4a-Template - Penelitian Dosen Pemula Dasar-Ismawati PDF
4a-Template - Penelitian Dosen Pemula Dasar-Ismawati PDF
tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang diusulkan.
RINGKASAN
Keunggulan dari budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) adalah pertumbuhannya
cepat, dapat dibudidayakan dengan kepadatan tinggi, dan mempunyai harga pasar yang cukup
tinggi, kelemahan yang dimiliki adalah mudah terinfeksi penyakit. Infeksi penyakit dapat
menyebabkan kegagalan produksi dalam budidaya udang Vanname. Imunostimulan merupakan
salah satu upaya pencegahan infeksi penyakit pada udang. Imunostimulan bisa diproduksi dari
bahan herbal dengan tujuan pencarian sumber alternatif yang mudah didapat, murah dan
komoditas lokal, salah satunya adalah daun kasembukan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui potensi daun kasembukan sebagai imunostimulator pada sistem imunitas non
spesifik udang Vanname. Tumbuhan kasembukan dipisahkan antara daun dan batang, kemudian
dikering dan dihaluskan dengan blender sampai berbentuk bubuk dan diayak dengan ayakan
ukuran 80 mesh. Penambahan kasembukan pada pakan udang dibagi menjadi 4 perlakuan yaitu
10, 20, 40 dan 80 (g/kg pakan). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 kali percobaan dan 3 kali
ulangan Variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas imunostimulan pakan
tambahan kasembukan adalah total hemosit dan aktivitas fagositosis. Sebagai hewan uji adalah
udang Vanname yang diperoleh dari budidaya di Situbondo dengan berat ± 8 gram. Pemberian
pakan tambahan dilakukan selama 30 hari dan 4 kali sehari. Untuk pengambilan hemolimfe
dilakukan pada hari ke-0, 10, 20, dan 30 setelah pemberian pakan tambahan kasembukan.
Penghitungan jumlah total hemosit (THC) dilakukan menggunakan haemocytometer dan
aktifitas fagositosis akan diamati menggunakan mikroskop. Analisa data menggunakan uji
ANOVA dengan selang kepercayaan 95%, kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan untuk
mengetahui perlakuan yang berbeda.
Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan
yang akan diteliti, tujuan khusus, dan urgensi penelitian. Pada bagian ini perlu dijelaskan uraian
tentang spesifikasi khusus terkait dengan skema.
LATAR BELAKANG
Budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) saat ini banyak digeluti oleh masyarakat
sebab budidaya udang vaname memiliki keunggulan daya tahan hidup lebih tinggi dibandingkan
udang windu. Budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) cenderung memerlukan waktu yang
pendek. Kekuatan pasar dan harga udang vaname juga cukup tinggi meskipun disisi lain budidaya
udang vaname memerlukan modal/biaya yang tinggi sehingga resiko kerugian besar akan terjadi jika
terjadi kegagalan dalam budidaya. Ditjen Perikanan Budidaya (2015) telah merencanakan
peningkatan produksi udang vaname sejak tahun 2015 sebesar 12 % per tahun sehingga pada
tahun 2019 target capaiannya mencapai 842 ribu ton. Salah satu faktor pembatas dalam budidaya
udang vaname adalah munculnya serangan virus yang merupakan penyebab utama kegagalan panen
hingga saat ini.
Budidaya udang vaname yang telah terinfeksi virus tidak dapat disembuhkan sehingga
cara yang dapat dilakukan adalah pencegahan sebelum terjadi infeksi. Salah satu upaya untuk
mencegah terjadinya infeksi adalah peningkatan sistem pertahanan pada udang. Peningkatan
sistem pertahanan tubuh udang dapat dilakukan dengan cara menggunakan imunostimulan,
vitamin dan hormon. Immunostimulan berupa senyawa kimia, obat atau bahan-bahan lain yang
diberikan untuk tujuan meningkatkan mekanisme respon spesifik maupun non spesifik pada ikan
(Johny et al., dalam Putri et al (2013); Anderson dalam Putri et al, 2013). Pada sistem
pertahanan seluler non spesifik hemosit merupakan faktor yang sangat penting, kemampuan
hemosit dalam aktivitas fagositosis yang mengalami peningkatan pada kejadian infeksi,
menunjukkan pertahanan tubuh yang bersifat seluler. Untuk dapat mengetahui peningkatan
ketahanan tubuh udang yaitu dapat dilihat dari peningkatan aktivitas fagositosis sel-sel hemosit.
