Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HIDRONEFROSIS
RUANG NILAM
RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

DISUSUN OLEH :

NAMA : VERINA HERLIYANTI


NIM : 11409717037
TINGKAT : II
SEMESTER : IV (Empat)

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA
TAHUN AJARAN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Verina Herliyanti


NIM : 11409717037
Ruangan : Nilam

Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah menyelesaikan laporan


pendahuluan Hidronefrosis di ruang Nilam.

Banjarmasin, Mei 2019

Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing Akademik (CT) Mahasiswa

Verina Herliyanti
……………………….. ………………………..
11409717037
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua
ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin
mengalir balik sehingga tekanan di ginjal meningkat (Smeltzer dan Bare, 2011).
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi
aliran keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter
sehingga pelvis membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal
(Gibson, 2010).
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau
kedua ginjal akibat adanya obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urine
menyebabkan urine mengalir balik, sehingga tekanan diginjal meningkat. Jika
obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan baik akan mempengaruhi
kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu
atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak (Smeltzer & Brenda,
2010).

2. Etiologi
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan
ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis):
a. Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis
terlalu tinggi
b. Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
c. Batu di dalam pelvis renalis
d. Penekanan pada ureter oleh:
1) Jaringan fibrosa
2) Arteri atau vena yang letaknya abnormal
3) Tumor.
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan di bawah
sambungan ureteropelvik atau karma arus balik air kemih dari kandung kemih:
 Batu di dalam ureter
 Tumor di dalam atau di dekat ureter
 Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi
penyinaran atau pembedahan
 Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
 Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)
 Kanker kandung kemih, leper rahim, rahim, prostat atau organ panggul
lainnya
 Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke
uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker
 Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera
 Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu
menghalangi kontraksi ureter..

3. Tanda dan Gejala


Gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi
penyumbatan serta lamanya penyumbatan

a. Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap.


Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang.
Jika terjadi infeksi maka disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta
piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua
ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul,
seperti:
 Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
 Gagal jantung kongestif.
 Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi
 Pruritis (gatal kulit).
 Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
 Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
 Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
 Amenore, atrofi testikuler.
b. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (hidronefrosis akut), biasanya
akan menyebabkan kolik renalis ( nyeri yang luar biasa di daerah antara
tulang rusuk dan tulang panggul) pada sisi ginjal yang terkena.
c. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (hidronefrosis kronis),
bisa tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang
rusuk dan tulang pinggul).
d. Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis
atau karena penyumbatan sementara ureter akibat ginjal bergeser ke
bawah.
e. Air kemih dari 10% penderita mengandung darah
f. Sering ditemukan infeksi saluran kemih (terdapat nanah di dalam air
kemih), demam dan rasa nyeri di daerah kandung kemih atau ginjal
g. Jika aliran air kemih tersumbat, bisa terbentuk batu (kalkulus).
h. Hidronefrosis bisa menimbulkan gejala saluran pencernaan yang samar-
samar, seperti mual, muntah dan nyeri perut.
i. Gejala ini kadang terjadi pada penderita anak-anak akibat cacat bawaan,
dimana sambungan ureteropelvik terlalu sempit.
j. Jika tidak diobati, pada akhirnya hidronefrosis akan menyebabkan
kerusakan ginjal dan bisa terjadi gagal ginjal

4. Komplikasi
a. Gagal ginjal
b. Batu saluran kemih
5. Patofisiologi
Obstruksi pada aliran normal urine menyebabkan urine mengalir balik
sehingga tekanan ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung
kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal. Tetapi jika obstruksi
terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu
ginjal yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermitten dapat disebabkan oleh batu renal yang
terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi
dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut
akibat obses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut.
Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk sudut abnormal di pangkal ureter
atau posisi ginjal yang salah yang menyebabkan ureter kaku.
Pada pria lansia, penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu
kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi
pada kehamilan akibat pembesaran uterus.
Apapun penyebabnya adanya akumulasi urine di piala ginjal akan
menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini, atrofi ginjal terjadi
ketika salah satu ginjal mengalami kerusakan bertahap maka ginjal yang lain
akan membesar secara bertahap (hipertrofi komensatori) akhirnya fungsi renal
terganggu.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Urinalisis. Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik
dapat menunjukkan adanya batu atau tumor.
 Volume: <400 ml/ hari dalam 24-28jam setelah ginjal rusak.
 Warna: Kotor, terdapat sedimen kecoklatan yang menunjukkan
adanya darah, mioglobin, dan porfirin.
2) Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan
infeksi akut.
3) Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan
peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat
menjadi kondisi yang mengancam kehidupan.
b. radiodiagnostik
1) USG/CR abdomen
Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat untuk
mendeteksi hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat
bergantung pada pengguna. Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai
tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis dan hidronefrosis.
2) IVP
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan
penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan
penyebab paling mudah yang dapat diidentifikasi berdasarkan temuan
IVP
3) Renogram / RPG
4) Poto thorax

7. Penatalaksanaan
Tujuan : Untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab obstruksi, untuk
menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi renal.
a. Untuk mengurangi obstruksi urin harus dialihkan dengan tindakan nefrostomi
atau tipe diversi lainnya.
b. Infeksi ditangani dengan agen antimikrobial karena sisa urin dalam kaliks
menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan
untuk mengankat lesi obstruktif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah
satu ginjal rusak parah dan fungsinya hancur, nefrektomi dapat dilakukan.

8. Komplikasi
Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan
komplikasi sebagai berikut:
Batu ginjal
a. Sepsis
b. Hipertensi renovaskuler
c. Nefropati obstruktif
d. Infeksi
e. Pielonefritis
f. Ileus paralitik
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai,
status pendidikan dan pekerjaan pasien. Biasanya perempuan lebih banyak
terjadi daripada laki-laki, pada laki-laki di atas usia 60 tahun dan pada
pekerjaan yang meningkatkan statis urine (sopir, sekretaris, dll)
b. Keluhan utama
1) Keluhan utama merupakan factor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat kerumah sakit.
2) Biasanya pada pasien Hidronefrosis keluhan yang menonjol pada pasien
ini untuk datang ke rumah sakit yakni didapatkan berupa Mual/muntah,
nyeri tekanan pada bagian abdomen
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini seperti klien
berkemih sedikit tergantung periode penyakit, nyeri saat berkemih, nyeri
panggul.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah mengalami penyakit batu ginjal,
tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan kongenital.
e. Riwayat penyakit keluarga.
Keluarga pasien ada yang menderita penyakit polikistik ginjal herediter,
diabetes mellitus, serta penyakit ginjal yang lain.
f. Pola Kebutuhan Dasar Manusia
1) Aktivitas dan istirahat
Kelelahan, kelemahan, malaise.
2) Integritas ego
Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak cemas, marah.
3) Elimasi
Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin.
4) Makanan/cairan
Penurunan berat badan karena malnutrisi, anoreksia, mual, muntah.
5) Nyeri/kenyamanan
Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang panggul, gelisah, distraksi
tergantung derajat keparahan.
6) Interaksi sosial
Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasa.
7) Persepsi diri
Kurangnya pengetahuan, gangguan body image.
8) Sirkulasi
Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat.

g. Pemeriksaan fisik
1) Kulit:
I: Warna kulit sawo matang
P: turgor cukup
2) Kepala:
Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
3) Mata:
Conjungtiva merah muda, sclera putih, pupil bulat, isokor, reflek cahaya
(+/+).
4) Telinga:
Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
5) Hidung: simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
6) Mulut: gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
7) Leher: trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar
tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
8) Thorax :
Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung
dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.
9) Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri
tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler
seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan.
10) Abdomen :
I: Perut datar, tidak ada benjolan
A: Bising usus biasanya dalam batas normal.
P: Timpani seluruh lapang abdomen
P: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa.
11) Ekstremitas Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot
cukup. Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema
(-), tonus otot cukup.

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b/d patologis penyakit
b. Gangguan pola eliminasi urin b/d sedikitnya urin yang keluar
c. Intoleransi aktifitas b/d penurunan aktivitas
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia,
mual, muntah

3. Intervensi keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Diagnosa Intervensi
Hasil
Nyeri akut b/d patologis NOC : NIC :
penyakit Pain level - Lakukan
Pain control pengkajian nyeri
KH : secara komprehensif
- Mampu termasuk lokasi,
mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
- Melaporkan frk, kulitas, dan factor
bahwa nyeri presipitasi
berkurang dgn
- Observasi reaksi
menggunakan nonverbal
manajemen nyeri - Kaji kultur yang
- Mampu mempengaruhi nyeri
mengenali nyeri - Evaluasi
- Menyatakan rasa pengalaman nyeri
nyamansetelah nyeri masa lampau
berkurang - Control lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
- Kaji tipe dan
sumber nyeri
- Berikan analgetik
- Lakuakn
pengobatan non
farmakologik
Gangguan pola eliminasi NIC NIC:
urin b/d sedikitnya urin urinary elimination - Memenatau
yang keluar urinary continuece asupan dan keluaran
kriteria hasil: - Memntau tingkat
intake cairan dalam distensi kandung
rentang normal kemih dengan palpasi
kantung kemih dan
secara penuh perkusimeransang
tdak ada residu urine reflex kandung kemih
> 100-200cc - Masukan kateter
balance cairan kemih
seimbang - Menyediakan
penghapusan privasi

Intoleransi aktifitas b/d NIC Energy management


penurunan aktivitas alergiy conservation- Obserpasi adanya
self care:ADL batasan klien dalam
kriteria hasil: beraktivitas
- Berpartisipasi
- kaji adnya faktor
dalam aktivitas fisik yang menyebabbkan
tanpa disertai kelelahan
peningkatan tekanan
- monitor nutrisi dan
darah nadi dan sumber energi yang
pernafasan adekuat
- mampu
- monitor akan
melakukan aktivitas adanya kelelahan fisik
sehari-hari dan emosi secara
berlebih
Activity terapy
- bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
- bantu untuk
memilih aktivitas
konsisiten yang
sesuai dengan
kemamuan fisik dan
psikologis
- bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
- kolaborasi dengan
tenaga rehabilitasi
medic dalam
merencanakan
program terapi yang
tepat
Ketidakseimbangan NIC Nutrition management
nutrisi kurang dari Nutritional status:
- kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh b/d food and fluid intake makanan
anoreksia, mual, muntah - kaji kemampuan
KH: pasien untuk
- adanya mendapatkan nutrisi
peningkatan berat yang dibutuhkan
badan sesuai - yakinkan diet yang
dengan tujuan dimakan mengandung
- mampu tinggi serat
mengidentifikasi - monitor jumlah
kebutuhan nutrisi nutrisi dan kandungan
- adanya keinginan kalori
untuk makan Nutrition monitring
- yakinkan diet - berikan informasi
yang dimakan klien tentang kebutuhan
mengandung tinggi nutrisi
serat untuk - kalaborosi dengan
mencegah ahli gizi untuk
konstipasi menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
- BB pasien dalam
batas normal
- monitor adanya
penurunan berat
badan
- onitor lingkungan
selama makan
- monitor mual dan
muntah
- monitor kalori dan
intake nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Perry, Potter.2002. Fundamental of Nursing. Jakarta: EGC

Alimul,Aziz.2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

Wartonah, Tarwoto.2006. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori
& Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC.

Gibson, John. 2010. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta:
EGC.

Smaltzer, Suzanne C & Brenda G Bare. 2010 Buku Ajar Medikal Bedah
edisi 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai