunung Bromo selama Hari Raya Nyepi," kata Wartono. Hal senada diungkapkan Ketua
Parisada Hindu Dharma Indonesia Kabupaten Pasuruan, Siswoto yang ditemui secara terpisah. Ia
menjelaskan, dari delapan desa yang ada di wilayah Kecamatan Tosari, hanya Desa Tosari saja yang
terbuka.
"Seluruh desa yang ada di Tosari seluruhnya tertutup selama Hari Raya Nyepi," kata Siswoto. Ia
juga manambahkan, selain desa-desa di wilayah Tosari, masih ada desa yang komunitasnya beragama
Hindu di wilayah Kecamatan Puspo juga dinyatakan tertutup, yakni Desa Keduwung yang posisinya
berada di bawah Gunung Penanjakan. Lalu, dua desa yang penduduknya juga mayoritas Hindu di wilayah
Kecamatan Nongkojajar juga dinyatakan tertutup, yakni Desa Kayukebek, dan Desa Wonokoyo.
Siswoto menyebutkan, jumlah umat Hindu di Kabupaten Pasuruan tercatat sekitar 22 ribu jiwa.
Sebanyak 21 ribu umat Hindu tersebut adalah suku Tengger di Gunung Bromo. Siswoto mengimbau
warga di luar wilayah Tosari, diimbau untuk bisa menghormati umat Hindu yang sedang melaksanakan
ibadahnya. Para pimpinan parpol juga diimbau untuk tidak melaksanakan kampanye pemilu di wilayah
TosariselamaHariRayaNyepi.
KLIPING
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Pluralitas Masyarakat Kota Pasuruan Bedasarkan Perbedaan Agama
DISUSUN OLEH
DINTA MAULIDIYAH AL-YUSFITA (07)
NISRINA SHOFWAH FIRDAUS (12)
FARAH ORNYFALAH (07)
NADJA ANANTA R.P (11)
FATIMATUZ ZAHRO (08)
UPT SMP NEGERI 4 PASURUAN
TAHUN PEMBELAJARAN 2018-2019
PENDAHULUAN
Kliping ini kami buat bertajuk pluralitas masyarakat Kota Pasuruan bedasarkan Perbedaan
agama.Sesuai dengan Pancasil,sila pertama yang berbunyi ‘Ketuhanan Yang Maha
Esa’.Sebagai warga Negara Indonesia,harus memiliki keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.Keyakinan tersebut menjadi beragam-ragam aliran/agama.Dengan banyak nya Agama
di Indonesia,banyak pula perayaan-perayaan hari besar,atau pun peristiwa yang melibatkan
unsur keagamaan.Oleh karena itu,setiap masyarakat mengharuskan sadar akan toleransi
kepada setiap umat beragama.supaya negara Indonesia ini menjadi negara yang damai.
Pluralisme agama adalah sebuah konsep yang mempunyai makna yang luas, berkaitan
dengan penerimaan terhadap agama-agama yang berbeda, dan dipergunakan dalam cara
yang berlain-lainan pula:
Sebagai pandangan dunia yang menyatakan bahwa agama seseorang bukanlah sumber satu-
satunya yang eksklusif bagi kebenaran, dan dengan demikian di dalam agama-agama lain pun
dapat ditemukan, setidak-tidaknya, suatu kebenaran dan nilai-nilai yang benar.
Sebagai penerimaan atas konsep bahwa dua atau lebih agama yang sama-sama memiliki klaim-
klaim kebenaran yang eksklusif sama-sama sahih. Pendapat ini seringkali menekankan aspek-
aspek bersama yang terdapat dalam agama-agama.
Kadang-kadang juga digunakan sebagai sinonim untuk ekumenisme, yakni upaya untuk
mempromosikan suatu tingkat kesatuan, kerja sama, dan pemahaman yang lebih baik antar
agama-agama atau berbagai denominasi dalam satu agama.
Dan sebagai sinonim untuk toleransi agama, yang merupakan prasyarat untuk ko-eksistensi
harmonis antara berbagai pemeluk agama ataupun denominasi yang berbeda-beda.