Penelitian ini termasuk dalam rumpun ilmu hewani yaitu perikanan dan fokus pada
makanan dan nutrisi ikan. Penelitian sesuai dengan Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) pada
bidang fokus pangan dan pertanian. Tema penelitian adalah budidaya perikanan dengan tema
optimasi budidaya udang vaname dengan penggunaan immunostimulan alami dari daun
kesembukan yang sengaja ditambahkan pada pakan buatan. Mengingat permasalahan yang
dialami dalam usaha budidaya udang vaname yang saat ini sangat krusial yaitu munculnya
serangan virus pada udang vaname. Penambahan bahan alami yaitu daun kesembukan pada
pakan udang sebagai immunostimulan bertujuan untuk meningkatkan imun udang sehingga
dapat mencegah serangan virus maupun bakteri.
Sembukan merupakan tumbuhan yang memiliki manfaat sebagai obat tradisional untuk
mengobati sakit perut serta penambah nafsu makan pada anak. Penelitian Usman et al (2017)
tentang bioaktif mikroba ekstrak daun sembukan dalam menghambat aktivitas Staphylococcus
aureus didapatkan hasil bahwa ekstrak eter daun sembukan dapat menghambat aktifitas
Staphylococcus aureus dengan zona hambat 4,75 mm. Sedangkan ekstrak n-Butanol daun
sembukan dapat menghambat aktifitas Staphylococcus aureus dengan zona hambat 6,5 mm.
Berdasarkan hal tersebut maka dalam hal ini tim kami tertarik untuk mengkaji kemampuan daun
sembukan sebagai imunostimulan yang akan ditambahkan pada pakan udang vaname.
1. Mengetahui jumlah total hemosit udang vaname setelah diberi immunostimulan daun
kesembukan
2. Mengetahui aktifitas fagositosis udang vaname setelah diberi pakan tambahan daun
kasembukan.
Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dalam
bidang yang diteliti. Bagan dapat dibuat dalam bentuk JPG/PNG yang kemudian disisipkan
dalam isian ini. Sumber pustaka/referensi primer yang relevan dan dengan mengutamakan hasil
penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang terkini. Disarankan penggunaan sumber
pustaka 10 tahun terakhir.
TINJAUAN PUSTAKA
Sembukan (Paederia feotida L.)
Patel (2017) meneliti kandungan senyawa fitokimia dalam sembukan dan ditemukan
beberapa senyawa aktif yaitu β-sitosterol, paederosida, glikosida, asperulosida, iriod, senyawa
alkoloid dan minyak atsiri. Secara umum senyawa aktif yang terkandung dalam sembukan yaitu
senyawa golongan flavonoid dan terpen. Senyawa-senyawa tersebut termasuk senyawa polar
sehingga pelarut yang digunakan harus bersifat polar, salah satu pelarut yang bersifat polar
adalah etanol. Ekstrak etanol sembukan mengandung senyawa golongan steroid yang merupakan
salah satu senyawa antioksidan alami yang dapat memberikan efek hepatoprotektif (Sukmawati
et al, 2014; Nasrudin et al, 2017). Lebih lanjut Abriyanto et al (2012) mengemukakan hasil
penelitian tentang ekstrak etanol daun sembukan mempunyai aktifitas antifungi khususnya dalam
menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.
Udang vannamei (Litopenaeus vannameii) berasal dari pantai barat Amerika yang
merupakan daerah subtropis. Udang vaname diresmikan masuk Indonesia sejak tahun 2001
yaitu pada saat produksi udang windu menurun. Pada umumnya udang vaname tahan terhadap
penyakit akan tetapi dalam perkembangannya udang vaname terserang penyakit WSSV (white
spot syndrome virus), IMNV (infections mynecrocis virus) dan TSV (taura syndrome virus) dan
EMS (early mortality syndrome) (Tim Perikanan WWF Indonesia, 2014).
Imunostimulan
Imunitas adalah ketahanan atau resistensi terhadap penyakit terutama pada infeksi.
Sistem imun merupakan hasil kerjasama antara sel, molekul-molekul dan jaringan yang
memiliki peran dalam melakukan aktifitas ketahanan terhadap infeksi (Baratawidjaja dalam
Purbomatono, 2014).
Tujuan pemberian immunostimulan dimaksudkan untuk mengaktifkan sistem imun non-
spesifik sel seperti hemosit pada avertebrata Dalam pemberian imunostimulan harus
memperhatikan dosis pemberian optimal, dimana dosis aplikasi pemberian immunostimulan
merupakan faktor yang mempengaruhi peningkatan respon imun pada udang (Dugger dan
Jory dalam Putri et al, 2013; Putri, et al, 2013).
Hemosit
Hemosit atau sel darah udang terdiri 3 macam yaitu sel granulosit, sel agranulosit dan sel
hialin. Komposisi maupun fungsi hemosit masih belum diketahui dengan baik, akan tetapi
jumlah dan tipe hemosit serta aktivitas microbial yang dapat digunakan untuk memantau
kesehatan udang. Karakteristik dan aktivitas sistem pertahanan udang (hemosit) dapat
digunakan untuk menilaian kesehatan udang (Maharani et al, 2009).
Total hemosit merupakan parameter hemolimfe yang paling sensitif dan konstan terhadap
kondisi stres pada budidaya udang Farfantepenaeus paulensis (Perazzolo et al. dalam
Hartinah et al (2014). Perubahan jumlah hemosit sampai batas tertentu, biasanya diikuti
dengan perubahan komposisi diferensiasi sel-sel hemosit (Hartinah, 2012). Lebih lanjut
Lorenzon et al dalam Pratiwi et al (2016) hemosit dapat dijadikan parameter kuantitatif
dalam mengukur respon stres pada udang. Kemampuan inang untuk melawan bahan asing
serta beberapa respon terhadap infeksi dipengaruhi oleh total hemosit sehingga hemosit yang
rendah dapat menyebabkan kerentanan pada serangan patogen. Peningkata total hemosit
meningkatkan status kesehatan organisme karena memiliki peluang untuk membentuk sel-sel
fagositosis yang sangat berperan dalam mempertahankan diri dari serangan mikroorganisme
(Johansson et al dalam Tenriulo et al, 2014).
Fagositosis
Salah satu bentuk pertahanan diri tubuh dalam melawan infeksi bakteri dilakukan dengan
cara menelan bakteri-bakteri patogen kemudian dihancurkan, hal tersebut dikenal dengan
fagositosis. Faktor penting dalam pertahanan adalah pengenalan bakteri oleh sel fagosit
(Bergman et al, dalam Haniastuti, 2009; Keisari et al dalam Haniastuti, 2009). Fagositosis
merupakan proses penelanan dan penghancuran mikroorganisme maupun benda asing yang
masuk ke dalam sel-sel fagosit neotrofil maupun mononuklear yaitu makrofag. Syarat
terjadinya fagositosis adalah sel-sel fagosit harus berada dalam jarak dekat dengan partikel
mikroorganisme atau bahan asing agar partikel tersebut menempel pada permukaan sel
fagosit, agar hal tersebut tercapai maka fagosit harus bergerak menuju mikroorganisme atau
benda asing melalui proses kemotoksis (Kamen dan Rengganis dalam Ahmad, 2012; Roitt
dan Delves dalam Ahmad 2012).
6. Analisa Data
Analisa data menggunakan uji ANOVA dengan selang kepercayaan 95%, kemudian
dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perlakuan yang berbeda.
Penugasan dan alokasi waktu untuk tim kegiatan penelitian dosen pemula sebagaimana
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Penugasan dan Alokasi Waktu
Nama Posisi Penugasan Alokasi Waktu
(jam/minggu)
Ismawati Ketua Menjadwalkan dan 8
mengkoordinasika
n pelaksanaan
penelitian
Mengkoordinir
penyiapan alat dan
bahan penelitian
Mencatat dan
mendokumentasik
an kegiatan dan
hasil kegiatan
Mengkoordinir
penyusunan
laporan dan
melaporkan
kemajuan
R. Amilia Destryana Anggota Membuat 8
formulasi pakan
udang
Mengamati dan
melaporkan hasil
penelitian
Mengumpulkan
data hasil
penelitian
Naily Huzaimah Anggota Menganalisis data 8
hasil penelitian
Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan
penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.
JADWAL
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pengumpulan sembukan dan sortasi
2 Pembuatan bubuk
4 Persiapan lab
5 Penerapan perlakuan
Pengamatan dan pengumpulan hasil
6 pengamatan
Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ditjen Perikanan Budidaya. 2015. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya Tahun 2015 – 2019.
2. Putri, M.F., Sarjito, Suminto. 2013. Pengaruh Penambahan Spirulina Sp. Dalam Pakan
Buatan terhadap Jumlah Total Hemmosit dan Aktivitas Fagositosis Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) Journal of Agriculture and Management and Technology. 2 (1):
102-112.
3. Usman, S., Ibrahim, I. 2017. Uji Aktivitas Senyawa Bioaktif Antimikroba Dari Ekstrak
Daun Sembukan (Paederia feotida L.) Pada Bakteri Staphylococcus A Ureus Dengan
Metode Bioautograf. Media Farmasi. 13 (2): 49-55.
4. Kumar, V, Pankajkumar, S.Y., Singh, U.P., Bhat, H.R. Md. Dan Zaman, K. 2009.
Pharmacognosticcal and Phytochemical Study on the Leaves of Paederia feotida linn.
PharmTech. 1 (3): 918-920.
5. Sukmawati, D.A.N., hayati, E.K. dan Muti’ah, R. 2014. Uji Fitokimia dan Uji Toksisitas
ekstrak Etanol Tanaman Kesembukan (Paederia feotida Linn.) dengan Metode Brine
Shrimp Lethality Test. Jurnal Alchemi. 3 (2): 189-193.
6. Pratama, Y.D., Bawa, Gede A.GI., dan Gunawan, Gede W.,I. 2016. Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Minyak Atsiri dari Tumbuhan Sembukan (Paederia feotida L)
dengan Metode kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-MS).
7. Patel, DK. 2017. Paederia Feotida Linn.: Apotential Climbing Medicinal Herb in Central
India. International Journal of Environmental Sciences and Natural Resources. 6 (5).
8. Nasrudin, Wahyono, Mustofa dan Susidarti, R.A. 2017. Isolasi Senyawa Steroid dari
Kukit Akar Senggugu. Pharmacon Jurnal. 6 (3): 332-340.
9. Abriyanto, E. A., Sabikis dan Sudarso. 2012. Aktivitas Anti fungi Ekstrak Etanol Daun
Sembukan (Paeederia feotida L) terhadap Candida albicans. Jurnal Pharmacy. 9 (3): 2-
10.
10. Tim WWF-Indonesia. 2014. Budidaya Udang Vannamei Tambak semi Intensif dengan
Instalasi Pengolahan Air.
https://d2d2tb15kqhejt.cloudfront.net/downloads/bmp_budidaya_udang_vannamei_2014.
pdf. Diakses Agustus 2018..
11. Purbomatono, C., dan Husin. 2014. Pemberian ekstrak Rumput Laut untuk Meningkatkan
Imunitas Udang. Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP 2014. 2 (1): 14-19.
12. Maharani, G., Sunarti, Triastuti, J. Dan Juniastuti. 2009. Kerusakan dan Jumlah Hemosit
Udang Vaname Windu (Penaeus monodon Fab) yang Mengalami Zoothamniosis. Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1 (1): 21-29.
13. Hartinah, Senung, L.P.L., Hamal, R. 2014. Performa Jumlah Dan Diferensiasi Sel
Hemosit Juvenil Udang Windu (Penaeus Monodon Fabr.) Pada Pemeliharaan Dengan
Tingkat Teknologi Budidaya Yang Berbeda. Jurnal Bionature. 15 (2): 104-110.
14. Pratiwi, R. 2016. Budidaya dengan Sistem Kompartemen Inividu Terhadap Respon
Fisiologis dan Kinerja Produksi Lobster Pasir. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.repository.ipb.ac.id. Diakses Agustus 2018.
15. Tenriulo, A., Parenrengi, A., Tampangalo, R.B. 2014. Respons Imun Udang Windu,
Penaeus monodon yang Membawa Marker DNA Tahan Penyakit Setelah Dipapar Bakteri
Patogen Vibrio Harveyi. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 975-983.
16. Haniastuti, T. 2009. Penurunan Aktivitas Fagositosis Sel Makrofag Mencit Setelah
Distimulasi Minyak Atsiri Kencur Terhadap Actinobacillus Actinomycetemcomitans.
Dentika Dental Jurnal. 14 (1): 11-14.
17. Ridlo, A., Pramesti, R. 2009. Aplikasi Ekstrak Rumput Laut Sebagai Agen
Imunostimulan Sistem Pertahanan Non Spesifik Pada Udang (Litopennaeus Vannamei).
Jurnal Ilmu Kelautan. 14 (3): 133-137.
18. Ahmad, S. 2012. Pengaruh Level HBA1C terhadap Fungsi Fagositosis Neutrofil
(PMN)pada Penderita Periodontitis Diabetika. Jurnal Maj Ked Gi. 19 (2):93-97.