Anda di halaman 1dari 33

DI SUSUN OLEH :

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

System saraf merupakan suatu system dalam tubuh yang vital.Fungsi utama

system saraf adalah untuk mendeteksi, menganalisis, dan mentransfer informasi.

Informasi digabungkan oleh system sensori dan diintegrasikan oleh otak

kemudian digunakan untuk ditransmisikan ke system motoric untuk control

pergerakan, fungsi visceral, dan endokrin.Aksi ini dikendalikan oleh neuron yang

merupakan penghubung antara system sensorik dan motoric. Terdapat beberapa

gangguan neurologi antara lain stroke.

Stroke merupakan masalah kesehatan yang sudah lama sekali dikenal di

dunia kedokteran.Namun, hingga kini stroke masih menjadi masalah kesehatan

yang serius dan belum dapat diturunkan angka kejadiannya secara signifikan.

Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius karena ditandai

dengan tingginya morbiditas dan mortalitasnya.Selain itu dampak adanya

kecenderungan peningkatan insidennya. Hasil survey kesehatan rumah tangga

menunjukkan peningkatan proporsi penderita stroke di rumah sakit, yakni

0,72/100 penderita pada tahun 1984 menjadi 0,95/100 penderita ditahun 1986.

Serangan stroke adalah akut dan menyebabkan kematian mendadak.Angka

kematian dapat mencapai 36%.Namun sampai dewasa ini belum jelas

penyebabnya.Secara patofiisologi dikatakan bahwa stroke berkaitan dengan


gangguan aliran darah ke otak.Mengenal klasifikasi stroke, telah banyak institusi

yang mengemukakan berbagai klasifikasi stroke. Seperti yang dibuat oleh stroke

data bank , world Health Organization (WHO, 1989) dan National Institute of

Neurologi Disease and Stroke (NINDS, 1990). Pada dasarnya klasifikasi tersebut

dikelompokkan atas dasar manifestasi klinik, proses patologi yang terjadi di otak

dan tempat lesinya. Hal ini berkaitan dengan pendekatan diagnosis neurologis

yang melakukan diagnosis klinis, diagnose kausal, dan diagnosis tropis (Bustan,

2007).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran umum dari stroke ?

2. Bagaimana epidemiologi penyakit stroke ?

3. Apa saja jenis/bentuk dari penyakit stroke ?

4. Apa saja penyebab dan factor secara umum dari penyakit stroke ?

5. Apa saja gejala klinis dari penyakit stroke ?

6. Bagaimana patofisiologi dari penyakit stroke ?

7. Bagaimana pencegahan dari penyakit stroke ?

8. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan dari

penyakit stroke ?

9. Bagaimana pengobatan dan komplikasi dari penyakit sroke ?


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui gambaran umum dari penyakit stroke

2. Untuk mengetahui bagaimana epidemiologi penyakit stroke

3. Untuk mengetahui jenis/bentuk penyakit stoke

4. Untuk mengetahui penyebab dan factor resiko dari penyakit stroke

5. Untuk mengetahui gejala klinis dari penyakit stroke

6. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit stroke

7. Untuk mengetahui pencegahan dari penyakit stroke

8. Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan diagnosticdari penyakit

stroke

9. Untuk mengetahui komplikasi stroke

D. Manfaat

Penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi tugas epidemiologi penyakit

tidak menular (stroke), diharapkan juga agar menambah informasi dan wawasan

kepada pembaca semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi pengetahuan

yang lebih luas lagi sehingga bermanfaat apabila menemukan kasus yang sama.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI STROKE

Menurut WHO (World Health Organization), stroke didefinisikan suatu

gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala

klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat

menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.

Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh

gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan

gejala dan tanda yangsesuai dengan daerah otak yang terganggu.Kejadian

serangan penyakit ini bervariasi antar tempat, waktu dan keadaan

penduduk.(Chris W. Green dan Hertin Setyowati 2004).

Chandra B. mengatakan stroke adalah gangguan fungsi saraf akut yang

disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara

mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul

gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal daerah otak yang terganggu.

B. EPIDEMIOLOGI

Menurut hasil penelitian yang dikoordinasi oleh WHO, dari 16 pusat riset di

12 negara maju dan berkembang antara Mei 1971 sampai dengan Desember 1974

memperlihatkan bahwa insiden stroke yang paling tinggi adalah di Ahita


(Jepang) yaitu 287 per 100.000 populasi per tahun, sedangkan yang terendah

adalah Ibadan (Nigeria) sebesar 150 per 100.000 populasi per tahun.

Berdasarkandata yang berhasil dikumpulkan oleh yayasan stroke Indonesia,

masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita

stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah

yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun

dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun. Stroke merupakan penyebab kecacatan

serius menetap no. 1 di seluruh dunia.

Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan

meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang

lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta ditahun 2030. Kasus stroke

meningkat di Negara maju seperti Amerika dimana kegemukan dan junk food

telah mewabah. Berdasarkan data statistic di Amerika, setiap tahun terjadi

750.000 kasus stroke baru di Amerika. Berdasarkan data tersebut menunjukkan

bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang terkena serangan stroke

dan 4 dari 5 keluarga di Amerika terkena stroke.

Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan

setelah jantung dan kanker. Menurut data tahun 1990-an, diperkirakan ada

500.000 orang penderita stroke di Indonesia, sekitar 125.000 diantaranya

meninggal atau cacat seumur hidup. Tetapi jumlah sebenarnya sulit diketahui

karena banyakyang tidak dibawa ke dokter karena ketiadaan biaya atau jarak

rumah sakit yang jauh dari tempat tinggal. Menurut survey tahun 2004, stroke
merupakan pembunuh no. 1 di RS Pemerintah di seluruh Indonesia. Pada tahun

2004 pun beberapa penelitian di sejumlah rumah sakit menemukan pasien rawat

inap yang disebabkan stroke berjumlah 23.636 orang. Kejadian stroke di

Indonesia pun selalu meningkat dari tahun ke tahun. Menurut WHO (2011),

Indonesia telah menempati peringkat ke-97 dunia untuk jumlah penderita stroke

terbanyak dengan jumlah angka kematian mencapai 138.268 orang atau 9,70%

dari total kematian yang terjadi pada tahun 2011.

C. JENIS/BENTUK PENYAKIT STROKE

1. Stoke Hemoragik

Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi bila pasokan darah ke otak

terganggu akibat pembuluh darah pecah dan berada di dalam otak, otak

mengalami pendarahan dan darah menekan otak sehingga mengakibatkan

gangguan di seluruh tubuh. Otak mengendalikan segala sesuatu ditubuh,

termasuk gerakan, berbicara, pemahaman dan emosi. Kerusakan otak dapat

mempengaruhi fungsi-fungsi tersebut.

Ada dua jenis stroke hemoragik yaitu :

a. Perdarahan Intra Serebral

Stroke terjadi akibat pendarahan di dalam otak.Ketika arteri di dalam otak

pecah, ini disebut stroke intraserebral.Sekitar 10% dari semua stroke

adalah jenis ini.Karena darah bocor keluar menuju ke jaringan otak pada

tekanan tinggi, sampai otoregulasi otak tidak berfungsi lagi, dan bila
pembuluh darahnya rapuh atau ada aneurisma maka pembuluh darah dapat

pecah dan terjadi infark hemoragik.

b. Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)

Stroke terjadi akibat pendarahan di permukaan otak dalam ruang

subarachnoid (ini dibentuk oleh dua lapisan membrane di antara otak dan

tulang tengkorak). Penyebabnya dapat berupa pecahnya aneurisma atau

malformasi arterio vena (MVA), akan segera memenuhi ruang sub

arachnoid sehingga menimbulkan iritasi batang otak.

2. Stroke Iskemik

Stroke iskemik yaitu dimana daerah otak kekurangan aliran darah.Pembuluh

darah di otak atau arteri oleh ateroklerosis (menumpuknya kolestrol dalam

arteri) yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan

terhenti.Stroke ini adalah yang paling sering terjadi.Sekitar 80% stroke

adalah stroke iskemik.

a. Thrombosis Serebri (TS)

Penyempitan lumen pembuluh darah otak terjadi secara perlahan oleh

karena proses arterioklerosis. Masih bersifat reversible dan dapat

membaik bila tekanan darah cepat naik kembali/membaik (fase

mpenumbra).

b. Emboli Serebri (ES)

Penyempitan/penyumbatan pembuluh darah terjadi secara

mendadak/akut, dengan sumber utama emboli dari jantung.


c. Serangan Otak Iskemik Sepintas atau Transit Ischemic Attack (SOS/TIA)

Sebagai akibat dari terhentinya aliran darah yang menuju ke otak

disebabkan sumbatan yang berasal dari emboli dan thrombosis serebri.

D. ETILOGI STROKE

Stroke biasanya disebakan oleh :

1. Trombosis Serebral.

Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi

sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan

edema dan kongesti di sekitarnya.Trombosis biasanya terjadi pada orang tua

yang sedang tidur atau bangun tidur.Hal ini dapat terjadi karena penurunan

aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan

iskemia serebri. Tanda dan gejala neurologis sering kali memburuk dalam 48

jam setelah terjadinya thrombosis. Beberapa keadaaan di bawah ini dapat

menyebabkan thrombosis otak:

a. Aterosklerosis

Aterosklerosi adalah mengerasnya pembuluh darah serta

berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.

Manifestasi klinis aterosklerosis bermacam-macam.Kerusakan dapat

terjadi melalui mekanisme berikut; lumen arteri menyempit dan

mengakibatkan berkurangnya aliran darah, oklusi mendadak pembuluh

darah karena terjadi thrombosis, merupakan tempat terbentuknya


thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus) dan

dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan

terjadi perdarahan.

b. Hiperkoagulasi pada Polisitema

Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematokrit meningkat

dapat melambatkan aliran darah serebri.

c. Robeknya arteri

karotis, vertebralis (spontan atau traumatik).

d. Gangguan darah

polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).

2. Emboli serebri

Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh

bekuan darah, lemak, dan udara.Pada umumnya emboli berasal dari thrombus

di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.Emboli tersebut

berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa

keadaan di bawah ini dapat menimbulkan emboli, yaitu:

a. Katup-katup jantung yang rusak akibat penyakit jantung reumatik,

infark miokardium, fibrilasi, dan keadaan aritmia menyebabkan

berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah membentuk

gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali mengeluarkan

embolus-embolus kecil. Endokarditis oleh bakteri dan nonbakteri,

menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endokardium.


Sumber di jantung fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium,

penyakit jantung reumatik, penyakit katup jantung, katup prostetik,

kardiomiopati iskemik.

b. Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri : bifurkasio karotis

komunis, arteri vertrebralis distal.

c. Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinoma.

3. Hemoragik.

Perdarahan intracranial dan intraserebri meliputi perdarahan di dalam

ruang subarachnoid atau di dalam jaringan otak sendiri.Perdarahan ini dapat

terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak

menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat

mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang

berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan

sehingga terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak. Penyebab

otak yang paling umum terjadi:

a. Aneurisma berry, biasanya defek congenital

b. Aneurisma fusiformis dari arterosklerosis

c. Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis

d. Malformasi asteriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah

arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena

e. Rupture arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalam

dan degenerasi pembuluh darah.


4. Hipoksia umum

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:

a. Hipertensi yang parah

b. Henti jantung paru

c. Curah jantung turun akibat aritmia.

5. Hipoksia local

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:

a. Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subarachnoid

b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren.

(Muttaqin, 2011).

E. FAKTOR RESIKO STROKE

1. Hipertensi
Dalam hipertensi dapat terjadi gangguan aliran darah tubuh, yaitu

diameter pembuluh darah akan mengecil sehingga darah yang menglir ke

otak pun berkurang, otak kekurangan suplai oksigen dan glukosa, jaringan

otak lama-lama akan mati. Factor yang dapat mempengaruhi terjadi nya

darah tinggi adalah merokok, kelebihan berat badan, minum alcohol secara

berlebihan, kurang olahraga, dan stress, yang semuanya dapat menyebabkan

peningkatan sementara dalam darah tekanan.


2. Hiperkolesterolmia

Keadaan ketika kadar kolestrol di dalam darah berlebih. LDL yang

berlebih akan mengakibatkan terbentuknya plak pada pembuluh darah yang

lama kelamaan akan semakin banyak dan menumpuk sehingga terjadi

gangguan aliran darah akibat penutupan arteri. Berfungsi mengangkut

kolesterol, trigliserida, dan lemak lain (lipid) dalam darah ke berbagai bagian

tubuh. Secara lebih spesifik, fungsi utama dari LDL adalah untuk

mengangkut kolesterol dari hati ke jaringan dengan menggabungkannya ke

dalam membrane sel. LDL seringkali disebut sebagai kolesterol jahat karena

kadar LDL tinggi berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler, salah

satunya adalah terjadinya penyumbatan arteri (pembuluh nadi) bila kadar

LDL terlalu tinngi.

3. Merokok

Orang yang merokok memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi

disbanding orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar fibrinogen dapat

mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh

darah menjadi sempiit dan kaku, gangguan aliran dalah.

4. Diabetes Mellitus

Pembuluh darah penderita diabetes pada umumnya lebih kaku (tidak

lentur). Adanya penurunan ataupun peningkatan kadar glukosa darah secara

tiba-tiba juga dapat menyebabkan kematian otak.


5. Penyakit Jantung

Jantung merupakan pusat dari aliran darah.Apabila terjadi gangguan,

misalnya infark miokardium (kematian otot jantung) maka aliran darah ke

tubuh mengalami gangguan, termasuk aliran darah menuju otak.Mematikan

jaringan otak secara mendadak ataupun bertahap.

6. Obesitas

Tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah pada orang obesitas,

yaitu besarnya kadar LDL (low density lipoprotein) lebih tinggi disbanding

kadar HDL (high density lipoprotein).

7. Alcohol

Tingkat komsusmsi alcohol yang berlebihan dapat meningkatkan resiko

tekanan darah tinggi dan gangguan ritme jantung yang disebut fibrilasi

atrium, yang keduanya factor resiko untuk stroke.

8. Usia

Dari berbagai penelitian, diketahui bahwa usia semakin tua semakin besar

pula resiko terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan proses degenerasi

(penuaan) yang terjadi secara alamiah. Pada orang-orang lanjut usia,

pembuluh darah lebih kaku karena banyak adanya olak.

9. Jenis kelamin

Laki-laki memiliki resiko lebih besar terkena stroke disbanding

perempuan.Hal ini mungkin terkait bahwa laki-laki cenderung

merokok.Rokok, dapat merusak lapisan dari pembuluh darah tubuh.


F. MANIFESTASI KLINIS STROKE

1. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separuh badan

2. Tiba-tiba hilang rasa peka

3. Bicara cedel atau pelo

4. Gangguan bicara dan bahasa

5. Gangguan penglihatan

6. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai

7. Gangguan daya ingat

8. Nyeri kepala hebat

9. Vertigo

10. Kesadaran menurun

11. Proses kencing terganggu

12. Gangguan fungsi otak.

G. PATOFISIOLOGI STROKE

1. Stroke non hemoragik

Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh

thrombus atau embolus.Thrombus umumnya terjadi kerena

perkembangannya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga

arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang,

menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi

infark pada jaringan otak.


Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral

melalui arteri koronis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan

iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist

fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh oecahnya dinding pembuluh

darah oleh emboli.

2. Stroke hemoragik

Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke

substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan

komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan

menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan

herniasi otak sehingga timbul kematian.

Di samping itu, darah mengalir ke substansi otak atau ruang subrachnoiid

dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan

pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada

sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan diagnostic yang diperlukan dalam membantu menegakkan

diagnosis klien stroke meliputi:

1. Angiografi Serebri.

Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti

perdarahan arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari sumber

perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.


2. Lumbal Pungsi.

Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal

menunjukkan adanya hemoragik pada subarachnoid atau perdarahan pada

intracranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses

inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada

perdarahan yang massif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna

likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.

3. CT Scan.

Pemeriksaan diagnostik obyektif didapatkan dari Computerized

Tomography scanning (CT-scan). Menurut penelitian Marks, CT-scan

digunakan untuk mengetahui adanya lesiinfark di otak dan merupakan baku

emas untuk diagnosis stroke iskemik karena memilikisensitivitas dan

spesifisitas yang tinggi. Pemeriksaan ini mempunyai keterbatasan, yaitu

tidakdapat memberikan gambaran yang jelas pada onset kurang dari 6 jam,

tidak semua rumahsakit memiliki, mahal, ketergantungan pada operator dan

ahli radiologi, memiliki efek radiasi dan tidak untuk pemeriksaan rutin

skirining stroke iskemik.( Widjaja, Andreas., dkk. 2010) yaitu

Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya

jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil

pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke

ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.


4. Magenetic Imaging Resonance (MRI).

Dengan menggunakan gelombang magnetic untuk menentukan posisi

serta besar/luas terjadinya perdarahan otak.Hasil pemeriksaan biasanya

didapatkan area yang mengalami lesi infark akibat dar hemoragik.

5. USG Doppler.

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem

karotis)

6. EEG.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan

dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls liistrik dalam

jaringan otak.

7. Pemeriksaan Kimia Darah.

Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat

mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun

kembali

8. Pemeriksaan Darah Lengkap.

Untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri

9. Pemeriksaan Elektrokardiogram

Berkaitan dengan fungsi dari Jantung untuk pemeriksaan penunjang

yang berhubungan dengan penyebab stroke.


10. Penggunan skala stroke NIH (National Institute Of Health)

Sebagai pengkajian status neurologis pasien dengan stroke. Yaitu

untuk menentukan status defisit neurologis pasien dan penunjang stadium.

I. KOMPLIKASI

Setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami komplikasi,

komplikasi ini dapat dikelompokkan berdasarkan

1. Dalam hal imobilisasi : infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi dan

tromboflebitis

2. Dalam hal paralisis : nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi deformitas,

dan terjatuh

3. Dalam hal kerusakan otak: epilepsi dan sakit kepala

4. Hidrosepalus (Fransisca B. Batticaca,2008).

Menurut Brunner 7 Suddart,2002 serangan stroke tidak berakhir dengan

akibat pada otak saja, gangguan emosional dan fisik akibat berbaring lama tanpa

dapat bergerak adalah hal yang tidak dapat dihindari. Ada beberapa komplikasi

dari penyakit stroke, yaitu:

1. Hipoksia serebral

2. Penurunan aliran darah serebral

3. Embolisme serebral.
J. PENATALAKSANAAN
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan
melakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan
gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan,
a. Pengobatan Konservatif
1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
3) Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.
4) Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/
memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem
kardiovaskuler.
b. Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
1) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4) Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

K. PENCEGAHAN

a. Hindari merokok, kopi dan alkohol

b. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan ideal ( cegah kegemukan)

c. Batasi intake garam bagi penderita hipertensi

d. Batasi makkanan berkolesterol dan lemak (daging,durian,alpukat,keju dan

lainnya)

e. Pertahankan diet dengan gizi seimbang (banyak mkan buah dan sayuran)

f. Olahraga yang teratur.


A. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
2. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi
nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping
gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan
obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif,
kegemukan.
4. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes militus.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran
darah ke otak terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi
ke otak
3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kerusakan neurovaskuler
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik.
7. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran.
8. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Tupen : Setelah dilakukan 1. Monitor tekanan perfusi
Perfusi jaringan tindakan keperawatan serebral
serebral b.d selama 3 x 24 jam, 2. Catat respon pasien
aliran darah ke diharapkan suplai aliran terhadap stimuli
otak terhambat. darah keotak lancar dengan 3. Monitor tekanan
kriteria hasil: intrakranial pasien dan
1. mendemonstrasikan respon neurology
status sirkulasi yang terhadap aktivitas
ditandai dengan 4. Monitor jumlah drainage
a. Tekanan systole cairan serebrospinal
dandiastole dalam 5. Monitor intake dan
rentang yang output cairan
diharapkan 6. Restrain pasien jika
b. Tidak ada perlu
ortostatikhipertensi 7. Monitor suhu dan angka
c. Tidak ada tanda WBC
tanda peningkatan 8. Kolaborasi pemberian
tekanan intrakranial antibiotik
(tidak lebih dari 15 9. Posisikan pasien pada
mmHg) posisi semifowler
2. mendemonstrasikan 10. Minimalkan stimuli dari
kemampuan kognitif lingkungan
yang ditandai dengan:
 berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi memproses
informasi membuat
keputusan dengan
benar
3. menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran mambaik,
tidak ada gerakan
gerakan involunter
2 Kerusakan Tupen : Setelah dilakukan 1. Dengarkan setiap ucapan
komunikasi tindakan keperawatan klien dengan penuh
verbal b.d selama 3 x 24 jam, perhatian
penurunan diharapkan klien mampu 2. Gunakan kata-kata
sirkulasi ke otak untuk berkomunikasi lagi sederhana dan pendek
dengan kriteria hasil: dalam komunikasi
1. dapat menjawab dengan klien
pertanyaan yang 3. Dorong klien untuk
diajukan perawat mengulang kata-kata
2. dapat mengerti dan 4. Berikan arahan / perintah
memahami pesan-pesan yang sederhana setiap
melalui gambar interaksi dengan klien
3. dapat mengekspresikan6
perasaannya secara
verbal maupun
nonverbal
3 Defisit Tupen : Setelah dilakukan 1. Monitor kemempuan
perawatan diri; tindakan keperawatan klien untuk perawatan
mandi,berpakaia selama 3x 24 jam, diri yang mandiri.
n, makan, diharapkan kebutuhan 2. Monitor kebutuhan klien
toileting b.d mandiri klien terpenuhi, untuk alat-alat bantu
kerusakan dengan kriteria hasil: untuk kebersihan diri,
neurovaskuler 1. Klien terbebas dari bau berpakaian, berhias,
badan toileting dan makan.
2. Menyatakan 3. Sediakan bantuan
kenyamanan terhadap sampai klien mampu
kemampuan untuk secara utuh untuk
melakukan ADLs melakukan self-care.
3. Dapat melakukan 4. Dorong klien untuk
ADLS dengan bantuan melakukan aktivitas
- sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang
dimiliki.
5. Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
8. Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
4 Kerusakan Tupen : Setelah dilakukan 1. Monitoring vital sign
mobilitas fisik tindakan keperawatan sebelm/sesudah latihan
b.d kerusakan selama 3x24 jam, dan lihat respon pasien
neurovaskuler diharapkan klien dapat saat latihan
melakukan pergerakan fisik 2. Konsultasikan dengan
dengan kriteria hasil : terapi fisik tentang
1. Klien meningkat dalam rencana ambulasi sesuai
aktivitas fisik dengan kebutuhan
2. Mengerti tujuan dari 3. Bantu klien untuk
peningkatan mobilitas menggunakan tongkat
3. Memverbalisasikan saat berjalan dan cegah
perasaan dalam terhadap cedera
meningkatkan kekuatan 4. Ajarkan pasien atau
dan kemampuan tenaga kesehatan lain
berpindah tentang teknik ambulasi
4. Memperagakan 5. Kaji kemampuan pasien
penggunaan alat Bantu dalam mobilisasi
untuk mobilisasi 6. Latih pasien dalam
(walker) pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu jika
klien memerlukan.
9. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
5 Pola nafas tidak Tupen : Setelah dilakukan 1. Buka jalan nafas,
efektif tindakan perawatan selama guanakan teknik chin lift
berhubungan 3 x 24 jam, diharapkan pola atau jaw thrust bila perlu
dengan nafas pasien efektif dengan 2. Posisikan pasien untuk
penurunan kriteria hasil : memaksimalkan
kesadaran 1. Menujukkan jalan nafas ventilasi
paten ( tidak merasa 3. Identifikasi pasien
tercekik, irama nafas perlunya pemasangan
normal, frekuensi nafas alat jalan nafas buatan
normal,tidak ada suara 4. Pasang mayo bila perlu
nafas tambahan 5. Lakukan fisioterapi dada
2. Mendemonstrasikan jika perlu
batuk efektif dan suara 6. Keluarkan sekret dengan
nafas yang bersih, tidak batuk atau suction
ada sianosis dan 7. Auskultasi suara nafas,
dyspneu (mampu catat adanya suara
mengeluarkan sputum, tambahan
mampu bernafas dengan 8. Lakukan suction pada
mudah, tidak ada pursed mayo
lips). 9. Berikan bronkodilator
3. Menunjukkan jalan bila perlu
nafas yang paten (klien 10. Berikan pelembab udara
tidak merasa tercekik, 11. Kassa basah NaCl
irama nafas, frekuensi Lembab
pernafasan dalam 12. Atur intake untuk cairan
rentang normal, tidak mengoptimalkan
ada suara nafas keseimbangan.
abnormal 13. Monitor respirasi dan
4. Tanda Tanda vital status O2
dalam rentang normal Oxygen Therapy
(tekanan darah, nadi, 1. Bersihkan mulut, hidung
pernafasan dan secret trakea
2. Pertahankan jalan nafas
yang paten
3. Atur peralatan
oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi
pasien
6. Onservasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
7. Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
6 Resiko Tupen : Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien untuk
kerusakan tindakan perawatan selama menggunakan pakaian
integritas kulit 3 x 24 jam, diharapkan yang longgar
b.d immobilisasi pasien mampu mengetahui 2. Hindari kerutan padaa
fisik dan mengontrol resiko tempat tidur
dengan kriteria hasil : 3. Jaga kebersihan kulit
1. Integritas kulit yang agar tetap bersih dan
baik bisa dipertahankan kering
(sensasi, elastisitas, 4. Mobilisasi pasien (ubah
temperatur, hidrasi, posisi pasien) setiap dua
pigmentasi) jam sekali
2. Tidak ada luka/lesi pada 5. Monitor kulit akan
kulit adanya kemerahan
3. Perfusi jaringan baik 6. Oleskan lotion atau
4. Menunjukkan minyak/baby oil pada
pemahaman dalam derah yang tertekan
proses perbaikan kulit 7. Monitor aktivitas dan
dan mencegah mobilisasi pasien
terjadinya sedera 8. Monitor status nutrisi
berulang pasien
5. Mampu melindungi 9. Memandikan pasien
kulit dan dengan sabun dan air
mempertahankan hangat
kelembaban kulit dan
perawatan alami
7 Resiko Aspirasi Tupen : Setelah dilakukan 1. Aspiration precaution
berhubungan tindakan perawatan selama 2. Monitor tingkat
dengan 3 x 24 jam, diharapkan kesadaran, reflek batuk
penurunan tidak terjadi aspirasi pada dan kemampuan
tingkat pasien dengan kriteria hasil menelan
kesadaran : 3. Monitor status paru
1. Klien dapat bernafas 4. Pelihara jalan nafas
dengan mudah, tidak 5. Lakukan suction jika
irama, frekuensi diperlukan
pernafasan normal 6. Cek nasogastrik sebelum
2. Pasien mampu menelan, makan
mengunyah tanpa 7. Hindari makan kalau
terjadi aspirasi, dan residu masih banyak
mampumelakukan oral 8. Potong makanan kecil
hygien kecil
3. Jalan nafas paten, 9. Haluskan obat
mudah bernafas, tidak sebelumpemberian
merasa tercekik dan 10. Naikkan kepala 30-45
tidak ada suara nafas derajat setelah makan
abnormal
8 Resiko Injury Tupen : Setelah dilakukan 1. Sediakan lingkungan
berhubungan tindakan perawatan selama yang aman untuk pasien
dengan 3 x 24 jam, diharapkan 2. Identifikasi kebutuhan
penurunan tidak terjadi trauma pada keamanan pasien, sesuai
tingkat pasien dengan kriteria dengan kondisi fisik dan
kesadaran hasil: fungsi kognitif pasien
1. Klien terbebas dari dan riwayat penyakit
cedera terdahulu pasien
2. Klien mampu 3. Menghindarkan
menjelaskan lingkungan yang
cara/metode berbahaya (misalnya
untukmencegah memindahkan
injury/cedera perabotan)
3. Klien mampu 4. Memasang side rail
menjelaskan factor tempat tidur
resiko dari 5. Menyediakan tempat
lingkungan/perilaku tidur yang nyaman dan
personal bersih
4. Mampumemodifikasi 6. Menempatkan saklar
gaya hidup lampu ditempat yang
untukmencegah injury mudah dijangkau pasien.
5. Menggunakan fasilitas 7. Membatasi pengunjung
kesehatan yang ada 8. Memberikan penerangan
6. Mampu mengenali yang cukup
perubahan status 9. Menganjurkan keluarga
kesehatan untuk menemani pasien.
10. Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
11. Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
12. Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

stroke merupakan penyakit yang menyerang system saraf manusia, yang

dapat berakibat pada kelumpuhan system-sistem lainnya. Secara umum patologi

stroke berlangsung secara progresif dan bertahap. Secara garis besar, stroke

dibagi menjadi stroke iskemik (karena penyumbatan pembuluh darah) dan stroke

hemoragik (karena pecahnya pembuluh darah).stroke memiliki beberapa factor

resiko yang dapat mendukung perkembangan stroke ang terdiri dari dua jenis

factor, yaitu factor resiko yang tidak dapat dimodifikasikan dan yg dapat

dimodifikasikan. Pencegahan penyakit stroke dapat dilakukan dengan

menimalisirkan factor resiko ang dapat dimodifikasi tersebut, seperti mengatur

pola hidup dan mengkomsumsi makanan yang disesuaikan dengan factor resiko

yang tidak dapat dimodifikasi.

B. Saran

Gejala stroke umumnya sulit untuk dibedakan dengan gejala penyakit

lainnya apabila masih belum mencapai stadium lanjut. Oleh karena itu

pencegahan sangat diharapkan karena setelah mengalami stroke, seseorang sulit

untuk dapat pulih total, apalagi pada usia lanjut. Salah satu cara pencegahannya

yang paling disarankan yaitu komsumsi buah-buahan, sayuran, dan produk susu
rendah lemak serta mengurangi komsumsi lemak jenuh dan beraktivitas fisik

secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyu, Genis Ginanjar. Stroke Hanya Menyerang Orang Tua ?. Yogyakarta: PT.

Benteng Pustaka

Wahjoepramono, Eka J. 171 Tanya Jawab Tentang Stroke, Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama. 2010

Anise, Waspada Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2006

Brunner, I ; Suddarth, Drs. (2002) Buku Ajaran Keperawatan Medical Bedah

Volume 2. Jakarta: EGC.

Herdman, Heather T.2009. diagnose Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC

Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar Auhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Persarafan/ Jakarta: Salemba medika

Redaksi AgroMedia. (2009). Solusi Sehat Mengatasi Stroke. Jakarta: Agromedia

Pustaka.

Sue Moorhead, P., RN dkk. (2004). Nursing Outcomes Classification (NOC). United

States of America: Mosby Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai