MAKALAH
OLEH:
KELOMPOK 19
INDAH SAVIRA (170304011)
NIKA FITRIANI (170304032)
AGRIBISNIS-1
NIP. 197008272008122001
I LM U U S A H A T A N I
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada
waktunya.
Adapun Judul Makalah Ini Adalah “Perencanaan” yang merupakan salah
satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di mata kuliah Ilmu
Usahatani Program Studi Agibisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
suka rela berpartisipasi dengan sangat baik.mereka yang saya hormati antara lain
adalah:
1. Orang Tua yang telah memberikan do’a dan dukungan yang tulus kepada
saya.
2. Ibu Sri Fajar Ayu, SP., MM. Selaku dosen Mata Kuliah Ilmu Usahatani
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.....................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
.....................................................................................................................
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.4 Kegunaan Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perencanaan Dalam Usahatani..................................................................4
2.1.1 Perencanaan Menyeluruh (Whole-Farm Planning)........................4
2.1.2 Perencanaan Usahatani...................................................................5
2.1.3 Anggaran Kegiatan.........................................................................7
2.1.4 Anggaran Penggunaan Sumber Daya.............................................8
2.1.5 Anggaran Usahatani......................................................................12
2.1.6 Anggaran Parsial ( Partial Budgets).............................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan usahatani bersifat menguji implikasi pengaturan kembali
sumberdaya usahatani, perencana tertarik untuk mengevaluasi akibat yang
disebabkan oleh perubahan dalam metode berproduksi maupun
organisasinya,perencanaan dapat dilakukan pada usahatani sebagai satu kesatuan
(whole farm planning) atau sebagian saja (partial analysis).
Sumber ketidakpastian yang penting di sektor pertanian adalah adanya
fluktuasi hasil pertanian dan fluktuasi harga (Soekartawi, 1993). Sebagai contoh,
ketidakpastian akibat fluktuasi hasil pertanian dalam agribisnis kedelai disebabkan
faktor alam seperti hama dan penyakit, curah hujan yang deras pada saat panen.
Sedangkan ketidakpastian akibat fluktuasi harga disebabkan oeh ketergantungan
harga kedelai lokal terhadap kedelai impor yang terus mengalami perubahan.
Sikap petani terhadap resiko berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi yaitu apabila petani berani
menanggung resiko maka akan lebih optimal dalam mengalokasikan faktor
produksi sehingga efisiensi juga lebih tinggi.Setiap pekerjaan yang telah
direncanakan secara maksimal akan meminta pertimbangan antara pengorbanan
dan faedah. Begitu pula pada sektor produksi, untuk setiap kebutuhan ekonomis
perlu diadakan perhitungan antara hasil yang diharapkan dengan biaya yang harus
dikeluarkan untuk mencapai tujuan/hasil tersebut.Demikian pula sektor pertanian,
khususnya dalam usahatani dimana kegiatan tersebut harus dianggap suatu
perusahaan, agar biaya dan hasil yang didapatkan harus diadakan perhitungan
untuk mengetahui pendapatan dan efisiensi serta tingkat resiko dari usahatani
tersebut.
Pengetahuan tentang hubungan antara resiko dengan pendapatan merupakan
bagian yang penting dalam pengelolaan usahatani.Hubungan ini biasanya diukur
dengan koefisien variasi atau tingkat resiko terendah dan batas bawah pendapatan.
Koefisien variasi atau tingkat resiko terendah merupakan perbandingan antara
resiko yang harus ditanggung oleh petani dengan jumlah pendapatan yang akan
diperoleh sebagai hasil dari sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses
produksi, koefisien variasi dapat juga digunakan untuk memilih alternatif yang
memberikan resiko paling sedikit dalam mengharapkan suatu hasil (Kadarsa,
1995). Sedangkan batas atas pendapatan menurut Hernanto (1998), adalah
menunjukkan nilai nominal pendapatan terendah yang mungkin diterima oleh
petani.
Untuk memilih kombinasi beberapa kegiatan yang dapat memaksimumkan
pendapatan, maka dalam perencanaan pengembangan sistem usaha tani dapat
digunakan program linier (Soekartawi, dkk. 1986). Program tinier merupakan
suatu teknik perencanaan yang bersifat analitis yang memakai model matematika
dengan tujuan mengoptimalkan alokasi penggunaan sumber daya untuk mencapai
manfaat maksimum atau meminimumkan kerugian (Nasendi dan Anwar, 1985;
Budnick dkk. 1988 dan Taha, 1989).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perencanaan Dalam Usahatani
Suatu usahatani sebagai bisnis menjadi lebih efisien dan menguntungkan
sering kali disebabkan oleh perubahan-perubahan yang dilaksanakan dalam
rangka pengembangan usahatani. Sukses usahatani sebagai bisnis adalah buah dari
kehati-hatian dan ketelitian dalam perencanaan, pengambilan keputusan, serta
pelaksanaan pada saat yang tepat.
