Anda di halaman 1dari 11

477

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KLIEN TERHADAP TERJADINYA


PENYAKIT TBC PARU DI RUANG RAWAT INAP RS ISLAM FAISAL
MAKASSAR

H. Trimaya Cahya Mulat

Dosen tetap Akademi Keperawatan Sandi Karsa Makassar

ABSTRAK

Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit yang mudah menular dari tahun ke tahun. Penyakit ini
memperlihatkan peningkatan dalam jumlah kasus baru maupun pada angka kematian.Pada tahun
1993, WHO mencanangkan kedaruratan Global Penyakit TBC Paru, disebagian besar negara-negara
di Dunia, Penyakit ini tidak terkendali dan tidak berhasil disembuhkan. WHO melaporkan adanya 3
juta orang tiap tahun meninggal dan di perkirakan 5.000 orang tiap harinya. Tiap tahun ada 9 juta
penderita TBC paru dan 75 % kasus kematian dan kesakitan di masyarakat diderita oleh orang-orang
umur produktif dari 15-54 tahun (Anonym 2007 ).

TBC Paru merupakan Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Microbacterium Tuberkulosis Paru
dengan gejala yang sangat berfariasi. (Arief Mansjoer dkk, 2007 ). Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran pengetahuan pasien terhadap terjadinya penyakit TBC Paru di Ruang Rawat
Inap RS Islam Faisal Makassar.

Jenis Penelitian Deskriptif dengan Pendekatan Wawancara, Observasi dan kuesioner atau angket.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita TBC Paru yang dirawat di Ruang Rawat Inap
RS Islam Faisal Makassar pada Bulan januari – Mei 2013 sebanyak 36 orang dengan Sampel 30
orang.

Hasil yang di peroleh dari penelitian ini menunjukan bahwa Pasien yang dirawat di Ruang Rawat
Inap sebagian besar yang berpengetuan tentang keteraturan berobat sebnyak 20 orang ( 66,6%) yang
tidak putus berobat dan yang putus berobat terdapat 10 orang (33%).

Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan perlu ditingkatkan lagi penyuluhan yang lebih intensif
dalam rangka menggerakkan masyarakat dalamupayapencegahanTuberculosis.
478

PENDAHULUAN Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas


A. Latar Belakang Kesehatan KotaMakassar, pada tahun 2010 jumlah
Penyakit TBC Paru Merupakan penyakit yang penderita TB Paru Klinissebanyak 9916 penderita,
mudah menular dari tahun ketahun.penyakit ini dengan rincian 3568 berdasarkanpencatatan
memperlihatkan peningkatan dalam jumlah kasus danpelaporan Puskesmas se-Kota Makassar,
baru maupun pada angka kematian. Pada tahun sisanyaberdasarkanlaporan dari 15 RS yang ada di
1993, WHO mencanangkan kedaruratan Global Kota Makassar. Sedangkan pada tahun 2011,jumlah
penyakit TBC Paru.karena disebagian besar di penderita TB Paru Klinis sebanyak 18.835
Negara-negara di dunia, penyakit ini tidak penderita,berdasarkanpencatatan danpelaporan dari
terkendali dan tidak berhasil disembuhkan. WHO Puskesmas, dan RS. Tahun 2012 dilaporkanjumlah
Melaporkan adanya 3 juta orang tiap tahun penderita TB Paru Klinis di Puskesmas dan
meninggal dan diperkirakan 5.000 orang tiap RumahSakit sebanyak511 Jumlah penderita TB
harinya. Paru Klinis, TB BTA+ sebanyak 1608
Hampir 10 tahun lamanya Indonesia penderita(Puskesmas danRumah Sakit) (Profil
menempati urutan ke-3 sedunia dalam hal jumlah Dines Kesehatan kota Makassar, 2012)
penderita tuberkulosis (TB).Baru pada tahun ini Dari hasil pengambilan data di RS.Islam Faisal.
turun ke peringkat ke-4 dan masuk dalam Penderita TB paru dua tahun terakhir ini
milestone atau pencapaian kinerja 1 tahun didapatkan data kunjungan pada tahun 2011
Kementerian Kesehatan. Berdasarkan Data Badan sebanyak 133 kasus dan pada tahun 2012 sebanyak
Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007 244 dan pada tahun 2013 dari bulan Januari – Mei
menyatakan jumlah penderita Tuberkulosis di sebanyak 36 kasus. Berdasarkan situasi dan
Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti
tiga di dunia setelah India dan Cina. ”Gambaran Pengatahuan Klien Terhadap
Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat Terjadinya Penyakit TBC Paru di RS. Islam Faisal
peringkat Indonesia menurun ke posisi lima Makassar”
dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu B. Tujuan Penelitian
orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus 1. Tujuan Umum
insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Secara umum Penelitian ini bertujuan untuk
Selatan, Nigeria dan Indonesia (sumber WHO mengetahui gambaran pengetahuan klien
Global Tuberculosis Control 2010). terhadap terjadinya penyakit TBC Paru di RS.
"Tentu saja kasus TB masih banyak, tapi perbaikan Islam Faisal Makassar.
peringkat ini merupakan sebuah pencapaian," 2. Tujuan Khusus
ungkap Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih a. Diketahui gambaran keteraturan berobat
dalam evaluasi kinerja 1 tahun Kementerian klien terhadap terjadinya penyakit TBC
Kesehatan di gedung Kemenkes, Jakarta, Jumat Paru di RS. Islam Faisal Makassar
(22/10/2010). b. Diketahuigambaran sikap klien terhadap
Pada Global Report WHO 2010, didapat data TB terjadinya penyakit TBC Paru di RS.
Indonesia, Total seluruh kasus TB tahun 2009 Islam Faisal Makassar
sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah c. Diketahuigambaran pengetahuan klien
kasus TB baru BTA positif, 108616 adalah kasus terhadap terjadinya penyakit TBC Paru di
TB BTA negatif, 11215 adalah kasus TB Extra RS. Islam Faisal Makassar
Paru, 3709 adalah kasus TB Kambuh, dan 1978
adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus TINJAUAN PUSTAKA
kambuh (retreatment, excl relaps).A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit TBC Paru
Sementara itu, untuk keberhasilan pengobatan dari 1. Pengertian
tahun 2003 sampai tahun 2008 (dalam %), tahun TBC Paru adalah penyakit infeksi yang
2003 (87%), tahun 2004 (90%), tahun 2005 sampai disebabkan oleh Myrcobacterium
2008 semuanya sama (91%). Tuberkulosis Paru dengan gejala yang sangat
Untuk menanggulangi masalah TBC Paru di bervariasi. (Arief Mansjoer dkk, 2007.)
Indonesia, strategi DOTS (Directly Observed Tuberkulosis Paru adalah penyakit
Treatment, Shourtcourse chemotherapy) yang infeksius yang terutama menyerang parenkim
direkomendasikan oleh WHO merupakan paru.Tuberkulosis Paru dapat juga di tularkan
pendekatan yang paling tepat saat ini dan harus ke bagian tubuh lainya termasuk ginjal,
dilaksanakan secara sungguh-sungguh.(Depkes, tulang, nodus, limfe dan lain-lain.Agens
RI, 2008). infeksius utama Mycrobakterium
Data yang diperoleh dari dines kesehatan Tuberkulosis Paru adalah batang aerobic tahan
provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan data asam dan sensitif terhadap panas dan sinar
yangdiperoleh dari Bidang Bina Pencegahan ultraviolet.(Brunner dan Suddart, 2002)
479

