Anda di halaman 1dari 27

PERENCANAAN

MAKALAH

OLEH:

KELOMPOK 19
INDAH SAVIRA (170304011)
NIKA FITRIANI (170304032)
AGRIBISNIS-1

Dosen Mata Kuliah:

Sri Fajar Ayu, SP., MM

NIP. 197008272008122001

I LM U U S A H A T A N I
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada

waktunya.
Adapun Judul Makalah Ini Adalah “Perencanaan” yang merupakan salah
satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di mata kuliah Ilmu
Usahatani Program Studi Agibisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah

suka rela berpartisipasi dengan sangat baik.mereka yang saya hormati antara lain

adalah:

1. Orang Tua yang telah memberikan do’a dan dukungan yang tulus kepada

saya.

2. Ibu Sri Fajar Ayu, SP., MM. Selaku dosen Mata Kuliah Ilmu Usahatani
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

untuk kebaikan penulis mendatang.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
.....................................................................................................................
i

DAFTAR ISI
.....................................................................................................................
ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.4 Kegunaan Penulisan..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perencanaan Dalam Usahatani..................................................................4
2.1.1 Perencanaan Menyeluruh (Whole-Farm Planning)........................4
2.1.2 Perencanaan Usahatani...................................................................5
2.1.3 Anggaran Kegiatan.........................................................................7
2.1.4 Anggaran Penggunaan Sumber Daya.............................................8
2.1.5 Anggaran Usahatani......................................................................12
2.1.6 Anggaran Parsial ( Partial Budgets).............................................14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.............................................................................................25
3.2 Saran ......................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan usahatani bersifat menguji implikasi pengaturan kembali
sumberdaya usahatani, perencana tertarik untuk mengevaluasi akibat yang
disebabkan oleh perubahan dalam metode berproduksi maupun
organisasinya,perencanaan dapat dilakukan pada usahatani sebagai satu kesatuan
(whole farm planning) atau sebagian saja (partial analysis).
Sumber ketidakpastian yang penting di sektor pertanian adalah adanya
fluktuasi hasil pertanian dan fluktuasi harga (Soekartawi, 1993). Sebagai contoh,
ketidakpastian akibat fluktuasi hasil pertanian dalam agribisnis kedelai disebabkan
faktor alam seperti hama dan penyakit, curah hujan yang deras pada saat panen.
Sedangkan ketidakpastian akibat fluktuasi harga disebabkan oeh ketergantungan
harga kedelai lokal terhadap kedelai impor yang terus mengalami perubahan.
Sikap petani terhadap resiko berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi yaitu apabila petani berani
menanggung resiko maka akan lebih optimal dalam mengalokasikan faktor
produksi sehingga efisiensi juga lebih tinggi.Setiap pekerjaan yang telah
direncanakan secara maksimal akan meminta pertimbangan antara pengorbanan
dan faedah. Begitu pula pada sektor produksi, untuk setiap kebutuhan ekonomis
perlu diadakan perhitungan antara hasil yang diharapkan dengan biaya yang harus
dikeluarkan untuk mencapai tujuan/hasil tersebut.Demikian pula sektor pertanian,
khususnya dalam usahatani dimana kegiatan tersebut harus dianggap suatu
perusahaan, agar biaya dan hasil yang didapatkan harus diadakan perhitungan
untuk mengetahui pendapatan dan efisiensi serta tingkat resiko dari usahatani
tersebut.
Pengetahuan tentang hubungan antara resiko dengan pendapatan merupakan
bagian yang penting dalam pengelolaan usahatani.Hubungan ini biasanya diukur
dengan koefisien variasi atau tingkat resiko terendah dan batas bawah pendapatan.
Koefisien variasi atau tingkat resiko terendah merupakan perbandingan antara
resiko yang harus ditanggung oleh petani dengan jumlah pendapatan yang akan
diperoleh sebagai hasil dari sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses
produksi, koefisien variasi dapat juga digunakan untuk memilih alternatif yang
memberikan resiko paling sedikit dalam mengharapkan suatu hasil (Kadarsa,
1995). Sedangkan batas atas pendapatan menurut Hernanto (1998), adalah
menunjukkan nilai nominal pendapatan terendah yang mungkin diterima oleh
petani.
Untuk memilih kombinasi beberapa kegiatan yang dapat memaksimumkan
pendapatan, maka dalam perencanaan pengembangan sistem usaha tani dapat
digunakan program linier (Soekartawi, dkk. 1986). Program tinier merupakan
suatu teknik perencanaan yang bersifat analitis yang memakai model matematika
dengan tujuan mengoptimalkan alokasi penggunaan sumber daya untuk mencapai
manfaat maksimum atau meminimumkan kerugian (Nasendi dan Anwar, 1985;
Budnick dkk. 1988 dan Taha, 1989).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud denga perencanaan?
2. Bagaimana perencanaan dalam usahatani?
3. Apa saja anggaran dalam perencanaan usahatani?

1.3 Tujuan penulisan


Makalah ini bertujuan untuk:
1. Memberikan pandangan kepada masyarakat tentang pentinganya sebuah
perencanaan dalam usahatani
2. Memberikan pandangan kepada masyarakat tentang pertimbangan pokok
apa saja yang harus diambil untuk mengambil sebuah keputusan dalam
usahatani
3. Memberikan contoh perencanaan yang baik dalam ber usahatani.

1.4 Kegunaan penulisan


Dengan adanya makalah ini diharapkan:
1. Masyarakat mampu membuat perencanaan yang baik dan benar untuk
dilakukan dalam usahataninya.
2. Masyarakat dapat mengambil keputusan yang tepat yang harus dilakukan
dalam kegiatan usahataninya tersebut sehingga dapat meningkatkan hasil
produksinya.
3. Mahasiswa memahami tentang perencanaan yang dilakukan masyarakat
petani untuk melancarkan kegiatan usahataninya
4. Mahasiswa mampu mengambil nilai positif dari perencanaan dan hasil
yang didapat masyarakat