Beberapa teknik perencanaan akan datang disertai dengan pertimbangan atas
hasil-hasil di masa lalu. Beberapa catatan dan analisa masa lalu tentang
keberhasilan atau kegagalan merupakan informasi yang sangat penting untuk
perencanaan usahatani modifikasi dan perubahan agar usahatani yang akan datang
jauh lebih baik.
2.1.1 Perencanaan Menyeluruh (Whole-Farm Planning)
Perencanaan menyeluruh sangat memperhatikan keseluruhan sumber daya
yang dimiliki dan yang akan dipakai dalam usahatani. Tujuan perencanaan
menyeluruh antara lain sebagai berikut.
1. Identifikasi keuntungan tertinggi yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan
usahatani.
2. Identifikasi sumberdaya yang akan dipergunakan meliputi lahan, tenaga
kerja, modal, dan peralatan.
3. Identifikasi kendala-kendala yang dihadapi dan kemungkinan upaya untuk
mengatasi di waktu yang akan datang.
4. Estimasi kebutuhan dan pencarian modal.
5. Estimasi biaya dan pendapatan
6. Estimasi arus uang tunai (Cash flow)
Sukses usahatani sangat tergantung pada petani sebagai manajer dalam
mengelola usahataninya. Oleh karena itu, diperlukan beberapa hal berikut.
1. Pengetahuan dan kemampuan mendeteksi kapan menambah modal dan
bagaimana menggunakannya dengan baik.
2. Pengetahuan tentang berapa biaya bunga yang harus dibayar apabila
menarik modal dan luar misalnya kredit bank.
3. Pengetahuan tentang kapan harus membayar bunga dan mengangsur
pinjaman dari luar (kredit bank) agar kontinuitas usahatani tidak
terganggu.
Perencanaan menyeluruh ini dilengkapi dengan sistem evaluasi yang
dapat secara cepat dan mudah mengukur kinerja dan efisiensi usahatani.
Contoh 2
< : Ubi rambat (1) …. : Talas
// : Ubi rambat (2) x : Ubi jalar/ubi rambat (3)
Gambar 8.2. Rotasi tanaman dengan tanaman sela
Ada sedikit perbedaan pada contoh 2 dengan contoh 1. Pada contoh 2
terdapat tanaman talas yang digunakan sebagai tanaman sela, sedangkan untuk
rotasinya lebih dipilih ubi rambat dan ubi kayu dengan perputaran seperti yang
tersaji pada gambar 8.2. Dari contoh 1 dan 2 tersebut terlihat bahwa penggunaan
lahan dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga lebih intensif. Selain itu, rotasi
tanaman perlu juga dilakukan untuk menghindari serangan hama dan penurunan
tingkat kesuburan tanah karena tanaman yang berbeda sudah pasti memerlukan
unsure hara yang berbeda pula. Dengan perputaran tanaman diharapkan tanah
diberi kesempatan untuk mengembalikan unsure hara tertentu yang hilang pada
saat musim tanam sebelumnya.
Contoh 3.
900 m2 Selada keriting Buncis
Buncis
Baby corn Tomat bandung
450 m2 Baby Corn Tomat bandung Buncis
900 m2 Sawi Sawi Kapri
Gambar 8.3. Rotasi tanaman dengan tanaman sela
Pada Gambar 8.3. Dapat terlihat bahwa jika petani dengan 3 petak lahan
pertanian yang masing-masing seluas 900 m2, 450 m2, dan 900 m2 dapat mengatur
rotasi tanaman dan menggunakan lahannya sedemikian rupa sehingga bisa
memperoleh pendapatan yang optimal. Perhitungan produksi dan pendapatan
tersaji pada Tabel 8.1.
Tabel 8.1. Produksi Dan Pendapatan Per Komoditi Sayuran
Tanaman
Uraian Baby Selada Tomat
Buncis Kapri Sawi Total
Corn Keriting Bandung
Luas tanam (m2) 1800 900 450 900 900 1800 6750
Produksi (kg/m2) 1,3 1,6 11 7 1,1 3,4 -
Produksi total 2340 1440 4950 6300 990 6120 -
Harga (Rp/kg) 3600 2000 1500 1400 3000 1000 -
Nilai produksi 8.424.000 7.425.000 7.425.000 8.820.000 2.970.000 6.120.000 41.589.000
Biaya variabel
a. Benih 1.296.000 180.000 19 8.000 180.000 612.000 200.000 2.666.000
b. Pupuk 1.350.000 585.000 567.000 1.170.000 450.000 414.000 4.536.000
c. Pestisida 2.700.000 225.000 162.000 2.160.000 288.000 150.000 5.685.000
d. Lain-lain 486.000 135.000 378.000 2.178.000 162.000 400.000 3.739.000
Total 5.832.000 1.125.000 1.305.000 5.688.00 1.512.000 1.164.000 14.226.000
Pendapatan kotor 2.592.000 1.755.000 6.120.000 3.132.000 1.458.000 4.956.000 27.363.000
Biaya tetap
a. Sewa lahan @ Rp. 400/m2 2.700.000
b. Tenaga luar 126 HKO @ Rp. 25.000.00 3.150.000
c. Penyusutan, perbaikan alat-alat, dan bungat bank 900.000
Total Biaya Tetap 6.750.000
1. Tenaga kerja
Disamping penggunaan lahan dan rotasi tanaman, perlu direncanakan pula
penggunaan tenaga kerja, apakah tenaga kerja keluarga yang tersedia bisa
memenuhi kebutuhan. Jika tenaga kerja yang dibutuhkan lebih besar dari potensi
tenaga kerja keluarga yang tersedia maka petani harus menganggarkan seberapa
besar kebutuhan tenaga kerja luar keluarga yang diperlukan. Hal ini akan
mempengaruhi perhitungan biaya usahatani karena tenaga kerja luar harus diberi
upah.
Tabel 8.2 Rata-Rata Jumlah Curahan Tenaga Kerja Per Usaha Tani Dan Per 0,1
Hektar Petani Padi Sawah, Kedelai, Kacang Tanah, Tembakau, Dan
Jagung Di Kabupaten Bantul Tahun 2003
Uraian Komoditas
Padi Kedelai Kacang Jagung Tembakau
Tanah
HK HK HK
HKO % % HKO % % %
O O O
Pembibitan (DK) 0,067 0,31 - - - - - - - -
Pengolahan tanah
- - 1,138 4,67 2,15 12,3 6,28 9,25
a. Dalam 0,067
0,31 - - 2,933 11,5 2 4 2 8,55
keluarga 2,933
13,71 8 0,93 5,35 2,79
b. Luar keluarga
3 0
Penanaman
0,10 0,57 5,01 2,606 10,2 1,41 8,14 3,16 9,70
a. Dalam
0,022 25,30 3 16,7 3,250 9 9 1,69 4 6,66
keluarga
5,411 1,91 9 12,8 0,29 2,17
b. Luar keluarga
8 3 5 3
Pemupukan
1,76 0,33 2,94 0,889 3,51 0,84 4,86 1,79 5,52
a. Dalam
0,377 2,13 6 0,00 0,016 0,06 8 0,19 9 1,73
keluarga
0,455 0,00 0,03 0,56
b. Luar keluarga
0 3 4
Pemeliharaan
a. Dalam 2,786 13,03 - - 4,126 - - - - -
keluarga 0,244 1,14 - - 2,794 - - - - -
b. Luar keluarga
Penyiangan
- - 1,90 16,6 - - 3,05 17,5 5,00 15,3
a. Dalam
- - 0 3 - - 7 3 9 5
keluarga
0,40 3,58 0,98 5,65 1,39 4,26
b. Luar keluarga
9 6 0
Pengairan
- - 0,85 7,48 - 16,2 0,24 1,39 5,15 15,8
a. Dalam
- - 5 0,00 - 8 3 0,00 5 0
keluarga
0,00 11,0 0,00 0,00 0,00
b. Luar keluarga
0 3 0 0
Pengd. Hama &
Peny 0,044 0,21 0,02 0,24 0,745 2,94 0,05 0,33 0,43 1,34
a. Dalam 0,000 0,00 7 0,00 0,000 0,00 7 0,00 6 0,17
keluarga 0,00 0,00 0,05
b. Luar keluarga 0 0 4
Panen
0,566 2,65 1,62 14,2 2,378 9,39 2,10 12,0 3,46 10,6
a. Dalam
3,108 14,53 7 4 1,094 4,32 0,91 5 4 2
keluarga
0,89 7,8 5,05 0,46 1,42
b. Luar keluarga
1 4
Pasca Panen
5,284 24,71 2,64 23,1 3,211 12,6 3,91 22,4 - -
a. Dalam
0,022 0,10 5 5 1,817 8 9 7 - -
keluarga
0,24 2,15 7,17 0,48 2,79
b. Luar keluarga
5 6
Total Tenaga
9,22 43,09
7,96 69,6 14,98 59,1 13,7 79,1 25,1 77,2
Kerja
12,18 56,91 3 9 4 8 95 0 9 1
a. Dalam keluarga
3,46 30,3 10,33 40,8 3,64 20,8 7,43 22,7
b.Luar keluarga
3 1 4 2 3 9 6 9
Sumber : Suratiyah dkk (2003)
Tabel 8.2. Merupakan contoh anggaran penggunaan sumberdaya tenaga kerja
untuk berbagai macam komoditas antara lain padi sawah, kedelai,kacang tanah,
jagung, dan tembakau. Dari berbagai macam komoditas tersebut tampak bahwa
komoditas padi meskipun jumlah tenaga kerja yang dicurahkan tidak terlalu besar,
tetapi proporsi penggunaan sumber daya tenaga kerja luar keluarga jauh lebih
besar bila dibandingkan dengan komoditas lainnya. Hal ini antara lain disebabkan
oleh sifat usahatani pada yang sangat tergantung dengan campur tangan manusia.
Curahan tenaga terbanyak terutama pada saat pengolahan tanah, penanaman, dan
panen. Dalam usahatani padi, ketiga kegiatan tersebut harus dilakukan dalam
waktu yang bersamaan. Jika tidak maka hasilnya tidak akan seperti yang
diharapkan.
Tabel 8.3. Usahatakan Kacang Tanah 0,1 Ha Di Kabupaten Bantul Tahun 2003
Alternatif B Alternatif A
No Keterangan Selisih
(Rencana B) (Biasa)
1 Pendapatan Kotor
a. Produksi (kg) 396 225
b. Harga (Rp/kg) 3.285 3.285
c. Nilai Produksi (Rp) 1.300.820 739.125
2 Pengeluaran tetap :
a. Benih (Rp) 102.400 102.400
b. Pupuk kimiawi (Rp) 47.000 100.000
c. Pupuk kandang (Rp) 292.500 -
d. Pestisida (Rp) 25.000 25.000
e. Tenaga luar (Rp) 50.000 50.000
f. Tenaga mesin (Rp) 36.000 36.000
g. Lain-lain (Rp) 39.825 39.825
Total (Rp) 592.725 353.225 239.500
3 Penghasilan bersih (Rp) 708.105 385900 240.080
4 Output-input ratio 2,195
5 I B/C 2,345
Sumber : Suratiyah dkk 2003 – data terolah
Tabel 8.4 merupakan contoh cara ke kedua, yaitu pendapatan kotor naik dan
pengeluaran naik, yang berarti mengarah pada lebih intensif. Alternatif A tidak
menggunakan pupuk kandang sehingga produksi hanya 225 kg per 0,1 ha.
Sementara alternate B menggunakan pupuk kandang sehingga produksi
meningkat menjadi 396 kg, tetapi konsekuensinya biaya meningkat dari Rp
353.225 menjadi Rp 592.725. Namun demikian, alternative B lebih baik karena
peningkatan biaya Rp 239.500 lebih kecil dari peningkatan penerimaannya
sehingga bila dihitung IB/C atau Incremental B/C rationya adalah 2,345 > 1.
Dengan kata lain rencana B dapat dilaksanakan.
3) Seorang petani ingin mengubah pola tanam dari padi-padi kedelai menjadi
padi-padi-kacang tanah. Untuk itu, dibuat anggaran dengan data seperti yang
ada di Kotak 8.7
Kotak 8.4. Contoh Anggaran Parsial Untuk Perubahan Perencanaan
Perubahan : Rotasi padi-padi-kedelai padi-padi-kacang tanah pada lahan seluas 0,5
Kerugian :
Bibit = Rp 511.545
Jumlah = Rp 2.337.210
Jumlah = Rp 433.895
Sumber yang
Penghasilan : Suratiyah dkk
bilang dari (2003)
kedelai 457 x @ Rp 2.358/kg = Rp 1.089.945 (+)
Keuntungan
lahan semula tambahan
sehingga tidak linear. Berikut adalah= contoh
Rp 6.843.495 (-)
usahatani dengan
anggaran marjin kotor.
1. Seorang
Keuntungan petani ingin merubah pola tanam dari padi-padi-kedelai
tambahan = Rp 2.982.445 menjadi
padi-padi-kacang
Pertimbangan : tanah maka dibuat anggaran seperti yang terlihat pada
Kotak
Tambahan 8.5.kerja keluarga 35 HKO pria
tenaga
Kotak 8.5. Anggaran Marjin Kotor Untuk Perencanaan Perubahan Pola Tanam
Modal/biaya tinggi
(0,5 Ha)
Biaya variabel :
Bibit/benih = Rp 14.000
Pestisida = Rp 3.900
Pertimbangan :
3. Anggaran arus uang tunai parsial
Anggaran arus
Periode uang110
tumbuh tunai
hari digunakan untuk melihat perubahan arus uang tunai
akibat dari perubahan yang diusulkan. Tujuannya untuk melihat kelayakan suatu
Tenaga kerja yang digunakan ± 60 HKO
usulan yang mencakup beberapa tahun (jangka panjang). Contoh seorang petani
Untuk kacang tanah (tanpa perubahan biaya tetap) :
ingin membeli mesin perontok gabah untuk menghemat tenaga dan disewakan,
Pendapatan kotor
dibuat anggaran seperti yang tersaji pada kotak 8.6.
Kotak
Biaya 8.6 Anggaran Arus Uang Tunai Pembelian Mesin Perontok Gabah
variabel
Untuk
Bibit/benih 10 Musim= Tanam (5 Tahun)
Rp 511.545
Tahun
Uraian Pupuk kimiawi = Rp 235.000
0 1 2 3 4 5
A. Kerugian Pupuk organik = Rp 1.461.000
1. Biaya tambahan
Pestisida 900.000= Rp 1.282.825
a. Harga mesin -
perontok Sewa mesin/traktor = Rp 179.695 (+)
b.Perawatan
Jumlah - 75.000 75.000
= Rp 3.670.065 (-) 75.000 75.000 75.000
2. Penerimaan yang
Marjin kotor - -
= Rp 2.837.555 - - -
hilang
3. JumlahPertimbangan
kerugian : 900.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
B. Keuntungan Periode tumbuh 125 hari
1. Penghematan - 196.000 196.000 196.000 196.000 196.000
Tenaga kerja yang digunakan ± 126 HKO
sewa tenaga
2. Penghasilan - 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000
tambahan
3. Keuntungan - 1.316.000 1. 316.000 1.316.000 1.316.000 1.316.000
900.000
C. Tambahan arus - 1.241.000 1.141.000 1.241.000 1.241.000 1.241.000
uang tunai 900.000
D. Discount factor 1 0,909 0,826 0,751 0,683 0,621
(10%)
E. Nilai sekarang - 1.128.069 1.025.066 931.991 847.603 770.661
900.000
F. Nilai sekarang -900.000 + 4.703.390 = 3.803.390
Netto (NPV)
Catatan : Bunga bank 10% per tahun penghemat tenaga Rp 98.000/musim
disewakan Rp 560.000/musim
4. Anggaran Parametrik
Anggaran parametrik disusun atas dasar ramalan tentang berbagai macam
ketidakpastian dan harga yang akan datang, menggunakan nilai tengah, nilai
sebarang peluang, koefisien, dan sebagainya. Anggaran ini memperhatikan
ketidakpastian. Sesuatu yang tidak pasti dinyatakan sebagai koefisien. Jika yang
tidak pasti hanya satu (satu koefisien) disebut dengan break-even budgeting,
sedangkan jika yang tidak pasti lebih dari satu disebut parametric budgeting.
a. Break-even budgeting (anggaran impas)
Dalam hal ini anggaran disusun untuk menetapkan nilai koefisien yang telah
ditetapkan sehingga keuntungan sama dengan kerugian atau impas.
Kelebihan anggaran ini adalah a) dapat melihat dengan mudah apakah suatu
rencana menguntungkan, b) perencana dengan cepat dapat merekomendasi, dan c)
dapat melihat apakah bermanfaat. Sebagai contoh, seorang petani ingin membeli
mesin perontok gabah untuk menghemat tenaga dan sekaligus dapat disewakan.
Berikut adalah contoh pembuatan anggaran untuk petani tersebut (Kotak 8.7).
Kotak 8.7. Anggaran Impas Pembelian Mesin Perontoh Gabah
Tanggal : 5 Januari 2006
Catatan 1) h = banyaknya hari kerja disewakan
2) perhitungan per musim tanam
Pengeluaran (Rp) Keuntungan (Rp)
1. Penyusutan (I/10) 90.000 1. Pengeluaran dihemat :
2. Bunga (5%) 45.000 Menyewa tenaga
3. Perawatan (7+h) @ 1875 7 HKO @ 14.000 98.000
= 13.125+1.875h 2. Penghasilan tambahan disewakan
4. Penerimaan yang hilang h hari @ 14.000 14.000h
Jumlah pengeluaran = 184.125 + 1875h Jumlah 98.000 + 14.000h
5. Anggaran Interprise
Anggaran Interprise adalah anggaran yang dapat digunakan untuk
memperkirakan pengeluaran dan pendapatan suatu cabang usahatani per kesatuan
produksi atau per unit. Berikut adalah contoh-contoh usahatani dengan anggaran
interprise.
Kotak 8.9 Anggaran Interprise Sapi Perah Per Ekor Per Hari
1. Pendapatan kotor (Rp)
- 11 liter @ Rp 2.200 24.200
2. Biaya variabel (Rp) :
a. Pakan 7.900
b. Tenaga kerja 2.000
c. Obat-obatan 600
d. Biaya sapi kering 2.400
e. Lain-lain 300
Jumlah 13.200
3. Biaya tetap (Rp) :
a. Penyusutan sapi 2.300
b. Penyusutan kandang 300
c. Penyusutan alat 700
Jumlah 3.300
4. Total biaya (Rp) 16.500
5. Pendapatan (Rp) 7.700
Catatan : Pendapatan = Rp 7.700/ekor/hari
BEP harga =
Dari perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa yang direncanakan jauh di atas
BEP sehingga bila rencana tersebut diaplikasikan pasti menguntungkan.
Kotak 8.13 Anggaran Interprise 1.000 Ekor Ayam Pedaging Per Periode Produksi
1. Berat hidup (kg/ekor) 1,6
2. Mortalitas 3% yang hidup 97% -
3. Bonus DOC 20% total ayam 1.020
4. Total Produksi (kg) : 97% x 1,6 x 1020 1.583,04
5. Harga (Rp/kg) 8.000
6. Pendapatan kotor 12.664.320
7. Biaya tetap :
a. Penyusutan kandang 100.000
b. Penyusutan peralatan 25.000
c. Penyusutan lain-lain 25.000
Jumlah 150.000
8. Biaya variabel
a. Starter 1.500 kg @ Rp 2.500 3.750.000
b.Finisher 1.400 kg @ Rp 2.250 3.150.000
c. DOC 1000 ekor @ Rp 2.000 2.000.000
d.Obat + vaksin 75.000
e. Vitamin 25.000
f. Sekam 30.000
g.Bahan bakar 200.000
Jumlah 9.230.000
9. Total biaya 9.380.000
BEP produk = x 1 kg
BEP harga =
3.1 Kesimpulan
Perencanaan usahatani bersifat menguji implikasi pengaturan kembali
sumberdaya usahatani.Perencanaan dalam usahatani dilakukan untuk mengatur
sumberdaya usahatani yang ada, baik sumber daya alam maupun sumber daya
manusia. Perencanaan usahatani dibuat dengan mengetahui komoditas,musim
tanam, status kepemilikan lahan. Luas lahan, jarak tanam, system penanaman,
jumlah pohon, umur panen komoditas,produksi, biaya produksi, penerimaan dan
pendapatan yang didapat, serta pemasaran.Faktor risiko di bidang pertanian
berasal dari produksi, harga dan pasar, usaha dan finansial, teknologi, kerusakan,
sosial dan hukum, serta manusia.
3.2 Saran
Masyarakat petani sebaiknya melakukan perencanaan terlebih dahulu
sebelum memulai kegiata usahataninya agar segala kegiatan dapat berjalan dengan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA
https://blog.ub.ac.id/nilaira/2014/04/26/perencanaan-usahatani/
Ilham, N dan Saktyanu. 2006. Perencanaan Sistem Usaha Tani Terpadu dalam
MenunjangPembangunan Pertanian yang Berkelanjutan :Kasus Kabupaten
Magetan, Jawa Timur.
Shinta, A. 2011. Ilmu usahatani. Universitas Brawijaya Press (UB Press) Jl.
Veteran (Universitas Brawijaya) Malang 65145 Indonesia.