Tuberkulosis Paru adalah penyakit droplet nuclei dapat tinggal diudara dalam
menular yang disebabkan oleh waktu lebih lama.dibawah sinar matahari
mycrobacterium Tuberkulosis yang dapat langsung basil tuberkel mati dengan cepat
menyerang semua alat tubuh, yang tersering tetapi dalam ruang yang gelap, lembab dapat
ialah paru dan jantung. (Ahmad, 2008) bertahan sampai beberapa jam.
2. Etiologi Dua faktor penentu keberhasilan
Tuberkulosis Paru adalah penyakit pemaparan Tuberkulosis pada individu baru
menular yang disebabkan oleh Basil yakni konsentrasi droplet nuclei dalam udara
Mikrobakterium Tuberkulosis tipe humanus, dan panjang waktu individu bernapas dalam
sejenis kuman yang berbentuk batang dengan udara yang terkontaminasi tersebut.disamping
ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. daya tahan tubuh yang bersangkutan,
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak Meskipun terdapat berbagai jenis
(lipid). Lipid inilah yang menyebabkan kuman basil,Namunbasil Tuberkel(Mykrobakterium
tahan asam.sehingga basil ini digolongkan Tuberkulosis)merupakan penyebab utama dan
menjadi Basil tahan Asam (BTA) maksudnya Tuberkulosis Paru diseluruh Dunia. (John
bila basil ini di warnai, maka warna ini tidak Crofton, 2007)
akan luntur walaupun pada bahan kimia yang 4. Penularan Dan Faktor-Faktor Resiko
tahan asam. (Tjandra Yoga Aditama, 2010) Tuberkulosis Paru ditularkan secara
Kuman ini tahan hidup pada udara langsung melalui kandungan kuman
kering maupun dalam keadaan dingin (dapat Tuberkulosis di udara saat bercakap-cakap,
tahan bertahun-tahun dalam lemari es).Hal ini batuk dan bersin. (Andi Muhadir, 2010)
terjadi karena kuman berada dalam sifat Individu yang beresiko tinggi untuk tertular
dormant.Dari sifat dormant ini kuman dapat Tuberkulosis Paru adalah:
bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis a. Mereka yang kontak langsung dengan
aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. seseorang yang menderita penyakit TBC Paru
Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih aktif.
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan b. Individu imunosupresif (termasuk lansia,
oksigennya.Dalam hal ini tekanan bagian pasien dengan kangker dan mereka yang dalam
apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian terapi kostikosteroid atau mereka yang terkena
lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan penyakit HIV).
tempat predileksi penyakit tuberkulosis. c. Penggunaan Obat IV ( Intra Vena) dan
Tuberkulosis paru merupakan penyakit Alkohol.
infeksi penting saluran pernapasan.Basil d. Setiap Individu tanpa perawatan kesehatan
Mykrobakterium tersebut masuk kedalam yang adekuat (Tunawisma, etnik dan ras
jaringan paru melalui saluran napas (droplet minoritas)
infection) sampai alveoli, maka terjadilah e. Setiap Individu dengan gangguan medis yang
infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar sudah ada sebelumnya (Misalnya diabetes
kekelenjar getah bening setempat dan melitus, gagal ginja kronis dan silikosis
terbentuklah primer kompleks penyimpanan gizi)
(ranke).keduanya dinamakan tuberkulosis f. Imigran dari Negara dengan insiden TBC Paru
primer, yang dalam perjalanannya. sebagian yang tinggi di Asia Tenggara, Afrika, Amerika
besar akan mengalami penyembuhan. latin, dan Karibia.
Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi g. Setiap individu yang tinggal di institusi
sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik (misalnya fasilitas perawatan jangka panjang,
terhadap basil mykrobakterium Tuberkulosis institusi psikiatrik dan penjara)
yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 h. Individu yang tinggal di daerah perumahan
tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis substandar kumuh.
post primer (reinfection) adalah peradangan i. Petugas Kesehatan.
jaringan paru karena terjadi penularan ulang j. Resiko tertular Tuberkulosis Paru juga
yang mana didalam tubuh terbentuk kekebalan tergantung banyaknya organisme yang terdapat
spesifik terhadap basil tersebut. diudara. (Brunner dan Suddarth 2002)
3. Proses Penularan
Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni 1. Patofisiologi
penularan melalui droplet nuclei yang Kuman Mikrobacterium Tuberkulosis
dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi Paru masuk kedalam tubuh melalui saluran
dalam fase aktif.setiapkali penderita ini batuk pernafasan, saluran pencernaan, dan luka
dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. terbuka pada kulit, kebanyakan infeksi
Penularan umumnya terjadi didalam ruangan Tuberkulosis Paru terjadi melalui udara (air
480

borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang pleura, pneumothorax. anemia dan lain-lain.
berasal dari orang yang terinfeksi. (Bahar, 4) Nyeri dada. Nyeri dada pada TBC Paru
2008) termasuk nyeri pleuritik yang ringan. gejala ini
Basil Tuberkel yang mencapai permukaan timbul apabila sistem persarafan di pleura
alveolus biasanya diinhalasi terdiri dari satu terkena.
sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar Gejala sistemikmeliputi :
cenderung tertahan di saluran hidung dan 1) Demam. Merupakan gejala yang sering
cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam
penyakit.Setelah berada dalam ruang alveolus hari mirip demam influenza, hilang timbul dan
biasanya dibagian bawah lobus atau paru-paru, makin lama makin panjang serangannya
atau dibagian atas lobus bawah.Basil tuberkel sedang masa bebas serangan makin pendek.
ini membangkitkan reaksi peradangan.Leukosit 2) Gejala sistemik lain. Gejala sistemik lain ialah
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut keringat malam, anoreksia, penurunan berat
dan memfagosit bakteria namun tidak badan serta malaise.
membunuh organisme tersebut.Sesudah hari- Timbulnya gejala biasanya dalam beberapa
hari pertama maka leukosit diganti oleh minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut
makrofag.Alveoli yang terserang akan dengan batuk, panas, sesak napas walaupun
mengalami konsolidasi dan timbul gejala jarang dapat juga timbul menyerupai gejala
pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat pneumonia.
sembuh dengan sendirinya sehingga tidak ada a. Gejala klinisHaemoptoe :
sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari
berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau nasofaring dengan cara membedakan ciri-ciri
berkembang biak didalam sel. Basil juga sebagai berikut :
menyebar melalui getah bening menuju ke 1) Batuk darah. Darah dibatukkan dengan rasa
kelenjar bening regional. Makrofag yang panas di tenggorokanDarah berbuih bercampur
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang Darah segar berwarna merah mudahDarah
dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel bersifat alkalisAnemia kadang-kadang terjadi.
tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh fosit. 2) Muntah darah. Darah dimuntahkan dengan rasa
Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 mualDarah bercampur sisa makanan Darah
sampai 20 hari.(Bahar, 2008) berwarna hitam karena bercampur asam
lambungDarah bersifat asamAnemia sering
2. Manifestasi Klinik terjadi.
Tuberkulosis sering dijuluki “the great 3) Epistaksis. Darah menetes dari hidungBatuk
imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai pelan kadang keluarDarah berwarna merah
banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga segarDarah bersifat alkalisAnemia jarang
memberikan gejala umum seperti lemah dan terjadi. (Rustam, 2008)
demam. Pada sejumlah penderita gejala yang
timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan 3. Test Diagnostik
kadang-kadang asimtomatik. Foto thorax dengan atau tanpa literal
Gambaran klinik TBC Paru dapat dibagi merupakan pemeriksaan radiology standar.
menjadi 3 golongan : Karakteristik radiology yang menunjang
Gejala respiratorikmeliputi : diagnostik antara lain :
1) Batuk. Gejala batuk timbul paling dini dan a. Bayangan lesi radiology yang terletak di
merupakan gangguan yang paling sering lapangan atas paru.
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif b. Bayangan yang berawan (patchy) atau
kemudian berdahak bahkan bercampur darah berbercak (noduler)
bila sudah ada kerusakan jaringan c. Adanya kapias, tunggal atau ganda.
2) Batuk darah. Darah yang dikeluarkan dalam d. Adanya klasifikasi.
dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis e. Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat
atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau dilapangan atas paru.
darah segar dalam jumlah sangat banyak. f. Bayangan yang menetap atau relatif menetap
Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh setelah beberapa minggu.
darah. Berat ringannya batuk darah tergantung g. Bayangan bilier.
dari besar kecilnya pembuluh darah yang PemeriksaanBakteriologik(Sputum),ditemukan
pecah. nyakuman Mycrobakterium Tuberkulosis dari
3) Sesak Napas. Gejala ini ditemukan bila dahak penderita memastikan Diagnosis
kerusakan parenkim paru sudah luas atau Tuberkulosis Paru. Pengambilan dahak yang
481