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perencanaan Dalam Usahatani
Suatu usahatani sebagai bisnis menjadi lebih efisien dan menguntungkan
sering kali disebabkan oleh perubahan-perubahan yang dilaksanakan dalam
rangka pengembangan usahatani. Sukses usahatani sebagai bisnis adalah buah dari
kehati-hatian dan ketelitian dalam perencanaan, pengambilan keputusan, serta
pelaksanaan pada saat yang tepat.
Beberapa teknik perencanaan akan datang disertai dengan pertimbangan atas
hasil-hasil di masa lalu. Beberapa catatan dan analisa masa lalu tentang
keberhasilan atau kegagalan merupakan informasi yang sangat penting untuk
perencanaan usahatani modifikasi dan perubahan agar usahatani yang akan datang
jauh lebih baik.
2.1.1 Perencanaan Menyeluruh (Whole-Farm Planning)
Perencanaan menyeluruh sangat memperhatikan keseluruhan sumber daya
yang dimiliki dan yang akan dipakai dalam usahatani. Tujuan perencanaan
menyeluruh antara lain sebagai berikut.
1. Identifikasi keuntungan tertinggi yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan
usahatani.
2. Identifikasi sumberdaya yang akan dipergunakan meliputi lahan, tenaga
kerja, modal, dan peralatan.
3. Identifikasi kendala-kendala yang dihadapi dan kemungkinan upaya untuk
mengatasi di waktu yang akan datang.
4. Estimasi kebutuhan dan pencarian modal.
5. Estimasi biaya dan pendapatan
6. Estimasi arus uang tunai (Cash flow)
Sukses usahatani sangat tergantung pada petani sebagai manajer dalam
mengelola usahataninya. Oleh karena itu, diperlukan beberapa hal berikut.
1. Pengetahuan dan kemampuan mendeteksi kapan menambah modal dan
bagaimana menggunakannya dengan baik.
2. Pengetahuan tentang berapa biaya bunga yang harus dibayar apabila
menarik modal dan luar misalnya kredit bank.
3. Pengetahuan tentang kapan harus membayar bunga dan mengangsur
pinjaman dari luar (kredit bank) agar kontinuitas usahatani tidak
terganggu.
Perencanaan menyeluruh ini dilengkapi dengan sistem evaluasi yang
dapat secara cepat dan mudah mengukur kinerja dan efisiensi usahatani.

2.1.2 Perencanaan Usahatani


Definisi perencanaan usahatani adalah proses pengambilan keputusan
tentang segala sesuatu yang akan dilakukan dalam usahatani yang akan datang dan
rencana-rencana usahatani berupa pernyataan tertulis yang memuat sesuatu yang
akan dikerjakan pada periode waktu tertentu untuk tujuan tertentu pula
sehubungan dengan usahataninya.
Dengan perencanaan usahatani maka manfaat yang dapat diambil oleh petani
adalah a) diperoleh petunjuk tentang apa yang akan dilakukan, b) penyimpangan
dan kesalahan dapat dikurangi, c) ada jaminan untuk mendekati kebenaran, d)
sebagai alat evaluasi, serta e) kontinuitas usahatani terjamin. Sementara
perencanaan usahatani mempunyai kriteria-kriteria yang baik jika sesuai berikut
ini.
1. Rasional, yaitu sesuai dengan situasi yang nyata, misalnya untuk
meningkatkan produktivitas diperlukan pupuk urea pada pertanaman padi
sawah sehingga tingkat produksi tersebut benar-benar dicapai.
2. Fleksibel, yaitu disesuaikan dengan situasi, misalnya untuk peningkatan
produktivitas padi tersebut ternyata pupuk urea yang dibutuhkan tidak ada
maka dapat diganti dengan pupuk ZA, tetapi tentu dengan dosis yang
berbeda karena kandungan N pada urea dan ZA berbeda. Pada urea
kandungan N mencapai 46%, sedangkan pada ZA hanya 20%/
3. Dapat dinilai dan dengan cepat diambil tindakan yang tepat.
4. Menjamin kontinuitas usahatani.
Ada 3 cara menyusun suatu perencanaan usahatani, yakni 1) predetermined,
suatu perencanaan usahatani yang disusun dan ditentukan oleh pemerintah
(instansi yang terkait) karena memang ada tujuan tertentu pemerintah sehingga
merupakan kebutuhan pemerintah, 2) self-determined plan, yaitu suatu
perencanaan usahatani yang disusun dan ditentukan sendiri oleh petani sesuai
dengan keinginan dan menjadi kebutuhan petani sendiri, serta 3) joint plan, yaitu
suatu perencanaan usahatani yang disusun dan ditentukan oleh petani dengan
pemerintah dalam hal ini instansi yang berwenang bersama dengan petani.
Sebagai contoh tanam serempak. Cara tanam serempak direncanakan bersama
antara para kelompok tani (para petani) dengan dinas pertanian (PPL), dinas
pekerjaan umum (pengaiaran), koperasi (penyediaan pupuk), perbankan
(penyediaan modal), dan pemerintah desa (menyangkut areal yang luas).
Cara tanam serempak ini merupakan kepentingan bersama karena dengan
cara tersebut siklus hama penyakit dapat dikendalikan sehingga kontinuitas
produksi dan ketahanan pangan dapat terjamin. Petani juga memperoleh
bimbingan penerapan teknologi yang sama, produktivitas tinggi, dan pendapatan
petani juga meningkat.
Perencanaan yang bersifat kerja sama dengan lembaga pemerintah
memerlukan berbagai pembicaraan. Pembicaraan terarah akan membantu petani
dalam perencanaan usahatani sehingga diperlukan beberapa catatan penting untuk
pembiraan bersama. Beberapa hal yang penting dalam pembicaraan tersebut
sebagai berikut.
1. Varitas yang akan ditanam, sehubungan dengan produktivitas dan
ketahanannya terhadap hama penyakit.
2. Kapan tanam dan kapan panen sehubungan dengan penyediaan irigasi
3. Pupuk apa, berapa, dan kapan digunakan sehubungan dengan penyediaan
pupuk agar petani tidak mengalami kesulitan.
4. Berapa dan dari mana modal yang diperlukan sehubungan dengan
kesiapan pihak perbankan dalam merealisasi kredit usahatani.
Dalam pelaksanaan sehari-hari petani dapat menyusun rencana usahataninya
secara berkelompok dengan bimbingan PPL (petugas penyuluh pertanian) atau
petugas yang secara periodic berkunjung kelompok tani. PPL tersebut harus selalu
1.siap
Definisi
membawa informasi tentang program-program pemerintah, tentang teknologi
Nama lokal : Kumala
baru,
Nama dan siap mendampingi
ilmiah : Ipoemoeapetani dalam pelaksanaan usahataninya.
batatas
Ditanam sebagai makanan pokok dengan teknologi tradisional
2. Musim tanam
a. Saat menanam antara Maret dan Oktober, tapi dapat ditanam sepanjang tahun
b. Umur : 4 sampai 7 bulan sesuai iklim tapi umumnya 5 bulan.
c. Daya
2.1.3 simpan dalam
Anggaran tanah, panen dapat ditunda sampai 2 bulan tanpa penyusutan hasil yang
Kegiatan
berarti.
Anggaran kegiatan adalah pernyataan mengenai sifat-sifat teknis dan
3. Syarat Pergiliran :
a. Urutan tanam
ekonomis : ditanamyang
suatu kegiatan setelahdisajikan
ubi rambat dalam
atau talassuatu
atau sebagai
bentuktanaman pertama
sehingga
setelah bero pada lahan subur. Umumnya ditanam berturut-turut pada lahan yang sama.
memungkinkan
b. Tumpang sari perencanaan dapat
: dapat ditanam dikerjakan.
bersama-sama Komponen
dengan anggaran kegiatan
tanaman pisang.
c. Kesuburan tanah : kandungan nitrogen yang tinggi menyebabkan pertumbuhan vegetatif
tersebut sebagai
berlebihan berikut.
sehingga produksi ubi rendah
1. Batasan kegiatan apa yang diproduksi dan bagaimana memproduksi
4. Penanaman :
a. 2.
Jarak tanamkebutuhan
Daftar : ditanam kira-kira per
sumberdaya 1 m unit
x 1 mkegiatan
b. Bahan tanaman : tumbuh dari potongan batang (stolon) ± 30 cm, 3 atau 4 batang tiap
3.lubang.
Kuantifikasi hubungan antar kegiatan, misalnya kebutuhan pengembalian.
Lahan 0,05 ha cukup menyediakan bibit untuk 1 ha
4. Daftar
5. Masukan lain : kendala yang bukan sumberdaya, misalnya pemasaran.
5. Daftar biaya tetap.
Pupuk tidak digunakan, penyemprotan dianjurkan untuk kumpang penggerek batang.
6. Pernyataan
6. Kebutuhan jumlah
kerja (JKO/ha) : produk yang dihasilan dan taksiran harga.
a. Menyiapkan bahan tanaman 60
b. Berikut
Menanamadalah contoh anggaran kegiatan suatu usaha tani. (Kotak 8.1)
100
c. Membuat bukit dan lubang 100
d. Menyiangi
1 bulan setelah tanam 75
Kotak 8.1 Anggaran Kegiatan Ubi Jalar Rp 90.000.00/ku
2 bulan setelah tanam 55
3 bulan setelah tanam 35
e. Panen
7. Produksi
Rata-rata 12,5 ton/ha ubi basah
8. Kandungan gizi
Mengandung 4,2 MJ/kg, bagian yang dapat dimakan 1,5% protein, 15% bahan sisa
9. Tata Niaga :
Harga jual bersih di tingkat lokal Rp 5.675/ku (tahun 1974)
*) Catatan : Harga jual di tingkat petani di DIY tahun 2004 adalah Rp
900.00/kg atau

2.1.4 Anggaran Penggunaan Sumberdaya


Sumberdaya dalam usahatani terdiri atas sumberdaya alam yaitu tanah
beserta sekitarnya dan sumberdaya manusia yaitu tenaga kerja. Suatu usahatani
akan sukses jika segala kegiatan yang akan dilakukan disusun dalam suatu
rencana (Proses perencanaan). Perencanaan tersebut meliputi pula perencanaan
tersebut meliputi anggaran penggunaan sumberdaya. Kriteria kelayakan suatu
rencana ditinjau dari segi teknis dan ekonomis sebagai berikut.
1. Lahan dan Rotasi
Anggaran penggunaan sumberdaya dapat diterapkan jika memenuhi beberapa
hal berikut.
a. Lahan yang dibutuhkan tidak lebih luas dari lahan yang dikuasai oleh
petani.
b. Jenis tanaman yang ditanam sesuai dengan jenis tanah dan kesuburan tanah
atau lahan.
c. Perencanaan mencakup :
1. Penentuan luas per kegiatan
2. Penentuan jadwal tanam dan lamanya pertumbuhan
3. Urutan tanaman
Contoh 1.
Luas
Feb-Mart April-Mei Juni-Juli Agst-Sept Okt-Nov Des-Jan Th
(ha)
0,25 <<<<<<<< <<<<<<< <<<<<< <<<<<<<<< <<<<<<< ///////////// I
<<<<<<<< <<<<<<< <<<<<< <<<<<<<<< <<<<<<< //////////////
0,25 ///////////////// /////////////// ……………….. ……………. …………… ………….. II
///////////////// ////////////// ……………….. ……………. …………… …………..
0,25 …………… …………. xxxxxxx xxxxxxxxxx xxxxxxxx xxxxxxxx III
…………… …………. xxxxxxx xxxxxxxxxx xxxxxxxx xxxxxxxx
0,25 BERO IV
< : Ubi rambat (1) …. : Talas
// : Ubi rambat (2) x : Ubi jalar/ubi rambat (3)
Gambar 8.1. Rotasi tanaman tanpa sela
Lahan seluas 0,25 ha dapat ditanami berbagai komoditas misalnya ubi
rambat dan talas. Dari contoh 1 tersebut terlihat bahwa selama satu siklus (4
tahun) ubi rambat dapat ditanam 3 kali musim tanam dan talas satu kali musim
tanam dengan rotasi tanaman seperti yang tampak pada Gambar 8.2.
Luas
Feb-Mart April-Mei Juni-Juli Agst-Sept Okt-Nov Des-Jan Th
(ha)
0,25 <<<<<<<< <<<<<<< <<<<<< <<<<<<<<< <<<<<<< ///////////// I
<<<<<<<< <<<<<<< <<<<<< <<<<<<<<< <<<<<<< //////////////
0,25 ///////////////// /////////////// ////////////////// /////////////////// ]]]]]]]]]]]]]] ]]]]]]]]]]]]] II
///////////////// ////////////// ……………. ……………. …………… …………..
0,25 ]]]]]]]]]]]]]] ]]]]]]]]]]]]]]] xxxxxxx xxxxxxxxxx xxxxxxxx xxxxxxxx III
] ] xxxxxxx xxxxxxxxxx xxxxxxxx xxxxxxxx
]]]]]]]]]]]]]] ]]]]]]]]]]]]]]]
] ]
0,25 BERO IV

Contoh 2
< : Ubi rambat (1) …. : Talas
// : Ubi rambat (2) x : Ubi jalar/ubi rambat (3)
Gambar 8.2. Rotasi tanaman dengan tanaman sela
Ada sedikit perbedaan pada contoh 2 dengan contoh 1. Pada contoh 2
terdapat tanaman talas yang digunakan sebagai tanaman sela, sedangkan untuk
rotasinya lebih dipilih ubi rambat dan ubi kayu dengan perputaran seperti yang
tersaji pada gambar 8.2. Dari contoh 1 dan 2 tersebut terlihat bahwa penggunaan
lahan dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga lebih intensif. Selain itu, rotasi
tanaman perlu juga dilakukan untuk menghindari serangan hama dan penurunan
tingkat kesuburan tanah karena tanaman yang berbeda sudah pasti memerlukan
unsure hara yang berbeda pula. Dengan perputaran tanaman diharapkan tanah
diberi kesempatan untuk mengembalikan unsure hara tertentu yang hilang pada
saat musim tanam sebelumnya.
Contoh 3.
900 m2 Selada keriting Buncis
Buncis
Baby corn Tomat bandung
450 m2 Baby Corn Tomat bandung Buncis
900 m2 Sawi Sawi Kapri
Gambar 8.3. Rotasi tanaman dengan tanaman sela
Pada Gambar 8.3. Dapat terlihat bahwa jika petani dengan 3 petak lahan
pertanian yang masing-masing seluas 900 m2, 450 m2, dan 900 m2 dapat mengatur
rotasi tanaman dan menggunakan lahannya sedemikian rupa sehingga bisa
memperoleh pendapatan yang optimal. Perhitungan produksi dan pendapatan
tersaji pada Tabel 8.1.
Tabel 8.1. Produksi Dan Pendapatan Per Komoditi Sayuran
Tanaman
Uraian Baby Selada Tomat
Buncis Kapri Sawi Total
Corn Keriting Bandung
Luas tanam (m2) 1800 900 450 900 900 1800 6750
Produksi (kg/m2) 1,3 1,6 11 7 1,1 3,4 -
Produksi total 2340 1440 4950 6300 990 6120 -
Harga (Rp/kg) 3600 2000 1500 1400 3000 1000 -
Nilai produksi 8.424.000 7.425.000 7.425.000 8.820.000 2.970.000 6.120.000 41.589.000
Biaya variabel
a. Benih 1.296.000 180.000 19 8.000 180.000 612.000 200.000 2.666.000
b. Pupuk 1.350.000 585.000 567.000 1.170.000 450.000 414.000 4.536.000
c. Pestisida 2.700.000 225.000 162.000 2.160.000 288.000 150.000 5.685.000
d. Lain-lain 486.000 135.000 378.000 2.178.000 162.000 400.000 3.739.000
Total 5.832.000 1.125.000 1.305.000 5.688.00 1.512.000 1.164.000 14.226.000
Pendapatan kotor 2.592.000 1.755.000 6.120.000 3.132.000 1.458.000 4.956.000 27.363.000
Biaya tetap
a. Sewa lahan @ Rp. 400/m2 2.700.000
b. Tenaga luar 126 HKO @ Rp. 25.000.00 3.150.000
c. Penyusutan, perbaikan alat-alat, dan bungat bank 900.000
Total Biaya Tetap 6.750.000

Pendapatan usahatani 20.613.000


*) Keterangan : 1. Diambil dari Brown (1979)
2. Diolah dan disesuaikan

1. Tenaga kerja
Disamping penggunaan lahan dan rotasi tanaman, perlu direncanakan pula
penggunaan tenaga kerja, apakah tenaga kerja keluarga yang tersedia bisa
memenuhi kebutuhan. Jika tenaga kerja yang dibutuhkan lebih besar dari potensi
tenaga kerja keluarga yang tersedia maka petani harus menganggarkan seberapa
besar kebutuhan tenaga kerja luar keluarga yang diperlukan. Hal ini akan
mempengaruhi perhitungan biaya usahatani karena tenaga kerja luar harus diberi
upah.

Tabel 8.2 Rata-Rata Jumlah Curahan Tenaga Kerja Per Usaha Tani Dan Per 0,1
Hektar Petani Padi Sawah, Kedelai, Kacang Tanah, Tembakau, Dan
Jagung Di Kabupaten Bantul Tahun 2003
Uraian Komoditas
Padi Kedelai Kacang Jagung Tembakau
Tanah
HK HK HK
HKO % % HKO % % %
O O O
Pembibitan (DK) 0,067 0,31 - - - - - - - -
Pengolahan tanah
- - 1,138 4,67 2,15 12,3 6,28 9,25
a. Dalam 0,067
0,31 - - 2,933 11,5 2 4 2 8,55
keluarga 2,933
13,71 8 0,93 5,35 2,79
b. Luar keluarga
3 0
Penanaman
0,10 0,57 5,01 2,606 10,2 1,41 8,14 3,16 9,70
a. Dalam
0,022 25,30 3 16,7 3,250 9 9 1,69 4 6,66
keluarga
5,411 1,91 9 12,8 0,29 2,17
b. Luar keluarga
8 3 5 3
Pemupukan
1,76 0,33 2,94 0,889 3,51 0,84 4,86 1,79 5,52
a. Dalam
0,377 2,13 6 0,00 0,016 0,06 8 0,19 9 1,73
keluarga
0,455 0,00 0,03 0,56
b. Luar keluarga
0 3 4
Pemeliharaan
a. Dalam 2,786 13,03 - - 4,126 - - - - -
keluarga 0,244 1,14 - - 2,794 - - - - -
b. Luar keluarga
Penyiangan
- - 1,90 16,6 - - 3,05 17,5 5,00 15,3
a. Dalam
- - 0 3 - - 7 3 9 5
keluarga
0,40 3,58 0,98 5,65 1,39 4,26
b. Luar keluarga
9 6 0
Pengairan
- - 0,85 7,48 - 16,2 0,24 1,39 5,15 15,8
a. Dalam
- - 5 0,00 - 8 3 0,00 5 0
keluarga
0,00 11,0 0,00 0,00 0,00
b. Luar keluarga
0 3 0 0
Pengd. Hama &
Peny 0,044 0,21 0,02 0,24 0,745 2,94 0,05 0,33 0,43 1,34
a. Dalam 0,000 0,00 7 0,00 0,000 0,00 7 0,00 6 0,17
keluarga 0,00 0,00 0,05
b. Luar keluarga 0 0 4
Panen
0,566 2,65 1,62 14,2 2,378 9,39 2,10 12,0 3,46 10,6
a. Dalam
3,108 14,53 7 4 1,094 4,32 0,91 5 4 2
keluarga
0,89 7,8 5,05 0,46 1,42
b. Luar keluarga
1 4
Pasca Panen
5,284 24,71 2,64 23,1 3,211 12,6 3,91 22,4 - -
a. Dalam
0,022 0,10 5 5 1,817 8 9 7 - -
keluarga
0,24 2,15 7,17 0,48 2,79
b. Luar keluarga
5 6
Total Tenaga
9,22 43,09
7,96 69,6 14,98 59,1 13,7 79,1 25,1 77,2
Kerja
12,18 56,91 3 9 4 8 95 0 9 1
a. Dalam keluarga
3,46 30,3 10,33 40,8 3,64 20,8 7,43 22,7
b.Luar keluarga
3 1 4 2 3 9 6 9
Sumber : Suratiyah dkk (2003)
Tabel 8.2. Merupakan contoh anggaran penggunaan sumberdaya tenaga kerja
untuk berbagai macam komoditas antara lain padi sawah, kedelai,kacang tanah,
jagung, dan tembakau. Dari berbagai macam komoditas tersebut tampak bahwa
komoditas padi meskipun jumlah tenaga kerja yang dicurahkan tidak terlalu besar,
tetapi proporsi penggunaan sumber daya tenaga kerja luar keluarga jauh lebih
besar bila dibandingkan dengan komoditas lainnya. Hal ini antara lain disebabkan
oleh sifat usahatani pada yang sangat tergantung dengan campur tangan manusia.
Curahan tenaga terbanyak terutama pada saat pengolahan tanah, penanaman, dan
panen. Dalam usahatani padi, ketiga kegiatan tersebut harus dilakukan dalam
waktu yang bersamaan. Jika tidak maka hasilnya tidak akan seperti yang
diharapkan.

2.1.5 Anggaran Usahatani


Anggaran usahatani sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat
segera ditindak lanjuti. Yang perlu diperhatikan dalam menyusun anggaran
usahatani antara lain sebagai berikut.
1. Tujuan : untuk melihat konsekuensi suatu rencana yang diusulkan.
2. Ukuran : penghasilan bersih dan arus uang tunai.
3. Kriteria : Pendapatan kotor, pengeluaran tetap, dan penghasilan
bersih.
Dari keempat cara tersebut, cara pertama dan kedua mengarah ke lebih
intensif, sedangkan cara ketiga dan keempat mengarah ke kurang intensif
Ada empat cara dalam menyusun anggaran usahatani, yaitu mengarah pada
usahatani yang lebih intensif atau mengarah pada usahatani yang kurang intensif.
Empat cara tersebut sebagai berikut.
1. Mengubah kegiatan yang telah ada sehingga pendapatan kotor meningkat
tetapi pengeluaran tetap tidak meningkat.
2. Mengubah kegiatan yang telah ada sehingga pendapatan kotor meningkat,
tetapi pengeluaran tetap juga meningkat asal peningkatan pengeluaran
tetap lebih kecil dari peningkatan pendapatan kotor.
3. Mengalokasikan sumberdaya yang ada sehingga pengeluaran tetap turun
tetapi pendapatan kotor tetap.
4. Mengalokasikan kembali sumberdaya yang ada sehingga pengeluaran
tetap turun tetapi pendapatan kotor total juga turun, asal penurunan
pendapatan kotor lebih kecil dari penurunan pengeluaran tetap.

Tabel 8.3. Usahatakan Kacang Tanah 0,1 Ha Di Kabupaten Bantul Tahun 2003
Alternatif B Alternatif A
No Keterangan Selisih
(Rencana B) (Biasa)
1 Pendapatan Kotor
a. Produksi (kg) 396 225
b. Harga (Rp/kg) 3.285 3.285
c. Nilai Produksi (Rp) 1.300.820 739.125
2 Pengeluaran tetap :
a. Benih (Rp) 102.400 102.400
b. Pupuk kimiawi (Rp) 47.000 100.000
c. Pupuk kandang (Rp) 292.500 -
d. Pestisida (Rp) 25.000 25.000
e. Tenaga luar (Rp) 50.000 50.000
f. Tenaga mesin (Rp) 36.000 36.000
g. Lain-lain (Rp) 39.825 39.825
Total (Rp) 592.725 353.225 239.500
3 Penghasilan bersih (Rp) 708.105 385900 240.080
4 Output-input ratio 2,195
5 I B/C 2,345
Sumber : Suratiyah dkk 2003 – data terolah
Tabel 8.4 merupakan contoh cara ke kedua, yaitu pendapatan kotor naik dan
pengeluaran naik, yang berarti mengarah pada lebih intensif. Alternatif A tidak
menggunakan pupuk kandang sehingga produksi hanya 225 kg per 0,1 ha.
Sementara alternate B menggunakan pupuk kandang sehingga produksi
meningkat menjadi 396 kg, tetapi konsekuensinya biaya meningkat dari Rp
353.225 menjadi Rp 592.725. Namun demikian, alternative B lebih baik karena
peningkatan biaya Rp 239.500 lebih kecil dari peningkatan penerimaannya
sehingga bila dihitung IB/C atau Incremental B/C rationya adalah 2,345 > 1.
Dengan kata lain rencana B dapat dilaksanakan.

2.1.6 Anggaran Parsial (Partial Budgets)


Analisis masing-masing cabang usahatani akan sangat bermanfaat dan
membantu perencanaan anggaran. Hal ini menunjukkan secara jelas berapa
kontribusi pendapatan dari masing-masing cabang usahatani pada pendapatan
total usahatani secara keseluruhan. Dengan analisis tersebut petani sebagai
manajer dapat mengambil keputusan untuk memilih cabang usahatani mana yang
perlu dikembangkan, dikurangi atau bahkan tidak diusahakan lagi agar tidak
menderitakan kerugian.
Anggaran parsial sangat sederhana, mudah dimengerti, mudah
penyusunannya, biasa digunakan untuk melihat keuntungan dengan sedikit
perubahan yang dilakukan, serta tidak memerlukan informasi yang tidak
dipengaruhi oleh perubahan yang sedang diamati. Ada beberapa macam anggaran
parsial antara lain 1) anggaran keuntungan parsial, 2) anggaran marjin kotor, 3)
anggaran arus uang tunai parsial, dan 4) anggaran parametrik.
Secara umum anggaran parsial mempertimbangkan empat komponen sebagai
berikut.
1. Tambahan pengeluaran atau pengeluaran baru.
2. Penerimaan yang hilang.
3. Pengeluaran yang dihemat atau tidak jadi dikeluarkan.
4. Penerimaan tambahan atau penerimaan baru.
Selisih antara (1+2) dengan (3+4) menunjukkan apakah perubahan yang
direncanakan menguntungkan. Jika (3+4) lebih kecil dari (1+2) maka perubahan
yang direncanakan akan meningkatkan pendapatan usahatani sehingga layak
untuk diterapkan.
Anggaran parsial juga untuk mempertimbangkan apakah perlu penggunaan
input baru, menambah cabang usahatani baru, cara baru, dan sebagainya.
1. Anggaran Keuntungan Parsial
Anggaran keuntungan parsial digunakan untuk melihat suatu perubahan
metode produksi dengan kriteria keuntungan atau penghasilan bersih. Untuk hal-
hal tertentu yang tidak dapat diukur dengan keuntungan rupiah, dicatat sebagai
bahan pertibangan. Berikut ini beberapa contoh anggaran parsial yang dibuat
untuk usahatani.
1) Seorang petani ingin membeli mesin perontok gabah untuk menghemat
tenaga dan alat tersebut dapat disewakan. Untuk itu, dibuat anggaran parsial
sebagai berikut (Kotak 8.2).

Kotak 8.2. Anggaran Parsial Pembelian Mesin perontok Gabah


Seharga Rp 900.000
No Keterangan Jumlah
1. Perubahan yang dilihat = pembelian mesin perontok
gabah untuk menghemat tenaga dan dapat
disewakan
2. Tanggal/tahun = 5 Januari 2006
3. Kerugian :
a. Biaya tambahan :
1. Penyusutan 1/10 x Rp 900.000 Rp.90.000
2. Bunga Bank 5% x Rp 900.000 Rp.45.000
3. Perawatan -
b. Penghasilan yang hilang -
c. Kerugian total Rp.135.000
4 Keuntungan :
a. BiayaBiaya
Tambahan yang(Rp
dihemat
000) : Tambahan Pendapatan (Rp 000)
Biaya tetap :1. Sewa tenaga 7 HKO @ Rp 14.000 RP.98.000
2.
1. Bunga pinjaman Alat disewakan 33 HKO
18.000 @ Rp 14.000 Rp.462.000
b. Keuntungan total 3.000
2. Penyusutan Rp.560.000
21.000
5.
3. Pajak Keuntungan tambahan Rp 560.000-Rp 135.000
1.000 6 sapi betina culling RP.425.000
67.280
6.
Biaya Pertimbangan
variabel : : 23 sapi muda jantan 42.840
a. Meningkatkan ketetapan
1. Obat-obatan 2.000waktu kerja
17 sapi muda betina
2. Makananb. Mengurangi
tambahan resiko7.500
keterlambatan perontokan
3. Hijauan gabah karena tenaga kerja langka
12.000
c.
4. Alat-alat Memerlukan pinjaman Rp 900.000
3.000
d. Petani harus menambah
5. Perawatan 15.000jam kerja
7. Catatan :
Berkurangnya Pendapatan Berkurangnya Biaya (Rp 000)
a. Perhitungan per musim
Produksi sayuran 96.000tanam (setahun 2 musim
1. Pupuk 15.000
dan alat/mesin dipakai 10 musim tanam)
2. Bibit 4.000
b. Bunga Bank 5% per musim3.atau 10% per tahun
Herbisida 3.000
4. Mesin 7.000
Total tambahan biaya dan Total tambahan pendapatan
berkurangnya pendapatan dan berkurangnya biaya per
per tahun tahun = 160.120
Perubahan bersih = 26.200 (positif) per tahun menguntungkan

2) Usaha peternakan “Mahesa” merencanakan menambah 50 ekor bibit sapi


yang nantinya dapat beranak 46 ekor pedet, tapi harus merubah sebagian
lahan sayuran 2 ha untuk lahan hijauan, akibatnya hasil sayuran 2 ha untuk
lahan hijauan, akibatnya hasil sayuran Rp 96.000.000 tidak ada lagi.
Kotak 8.6. Anggaran Keuntungan Parsial Perusahaan Peternakan

3) Seorang petani ingin mengubah pola tanam dari padi-padi kedelai menjadi
padi-padi-kacang tanah. Untuk itu, dibuat anggaran dengan data seperti yang
ada di Kotak 8.7
Kotak 8.4. Contoh Anggaran Parsial Untuk Perubahan Perencanaan
Perubahan : Rotasi padi-padi-kedelai padi-padi-kacang tanah pada lahan seluas 0,5

Tanggal/tahun : Desember 2003

Kerugian :

Biaya kacang tanah (sarana produksi) :

Bibit = Rp 511.545

Pupuk kimiawi = Rp 235.000

Pupuk organik = Rp 1.461.575

Pestisida = Rp 1.282.825 (+)

Jumlah = Rp 2.337.210

Biaya kacang tanah (tenaga kerja luar)

Tenaga kerja = Rp 254.200

Tenaga mesin/traktor = Rp 179.695 (+)

Jumlah = Rp 433.895

Sumber yang
Penghasilan : Suratiyah dkk
bilang dari (2003)
kedelai 457 x @ Rp 2.358/kg = Rp 1.089.945 (+)

Kerugian total = Rp 3.861.050

2. Anggaran Marjin Kotor


Keuntungan :
Penyusunan anggaran marjin kotor sangat mudah dan sederhana sehingga
Biayaditerapkan.
mudah kedelai (sarana produksi)marjin kotor ini mempunyai kelemahan antara lain.
Anggaran
1. Keuntungan dapat meningkat dengan cara memperluas cabang usahatani yang
Bibit = Rp 14.000
memberikan marjin batas tinggi per kesatuan luas atau dengan cara
Pupuk kimiawi = Rp 70.000
mengurangi yang memberikan marjin batas rendah.
Pupuk mutlak
2. Anggaran organik yang linear
= Rp 7.100 biaya variabel dan pendapatan kotor
terhadap
Kedua anggaran tersebut belum tentu benar mengingat semakin luas
Pestisida = Rp 3.900 (+)
usahatani maka biaya tetap pada batas tertentu juga akan naik. Di samping itu,
Jumlah = Rp 95.500
serangan hama dan penyakit tidak hanya pada pertambahan lahan, tetapi juga pada

Biaya kedelai (tenaga kerja luar)

Tenaga kerja = Rp 203.700

Tenaga mesin/traktor = Rp 36.675 (+)


Jumlah = Rp 240.375

Penghasilan tambahan kacang tanah

1.978 kg @ Rp. 3.290.00 = Rp 6.507.6200 (+)

Keuntungan
lahan semula tambahan
sehingga tidak linear. Berikut adalah= contoh
Rp 6.843.495 (-)
usahatani dengan
anggaran marjin kotor.
1. Seorang
Keuntungan petani ingin merubah pola tanam dari padi-padi-kedelai
tambahan = Rp 2.982.445 menjadi

padi-padi-kacang
Pertimbangan : tanah maka dibuat anggaran seperti yang terlihat pada
Kotak
Tambahan 8.5.kerja keluarga 35 HKO pria
tenaga
Kotak 8.5. Anggaran Marjin Kotor Untuk Perencanaan Perubahan Pola Tanam
Modal/biaya tinggi
(0,5 Ha)

Untuk kedelai (tanpa perubahan biaya tetap) :

Pendapatan kotor = Rp 1.089.945

Biaya variabel :

Bibit/benih = Rp 14.000

Pupuk kimiawi = Rp 70.000

Pupuk organik = Rp 7.100

Pestisida = Rp 3.900

Sewa mesin/traktor = Rp 36.675 (+)


Jumlah = Rp 131.675 (-)
Marjin Kotor = Rp 958.270

Pertimbangan :
3. Anggaran arus uang tunai parsial
Anggaran arus
Periode uang110
tumbuh tunai
hari digunakan untuk melihat perubahan arus uang tunai
akibat dari perubahan yang diusulkan. Tujuannya untuk melihat kelayakan suatu
Tenaga kerja yang digunakan ± 60 HKO
usulan yang mencakup beberapa tahun (jangka panjang). Contoh seorang petani
Untuk kacang tanah (tanpa perubahan biaya tetap) :
ingin membeli mesin perontok gabah untuk menghemat tenaga dan disewakan,
Pendapatan kotor
dibuat anggaran seperti yang tersaji pada kotak 8.6.
Kotak
Biaya 8.6 Anggaran Arus Uang Tunai Pembelian Mesin Perontok Gabah
variabel

Untuk
Bibit/benih 10 Musim= Tanam (5 Tahun)
Rp 511.545
Tahun
Uraian Pupuk kimiawi = Rp 235.000
0 1 2 3 4 5
A. Kerugian Pupuk organik = Rp 1.461.000
1. Biaya tambahan
Pestisida 900.000= Rp 1.282.825
a. Harga mesin -
perontok Sewa mesin/traktor = Rp 179.695 (+)
b.Perawatan
Jumlah - 75.000 75.000
= Rp 3.670.065 (-) 75.000 75.000 75.000
2. Penerimaan yang
Marjin kotor - -
= Rp 2.837.555 - - -
hilang
3. JumlahPertimbangan
kerugian : 900.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
B. Keuntungan Periode tumbuh 125 hari
1. Penghematan - 196.000 196.000 196.000 196.000 196.000
Tenaga kerja yang digunakan ± 126 HKO
sewa tenaga
2. Penghasilan - 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000
tambahan
3. Keuntungan - 1.316.000 1. 316.000 1.316.000 1.316.000 1.316.000
900.000
C. Tambahan arus - 1.241.000 1.141.000 1.241.000 1.241.000 1.241.000
uang tunai 900.000
D. Discount factor 1 0,909 0,826 0,751 0,683 0,621
(10%)
E. Nilai sekarang - 1.128.069 1.025.066 931.991 847.603 770.661
900.000
F. Nilai sekarang -900.000 + 4.703.390 = 3.803.390
Netto (NPV)
Catatan : Bunga bank 10% per tahun penghemat tenaga Rp 98.000/musim
disewakan Rp 560.000/musim

4. Anggaran Parametrik
Anggaran parametrik disusun atas dasar ramalan tentang berbagai macam
ketidakpastian dan harga yang akan datang, menggunakan nilai tengah, nilai
sebarang peluang, koefisien, dan sebagainya. Anggaran ini memperhatikan
ketidakpastian. Sesuatu yang tidak pasti dinyatakan sebagai koefisien. Jika yang
tidak pasti hanya satu (satu koefisien) disebut dengan break-even budgeting,
sedangkan jika yang tidak pasti lebih dari satu disebut parametric budgeting.
a. Break-even budgeting (anggaran impas)
Dalam hal ini anggaran disusun untuk menetapkan nilai koefisien yang telah
ditetapkan sehingga keuntungan sama dengan kerugian atau impas.
Kelebihan anggaran ini adalah a) dapat melihat dengan mudah apakah suatu
rencana menguntungkan, b) perencana dengan cepat dapat merekomendasi, dan c)
dapat melihat apakah bermanfaat. Sebagai contoh, seorang petani ingin membeli
mesin perontok gabah untuk menghemat tenaga dan sekaligus dapat disewakan.
Berikut adalah contoh pembuatan anggaran untuk petani tersebut (Kotak 8.7).
Kotak 8.7. Anggaran Impas Pembelian Mesin Perontoh Gabah
Tanggal : 5 Januari 2006
Catatan 1) h = banyaknya hari kerja disewakan
2) perhitungan per musim tanam
Pengeluaran (Rp) Keuntungan (Rp)
1. Penyusutan (I/10) 90.000 1. Pengeluaran dihemat :
2. Bunga (5%) 45.000 Menyewa tenaga
3. Perawatan (7+h) @ 1875 7 HKO @ 14.000 98.000
= 13.125+1.875h 2. Penghasilan tambahan disewakan
4. Penerimaan yang hilang h hari @ 14.000 14.000h
Jumlah pengeluaran = 184.125 + 1875h Jumlah 98.000 + 14.000h

Tambahan keuntungan : (98.000 + 14.000h) – (184.125 + 1.875h) = 0


12.125h = 50.125
h = 4,13 hari

b. Parametric budgeting (anggaran parametric)


Anggaran parametric disusun karena ketidakpastian lebih dari satu. Adapun
contoh pembuatan anggaran dapat dilihat pada Kotak 8.8.

Kotak 8.8. Anggaran Parametrik Pembelian Mesin Prontok Gabah


Tanggal : 5 Januari 2006
Catatan 1) h = banyaknya hari kerja disewakan
2) t = umur ekonomis
3) f = Perawatan per hari kerja
4) Perhitungan per musm tanam
Pengeluaran (Rp) Keuntungan (Rp)
1. Biaya tanbahan 1. Pengeluaran dihemat :
a. Penyusutan (I/10) Menyewa tenaga
900.000/t 7 HKO @ 14.000 98.000
b. Bunga (5%) 2. Penghasilan tambahan disewakan
45.000 h hari @ 14.000 14.000h
c. Perawatan (7+h) @ f f 3. Jumlah 98.000 + 14.000h
(7+h)
2. Penerimaan yang hilang
-
3. Jumlah = 900.000/t + 45.000 + f
(7+h)
Tambahan keuntungan : (98.000 + 14.000h) – (900.000/t + 45.000 + f(7+h) = 0
53.000 + 14.000 h – 900.000/t – 7f – fh = 0
53.000 = 900.000/t + 7f – (14.000 – f)h

Pemberian nilai dan arti koefisien h, t, f merupakan suatu keputusan


tersendiri. Beragam alternative dalam memberikan nilai h, t, dan merupakan
beberapa alternatif perencanaan

5. Anggaran Interprise
Anggaran Interprise adalah anggaran yang dapat digunakan untuk
memperkirakan pengeluaran dan pendapatan suatu cabang usahatani per kesatuan
produksi atau per unit. Berikut adalah contoh-contoh usahatani dengan anggaran
interprise.

1) Anggaran interprise untuk usahatani sapi perah yang menghasilkan 11 liter


susu perhari per ekor dapat dilihat pada Kotak 8.9

Kotak 8.9 Anggaran Interprise Sapi Perah Per Ekor Per Hari
1. Pendapatan kotor (Rp)
- 11 liter @ Rp 2.200 24.200
2. Biaya variabel (Rp) :
a. Pakan 7.900
b. Tenaga kerja 2.000
c. Obat-obatan 600
d. Biaya sapi kering 2.400
e. Lain-lain 300
Jumlah 13.200
3. Biaya tetap (Rp) :
a. Penyusutan sapi 2.300
b. Penyusutan kandang 300
c. Penyusutan alat 700
Jumlah 3.300
4. Total biaya (Rp) 16.500
5. Pendapatan (Rp) 7.700
Catatan : Pendapatan = Rp 7.700/ekor/hari

Berikut adalah analisis anggarannya untuk memperkirakan apakah akan


menguntungkan atau tidak
Penyusutan :
Sapi Rp 828.000/tahun
Kandang Rp 108.000/tahun
Peralatan Rp 252.000/tahun

Perhitungan : BEP Penjualan =


BEP produk = x 1 liter

BEP harga =

Keterangan : P = harga per liter susu = Rp 2.200


AVC = biaya variabel per liter = Rp 1.200
FC = biaya tetap = Rp 3.300
TC = total biaya = Rp 16.500
Y = Produksi = 11 liter

BEP produk = x 1 liter = 3,3 liter per hari

BEP penjualan = = Rp 7.260 per hari

BEP harga = Rp 1.500 per liter

Dari perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa yang direncanakan jauh di atas
BEP sehingga bila rencana tersebut diaplikasikan pasti menguntungkan.

2) Anggaran Interprise untuk usahatani ayam pedaging yang periode


produksinya 20 hari. Datanya tersaji dalam Kotak 8.10.

Kotak 8.13 Anggaran Interprise 1.000 Ekor Ayam Pedaging Per Periode Produksi
1. Berat hidup (kg/ekor) 1,6
2. Mortalitas 3% yang hidup 97% -
3. Bonus DOC 20% total ayam 1.020
4. Total Produksi (kg) : 97% x 1,6 x 1020 1.583,04
5. Harga (Rp/kg) 8.000
6. Pendapatan kotor 12.664.320
7. Biaya tetap :
a. Penyusutan kandang 100.000
b. Penyusutan peralatan 25.000
c. Penyusutan lain-lain 25.000
Jumlah 150.000
8. Biaya variabel
a. Starter 1.500 kg @ Rp 2.500 3.750.000
b.Finisher 1.400 kg @ Rp 2.250 3.150.000
c. DOC 1000 ekor @ Rp 2.000 2.000.000
d.Obat + vaksin 75.000
e. Vitamin 25.000
f. Sekam 30.000
g.Bahan bakar 200.000
Jumlah 9.230.000
9. Total biaya 9.380.000

Perhitungan : BEP Penjualan =

BEP produk = x 1 kg

BEP harga =

FC = biaya tetap = Rp 150.000/periode

AVC = biaya variabel per kg = = Rp 5.830/kg

p = harga per kg = Rp 8.000


Y = total produksi = 1.583,04 kg

BEP produk = x 1 kg = 69,12 kg/periode

BEP penjualan = = Rp 553.505/periode

BEP harga = = Rp 5.925/kg

Dari perhitungan tersebut jelas bahwa rencana usahatani ayam pedaging


dapat dilaksanakan karena penjualan, harga, dan produksinya berada di atas BEP.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perencanaan usahatani bersifat menguji implikasi pengaturan kembali
sumberdaya usahatani.Perencanaan dalam usahatani dilakukan untuk mengatur
sumberdaya usahatani yang ada, baik sumber daya alam maupun sumber daya
manusia. Perencanaan usahatani dibuat dengan mengetahui komoditas,musim
tanam, status kepemilikan lahan. Luas lahan, jarak tanam, system penanaman,
jumlah pohon, umur panen komoditas,produksi, biaya produksi, penerimaan dan
pendapatan yang didapat, serta pemasaran.Faktor risiko di bidang pertanian
berasal dari produksi, harga dan pasar, usaha dan finansial, teknologi, kerusakan,
sosial dan hukum, serta manusia.

3.2 Saran
Masyarakat petani sebaiknya melakukan perencanaan terlebih dahulu
sebelum memulai kegiata usahataninya agar segala kegiatan dapat berjalan dengan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA

https://blog.ub.ac.id/nilaira/2014/04/26/perencanaan-usahatani/

Ilham, N dan Saktyanu. 2006. Perencanaan Sistem Usaha Tani Terpadu dalam
MenunjangPembangunan Pertanian yang Berkelanjutan :Kasus Kabupaten
Magetan, Jawa Timur.

Shinta, A. 2011. Ilmu usahatani. Universitas Brawijaya Press (UB Press) Jl.
Veteran (Universitas Brawijaya) Malang 65145 Indonesia.

Suratiyah. Ken. 2018. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai