ABSTRAK
Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit yang mudah menular dari tahun ke tahun. Penyakit ini
memperlihatkan peningkatan dalam jumlah kasus baru maupun pada angka kematian.Pada tahun
1993, WHO mencanangkan kedaruratan Global Penyakit TBC Paru, disebagian besar negara-negara
di Dunia, Penyakit ini tidak terkendali dan tidak berhasil disembuhkan. WHO melaporkan adanya 3
juta orang tiap tahun meninggal dan di perkirakan 5.000 orang tiap harinya. Tiap tahun ada 9 juta
penderita TBC paru dan 75 % kasus kematian dan kesakitan di masyarakat diderita oleh orang-orang
umur produktif dari 15-54 tahun (Anonym 2007 ).
TBC Paru merupakan Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Microbacterium Tuberkulosis Paru
dengan gejala yang sangat berfariasi. (Arief Mansjoer dkk, 2007 ). Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran pengetahuan pasien terhadap terjadinya penyakit TBC Paru di Ruang Rawat
Inap RS Islam Faisal Makassar.
Jenis Penelitian Deskriptif dengan Pendekatan Wawancara, Observasi dan kuesioner atau angket.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita TBC Paru yang dirawat di Ruang Rawat Inap
RS Islam Faisal Makassar pada Bulan januari – Mei 2013 sebanyak 36 orang dengan Sampel 30
orang.
Hasil yang di peroleh dari penelitian ini menunjukan bahwa Pasien yang dirawat di Ruang Rawat
Inap sebagian besar yang berpengetuan tentang keteraturan berobat sebnyak 20 orang ( 66,6%) yang
tidak putus berobat dan yang putus berobat terdapat 10 orang (33%).
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan perlu ditingkatkan lagi penyuluhan yang lebih intensif
dalam rangka menggerakkan masyarakat dalamupayapencegahanTuberculosis.
478
Tuberkulosis Paru adalah penyakit droplet nuclei dapat tinggal diudara dalam
menular yang disebabkan oleh waktu lebih lama.dibawah sinar matahari
mycrobacterium Tuberkulosis yang dapat langsung basil tuberkel mati dengan cepat
menyerang semua alat tubuh, yang tersering tetapi dalam ruang yang gelap, lembab dapat
ialah paru dan jantung. (Ahmad, 2008) bertahan sampai beberapa jam.
2. Etiologi Dua faktor penentu keberhasilan
Tuberkulosis Paru adalah penyakit pemaparan Tuberkulosis pada individu baru
menular yang disebabkan oleh Basil yakni konsentrasi droplet nuclei dalam udara
Mikrobakterium Tuberkulosis tipe humanus, dan panjang waktu individu bernapas dalam
sejenis kuman yang berbentuk batang dengan udara yang terkontaminasi tersebut.disamping
ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. daya tahan tubuh yang bersangkutan,
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak Meskipun terdapat berbagai jenis
(lipid). Lipid inilah yang menyebabkan kuman basil,Namunbasil Tuberkel(Mykrobakterium
tahan asam.sehingga basil ini digolongkan Tuberkulosis)merupakan penyebab utama dan
menjadi Basil tahan Asam (BTA) maksudnya Tuberkulosis Paru diseluruh Dunia. (John
bila basil ini di warnai, maka warna ini tidak Crofton, 2007)
akan luntur walaupun pada bahan kimia yang 4. Penularan Dan Faktor-Faktor Resiko
tahan asam. (Tjandra Yoga Aditama, 2010) Tuberkulosis Paru ditularkan secara
Kuman ini tahan hidup pada udara langsung melalui kandungan kuman
kering maupun dalam keadaan dingin (dapat Tuberkulosis di udara saat bercakap-cakap,
tahan bertahun-tahun dalam lemari es).Hal ini batuk dan bersin. (Andi Muhadir, 2010)
terjadi karena kuman berada dalam sifat Individu yang beresiko tinggi untuk tertular
dormant.Dari sifat dormant ini kuman dapat Tuberkulosis Paru adalah:
bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis a. Mereka yang kontak langsung dengan
aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. seseorang yang menderita penyakit TBC Paru
Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih aktif.
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan b. Individu imunosupresif (termasuk lansia,
oksigennya.Dalam hal ini tekanan bagian pasien dengan kangker dan mereka yang dalam
apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian terapi kostikosteroid atau mereka yang terkena
lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan penyakit HIV).
tempat predileksi penyakit tuberkulosis. c. Penggunaan Obat IV ( Intra Vena) dan
Tuberkulosis paru merupakan penyakit Alkohol.
infeksi penting saluran pernapasan.Basil d. Setiap Individu tanpa perawatan kesehatan
Mykrobakterium tersebut masuk kedalam yang adekuat (Tunawisma, etnik dan ras
jaringan paru melalui saluran napas (droplet minoritas)
infection) sampai alveoli, maka terjadilah e. Setiap Individu dengan gangguan medis yang
infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar sudah ada sebelumnya (Misalnya diabetes
kekelenjar getah bening setempat dan melitus, gagal ginja kronis dan silikosis
terbentuklah primer kompleks penyimpanan gizi)
(ranke).keduanya dinamakan tuberkulosis f. Imigran dari Negara dengan insiden TBC Paru
primer, yang dalam perjalanannya. sebagian yang tinggi di Asia Tenggara, Afrika, Amerika
besar akan mengalami penyembuhan. latin, dan Karibia.
Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi g. Setiap individu yang tinggal di institusi
sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik (misalnya fasilitas perawatan jangka panjang,
terhadap basil mykrobakterium Tuberkulosis institusi psikiatrik dan penjara)
yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 h. Individu yang tinggal di daerah perumahan
tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis substandar kumuh.
post primer (reinfection) adalah peradangan i. Petugas Kesehatan.
jaringan paru karena terjadi penularan ulang j. Resiko tertular Tuberkulosis Paru juga
yang mana didalam tubuh terbentuk kekebalan tergantung banyaknya organisme yang terdapat
spesifik terhadap basil tersebut. diudara. (Brunner dan Suddarth 2002)
3. Proses Penularan
Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni 1. Patofisiologi
penularan melalui droplet nuclei yang Kuman Mikrobacterium Tuberkulosis
dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi Paru masuk kedalam tubuh melalui saluran
dalam fase aktif.setiapkali penderita ini batuk pernafasan, saluran pencernaan, dan luka
dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. terbuka pada kulit, kebanyakan infeksi
Penularan umumnya terjadi didalam ruangan Tuberkulosis Paru terjadi melalui udara (air
480
borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang pleura, pneumothorax. anemia dan lain-lain.
berasal dari orang yang terinfeksi. (Bahar, 4) Nyeri dada. Nyeri dada pada TBC Paru
2008) termasuk nyeri pleuritik yang ringan. gejala ini
Basil Tuberkel yang mencapai permukaan timbul apabila sistem persarafan di pleura
alveolus biasanya diinhalasi terdiri dari satu terkena.
sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar Gejala sistemikmeliputi :
cenderung tertahan di saluran hidung dan 1) Demam. Merupakan gejala yang sering
cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam
penyakit.Setelah berada dalam ruang alveolus hari mirip demam influenza, hilang timbul dan
biasanya dibagian bawah lobus atau paru-paru, makin lama makin panjang serangannya
atau dibagian atas lobus bawah.Basil tuberkel sedang masa bebas serangan makin pendek.
ini membangkitkan reaksi peradangan.Leukosit 2) Gejala sistemik lain. Gejala sistemik lain ialah
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut keringat malam, anoreksia, penurunan berat
dan memfagosit bakteria namun tidak badan serta malaise.
membunuh organisme tersebut.Sesudah hari- Timbulnya gejala biasanya dalam beberapa
hari pertama maka leukosit diganti oleh minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut
makrofag.Alveoli yang terserang akan dengan batuk, panas, sesak napas walaupun
mengalami konsolidasi dan timbul gejala jarang dapat juga timbul menyerupai gejala
pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat pneumonia.
sembuh dengan sendirinya sehingga tidak ada a. Gejala klinisHaemoptoe :
sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari
berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau nasofaring dengan cara membedakan ciri-ciri
berkembang biak didalam sel. Basil juga sebagai berikut :
menyebar melalui getah bening menuju ke 1) Batuk darah. Darah dibatukkan dengan rasa
kelenjar bening regional. Makrofag yang panas di tenggorokanDarah berbuih bercampur
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang Darah segar berwarna merah mudahDarah
dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel bersifat alkalisAnemia kadang-kadang terjadi.
tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh fosit. 2) Muntah darah. Darah dimuntahkan dengan rasa
Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 mualDarah bercampur sisa makanan Darah
sampai 20 hari.(Bahar, 2008) berwarna hitam karena bercampur asam
lambungDarah bersifat asamAnemia sering
2. Manifestasi Klinik terjadi.
Tuberkulosis sering dijuluki “the great 3) Epistaksis. Darah menetes dari hidungBatuk
imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai pelan kadang keluarDarah berwarna merah
banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga segarDarah bersifat alkalisAnemia jarang
memberikan gejala umum seperti lemah dan terjadi. (Rustam, 2008)
demam. Pada sejumlah penderita gejala yang
timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan 3. Test Diagnostik
kadang-kadang asimtomatik. Foto thorax dengan atau tanpa literal
Gambaran klinik TBC Paru dapat dibagi merupakan pemeriksaan radiology standar.
menjadi 3 golongan : Karakteristik radiology yang menunjang
Gejala respiratorikmeliputi : diagnostik antara lain :
1) Batuk. Gejala batuk timbul paling dini dan a. Bayangan lesi radiology yang terletak di
merupakan gangguan yang paling sering lapangan atas paru.
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif b. Bayangan yang berawan (patchy) atau
kemudian berdahak bahkan bercampur darah berbercak (noduler)
bila sudah ada kerusakan jaringan c. Adanya kapias, tunggal atau ganda.
2) Batuk darah. Darah yang dikeluarkan dalam d. Adanya klasifikasi.
dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis e. Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat
atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau dilapangan atas paru.
darah segar dalam jumlah sangat banyak. f. Bayangan yang menetap atau relatif menetap
Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh setelah beberapa minggu.
darah. Berat ringannya batuk darah tergantung g. Bayangan bilier.
dari besar kecilnya pembuluh darah yang PemeriksaanBakteriologik(Sputum),ditemukan
pecah. nyakuman Mycrobakterium Tuberkulosis dari
3) Sesak Napas. Gejala ini ditemukan bila dahak penderita memastikan Diagnosis
kerusakan parenkim paru sudah luas atau Tuberkulosis Paru. Pengambilan dahak yang
481
benar sangat penting untuk mendapatkan hasil urutan kebutuhan pengobatan. Untuk itu penderita
yang sebaik-baiknya.Pada pemeriksaan dibagi dalam 4 kategori sebagai berikut :
pertama.sebaiknya 3 kali pemeriksaan a. Kategori I : Kasus baru dengan dahak positif
dahak.Uji resistensi harus dilakukan apabila dan penderita dengan keadaan yang berat
ada dugaan resistensi terhadap seperti Meningitis, TBC Paru milier,
pengobatan.Pemeriksaan sputum adalah Perikarditis, peritonitis, pleuritis atau
diagnostik yang terpenting dalam program bilateral, spondiolitis dengan gangguan
pemberantasan TBC Paru di Indonesia. neurologis, penderita dengan dahak negatif
(Rustam, 2008) tetapi kelainan parunya luas, TBC Paru usus,
TBC Paru saluran kemih.
4. Klasifikasi TBC Paru b. Kategori II : Kasus kambuh atau gagal
Klasifikasi TBC Paru dibuat berdasarkan dengan dahak tetap positif.
gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat c. Kategori III : Kasus dengan dahak negatif
pengobatan sebelumnya.Klasifikasi ini penting tetapi kelainan parunya tidak luas dan kasus
karena merupakan salah satu faktor determinan TBC Paru diluar paru selain yang disebut
untuk menetapkan strategi terapi. dalam kategori 1
Sesuai dengan program P2TBC Paru, d. Kategori IV : Tuberkulosis Kronik.
klasifikasi TBC Paru dibagi sebagai berikut: 1) Panduan Obat Kategori I
a. TBC Paru Basil Tahan Asam (BTA) Positif Dimulai dengan fase 2, obat diberikan tiap
dengan kriteria: hari selama 2 bulan bila selama 2 bulan dahak
1) Dengan atau tanpa gejala klinik menjadi negatif maka dimulai fase lanjutan.
2) BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, Bila setelah 2 bulan dahak masih tetap positif
mikroskopik positif 1 kali disokong maka fase intensif diperpanjang 2-4 minggu
biakan positif 1 kali atau disokong lagi (dalam program P2TBC Paru Depkes
radiologik memberikan 1 bulan dan dikenal sebagai obat
3) positif 1 kali sisipan), kemudian diteruskan dengan fase
4) Gambaran radiologik sesuai dengan TBC lanjutan tanpa melihat apakah dahak sudah
Paru. negatif atau belum. Fase lanjutanya adalah 4
b. TBC Paru BTA Negatif dengan kriteria: HR atau 4 H3R3. Pada penderita meningitis,
1) Gejala klinik dan gambaran radilogik TBC Paru Milier, Spondiolitis dengan
sesuai dengan TBC Paru Aktif. kelainan neurologis, fase lanjutan diberikan
2) BTA negatif, biakan negatif tetapi lebih lama yaitu 6-7 bulan hingga total
radiologik positif. pengobatan 8-9 bulan. Sebagai panduan
c. Bekas TBC Paru dengan kriteria: alternatif pada fase lanjutan ialah 6 HE.
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) 2) Panduan Obat Kategori II
negatif Fase intensif dalam bentuk 2 HRZE.Bila
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala setelah fase intensif dahak menjadi negatif
sisa akibat kelainan paru. maka diteruskan ke fase lanjutan. Bila setelah
d. Radiologik menunjukkan gambaran lesi 3 bulan dahak masih tetap positif maka fase
TBC Paru inaktif, menunjukkan serial intensif diperpanjang 1 bulan lagi dengan
foto yang tidak berubah. Ada riwayat HRZE (juga dikenal sebagai obat sisipan) bila
pengobatan OAT yang adekuat (lebih setelah 4 bulan dahak masih tetap positif maka
mendukung). pengobatan dihentikan 2-3 hari, lalu periksa
5. Penatalaksanaan Medik biakan dan uji resistensi kemudian pengobatan
Pemberian Obat Anti TBC (OAT). OAT harus diteruskan dengan fase lanjutan. Bila
di kombinasi sedikitnya 2 obat yang bersifat penderita mempunyai data resisten
Bakteroid dengan tujuan : sebelumnya dan ternyata kuman masih sensitif
a. Membuat sputum positif menjadi Negatif terhadap semua obat dan setelah fase intensif
b. Mencegah kekambuhan dengan kegiatan dahak menjadi negatif maka fase lanjutan
sterilisasi dapat diubah seperti kategori I dengan
c. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi pengawasan ketat.Bila data menunjukan
melalui perbaikan daya tahan imunologi. resistensi terhadap H atau R maka fase
lanjutan harus diawasi dengan ketat.
Tinjauan tentang Variabel yang 3) Panduan Obat Kategori III
DitelitiKeteraturan dalam berobat. TBC Paru BTA (-) dilakukan pengobatan
Untuk program Nasional Pemberantasan TBC dengan cara 2 HRZ = tiap hari selama 2 bulan
Paru, WHO menganjurkan panduan obat sesuai TBC Luar Paru dilakukan pengobatan
dengan kategori penyakit. Kategori didasarkan 4) 4 H3R3 = tiga kali seminggu selama 4 bulan.
482
Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang mempunyai tingkat
yang berbeda-beda secara garis besarnya dibagi METODE PENELITIAN
menjadi enam tingkat pengetahuan yaitu :
1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat A. Jenis Penelitian Dan Pendekatan
suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif
2) Memahami (comprehension). Memahami di dengan pendekatan, wawancara, observasi
artikan sebagai kemampuan menjelaskan dan kuesioner atau angket untuk mendapatkan
secara benar tentang objek yang di ketahui gambaran pengetahuan klien terhadap
yang dapat menginterpretasikan materi tersebut terjadinya penyakit TBC Paru di ruang rawat
secara benar. inap RS. Islam Faisal Makassar.
3) Aplikasi (application). Aplikasi di artikan B. Populasi dan sampel
sebagai kemampuan untuk menggunakan 1. Populasi
materi yang telah di pelajari pada situasi dan Populasi adalah semua objek yang akan
kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat di diteliti. Populasi dalam penelitian ini
artikan menggunakan hukum-hukum rumus, adalah semua penderita TBC Paru yang di
prinsip dan sebagainya dalam konteks situasi rawat di di ruang rawat inap RS. Islam
tertentu. Faisal Makassar, pada bulan Januai s/d
4) Analisa (analysis). Sintesis adalah Mei 2013 sebanyak 36 orang
menunjukkan kepada suatu kemampuan 2. Sampel
menjabarkan materi tetapi masih dalam suatu Sampel adalah sebagian yang diambil dari
struktur organisasi tersebut dan masih ada keseluruhan obyek yang diteliti dan
kaitan satu sama lain. diangggap mewakili seluruh populasi.
5) Sintesis (synthesis). Sintesis adalah Sampel dalam penelitian ini adalah
menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk seluruh pasien TBC Paru yang dirawat di
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu di ruang rawat inap RS. Islam Faisal
bentuk kesatuan. Makassar. Metode pengambilan sampel
6) Evaluasi (Evalution). Evaluasi berkaitan dengan cara porpusive sampling, yaitu
dengan kemampuan untuk melakukan penilaian cara pengambilan sampel sesuai dengan
suatu kehendak penelitiyang memenuhi kriteria
7) materi objek penilaian yang berdasarkan suatu penelitian. (Nursalam, 2008).
variabel yang sudah ada. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 30 orang yang memenuhi kriteria :
Kriteria Inklusif :
C. Kerangka Konsep a. Klien bersedia diteliti
Model kerangka konsepPenyakit TBC Paru b. Penderita yang didiagnosa penyakit TBC Paru
merupakan penyakit infeksi yang terutama c. Sedang dalam perawatan
menyerang parenkim paru yang di sebabkan oleh d. Dalam keadaan sadar
kuman mykrobakterium tuberkulosis. Kerangka e. Bisa menulis dan membaca.
konsep penelitian ini dapat di gambarkan sebagai
berikut : Kriterian Eksklusi :
Variabel Independen Variabel Dependen a. Klien tidak bersedia diteliti
b. Bukan Penderita Penyakit TBC Paru
Keteraturan berobat
c. Dalam keadaan tidak sadar
Sikap
Kejadian
Tbc Paru
Pengetahuan
pendidikan
484
Total 30 100,0
Tabel 4.2 menunjukan bahwa responden dengan Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukan dari
tingkat pendidikan SD mempunyai frekuensi 30 responden ada 20 responden(66,6%) yang tidak
tertinggi yaitu 12 orang (40,0%). Sedangkan putus berobat dan yang putus berobat terdapat 10
frekuensi terendah adalah responden dengan responden(33,3%)
tingkat pendidikan tidak tamat yaitu 1 orang
(3,3%).