BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
System saraf merupakan suatu system dalam tubuh yang vital.Fungsi utama
pergerakan, fungsi visceral, dan endokrin.Aksi ini dikendalikan oleh neuron yang
yang serius dan belum dapat diturunkan angka kejadiannya secara signifikan.
Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius karena ditandai
0,72/100 penderita pada tahun 1984 menjadi 0,95/100 penderita ditahun 1986.
yang mengemukakan berbagai klasifikasi stroke. Seperti yang dibuat oleh stroke
data bank , world Health Organization (WHO, 1989) dan National Institute of
Neurologi Disease and Stroke (NINDS, 1990). Pada dasarnya klasifikasi tersebut
dikelompokkan atas dasar manifestasi klinik, proses patologi yang terjadi di otak
dan tempat lesinya. Hal ini berkaitan dengan pendekatan diagnosis neurologis
yang melakukan diagnosis klinis, diagnose kausal, dan diagnosis tropis (Bustan,
2007).
B. Rumusan Masalah
4. Apa saja penyebab dan factor secara umum dari penyakit stroke ?
penyakit stroke ?
stroke
D. Manfaat
tidak menular (stroke), diharapkan juga agar menambah informasi dan wawasan
kepada pembaca semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi pengetahuan
yang lebih luas lagi sehingga bermanfaat apabila menemukan kasus yang sama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI STROKE
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala
klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan
mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul
gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal daerah otak yang terganggu.
B. EPIDEMIOLOGI
Menurut hasil penelitian yang dikoordinasi oleh WHO, dari 16 pusat riset di
12 negara maju dan berkembang antara Mei 1971 sampai dengan Desember 1974
adalah Ibadan (Nigeria) sebesar 150 per 100.000 populasi per tahun.
masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita
yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun
dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun. Stroke merupakan penyebab kecacatan
meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang
lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta ditahun 2030. Kasus stroke
meningkat di Negara maju seperti Amerika dimana kegemukan dan junk food
bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang terkena serangan stroke
setelah jantung dan kanker. Menurut data tahun 1990-an, diperkirakan ada
meninggal atau cacat seumur hidup. Tetapi jumlah sebenarnya sulit diketahui
karena banyakyang tidak dibawa ke dokter karena ketiadaan biaya atau jarak
rumah sakit yang jauh dari tempat tinggal. Menurut survey tahun 2004, stroke
merupakan pembunuh no. 1 di RS Pemerintah di seluruh Indonesia. Pada tahun
2004 pun beberapa penelitian di sejumlah rumah sakit menemukan pasien rawat
Indonesia pun selalu meningkat dari tahun ke tahun. Menurut WHO (2011),
Indonesia telah menempati peringkat ke-97 dunia untuk jumlah penderita stroke
terbanyak dengan jumlah angka kematian mencapai 138.268 orang atau 9,70%
1. Stoke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi bila pasokan darah ke otak
terganggu akibat pembuluh darah pecah dan berada di dalam otak, otak
adalah jenis ini.Karena darah bocor keluar menuju ke jaringan otak pada
tekanan tinggi, sampai otoregulasi otak tidak berfungsi lagi, dan bila
pembuluh darahnya rapuh atau ada aneurisma maka pembuluh darah dapat
subarachnoid (ini dibentuk oleh dua lapisan membrane di antara otak dan
2. Stroke Iskemik
mpenumbra).
D. ETILOGI STROKE
1. Trombosis Serebral.
yang sedang tidur atau bangun tidur.Hal ini dapat terjadi karena penurunan
iskemia serebri. Tanda dan gejala neurologis sering kali memburuk dalam 48
a. Aterosklerosis
dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.
c. Robeknya arteri
d. Gangguan darah
2. Emboli serebri
bekuan darah, lemak, dan udara.Pada umumnya emboli berasal dari thrombus
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa
kardiomiopati iskemik.
3. Hemoragik.
sehingga terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak. Penyebab
5. Hipoksia local
(Muttaqin, 2011).
1. Hipertensi
Dalam hipertensi dapat terjadi gangguan aliran darah tubuh, yaitu
otak pun berkurang, otak kekurangan suplai oksigen dan glukosa, jaringan
otak lama-lama akan mati. Factor yang dapat mempengaruhi terjadi nya
darah tinggi adalah merokok, kelebihan berat badan, minum alcohol secara
kolesterol, trigliserida, dan lemak lain (lipid) dalam darah ke berbagai bagian
tubuh. Secara lebih spesifik, fungsi utama dari LDL adalah untuk
dalam membrane sel. LDL seringkali disebut sebagai kolesterol jahat karena
3. Merokok
Orang yang merokok memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi
4. Diabetes Mellitus
6. Obesitas
Tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah pada orang obesitas,
yaitu besarnya kadar LDL (low density lipoprotein) lebih tinggi disbanding
7. Alcohol
tekanan darah tinggi dan gangguan ritme jantung yang disebut fibrilasi
8. Usia
Dari berbagai penelitian, diketahui bahwa usia semakin tua semakin besar
pula resiko terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan proses degenerasi
9. Jenis kelamin
5. Gangguan penglihatan
9. Vertigo
G. PATOFISIOLOGI STROKE
2. Stroke hemoragik
pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Angiografi Serebri.
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
3. CT Scan.
tidakdapat memberikan gambaran yang jelas pada onset kurang dari 6 jam,
ahli radiologi, memiliki efek radiasi dan tidak untuk pemeriksaan rutin
jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil
5. USG Doppler.
karotis)
6. EEG.
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls liistrik dalam
jaringan otak.
kembali
9. Pemeriksaan Elektrokardiogram
I. KOMPLIKASI
tromboflebitis
2. Dalam hal paralisis : nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi deformitas,
dan terjatuh
akibat pada otak saja, gangguan emosional dan fisik akibat berbaring lama tanpa
dapat bergerak adalah hal yang tidak dapat dihindari. Ada beberapa komplikasi
1. Hipoksia serebral
3. Embolisme serebral.
J. PENATALAKSANAAN
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan
melakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan
gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan,
a. Pengobatan Konservatif
1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
3) Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.
4) Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/
memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem
kardiovaskuler.
b. Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
1) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4) Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
K. PENCEGAHAN
lainnya)
e. Pertahankan diet dengan gizi seimbang (banyak mkan buah dan sayuran)
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
2. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi
nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping
gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan
obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif,
kegemukan.
4. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes militus.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran
darah ke otak terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi
ke otak
3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kerusakan neurovaskuler
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik.
7. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran.
8. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Tupen : Setelah dilakukan 1. Monitor tekanan perfusi
Perfusi jaringan tindakan keperawatan serebral
serebral b.d selama 3 x 24 jam, 2. Catat respon pasien
aliran darah ke diharapkan suplai aliran terhadap stimuli
otak terhambat. darah keotak lancar dengan 3. Monitor tekanan
kriteria hasil: intrakranial pasien dan
1. mendemonstrasikan respon neurology
status sirkulasi yang terhadap aktivitas
ditandai dengan 4. Monitor jumlah drainage
a. Tekanan systole cairan serebrospinal
dandiastole dalam 5. Monitor intake dan
rentang yang output cairan
diharapkan 6. Restrain pasien jika
b. Tidak ada perlu
ortostatikhipertensi 7. Monitor suhu dan angka
c. Tidak ada tanda WBC
tanda peningkatan 8. Kolaborasi pemberian
tekanan intrakranial antibiotik
(tidak lebih dari 15 9. Posisikan pasien pada
mmHg) posisi semifowler
2. mendemonstrasikan 10. Minimalkan stimuli dari
kemampuan kognitif lingkungan
yang ditandai dengan:
berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi memproses
informasi membuat
keputusan dengan
benar
3. menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran mambaik,
tidak ada gerakan
gerakan involunter
2 Kerusakan Tupen : Setelah dilakukan 1. Dengarkan setiap ucapan
komunikasi tindakan keperawatan klien dengan penuh
verbal b.d selama 3 x 24 jam, perhatian
penurunan diharapkan klien mampu 2. Gunakan kata-kata
sirkulasi ke otak untuk berkomunikasi lagi sederhana dan pendek
dengan kriteria hasil: dalam komunikasi
1. dapat menjawab dengan klien
pertanyaan yang 3. Dorong klien untuk
diajukan perawat mengulang kata-kata
2. dapat mengerti dan 4. Berikan arahan / perintah
memahami pesan-pesan yang sederhana setiap
melalui gambar interaksi dengan klien
3. dapat mengekspresikan6
perasaannya secara
verbal maupun
nonverbal
3 Defisit Tupen : Setelah dilakukan 1. Monitor kemempuan
perawatan diri; tindakan keperawatan klien untuk perawatan
mandi,berpakaia selama 3x 24 jam, diri yang mandiri.
n, makan, diharapkan kebutuhan 2. Monitor kebutuhan klien
toileting b.d mandiri klien terpenuhi, untuk alat-alat bantu
kerusakan dengan kriteria hasil: untuk kebersihan diri,
neurovaskuler 1. Klien terbebas dari bau berpakaian, berhias,
badan toileting dan makan.
2. Menyatakan 3. Sediakan bantuan
kenyamanan terhadap sampai klien mampu
kemampuan untuk secara utuh untuk
melakukan ADLs melakukan self-care.
3. Dapat melakukan 4. Dorong klien untuk
ADLS dengan bantuan melakukan aktivitas
- sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang
dimiliki.
5. Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
8. Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
4 Kerusakan Tupen : Setelah dilakukan 1. Monitoring vital sign
mobilitas fisik tindakan keperawatan sebelm/sesudah latihan
b.d kerusakan selama 3x24 jam, dan lihat respon pasien
neurovaskuler diharapkan klien dapat saat latihan
melakukan pergerakan fisik 2. Konsultasikan dengan
dengan kriteria hasil : terapi fisik tentang
1. Klien meningkat dalam rencana ambulasi sesuai
aktivitas fisik dengan kebutuhan
2. Mengerti tujuan dari 3. Bantu klien untuk
peningkatan mobilitas menggunakan tongkat
3. Memverbalisasikan saat berjalan dan cegah
perasaan dalam terhadap cedera
meningkatkan kekuatan 4. Ajarkan pasien atau
dan kemampuan tenaga kesehatan lain
berpindah tentang teknik ambulasi
4. Memperagakan 5. Kaji kemampuan pasien
penggunaan alat Bantu dalam mobilisasi
untuk mobilisasi 6. Latih pasien dalam
(walker) pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu jika
klien memerlukan.
9. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
5 Pola nafas tidak Tupen : Setelah dilakukan 1. Buka jalan nafas,
efektif tindakan perawatan selama guanakan teknik chin lift
berhubungan 3 x 24 jam, diharapkan pola atau jaw thrust bila perlu
dengan nafas pasien efektif dengan 2. Posisikan pasien untuk
penurunan kriteria hasil : memaksimalkan
kesadaran 1. Menujukkan jalan nafas ventilasi
paten ( tidak merasa 3. Identifikasi pasien
tercekik, irama nafas perlunya pemasangan
normal, frekuensi nafas alat jalan nafas buatan
normal,tidak ada suara 4. Pasang mayo bila perlu
nafas tambahan 5. Lakukan fisioterapi dada
2. Mendemonstrasikan jika perlu
batuk efektif dan suara 6. Keluarkan sekret dengan
nafas yang bersih, tidak batuk atau suction
ada sianosis dan 7. Auskultasi suara nafas,
dyspneu (mampu catat adanya suara
mengeluarkan sputum, tambahan
mampu bernafas dengan 8. Lakukan suction pada
mudah, tidak ada pursed mayo
lips). 9. Berikan bronkodilator
3. Menunjukkan jalan bila perlu
nafas yang paten (klien 10. Berikan pelembab udara
tidak merasa tercekik, 11. Kassa basah NaCl
irama nafas, frekuensi Lembab
pernafasan dalam 12. Atur intake untuk cairan
rentang normal, tidak mengoptimalkan
ada suara nafas keseimbangan.
abnormal 13. Monitor respirasi dan
4. Tanda Tanda vital status O2
dalam rentang normal Oxygen Therapy
(tekanan darah, nadi, 1. Bersihkan mulut, hidung
pernafasan dan secret trakea
2. Pertahankan jalan nafas
yang paten
3. Atur peralatan
oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi
pasien
6. Onservasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
7. Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
6 Resiko Tupen : Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien untuk
kerusakan tindakan perawatan selama menggunakan pakaian
integritas kulit 3 x 24 jam, diharapkan yang longgar
b.d immobilisasi pasien mampu mengetahui 2. Hindari kerutan padaa
fisik dan mengontrol resiko tempat tidur
dengan kriteria hasil : 3. Jaga kebersihan kulit
1. Integritas kulit yang agar tetap bersih dan
baik bisa dipertahankan kering
(sensasi, elastisitas, 4. Mobilisasi pasien (ubah
temperatur, hidrasi, posisi pasien) setiap dua
pigmentasi) jam sekali
2. Tidak ada luka/lesi pada 5. Monitor kulit akan
kulit adanya kemerahan
3. Perfusi jaringan baik 6. Oleskan lotion atau
4. Menunjukkan minyak/baby oil pada
pemahaman dalam derah yang tertekan
proses perbaikan kulit 7. Monitor aktivitas dan
dan mencegah mobilisasi pasien
terjadinya sedera 8. Monitor status nutrisi
berulang pasien
5. Mampu melindungi 9. Memandikan pasien
kulit dan dengan sabun dan air
mempertahankan hangat
kelembaban kulit dan
perawatan alami
7 Resiko Aspirasi Tupen : Setelah dilakukan 1. Aspiration precaution
berhubungan tindakan perawatan selama 2. Monitor tingkat
dengan 3 x 24 jam, diharapkan kesadaran, reflek batuk
penurunan tidak terjadi aspirasi pada dan kemampuan
tingkat pasien dengan kriteria hasil menelan
kesadaran : 3. Monitor status paru
1. Klien dapat bernafas 4. Pelihara jalan nafas
dengan mudah, tidak 5. Lakukan suction jika
irama, frekuensi diperlukan
pernafasan normal 6. Cek nasogastrik sebelum
2. Pasien mampu menelan, makan
mengunyah tanpa 7. Hindari makan kalau
terjadi aspirasi, dan residu masih banyak
mampumelakukan oral 8. Potong makanan kecil
hygien kecil
3. Jalan nafas paten, 9. Haluskan obat
mudah bernafas, tidak sebelumpemberian
merasa tercekik dan 10. Naikkan kepala 30-45
tidak ada suara nafas derajat setelah makan
abnormal
8 Resiko Injury Tupen : Setelah dilakukan 1. Sediakan lingkungan
berhubungan tindakan perawatan selama yang aman untuk pasien
dengan 3 x 24 jam, diharapkan 2. Identifikasi kebutuhan
penurunan tidak terjadi trauma pada keamanan pasien, sesuai
tingkat pasien dengan kriteria dengan kondisi fisik dan
kesadaran hasil: fungsi kognitif pasien
1. Klien terbebas dari dan riwayat penyakit
cedera terdahulu pasien
2. Klien mampu 3. Menghindarkan
menjelaskan lingkungan yang
cara/metode berbahaya (misalnya
untukmencegah memindahkan
injury/cedera perabotan)
3. Klien mampu 4. Memasang side rail
menjelaskan factor tempat tidur
resiko dari 5. Menyediakan tempat
lingkungan/perilaku tidur yang nyaman dan
personal bersih
4. Mampumemodifikasi 6. Menempatkan saklar
gaya hidup lampu ditempat yang
untukmencegah injury mudah dijangkau pasien.
5. Menggunakan fasilitas 7. Membatasi pengunjung
kesehatan yang ada 8. Memberikan penerangan
6. Mampu mengenali yang cukup
perubahan status 9. Menganjurkan keluarga
kesehatan untuk menemani pasien.
10. Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
11. Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
12. Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
stroke berlangsung secara progresif dan bertahap. Secara garis besar, stroke
dibagi menjadi stroke iskemik (karena penyumbatan pembuluh darah) dan stroke
resiko yang dapat mendukung perkembangan stroke ang terdiri dari dua jenis
factor, yaitu factor resiko yang tidak dapat dimodifikasikan dan yg dapat
pola hidup dan mengkomsumsi makanan yang disesuaikan dengan factor resiko
B. Saran
lainnya apabila masih belum mencapai stadium lanjut. Oleh karena itu
untuk dapat pulih total, apalagi pada usia lanjut. Salah satu cara pencegahannya
yang paling disarankan yaitu komsumsi buah-buahan, sayuran, dan produk susu
rendah lemak serta mengurangi komsumsi lemak jenuh dan beraktivitas fisik
secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyu, Genis Ginanjar. Stroke Hanya Menyerang Orang Tua ?. Yogyakarta: PT.
Benteng Pustaka
Wahjoepramono, Eka J. 171 Tanya Jawab Tentang Stroke, Jakarta: PT. Gramedia
Anise, Waspada Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2006
Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar Auhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pustaka.
Sue Moorhead, P., RN dkk. (2004). Nursing Outcomes Classification (NOC). United