Anda di halaman 1dari 5

Analisis Kemampuan Komunikasi Berdasarkan Self-Efficacy Siswa Dalam Menyelesaikan

Soal Statistika
Oleh :
1. Moh. Malikul Hasan (17204163149)
2. Desika Imafatul (17204163154)
3. Binti Roudhotul Aziizah (17204163162)
I. Pendahuluan

A. Latar Belakang
Kemampuan berkomunikasi di dalam pembelajaran matematika
khususnya di sekolah menengah pertama kurang mendapat perhatian dari para
guru. Guru lebih cenderung menekankan pada kemampuan berhitung, pemecahan
masalah, dan penalaran. Sehingga kemampuan komunikasi siswa pada
matematika lemah. Karena siswa kurang dapat mengkomunikasikan ide-ide
matematikanya secara jelas dan benar serta baik secara lisan maupun tulisan.
Kemampuan komunikasi matematik merupakan salah satu standar proses
dalam pembelajaran matematika di sekolah. Van De Wall, Karp, Jenniferand
Williams (2000) mengemukakan 5 standar proses dalam pembelajaran
matematika yakni: 1. Problem Solving, 2. Penalaran dan bukti, 3. Komunikasi, 4.
Koneksi, dan 5. Representasi. Standar proses kemampuan komunikasi tersebut
memberikan Batasan terhadap aspek-aspek komunikasi yang diajarkan pada
sekolah. Kemampuan komunikasi matematik merupakan kemampuan siswa
dalam mengkomunikasikan ide-ide tematik pada orang lain(Saleh Haji dan M.
Ilham Abdullah, 2016) .
Baroody (1993) menjelaskan bahwa pentingnya komunikasi dalam
pembelajaran matematika, karena mathematics as language dan mathematics
learning as social activity. Sebagai Bahasa, matematika digunakan orang dalam
menyampaikan ide dengan menggunakan symbol dan pengertian yang memiliki
arti tunggal. Matematika yang digunakan di sekolah dalam pembelajaran
matematika menghasilkan berbagai aktivitas siswa dan guru dalam mendiskusikan
matematik. Selain aktivitas di dalam kelas (sekolah), matematik juga digunakan
oleh masyarakat dalam aktivitas sosialnya. Seperti di dalam aktivitas
perdagangan, pertanian,pertambangan dan lain-lain dalam (Saleh Haji dan M.
Ilham Abdullah, 2016).
Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan yang penting
dalam mempelajari matematika. Hal ini berdasarkan hasil penelitian(Kartos dan
Shin, 2010) yang menjelaskan bahwa peserta didik yang memiliki kemampuan
komunikasi matematis lebih akan semakin besar pemahaman mereka tentang
matematika. Sedangkan menurut Baroody dalam Asikin dan Junaedi (2013: 204)
yaitu (1) matematika adalah alat komunikasi berbagai ide secara jelas,tepat dan
ringkas, (2) pembelajaran matematika sebagai aktivitas sosial yang didalamnya
terjadi interaksi antar peserta didik dan komunikasi guru-peserta didik.
Berdasarkan penelitian Muklis (2016: 418) selain kemampuan komunikasi
matematis, Self-efficacy atau keyakinan diri sendiri akan kemampuan yang
dimiliki untuk mengomunikasikan gagasannya secara simultan memberikan
pengaruh terhadap prestasi belajar matematika. Menurut Hamidah (2010) semakin
tinggi self-efficacy seseorang terhadap kemampuannya baik dalam merumuskan
konsep,, menyampaikan ide, dan mempertajam ide untuk menyakinkan orang lain
maka semakin tinggi pula kemampuan komunikasi matematikanya
dalam(Nurdiana & Pujiastuti, 2018).
Pengertian self-efficacy sendiri adalah keyakinan seseorang atas
kemampuannya untuk mengarahkan motivasi, sumberdaya kognitif, dan tindakan
yang diperlukan dalam menghadapi situasi tertentu. Menurut Adi Nurjana self-
efficacy adalah kepercayaan seseorang terhadap kemampuan dalam
mengkoordinasikan ketrampilan dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dalam domain dan keadaan tertentu. Dengan kata lain self-efficacy
adalah keyakinan individu dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang
dihadapinya diberbagai situasi serta mampu menentukan tindakan dalam
menyelesaikan tugas atau masalah tertentu, sehingga individu tersebut mampu
mengatasi rintangan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Sedangkan menurut Bandura (1982) menjelaskan bahwa self-efficacy
adalah berfokus pada keyakinan terhadap pelaksanaan tugas dengan baik yang
berhubungan perspektif situasi. Self-efficacy yang terus dilatih, membuat siswa
mempunyai pemikiran bagaimana dia merasa, berpikir, memotivasi diri, dan
berperilaku dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Self-efficacy mempunyai
peran sentral untuk menganalisis perubahan pencapaian dalam tingkah laku, baik
yang bersifat ketakutan ataupun penghindaran dalam (Nurdiana & Pujiastuti,
2018). Menurut Gunawan (2006) kepercayaan diri menentukan seberapa besar
potensi atau kemampuan diri yang kita gunakan, seberapa baik dan efektif
perbuatan kita sehingga menentukan seberapa besar hasil yang kita capai.
Berdasarkan penilitian Laili dan Azizah (2015) disimpulkan bahwa keterampilan
self-efficacy berhasil dilatih melalui penerapan model pembelajaran berbasis
masalah.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai (1)
kemampuan komunikasi siswa matematis siswa dalam menyelesaikan soal
statistika, (2) kemampuan komunikasi siswa matematis siswa berdasarkan self-
efficacy, (3) kemampuan komunikasi berdasarkan self-efficacy siswa dalam
menyelesaikan soal statistika. Setelah mengetahui hasil penelitian maka kita dapat
menarik kesimpulan mengenai analisis kemampuan komunikasi berdasarkan self-
efficacy siswa dalam menyelesaikan soalstatistika.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khumaidi (2017) dengan
judul “Analisis Kemampuan Komunikasi Berdasarkan Self-Efficacy Siswa Pada
Model Pembelajaran MEA” menyimpulkan bahwasannya siswa dengan self
efficacy yang tinggi dapat menggunakan semua indikator komunikasi matematis
dengan maksimal. Sedangkan self efficacy rendah dan sedang tidak dapat
mengungkapkan ide-ide matematis secara maksimal. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan Khumaedi ternyata belum ada penelitian yang melakukan sebuah
pengamatan self efficacy siswa dalam menyelesaikan soal statistika, maka dari itu
kami melakukan penelitian ini untuk mencari tahu self efficacy yang dimiliki
siswa dalam menyelesaikan soal statistika dalam (Suyitno, 2017).

B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif diterapkan untuk memperoleh jawaban dari rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu analisis kemampuan komunikasi berdasarkan self efficacy
siswa dalam menyelesaikan soal statistika. Penelitian ini dilakukan di MTsN 3
Tulungagung pada tanggal 15 April 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh kelas VII MTsN 3 Tulungagung pada semester genap. Dengan penggunaan
teknik cluster sampling diperoleh kelas VII-D sebagai kelas ted an kelas VII-E
sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa tes,
angket, wawancara, dan dokumentasi. Tes digunakan untuk mendapatkan nilai
kemampuan komukasi matematis siswa dalam menyelesikan soal statistika.
Angket digunakan untuk mengetahui self efficacy yang dimiliki oleh siswa.
Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui data secara
langsung mengenai tentang kemampuan komunikasi matematis siswa dalam
menyelesaikan soal tes kemampuan komunikasi matematis. Yang terakir
dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data nama-nama siswa kelas VII-D
dan VII-E MTsN 3 Tulungagung. Analisis data yang digunakan yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data digunakan untuk
mencari gambaran secara jelas dan memfokuskan pada hasil jawaban dari siswa.
Penyajian data dilakukan untuk menyusun teks naratif dari sekumpulan informasi
yang berasal dari hasil reduksi data.
C. Hasil dan Pembahasan
Setelah dilakukan pengambilan pembelajaran, maka diadakan tes kemampuan
komunikasi matematis terhadap siswa.
Hasil tes tersebut disajikan dalam tabel.1
Tabel 1. Data hasil tes kemampuan komunikasi matematis
Statistik KKM
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
N 25 25
Rata-rata 50,2 68
Nilai Tertinggi 100 100
Nilai Terendah 13 25
Berdasarkan Tabel 1. Terlihat bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa pada
kelas kontrol lebih baik dari pada siswa kelas eksperimen Berdasarkan analisis data
diperoleh nilai rata-rata presentase perindikator tes akhir yang dapat dilihat pada Tabel
2. Sebagai berikut
Tabel 2. Rata-rata Presentase Skor Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Perindikator
Indikator Ekperimen Kontrol
1. Menyajikan data 66,0 100
dalam bentuk
diagram batang,
garis maupun
lingkaran
2. Membaca atau 56,0 60,8
menafsirkan diagram
batang, diagram
garis dan diagram
lingkaran suatu data
3. Membaca atau 36,8 56,2
menafsirkan diagram
batang, diagram
garis dan diagram
lingkaran suatu data
dan memberikan
kesimpulan dari
pernyataan
matematika
Rata-rata 52,93 72,33

Dari tabel 2, presentase skor perindikator soal postes satu soal terdiri dari 1
indikator, maupunn satu soal terdiri dari beberapa indikator dapat dilihat nilai rata-rata
paling tinggi pada kelas eksperimen adalah terletak pada indikator ke-1 yaitu 66,0
karena indikator ke-1 terdapat pada soal nomer 1, rata-rata paling rendah terletak pada
indikator ke-3 yaitu 36,8. Sedangkan untuk kelas Kontrol nilai rata-rata paling tinggi
terletak pada indikator ke-1 adalah 100 karena terdapat pada soal nomer 1 dan rata-rata
yang paling rendah terletak pada indikator ke-3 adalah 56,2 terdapat pada soal nomer 3.

Selanjutnya untuk mengetahui statistic data hasil tes akhir self efficacy pada
kelas eksperimen dan kelas control dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Anda mungkin juga menyukai