benar sangat penting untuk mendapatkan hasil urutan kebutuhan pengobatan. Untuk itu penderita
yang sebaik-baiknya.Pada pemeriksaan dibagi dalam 4 kategori sebagai berikut :
pertama.sebaiknya 3 kali pemeriksaan a. Kategori I : Kasus baru dengan dahak positif
dahak.Uji resistensi harus dilakukan apabila dan penderita dengan keadaan yang berat
ada dugaan resistensi terhadap seperti Meningitis, TBC Paru milier,
pengobatan.Pemeriksaan sputum adalah Perikarditis, peritonitis, pleuritis atau
diagnostik yang terpenting dalam program bilateral, spondiolitis dengan gangguan
pemberantasan TBC Paru di Indonesia. neurologis, penderita dengan dahak negatif
(Rustam, 2008) tetapi kelainan parunya luas, TBC Paru usus,
TBC Paru saluran kemih.
4. Klasifikasi TBC Paru b. Kategori II : Kasus kambuh atau gagal
Klasifikasi TBC Paru dibuat berdasarkan dengan dahak tetap positif.
gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat c. Kategori III : Kasus dengan dahak negatif
pengobatan sebelumnya.Klasifikasi ini penting tetapi kelainan parunya tidak luas dan kasus
karena merupakan salah satu faktor determinan TBC Paru diluar paru selain yang disebut
untuk menetapkan strategi terapi. dalam kategori 1
Sesuai dengan program P2TBC Paru, d. Kategori IV : Tuberkulosis Kronik.
klasifikasi TBC Paru dibagi sebagai berikut: 1) Panduan Obat Kategori I
a. TBC Paru Basil Tahan Asam (BTA) Positif Dimulai dengan fase 2, obat diberikan tiap
dengan kriteria: hari selama 2 bulan bila selama 2 bulan dahak
1) Dengan atau tanpa gejala klinik menjadi negatif maka dimulai fase lanjutan.
2) BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, Bila setelah 2 bulan dahak masih tetap positif
mikroskopik positif 1 kali disokong maka fase intensif diperpanjang 2-4 minggu
biakan positif 1 kali atau disokong lagi (dalam program P2TBC Paru Depkes
radiologik memberikan 1 bulan dan dikenal sebagai obat
3) positif 1 kali sisipan), kemudian diteruskan dengan fase
4) Gambaran radiologik sesuai dengan TBC lanjutan tanpa melihat apakah dahak sudah
Paru. negatif atau belum. Fase lanjutanya adalah 4
b. TBC Paru BTA Negatif dengan kriteria: HR atau 4 H3R3. Pada penderita meningitis,
1) Gejala klinik dan gambaran radilogik TBC Paru Milier, Spondiolitis dengan
sesuai dengan TBC Paru Aktif. kelainan neurologis, fase lanjutan diberikan
2) BTA negatif, biakan negatif tetapi lebih lama yaitu 6-7 bulan hingga total
radiologik positif. pengobatan 8-9 bulan. Sebagai panduan
c. Bekas TBC Paru dengan kriteria: alternatif pada fase lanjutan ialah 6 HE.
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) 2) Panduan Obat Kategori II
negatif Fase intensif dalam bentuk 2 HRZE.Bila
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala setelah fase intensif dahak menjadi negatif
sisa akibat kelainan paru. maka diteruskan ke fase lanjutan. Bila setelah
d. Radiologik menunjukkan gambaran lesi 3 bulan dahak masih tetap positif maka fase
TBC Paru inaktif, menunjukkan serial intensif diperpanjang 1 bulan lagi dengan
foto yang tidak berubah. Ada riwayat HRZE (juga dikenal sebagai obat sisipan) bila
pengobatan OAT yang adekuat (lebih setelah 4 bulan dahak masih tetap positif maka
mendukung). pengobatan dihentikan 2-3 hari, lalu periksa
5. Penatalaksanaan Medik biakan dan uji resistensi kemudian pengobatan
Pemberian Obat Anti TBC (OAT). OAT harus diteruskan dengan fase lanjutan. Bila
di kombinasi sedikitnya 2 obat yang bersifat penderita mempunyai data resisten
Bakteroid dengan tujuan : sebelumnya dan ternyata kuman masih sensitif
a. Membuat sputum positif menjadi Negatif terhadap semua obat dan setelah fase intensif
b. Mencegah kekambuhan dengan kegiatan dahak menjadi negatif maka fase lanjutan
sterilisasi dapat diubah seperti kategori I dengan
c. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi pengawasan ketat.Bila data menunjukan
melalui perbaikan daya tahan imunologi. resistensi terhadap H atau R maka fase
lanjutan harus diawasi dengan ketat.
Tinjauan tentang Variabel yang 3) Panduan Obat Kategori III
DitelitiKeteraturan dalam berobat. TBC Paru BTA (-) dilakukan pengobatan
Untuk program Nasional Pemberantasan TBC dengan cara 2 HRZ = tiap hari selama 2 bulan
Paru, WHO menganjurkan panduan obat sesuai TBC Luar Paru dilakukan pengobatan
dengan kategori penyakit. Kategori didasarkan 4) 4 H3R3 = tiga kali seminggu selama 4 bulan.
482

5) Panduan Obat Kategori IV hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana


Di Negara maju atau pengobatan secara orang mempersepsi terhadap obyek sikap.
individu, penderita dapat diberiakan obat 2. Komponen afektif (komponen emosional),
sesuai uji resisten atau obat lapis kedua seperti yaitu komponen yang berhubungan dengan
quinolon,ethioamide, sikloserin, amikasin, rasa senang atau tidak senang terhadap obyek
kanamisin dan sebagainya. (Permatasari, sikap. Rasa senang merupakan hal yang
2008) positif, sedangkan rasa tidak senang adalah hal
negatif.
B. Sikap 3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau
action component), yaitu komponen yang
Pengertian. berhubungan dengan kecenderungan bertindak
Definisi sikap adalah derajat afek positif atau atau berperilaku terhadap obyek sikap.
afek negatif yang dikaitkan dengan suatu obyek Perilaku yang nampak terhadap suatu obyek
psikologis. Sikap adalah keadaan mental dan tertentu setidaknya bisa diramalkan melalui sikap
syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui yang diungkapkan oleh seseorang. Dalam arti
pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik bahwa sikap seseorang bisa menentukan tindakan
atau terarah terhadap respon individu pada semua dan perilakunya. Menurut Baltus, sikap kadang-
obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Dari kadang bisa diungkapkan secara terbuka melalui
sini sikap dapat digambarkan sebagai berbagai wacana atau percakapan, namun sering
kecenderungan subyek merespon suka atau tidak sikap ditunjukkan secara tidak langsung. Sikap
suka terhadap suatu obyek (Wismato.B, 2009). bisa muncul sebelum perilaku tetapi bisa juga
Sikap ini ditunjukkkan dalam berbagai kualitas merupakan akibat dari perilaku sebelumnya.
dan intensitas yang berbeda dan bergerak secara Tingkatan Sikap
kontinyu dari positif melalui areal netral ke arah 1. Menerima (receiving)
negatif. Kualitas sikap digambarkan sebagai Bahwa seseorang atau subyek mau dan
valensi positif menuju negatif, sebagai hasil memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek)
penilaian terhadap obyek tertentu. Sedangkan 2. Merespon (responding)
intensitas sikap digambarkan dalam kedudukan Subyek memberikan jawaban apabila ditanya,
ekstrim positif atau negatif. Kualitas dan intensitas mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
sikap tersebut menunjukkkan suatu prosedur diberikan yang berarti orang tersebut menerima
pengukuran yang menempatkan sikap seseorang ide sebagai stimulus.
dalam sesuatu dimensi evaluatif yang bipolar dari 3. Menghargai (valuing)
ekstrim positif menuju ekstrim negatif Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
(Wismato.B, 2009). mendiskusikan suatu masalah.
Menyimak uraian sikap di atas dapat dipahami 4. Bertanggung Jawab (responsible)
bahwa sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
reaksi perasaan terhadap suatu obyek. Seseorang telah diperolehnya dengan segala resiko.
bersikap terhadap suatu obyek dapat diketahui dari Adapun sikap yang simaksud pada penelitian ini
evaluasi perasaannya terhadap obyek tersebut. adalah sikap perawat dalam pelaksanaan
Evaluasi perasaan ini dapat berupa perasaan pendokumentasian asuhan keperawatan yang
senang-tidak senang, memihak-tidak memihak, dikategorikan baik, cukup, kurang.
favorit–tidak favorit, positif–negatif.
Walgito (2001) mengemukakan bahwa sikap Pengetahuan
adalah faktor yang ada dalam diri manusia yang Pengertian
dapat mendorong atau menimbulkan perilaku Pengetahuan adalah hasil panginderaan
tertentu. Adapun ciri-ciri sikap yaitu: tidak dibawa terhadap suatu objek tertentu dan dapat
sejak lahir, selalu berhubungan dengan obyek dikemukakan kembali secara lisan maupun tulisan.
sikap, dapat tertuju pada satu obyek saja maupun hal ini di perkuat oleh pendapat Notoatmotjo yang
tertuju pada sekumpulan obyek-obyek, dapat menyatakan bahwa pengetahuan merupakaan hasil
berlangsung lama atau sebentar, dan mengandung dari “tahu”dan terjadi setelah orang melakukan
faktor perasaan dan motivasi. pengideraan terhadap suatu objek.Penginderaan
Selanjutnya Walgito (2001) mengemukakan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
tiga komponen yang membentuk struktur sikap pengelihatan, pendengaran,penciuman, rasa dan
yaitu : raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
1. Komponen kognitif (komponen perseptual), diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo
yaitu komponen yang berkaitan dengan soekodjo, 2003).
pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu Pengetahuan atau kognitf merupakan domain
yang sangat penting dalamMembentuk tindakan
483

seseorang (overbehavior)karena dari pengalaman Keterangan :


dan penelitian. ternyata perilaku yang di dasari : Variabel independen yang di teliti
oleh pengetahuan akan lebih langgeng, sebaliknya
apabila perilaku tersebut tidak di dasari \ : Variabel independen yang tidak
pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung di teliti
lama. : Variabel dependen

Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang mempunyai tingkat
yang berbeda-beda secara garis besarnya dibagi METODE PENELITIAN
menjadi enam tingkat pengetahuan yaitu :
1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat A. Jenis Penelitian Dan Pendekatan
suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif
2) Memahami (comprehension). Memahami di dengan pendekatan, wawancara, observasi
artikan sebagai kemampuan menjelaskan dan kuesioner atau angket untuk mendapatkan
secara benar tentang objek yang di ketahui gambaran pengetahuan klien terhadap
yang dapat menginterpretasikan materi tersebut terjadinya penyakit TBC Paru di ruang rawat
secara benar. inap RS. Islam Faisal Makassar.
3) Aplikasi (application). Aplikasi di artikan B. Populasi dan sampel
sebagai kemampuan untuk menggunakan 1. Populasi
materi yang telah di pelajari pada situasi dan Populasi adalah semua objek yang akan
kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat di diteliti. Populasi dalam penelitian ini
artikan menggunakan hukum-hukum rumus, adalah semua penderita TBC Paru yang di
prinsip dan sebagainya dalam konteks situasi rawat di di ruang rawat inap RS. Islam
tertentu. Faisal Makassar, pada bulan Januai s/d
4) Analisa (analysis). Sintesis adalah Mei 2013 sebanyak 36 orang
menunjukkan kepada suatu kemampuan 2. Sampel
menjabarkan materi tetapi masih dalam suatu Sampel adalah sebagian yang diambil dari
struktur organisasi tersebut dan masih ada keseluruhan obyek yang diteliti dan
kaitan satu sama lain. diangggap mewakili seluruh populasi.
5) Sintesis (synthesis). Sintesis adalah Sampel dalam penelitian ini adalah
menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk seluruh pasien TBC Paru yang dirawat di
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu di ruang rawat inap RS. Islam Faisal
bentuk kesatuan. Makassar. Metode pengambilan sampel
6) Evaluasi (Evalution). Evaluasi berkaitan dengan cara porpusive sampling, yaitu
dengan kemampuan untuk melakukan penilaian cara pengambilan sampel sesuai dengan
suatu kehendak penelitiyang memenuhi kriteria
7) materi objek penilaian yang berdasarkan suatu penelitian. (Nursalam, 2008).
variabel yang sudah ada. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 30 orang yang memenuhi kriteria :
Kriteria Inklusif :
C. Kerangka Konsep a. Klien bersedia diteliti
Model kerangka konsepPenyakit TBC Paru b. Penderita yang didiagnosa penyakit TBC Paru
merupakan penyakit infeksi yang terutama c. Sedang dalam perawatan
menyerang parenkim paru yang di sebabkan oleh d. Dalam keadaan sadar
kuman mykrobakterium tuberkulosis. Kerangka e. Bisa menulis dan membaca.
konsep penelitian ini dapat di gambarkan sebagai
berikut : Kriterian Eksklusi :
Variabel Independen Variabel Dependen a. Klien tidak bersedia diteliti
b. Bukan Penderita Penyakit TBC Paru
Keteraturan berobat
c. Dalam keadaan tidak sadar

Sikap
Kejadian
Tbc Paru
Pengetahuan

pendidikan
484

Sikap HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Sikap yang dimaksud adalah bagaimana penderita
menyikapi penyakit TBC Paru tersebut. A. Hasil Penelitian
Kriteria obyektif : Penelitian ini dilaksanakan di ruang perawatan
a. Baik :adalah jika mencapai skor > 50 %. RS. Islam Faisal Makassar mulai tanggal 20 Juni
b. Kurang :adalah jika mencapai skor ≤ 50 %. s/d 18 Juli 2013. Berdasarkan hasil pengumpulan
data di lapangan dengan menggunakan kuesioner
Pengatahuan diperoleh gambaran karakteristik sampel di
Pengetahuan adalah pemahaman dari responden ruangPerawatan RS. Islam Faisal Makassar.
tentang penyakit TBC paru. Jenis penelitian yang digunakan adalah
Kriteria obyektif : diskriptif. Jumlah sampel yang menjadi responden
1. Baik : adalah jika mencapai skor > 50 %. adalah sebanyak 30, Penelitian ini bertujuan untuk
2. Kurang : adalah jika mencapai skor ≤ 50% mengkaji gambaran variabel independen dengan
variabel dependen.
D. Cara Pengolahan dan Penyajian Data Adapun hasil distribusi responden berdasarkan
Setelah dilakukan pengambilan data, maka data umur, pendidikan, pekerjaan dan jenis kelamin
yang dikumpulkan akan diolah secara manual dapat tergambar pada tabel berikut :
dengan bantuan kalkulator dan dilanjutkan Data demografi responden Penelitian
pengolahannya di komputer dan disajikan Tabel 4.1
dalam bentuk tabel dengan disertai penjelasan Distribusi responden menurut umur
masing-masing dari tabel. Di RS Islam Faisal Makassar
E. Analisa Data Sumber data primer, 2013
Setelah data tersebut dilakukan editing, Pada tabel 1.1diatas dalam pengelompokkan
koding, dan tabulasi maka selanjutnya di umur responden yang terbesar adalah kelompok
lakukan analisa dengan cara :Analisis umur 16-30 sejumlah 7 orang, 51-60 7 orang, dan
UnivariatDilakukan untuk menmdapatkan 61-80 thn 7 orang, yaitu masing-masing 7 orang
gambaran umum dengan cara mendisripsikan (23,3%).
tiap variabel yang di gunakan dalam penelitian
yaitu distribusi frekuensinya. Distribusi tingkat pendidikan
Etika Penelitian Tabel 4.2
Setelah mendapatkan persetujuan dari petugas Distribusi responden menurut
kesehatan dan klien maka peneliti selanjutnya No Umur Frekuensi(n) Persen(%)
melakukan screning sampel dengan tetap 1 16-30 thn 7 23,3
menekankan pada masalah etika Penelitian yang 2 31-40 thn 4 13,3
meliputi : 3 41-50 thn 5 16,7
1. Informed Consent 4 51-60 thn 7 23,3
Lembar persetujuan ini diberikan kepada 5 61-80 thn 7 23,3
responden yang akan diteliti yang memenuhi
kriteria Inklusif dan disertai judul penelitian
dan manfaat penelitian. bila subyek menolak,
maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap
menghormati hak-hak subyek. Total 30 100,0
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Untuk kerahasiaan responden, peneliti tidak tingkatpendidikanDi RS Islam Faisal Makassar
mencantumkan nama responden, tetapi peneliti No Tingkat Frekuensi(n) Persen(
menggunakan kode tertentu untuk masing- pendidikan %)
masing responden 1 SDN 12 40,0
3. Confidentialiti (Kerahasiaan) 2 SMP 8 26,7
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan 3 SMA 4 13,3
dari responden dijamin oleh peneliti, data 4 Sarjana 3 10,0
tersebut hanya akan disajikan atau dilaporkan 5 S1 2 6,7
pada pihak terkait dengan penelitian. 6 Tidak Tamat 1 3,3

Total 30 100,0

Sumber data primer, 2013


485

Tabel 4.2 menunjukan bahwa responden dengan Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukan dari
tingkat pendidikan SD mempunyai frekuensi 30 responden ada 20 responden(66,6%) yang tidak
tertinggi yaitu 12 orang (40,0%). Sedangkan putus berobat dan yang putus berobat terdapat 10
frekuensi terendah adalah responden dengan responden(33,3%)
tingkat pendidikan tidak tamat yaitu 1 orang
(3,3%).

Distribusi pekerjaan responden Tabel 4.6


Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan sikap
Distribusi responden menurut pekerjaanDi RS responden terjadinya TB ParuDi RS. Islam
Islam Faisal Makassar Faisal Makassar
N Sikap Frekuensi(n Persen(%)
N Frekue Persen( o )
Jenis pekerjaan
o nsi(n) %) 1 Baik 16 53,3
1 PNS 2 6,7 2 Kurang baik 14 46,7
2 Pensiunan PNS 3 10,0 Total 30 100,0
3 Wiraswasta 12 40,0 Sumber data primer, 2013
4 IRT 9 30,0 Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukan dari
5 Petani 1 3,3 30 responden ada 16 responden(53,3%) yang
6 Belum bekerja 3 10,0 memiliki sikap baik dan yang memilki sikap
kurang baik terdapat 14 responden(46,7%)
Total 30 100,0
Tabel 4.7
Sumber data primer,2013 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan
Berdasarkan data tabel 4.3 diatas dapat responden terjadinya TB Paru di RS. Islam
diketahui responden dengan pekerjaan wiraswasta Faisal Makassar
frekuensi tertinggi yaitu 12 orang (40,0%), No Pengetahuan Frekuensi Persen(
sedangkan pekerjaan responden dengan frekuensi (n) %)
terendah adalah responden dengan pekerjaan 1 Baik 19 63,3
petani sejumlah 7 orang (3,3%).
2 Kurang baik 11 36,7
Total 30 100,0
Distribusi jenis kelamin responden
Sumber data primer, 2013
Tabel 4.4
Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukan dari
Distribusi responden menurut jenis kelaminDi
30 responden ada 19 responden(63,3%) yang
RS. Islam Faisal Makassar
memiliki pengetahuan baik dan yang memilki
pengetahuan kurang baik terdapat 11
No Jenis Frekuensi( Persen(
responden(36,7%)
kelamin n) %)
1 Laki-laki 17 56,7
B. Pembahasan.
2 Perempuan 13 43,3
1. Keteraturan berobat terhadap terjadinya
Total 30 100,0 TB paru
Sumber data prime, 2013 Berdasarkan hasil penelitian diatas
Tabel 4.4 menunjukan bahwa responden jenis menunjukan dari 30 responden ada 20
kelain laki-laki sebanyak 17 orang (56,,7%), dan responden(66,6%) yang tidak putus berobat
jenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang dan yang putus berobat terdapat 10
(43,3%) responden(33,3%). Hal ini menunjukan bahwa
masih banyak klien yang patuh terhadap
Analisa Univariat penggunaan obat TB Paru.
Tabel 4.5 Oleh karena itu, pasien yang mengalami
Distribusi responden berdasarkan keteratuaran tuberculosis harus melakukan pengobatan
berobatDi RS. Islam Faisal Makassar secara menyeluruh dan tuntas. Pasien dengan
pasien yang mengidap tuberculosis paru masih
No Keteraturan Frekue Persen akan menulari orang lain setelah memulai
berobat nsi(n) (%) pengobatan intensif 2-3 bulan pengobatan akan
1 Tidak putus berobat 20 66,7 mengurangi risiko menulari orang lain
2 Putus berobat 10 33,3 (disarankan melakukan pengobatan enam
Total 30 100,0 bulan). Hal ini sangat penting untuk
Sumber data primer, 2013
486

menyelesaikan seluruh program pengobatan, Pengetahuan klien terhadap terjadinya TBC


untuk menghindari penularan dan mencegah paru
TBC muncul kembali atau menjadi komplikasi Berdasarkan hasil penelitian diatas
dengan penyakit lain. Pasien juga dapat menunjukan dari 30 responden ada 19
mengatur terapi fisik, latihan pernapasan dan responden(63,3%) yang memiliki pengetahuan
menambah kekebalan tubuh dengan baik dan yang memilki pengetahuan kurang baik
mengonsumsi suplemen. terdapat 11 responden(36,7%).
2. Sikap klien terhadap terjadinya TB Paru Pengetahuan adalah hasil panginderaan
Berdasarkan hasil penelitan diatas terhadap suatu objek tertentu dan dapat
menunjukan dari 30 responden ada 16 dikemukakan kembali secara lisan maupun tulisan.
responden(53,3%) yang memiliki sikap baik hal ini di perkuat oleh pendapat Notoatmotjo yang
dan yang memilki sikap kurang baik terdapat menyatakan bahwa pengetahuan merupakaan hasil
14 responden(46,7%). Hal ini dapat dari “tahu”dan terjadi setelah orang melakukan
menunjukan bahwa klien memiliki sikap yang pengideraan terhadap suatu objek.Penginderaan
positp terhadap terjadinya TB Paru. terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
Sikap adalah keadaan mental dan syaraf pengelihatan, pendengaran,penciuman, rasa dan
dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
yang memberikan pengaruh dinamik atau diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo
terarah terhadap respon individu pada semua soekodjo, 2003).
obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Dari hasil penelitian diatas mennjukan
Dari sini sikap dapat digambarkan sebagai pengetahuan klien dari 30 responden memiliki
kecenderungan subyek merespon suka atau pengetahaun baik. Pengetahuan yang baik dapat
tidak suka terhadap suatu obyek (Wismato.B, mempengaruhi prilaku seseorang untuk berbuat
2009). yang lebih baik.
Walgito (2001) mengemukakan bahwa
sikap adalah faktor yang ada dalam diri
manusia yang dapat mendorong atau PENUTUP
menimbulkan perilaku tertentu. Adapun ciri-
ciri sikap yaitu: tidak dibawa sejak lahir, A. Kesimpulan
selalu berhubungan dengan obyek sikap, dapat Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
tertuju pada satu obyek saja maupun tertuju yang telah dilakukan pada penelitian ini, yang
pada sekumpulan obyek-obyek, dapat berlangsung pada tanggal 20 Juni s/d 18 Juli 2013
berlangsung lama atau sebentar, dan diruang perawatan anak RS. Islam Faisal Makassar
mengandung faktor perasaan dan motivasi. dapat di simpulkan sebagai berikut:
Selanjutnya Walgito (2001) 1. Gambaran keteraturan berobat klien terhadap
mengemukakan tiga komponen yang terjadinya penyakit TBC Paru di RS. Islam
membentuk struktur sikap yaitu : Faisal Makassar, adalah baik, teratur dan tidak
a. Komponen kognitif (komponen putus obat terdapat (66,7%)
perseptual), yaitu komponen yang 2. Gambaran sikap klien terhadap
berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, teputusrjadinya penyakit TBC Paru di RS.
keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan Islam Faisal Makassar adalah baik terdapat
dengan bagaimana orang mempersepsi (53,3%)
terhadap obyek sikap. 3. Gambaran pengetahuan klien terhadap
b. Komponen afektif (komponen emosional), terjadinya penyakit TBC Paru di RS. Islam
yaitu komponen yang berhubungan dengan Faisal Makassar dalah baik terdapat (63,3%)
rasa senang atau tidak senang terhadap
obyek sikap. Rasa senang merupakan hal B. Saran
yang positif, sedangkan rasa tidak senang Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan,
adalah hal negatif. maka peneliti memberikan saran sebagai berikut
Dengan sikap yang baik dan positip terhadap 1. Perlu peningkatan pengetahuan klien tentang
kejadian TB Paru akan sangat mempengaruh penyakit TBC Paru Baik melalui penyuluhan
kesembuhan dari seoang panderita TB paru karena langsung oleh petugas kesehatan maupun
selalu memiliki dorongan dalam diri sesorang dengan penyebaran leaflet/brosur mengenai
untuk selalu taat dan disiplin dalam pengobatan cara pencegahan TBC Paru
TB Paru 2. Petugas kesehatan, pemerintah dan
masyarakat harus bekerja sama dalam
merealisasikan program pencegahan, agar
487

melaksanakan pencegahan TBC Paru sesuai


dengan yang diharapkan Permatasari, A.2008.Pemberantasan Penyakit TB
3. Kepada peneliti berikutnya, diharapkan untuk Paru dan Strategi DOTS.
mengadakan penelitian lanjut untuk Bagian Paru, Fakultas Kedokteran USU
mengetahui variabel-variabel yang belum Medan.
diteliti, sehingga nantinya dapat
mengungkapkan berbagi tentang penyakit Soekidjo Notoatmodjo, 2007 Metodologi
TBC Paru. Penelitian Kesehatan, Rineka cipta, Jakarta.
______________2007,promosi kesehatan dan
ilmu perilaku, Rineka cipta,
DAFTAR PUSTAKA Jakarta.

Anonym.2007. Prevalence and Incidence of Tjandra Yoga Aditama,2010Penanggulangan


Tuberculosis,(Cureresearch),Available Tuberculosis Paru, UI,
from:http://www.cureresearch.com/Tuber Jakarta.Http://www. Medistore. Com.
culosis/Prevalence.htm. diakses 26 Mei Online TBC Paru.Diakses Maret2013.
2013
www. Riset TBC Paru Di Indonesia. Com. Diakses
Amin, Z., Bahar, A. 2008. BAB 242 Maret 2013.
Tuberkulosis Paru in: Sudoyo, Aru (eds)
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV
Jilid II : 988-993.

Ahmad A.K. Muda, 2008, Kamus Lengkap


Kedokteran, Edisi revisi, Gita Media
Press, Surabaya.

Andi Muhadir, 2009, Panduan Berhaji Sehat, edisi


3, DEPKES RI, jakarta

Arief Mansjoer, dkk 2007. Kapita Selekta


Kedokteran. Media Aesculapius.Jakarta.

Bagus Wismato, 2009. Pengaruh Sikap Terhadap


Perilaku Kajian Meta Analisa
Korelasi,(Online),
(http://www.unika.ac.id/fakultas/psikologi
/artikel/diakses 2 April 2013).

Brunner dan Suddarth 2002, Keperawatan Medikal


Bedah, Vol 1, EGC, Jakarta.

Carpenito 2007. Diagnosa Keperawatan-Aplikasi


pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.2008. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2.
Cetakan Kedua.
John crofton 2010Tuberculosis Klinis edisi 2,
Widya Medika, Jakarta.
Muh. Rustam 2008Gambaran faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian TBC Paru,
Fakultas kedokteran UNHAS Makassar.

Nursalam, 2008. Konsep Dan Penerapan


Metodologi Penelitian Dan Ilmu
KeperawatanEdisi 1,salemba medika
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai