PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
for Chronic Obstructive Lung Disease I(GOLD), PPOK saat ini merupakan
penyebab kematian ke-3 pada tahun 2020. Lebih dari 3 juta orang meninggal
karena COPD pada tahun 2012, menyumbang 6% dari semua kematian secara
Sejalan dengan pendapat GOLD, Data Badan Ksehatan Dinia atau World
sebanyak 201 juta manusia mengalami PPOK dan hampir 3 juta manusia
diperkirakan bahwa 3,17 juta kematian disebabkan oleh PPOK dimana terdapat
5% dari presentase semua kematian secara global pada tahun tersebut. Secara
global pada tahun 2016terdapat prevalensi 251 juta kasus PPOK, dan Lebih dari
90% kematian PPOK terjadi di negara-negara yang miskin dan menengah ke
bawah. Penyebab utama PPOK adalah paparan asap tembakau (baik aktif
merokok atau perokok pasif). Faktor-faktor risiko lainnya yaitu paparan polusi
udara dalam ruangan dan luar ruangan serta debu dan asap kerja. Paparan polusi
udara dalam ruangan dapat mempengaruhi janin dan merupakan faktor risiko
karena asma jangka panjang. PPOK kemungkinan akan meningkat pada tahun-
tahun mendatang dikarena prevalensi merokok yang lebih tinggi serta populasi
tidak ada definisi tetap negara berkembang yang diakui secara internasional,
Sejumlah negara berkembang memiliki standar hidup rata-rata yang tinggi, dan
lebih besar. Dari riset kesehatan pada tahun 2013 menunjukan presentase
evektifitas pengobatan tidak hanya diperoleh dari parameter klinik saja, akan
tetapi lebih kepada parameter perspektif pasien, salah satunya adalah perbaikan
kualitas hidup. Perbaikan kualitas hidup pada penyakit kronik yang meliputi
kenyamanan dan kondisi stres psikologi sebaiknya lebih menjadi perhatian dari
langsung dengan gejala yang dialami. Kegunaan dari penilaian kualitas hidup
2017).
Sesak napas adalah salah satu gejala yang paling sering dilaporkan oleh
pasien dengan PPOK yang tahan lama. Kehadiran dyspnea secara signifikan
perubahan signifikan dalam gaya hidup pasien PPOK. Ini juga menyebabkan
insomnia dan gangguan tidur, membuat pasien merasa lelah secara mental dan
mengurangi gejala ini. Banyak tes yang digunakan termasuk dyspnea, tetapi
Medical Research Council dyspnea scale (MMRC), kemudian revisi dari tes
Medical Research Council, adalah yang paling sering digunakan dalam praktek
klinis. Itu diperkenalkan lebih dari lima puluh tahun yang lalu untuk pasien
dengan bronkitis kronis dan meringkas skor lima pernyataan yang ditawarkan
untuk memilih salah satu yang menggambarkan masalah mereka dengan cara
terbaik. Dengan cara itu, peneliti klinis bisa mendapatkan kesan persepsi dan
keparahan penyakit pasien. Tes ini sangat mudah dilakukan; itu valid dan
2015).
St George’s Respiratory Questionnaire (SGRQ) dirancang untuk mengukur
gangguan kesehatan pada pasien dengan asma dan PPOK. Ini juga berlaku
penelitian kecil pada orang dewasa dengan cystic fibrosis. Itu ada dalam dua
bagian. Bagian I menghasilkan skor Gejala, dan Bagian 2 Skor Aktivitas dan
dapat di gunakan untuk menilai kapasitas fungsional dan sangat berguna untuk
(Harikatang.2016).
SGRQ, MMRC, dan 6MWT pada pasien di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Jayapura.
1.2.Rumusan Masalah
1.4.Manfaat Penelitian
di RSUD Jayapura.