Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PERKEMBANGAN EMOSI PESERTA DIDIK

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Perkembangan Peserta Didik

yang dibimbing bapak Kartono

Oleh:

1. Dita Wulandari [2015.125.00.609]

2. Dewi Sartika [2015.125.79.047]

3. Everson Yunus Rasubala [2015.125.00.765]

4. Muhamad Cahyadi [2015.125.00.776]

5. Siti Mukronah [2015.125.00.403]

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan

rahmat dan karunian Nya kepada kelompok kami sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini dengan judul Perkembangan Emosi Peserta Didik. Makalah ini kami

susun untuk memenuhi tugas mata kuliah perkembangan peserta didik. Selain itu

makalah ini diharapkan dapat di gunakan untuk menambah wawasan pengetahuan

kita tentang perkembangan emosi peserta didik saat ini.

Namun kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

untuk kesempurnaan makalah ini kedepannya.

Jakarta, 17 Juni 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Contents
MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK ................................................. 1
PERKEMBANGAN EMOSI PESERTA DIDIK ......................................................... 1
BAB I .......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
Latar Belakang................................................................................................................... 4
Rumusan Masalah ............................................................................................................. 5
Tujuan ............................................................................................................................... 5
BAB II ......................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
Pengertian Perkembangan Emosi ..................................................................................... 6
Jenis dan Ciri – Ciri Emosi .................................................................................................. 9
Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja ................................................................... 14
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN EMOSI REMAJA ............... 18
BAB III ...................................................................................................................................... 28
PENUTUP ............................................................................................................................. 28
KESIMPULAN ................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 29
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semua manusia pada umumnya memiliki dorongan dan minat yang besar

untuk mencapai atau ingin memiliki sesuatu. Adanya perilaku seseorang dan

munculnya berbagai kebutuhan seseorang disebabkan oleh dorongan dan minat yang

besar. Jika terpenuhi, itulah dasar dari pengalaman emosionalnya. Perjalanan hidup

seseorang satu dengan yang lainnya itu tidak sama. Semua memiliki jalan sendiri-

sendiri. Semua memiliki pola sendiri-sendiri pula. Jika seseorang bisa memenuhi apa

yang mereka inginkan, maka mereka akan memiliki emosi yang stabil, dengan

demikian bisa menikmati hidupnya dengan sebaik-baiknya. Tetapi sebaliknya, jika

seseorang tidak bisa memenuhi apa yang mereka inginkan, maka mereka cenderung

memiliki emosi yang tidak stabil.

Seseorang manusia dalam menanggapi sesuatu lebih banyak diarahkan oleh

penalaran dan pertimbangan-pertimbangan objektif. Tetapi pada saat tertentu,

dorongan emosional banyak campur tangan dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran

dan tingkah lakunya. Oleh sebab itu, untuk memahami emosional peserta didik, guru

memang perlu mengetahui apa yang dia pikirkan dan dia lakukan. Yang lebih penting

lagi adalah mengetahui apa yang mereka rasakan. Gejala-gejala emosional seperti

marah, takut, malu, cinta, benci, dan lainnya perlu dicermati dan dipahami dengan
baik. Selanjutnya marilah kita tinjau secara rinci tentang perkembangan emosi pada

peserta didik.

Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian perkembangan emosi itu?

2. Bagaimana fase-fase perkembangan emosi itu?

3. Bagaimana karakteristik perkembangan emosi usia remaja?

4. Faktor–faktor apa yang mempengaruhi perkembangan emosi?

5. Bagaimana pengaruh emosi terhadap tingkah laku?

Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan emosi pada peserta didik.

2. Untuk mengetahui fase-fase perkembangan emosi pada peserta didik.

3. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan emosi remaja.

4. Untuk mengetahui Faktor–faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi

pada peserta didik.

5. Untuk mengetahui pengaruh emosi terhadap tingkah laku peserta didik.


BAB II

PEMBAHASAN
Pengertian Perkembangan Emosi

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak

menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan

hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk

pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis

dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah

dorongan untuk bertindak. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan

berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam

kehidupan manusia, karena emosi dapat mejadi motivator perilaku dalam arti

meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.

(Prawitasari,1995)

Perilaku kita sehari-hari pada umumnya di sertai oleh perasaan-perasaan

tertentu, seperti perasaan senang atau tidak senang. perasaan senang atau tidak

senang yang menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif.

Perasaan-perasaan seperti ini disebut emosi (Serlito, 1982: 59). Di samping

perasaan senang dan tidak senang, beberapa contoh macam emosi yang lain

adalah gembira, cinta, marah, takut, cemas dan benci.


Emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan

biologis dan psikologis dan serangkain kecenderungan untuk bertindak (Asrori,

2006). Pengertian lain emosi adalah suatu pengalaman afektif yang kuat pada diri

seseorang yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan pada diri individu,

baik keadaan mental maupun fisik serta berwujud suatu sikap dan tingkah-laku

yang tampak (Sunarto & Agung Hartono, 2008)

Menurut Crow & Crow (1958) pengertian emosi itu adalah sebagai berikut:

“An emotion, is en affective experiences that accompanies generalized inner

adjusiment and mental and physiological stirred up states it the individual, and that

shows it self in his overt behavior”.

Jadi, emosi adalah pengalaman efektif yang di sertai penyesuaian diri dalam

diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang

nampak.

Para peneliti sebagaimana dikemukakan Djali (2008), menemukan bentuk-

bentuk emosi untuk tiap jenis reaksi perubahan fisik tertentu seperti hal-hal sebagai

berikut:

a. Rasa marah

Ditandai dengan detak jantung meningkat, hormon adrenalin meningkat,

dan mengalirkan energi untuk memukul, mengumpat, dan lain-lain.

b. Rasa takut
Ditandai dengan tubuh terasa membeku, reaksi waspada, wajah pucat,

dan darah terasa mengalir ke otot rongga besar, misalnya kaki untuk dapat lari

atau mata terasa awas untuk mengamati kondisi sekitarnya.

c. Rasa bahagia

Ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas dan pusat otak yang

menhambat perasaan negatif dan menenagkan perasaan yang menimbulkan

kerisauan.

d. Rasa cinta

Ditandai dengan adanya perasaan kasih sayang serta pola simpatik yang

menunjuk pada respons relaksasi, yaitu kumpulan reaksi pada seluruh tubuh yang

membangkitkan keadaan yang menenangkan serta rasa puas untuk

mempermudah kerja sama.

e. Rasa terkejut

Ditandai dengan naik alisnya individu. Hal ini merupakan reaksi untuk

suatu kemungkinan menerima lebih banyak informasi atau mencoba meyalami

apa yang sedang terjadi untuk merancang tindakan yang baik.

f. Rasa jijik

Ditandai dengan sikap hidung mengkerut menutupnya atau ungkapan lain

wajah rasa jijik, akibat rangsangan bau atau rasa menyengat.

g. Rasa sedih
Ditandai dengan menurunnya kegiatan atau semangat hidup yang

melakukan kegiatan sehari-hari karena menyesuaikan diri akibat adanya

kehilangan yang menyedihkan atau kekecewaan besar.

Jenis dan Ciri – Ciri Emosi

Jenis Emosi
Jenis emosi Crider dan kawan kawan (1983), mengemukakan dua jenis

emosi, yaitu emosi positif dan emosi negatif merupakan reaksi ketidakpuasan

seperti rasa benci, takut, marah, geram, dan lain-lai. Dan emosi positif

merupakan reaksi kepuasan terhadap terpenuhnya kebutuhan yang dirasakan

remaja seperti gembira, bahagia, sayang, cinta dan berani.

Luella cole (1963) mengemukakan bahwa ada tiga jenis emosi yang

menonjol pada periode remaja, yaitu:

a) Emosi Marah

Emosi marah lebih mudah timbul apabila dibandingkan emosi lainnya

di dalam kehidupan remaja. Penyebab timbulnya emosi marah pada remaja

adalah apabila mereka direndahkan, dipermalukan, dihina, atau dipojokkan di

hadapan kawan-kawannya. Kadang-kadang juga remaja melakukan tindakan

kekerasan dalam melampiaskan emosi marah, meskipun mereka berusaha

menekan keinginan untuk bertingkahlaku seperti itu.

b) Emosi Takut
menurut luella cole (1963), ketakutan yang dialami selama masa

remaja dapat di kelompokkan sebagai berikut:

 ketakutan terhadap masalah atas sikap orang tua yang tidak adil dan

cenderung menolak di dalam keluarga.

 ketakutan terhadap masalah mendapatkan status baik dalam kelompok

sebaya maupun dalam keluarga.

 ketakutan terhadap masakah di dalam penyesuaian pendidikan atau

pilihan yang sesuai dengan kemampuan dan cita- cita.

 ketakutan terhadap masalah dalam pilihan jabatan yang sesuai dengan

kemampuan dan keinginan.

 ketakutan terhadap masalah-masalah seks.

 ketakutan terhadap ancaman keberadaan diri.

Pada saat akhir masa remaja dan pada saat memasuki perkembangan

dewasa awal, ketakutan atau kecemasan yang baru muncul adalah menyangkut

masalah keuangan, pekerjaan, kemunduran usaha, pendirian/pandangan politik,

kepercayaan/agama, perkawinan dan keluarga. Remaja yang sudah matang akan

berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang menimbulkan rasa takutnya.

c) Emosi Cinta
Emosi ini sudah ada sejak bayi dan terus berkembang sampai dewasa.

Sedangkan pada masa remaja rasa cinta diarahkan pada lawan jenis. Pada

masa bayi rasa cinta diarahkan pada orang tua terutama pada ibu.

Remaja wanita mengalami perkembangan perasaan cinta yang normal

adalah jika remaja mengarahkan rasa cintanya kepada pemuda sesama remaja.

Demikian juga dengan remaja pria punya cinta normal mengarahkan cintanya

kepada seorang gadis.

d) Emosi Gembira

Pada umumnya individu dapat mengingat kembali pengalaman-

pengalaman yang menyenangkan yang dialami selama remaja. Jika kita

menghitung hal-hal yang menyenangkan tersebut kita agaknya mempunyai

certia panjang dan lengkap tentang apa yang terjadi dalam perkembangan

emosi remaja. Rasa gembira akan di alami apabila sesuatu berlangsung

dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima

sebagai seorang sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapatkan

sambutan (diterima) oleh yang dicintainya.

Selanjutnya bila dilihat dari sebab dan reaksi yang ditimbulkannya,

emosi dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:


1) Emosi yang berkaitan dengan perasaan (syaraf-syaraf

jasmaniah),Misalnya perasaan dingin, panas, hangat, sejuk, dan

sebagainya.

2) Emosi yang berkaitan dengan kondisi psiologis, misalnya sakit,

meriang,dan sebagainya.

3) Emosi yang berkaitan dengan kondisi psikologis, misalnya cinta,

rindu,sayang, benci dan sejenisnya.

CIRI-CIRI EMOSI

Menurut Biehler pada tahun 1972 dalam Sunarto, 2002:155, membagi ciri-ciri

emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12–15 tahun dan usia 15–18

tahun yang masing-masing ciri-ciri tersebut sebagai berikut:

Ciri-ciri emosional remaja usia 12-15 tahun :

1. Pada usia ini seorang siswa/anak cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka.

2. Siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa

percaya diri.

3. Ledakan - ledakan kemarahan mungkin saja terjadi.

4. Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan

pendapatnya sendiri yang disebabkan kurangnya rasa percaya diri.

5. Remaja terutama siswa-siswa SMP mulai mengamati orang tua dan guru-guru

mereka secara lebih obyektif.


Ciri-ciri emosional remaja usia 15–18 tahun:

1. Pemberontakan remaja merupakan pernyataan - pernyataan / ekspresi dari perubahan

yang universal dari masa kanak-kanak ke dewasa.

2. Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja yang mengalami konflik

dengan orang tua mereka.

3. Siswa pada usia ini seringkali melamun, memikirkan masa depan mereka. Banyak di

antara mereka terlalu tinggi menafsirkan kemampuan mereka sendiri dan merasa

berpeluang besar untuk memasuki pekerjaan dan memegang jabatan tertentu.

Ciri khas yang terjadi pada remaja adalah:

 emosi mudah meluap (tinggi) sering muncul karena tidak terpenuhinya

kebutuhan mereka, misalnya kebutuhan tidak terpenuhi orang tua, tidak

mendapatkan perhatian dari teman sebaya, dan sebagainya.

 mudah muncul emosi negatif.emosi negatif dapat muncul berupa marah, benci,

sedih,dan sebagainya.

 siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal

rasapercaya diri.

 pemberontakan remaja merupakan pernyataan-pernyataan/ekspresi dari

perubahan yang universal dari masaa kanak-kanak ke dewasa.

a) Ciri Kematangan Emosi Remaja

Remaja yang sudah mencapai kematangan emosi dapat dilihat dari ciri-ciri

tingkah laku sebagai berikut:


 Mandiri dalam arti emosional, yaitu bertanggung jawab atas masalanya

sendiri dan bertanggung jawab atas orang lain.

 Mampu menerima diri sendiiri dan orang lain apa ada nya.

 Mampu menampilkan ekspresi emosi sesuai dengan situasi dan kondisi yang

ada.

 Mampu mengendalikan emosi-emosi negatif, sehingga kemunculannya tidak

imfulsif.

b) Ciri Ketidakmatangan Emosi

Remaja yang memiliki ketidakmatangan emosi dapat dilihat dari ciri-ciri

dan tingkah laku Sebagai berikut:

 Cendrung melihat sisi negatif dari orang lain.

 Imfulsif; kurang mampu mengendalikan emosi, dan mudah emosional.

 Kurang mampu memahami orang lain dan cendrung untuk selalu minta

dipahami oleh orang lain.

 Tidak mau mengakui kesalahan yang diperbuat dan cendrung

menyembunyikannya atau lebih memilih sikap mekanisme pertahanan diri.

Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja


Masa remaja atau masa adolensia merupakan masa peralihan atau masa transisi

antara masa anak ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perkembangan

yang pesat mencapai kematangan fisik, sosial, dan emosi. Pada masa ini dipercaya
merupakan masa yang sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga dan

lingkungannya.

Perubahan-perubahan fisik yang dialami remaja juga menyebabkan adanya

perubahan psikologis. Hurlock (1973: 17) disebut sebagai periode heightened

emotionality, yaitu suatu keadaan dimana kondisi emosi tampak lebih tinggi atau

tampak lebih intens dibandingkan dengan keadaan normal. Emosi yang tinggi dapat

termanifestasikan dalam berbagai bentuk tingkah laku seperti bingung, emosi

berkobar-kobar atau mudah meledak, bertengkar, tak bergairah, pemalas, membentuk

mekanisme pertahanan diri. Emosi yang tinggi ini tidak berlangsung terus-menerus

selama masa remaja. Dengan bertambahnya umur maka emosi yang tinggi akan mulai

mereda atau menuju kondisi yang stabil.

Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa,

maka status remaja agak kabur,baik bagi dirinya mupun bagi lingkungannya.Conny

Semiwan mengibaratkan : “terlalu besar untuk serbet,tetapi terlalu kecil untuk taplak

meja” karena sudah bukan anak-anak lagi,tetapi juga belum dewasa. Masa remaja

biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian

diri belum sempurna.Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak

tenang, dan khawatir kesepian.

Secara garis besar, masa remaja dapat dibagi kedalam empat periode, yaitu :

periode pra-remaja, remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir.

Adapun karakteristik untuk setiap periode adalah sebagaimana dipaparkan berikut

ini.
1. Periode Pra-remaja

Selama periode ini terjadi gejala-gejala yang hampir sama antara remaja pria

maupun wanita. Perubahan fisik belum begitu tampak jelas, tetapi pada remaja putri

biasanya memperlihatkan penambahan berat badan yang cepat sehingga mereka

merasa kegemukan. Gerakan-gerakan mereka mulai menjadi kaku. Perubahan ini

disertasi sifat kepekaan terhadap rangsang-rangsang dari luar, responnya biasa

berlebihan sehingga mereka mudah tersinggung dan cengeng, tetapi juga cepat

merasa senang atau bahkan meledak-ledak.

2. Periode Remaja Awal

Selama periode ini perkembangan gejala fisik yang semakin tampak jelas

adalah perubahan fungsi alat-alat kelamin. Karena perubahan alat-alat kelamin serta

perubahan fisik yang semakin nyata ini, remaja seringkali mengalami kesulitan

dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu. Akibatnya, tidak jarang

mereka cenderung menyendiri sehingga tidak jarang pula meras terasing, kurang

perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau

memperdukikannya. Kontrol terhadap dirinya bertambah sulit dan mereka cepat

marah dengan cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan dunia sekitarnya.

Perilaku seperti ini sesungguhnya terjadi kerena adanya kecemasan terhadap dirinya

sehingga muncul dengan reaksi yang kadang-kadang tidak wajar.

3. Periode Remaja Tengah

Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja untuk

dapat menuju kea rah mampu memikul sendiri seringkali menimbulkan masalah
tersendiri bagi remaja. Karena tuntutan peningkatan tanggungjawab ini tidak hanya

datang dari orang tua atau anggota keluarganya melainkan juga dari masyarakat

sekiternya, maka tidak jarang masyarakat juga terbawa-bawa menjadi masalah bagi

remaja. Melihat fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat seringkali juga

menunjukan adanya kontradiksi antara nilai-nilai moral yang mereka ketahui, maka

tidak jarang pula remaja mulai meragukan apa yang disebut baik atau buruk.

Akibatnya, remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang

mereka anggap benar, baik, dan pantas untuk dikembangkan di kalangan mereka

sendiri.lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa disekitarnya ingin memaksakan

nilai-nilainya agar dipatuhi oleh remaja tanpa disertai dengan alasan yamg masuk

akal menurut mereka atau bahkan orang tua atau orang dewasa menunjukkan

perikaku yang tidak konsisten dengan nilai-nilai yang dipaksakannya itu.

4. Periode Akhir Remaja

Selama periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa

dan mulai mampu menunjukan pemikiran, sikap dan perilaku yang semakin dewasa.

Oleh sebab itu, orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang

selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang tua juga menjadi semakin labih

bagus dan lancar karena mereka sudah semakin memiliki kebebasan yang relative

terkendali serta emosinyapun mulai stabil. Pilihan arah hidup sudah semakin jelas

dan mulai mampu mengambil pilihan serta keputusan tentang arah hidupnya secara

lebih bijaksana meskipun belum bisa secara penuh. Mereka juga mulai memilih
cara-cara hidup dipertanggungjawabkan terhadap dirinya sendiri, orang tua, dan

masyarakat (M.Asrori, 2008 : 63-65).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN EMOSI REMAJA


Perkembangan emosi seseorang pada umumnya tampak jelas pada perubahan

tingkah lakunya.Demikian juga pada perkembangan emosi remaja. Kualitas atau

fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat

fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sering

kita lihat beberapa tingkah laku emosional, misalnya: agresif, rasa takut yang

berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti-diri seperti : melukai diri sendiri,

memukul-mukul kepala sendiri, dan sejenisnya.

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja yaitu

sebagai berikut :

1. Perubahan jasmani

Perubahan jasmani yang ditunjukan dengan adanya pertumbuhan yang

sangat cepat dari anggota tubuh memiliki pengaruh besah terhadap

perkembangan emosi remaja. Pada tarap permulaan, pertumbuhan ini hanya

terbatas pada begian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh

menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai

akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap

remaja dapat menerima perubvahan kondisi tubuh seperti itu, labih-lebih jika

perubahan tersebut menyangkut p;erubahan kasar dan penuh jerawat.

Hormon-hormon tertentu mul;ai berfungsi sejalan dengan perkambangan alat


kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh remaja

dan seringkali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.

2. Perubahan Pola Interaksi dengan Oramg Tua

Pola interaksi orangtua dengan anak, termasuk remaja, sangat

bervariasi. Ada yang pola interaksinya menurut apa yang dianggap terbaik

oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat mamaksakan kehendak,

memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dangan penuh cinta

kasih. Perbedaan pola intereksi orang tua seperti ini sangat berpengaruh

terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja. Cara memberikan hukuman,

misalnya, ketika dulu masih anak-anak, orang tua bisa memukul anak jika

anak berbuat nakal, tetapi pada saat remaja cara- cara semacam itu justru

dapat menimbulkan ketegangan yang lebih berat antararemaja dengan orang

tuanya. Dalam konteks ini Gardner (1992) mengibaratkan dengan kalimat: “

Too Big To Spank ’’ yang maknanya bahwa remaja itu sudah terlalu besar

untuk terpukul.

Pemberontakan terhadap orang tua menunjukan bahwa mereka berada

dalam keadaan konflik dan ingin melepaskan diri dari pengawasan orang tua.

Mereka tidak merasa puas kalau tidak pernah samasekali menunjukan

perlawanan terhadap orang tua karena ingin menunjukan bahwa dirinya telah

berhasil menjadi orang yang lebih dewasa. Jika mereka berhasil dalam

perlawanan terhadap orang tua sehingga orang tuanya marah, maka

merekapun belum merasa puas karena orang tua tidak menunjukan pengertian
yang mereka inginkan. Keadaan semacam ini sangat berpengaruh terhadap

perkembangan emosi remaja.

3. Perubahan Interaksi Dengan Teman-teman

Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya

secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dan

membentuk semacam “gang’’. Interaksi antar anggota dalam suatu kelompok

“gang’’ biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang

sangat tinggi.

Pembantukan kelompok dalam bentuk gang seperti ini sebaiknya

diusahakan terjadi pada masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan

positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama. Usahakan dapat

menghindarkan pembentukan kelompok gang itu ketika sudah memasuki

masa remaja tengah atau remaja akhir karena masa ini para anggotanya

biasanya membutuhkan teman-teman untuk melawan otoritas, melakukan

perbuatan yang tidak baik, atau bahkan kejahatan bersama.

Faktor yang sering mendatangkan masalah emosi pada masa remaja

adalah hubungan cinta dangan teman lawan jenis. Pada masa remaja tengah

biasanya remaja benar-benar mulai jatuh cinta dangan lawan jenisnya. Gejala

ini sebenarnya sehat bagi remaja, tetapi juga tidak jarang menimbulkan

konflik atau gangguan emosi pada remaja jika tidak diikuti dengan bimbingan

dari orang tua atau orang yang lebih dewasa. Oleh sebab itu, tidak jarang

orang tua justru merasa tidak gembira atau bahkan cemas ketika anak
remajanya jatuh cinta. Ganguan emosional yang mendalam dapat terjadi

ketika cinta remaja tidak terjawab, ditolak, atau karena pemutusan hubungan

cinta sepihak sehingga banyak mendatangkan kecemasan bagi orang tua dan

bagi remaja itu sendiri.

4. Perubahan Pandangan Luar

Faktor penting yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi

remaja selain perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja itu sendiri

adalah pandangan dunia luar dirinya. Ada sejumlah perubahan pendangan

dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri

remaja, yaitu sebagai berikut:

a) Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadang-kadang

mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak mendapat kebebasan

penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa. Seringkali

mereka masih dianggap anak kecil sehingga berakibat timbulnya

kejengkelan pada diri remaja. Kejengkelan yang mendalam dapat berubah

menjadi tingkah laku emosional.

b) Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda

untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja laki-laki memiliki

teman banyak perempuan, mereka mendapat predikat “ popular ’’ dan

mendatangkan kebanggaan. Sebaliknya, apabila remaja putri mempunyai

banyak teman laki-kaki sering dianggap tidak baik atau bahkan mendapat

predikat yang kurang baik juga. Penerapan nilai yang berbeda semacam
ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat

menyebabkan remaja bertingkah laku emosional.

c) Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak

bertanggung jawab yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut kedalam

kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral ;

seperti : penyalahgunaan obat terlarang, minum-minuman keras, atau

tindak kriminal dan kekerasan. Perlakuan dunia luar semacam ini akan

sangat merugikan bagi perkembangan emosional remaja.

5. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi

Perkembangan emosional individu sebenarnya merupakan

perkembangan yang paling sulit untuk diklasifikasikan. Ini tampak pada

gejala kehidupan sehari-sehari bahwa tidak jarang orang dewasa pun

mengalami kesulitan untuk menyatakan perasaan. Fenomena semacam ini

menyebabkan sulitnya untuk mencari perbedaan individual dalam

perkembangan emosi. Lagi pula, munculnya emosi seseorang sangat

tergantung atau dipengaruhi lingkungan, pengalaman, kebudayaan dan lain

sebagainya, sehingga untuk mengukur emosi amat sulit pula.

Proses kematangan perkambangan emosi mempunyai hubungan erat

dengan pertumbuhan dan perkembangan. Sejak lahir sampai kira-kira umur 15

bulan, kebutuhan utama mereka adalah mendapatkan kepercayaan dan

kepastian bahwa dirinya diterima oleh lingkungan. Penerimaan lingkungan

pad fase ini sangat menentukan bagi perkembangan hidup selanjutnya.


Kepercayaan yang diperoleh dari penerimaan lingkungan ini dapat menjadi

dasar bagi kepercayaan terhadap diri sendiri dan kesehatan perkembangan

emosionalnya. Apabila kondisi orang tua saat ini dapat melakukan hubungan

yang penuh cinta kasih atau secara naluriah memberikan kepercayaan bahwa

kehadiran bayi tersebut sangat diinginkan dan dikasihi maka diharapkan akan

dapat hidup dalam lingkungan kasih sayang. Sebaliknya, jika kehadiran bayi

berikutnya, orang tua bersikap kurang dapat menerima, acuh tak acuh, apalagi

penuh kebencian, dan sebagainya, tentunya kehidupan emosionalnya

terganggu. Dengan demikian secara individual, kedua anak tersebut akan

mengalami perbedaan perkembangan emosi pada masa-masa selanjutnya.

Disiplin yang tegas tetapi disertai kasih sayang akan membantu anak

dalam perkembangan emosinya. Sebaliknya jika disiplin dilakukan dengan

kaku dan tanpa kasih sayang akan menimbulkan sikap keragu-raguan pada

diri anak dan bahkan akan kehilangan kepercayaan pada dirinya. Apabila ini

terjadi pada dua anak dalam satu keluarga (seayah/seibu) secara individual

perkembangan emosinya akan jelas bisa dibedakan.

6. Upaya Mengembangkan Emosi Remaja dan Implikasinya Bagi Pendidikan

Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat

berkembang ke arah memiliki kecerdasan emosional, salah satu diantaranya

menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T. Grant Consortium

tentang “ Unsur-unsur Aktif Program Pencegahan ’’, yaitu sebagai berikut :

 Pengembangan Keterampilan Emosional


Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan

emosional individu adalah :

a) Mengidentifikasikan dan memberi nama-nama atau label perasaan.

b) Mengungkapkan perasaan

c) Menilai Intensitas perasaan

d) Mengelola perasaan

e) Menunda pemuasan

f) Mengendalikan dorongan hati

g) Mengurangi stress

h) Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan

 Pengembangan Keterampilan Kognitif

Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan

kognitif individu adalah:

a) Belajarlah melakukan diagog batin sebagai cara untuk menghadapi dan

mengatasi suatu masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri.

b) Belajarlah membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial; misalnya:

menganali pengaruh sosial terhadap perilaku dan melihat diri sendiri

dalam perspektif masyarakat yang lebih luas.

c) Belajarlah menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan

pengambilan keputusan; misalnya: mengendalikan dorongan hati,

menentukan sasaran, mengidentifikasi tindakan-tindakan alternatif, dan

memperhitungkan akibat-akibat yang mungkin timbul.


d) Belajarlah memahami sudut pandang orang lain ( empati ).

e) Belajarlah memahami sopan santun, yakni perilaku mana yang dapat

diterima dan mana yang tidak.

f) Belajarlah bersiakp positif terhadap kehidupan.

g) Belajarlah mengembangkan kesadaran diri; misalnya mengembangkan

harapan-harapan yang realistis terhadap diri sendiri.

 Pengembangan Keterampilan Perilaku

Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kerterampilan perilaku

individu adalah;

a) Belajar keterampilan komunikasi non-verbal; misalnya;

berkomunikasi melalui hubungan pandangan mata, ekspresi wajah,

gerak-gerik, posisi tubuh, dan sejenisnya.

b) Belajarlah keterampilan komonikasi verbal; misalnya: mengajukan

permintaan-permintaan dengan jelas, menanggapi kritik secara efektif,

menolak pengaruh negatif, mendengarkan orang lain, ikut serta dalam

kelompok-kelompok kegiatan positif yang banyak menggunakan

komunikasi verbal, dan sejenisnya.

Cara lain yang dapat digunakan sebagai intervensi edukatif

untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat berkembang ke arah

memiliki kecerdasan emosional adalah dengan mengembangkan

kegiatan yang didalamnya mengundang materi yang dikembangkan


oleh Daniel Golemen (1995) yang kemudian diberi nama “Self-Science

Curriculum’’, yaitu sebagaimana dipaparkan berikut ini:

 Belajarlah mengembangkan kesadaran diri: caranya adalah dengan

mengamati diri Anda dan mengenali perasaan-perasaan anda;

menghimpun kosa kata untuk mengungkapkan perasaan;

memahami hubungan antara pikiran, perasaan, dan reaksi

emosional.

 Belajarlah mengambil keputusan pribadi: caranya adalah

mencermati tindakan-tindakan dan akibat-akibatnya; memahami

apa yang menguasai suatu keputusan, atau perasaan; menerapakan

pemahaman ini ke masalah-masalah yang cukup berat,seperti

masalah seks dan obat terlarang.

 Belajarlah mengelola perasaan: caranya adalah memantau

pembicaraan sendiri untuk menangkap pesan-pesan negatif yang

terkandung didalamnya( misalnya : Sakit hati yang mendorong

amarah ).

 Belajarlah menangani stress: caranya adalah mempelajari

pentingnya berolrahraga. Perenungan yang terarah, dan metode

relaksasi.

 Belajar berempati: caranya adalah memahami perasaan dan

masalah orang lain dan berpikir dengan sudut pandang orang lain.

 Belajarlah berkomonikasi.
 Belajarlah membuka diri.

 Belajarlah mengembangkan pemahaman.

 Belajarlah menerima diri sendiri

 Belajarlah mengembangkan tanggungjawab pribadi

 Belajarlah mengembangkan ketegasan

 Belajar dinamika-dinamika kelompok,dan

 Belajarlah menyelesaikan konflik

(M. Asrori, 2008: 65-73).

Mendidik anak menjadi orang yang kreatif adalah upaya menyukseskan masa depan

mereka. Banyak anak yang menjadi korban akibat dari salah didik yang berorientasi

ke mata pelajaran yang menempa aspek kognitif semata atau menggembirakan hati

yang sesaat. Dengan alasan mencoba meningkatkan harga diri anak melalui pujian

dan penghargaan, kita manjadi permissif (membiarkan) dalam hal disiplin dan

menuntut terlalu sedikit. Dalam upaya memberi mereka dunia yang serba

menyenangkan seperti dialam mimpi, kita lupa bahwa stress dan ketidak nyamanan

adalah bagian yang sama penting dalam pengalaman manusia seperti cinta dan kasih

sayang, dan ketika kita membebaskan mereka dari kesempatan belajar tentang

keterampilan mengatasi masalah yang penting dalam menghadapi rintanagan dan

kekecewaan yang tak terhindarkan dalam dunia mereka kelak.

Banyak anak yang kelihatannya sukses dalam menerima pelajaran tapi ketika

dihadapkan kepada kemampuan untuk memecahkan masalah dengan cara baru tidak

memperoleh kemampuan sama sekali. Padahal ketika menjalani kehidupan jusru


persoalan kreatif menjadi lebih penting lebih-lebih dalam era yang serba tidak

menentu ( U.Husna Asmara, 2004 : 132 ).

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Sudah tidak dapat dipungkiri, bahwa perkembangan emosi remaja dalam


tumbuh kembangnya memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupannya. Dengan
adanya ciri-ciri serta usaha untuk mengembangkan emosi remaja secara tepat, secara
bertahap diharapkan seorang remaja mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai
generasi harapan bangsa. Untuk itu hendaknya orang tua, guru dan lingkungan
masyarakat harus benar-benar dapat memahami bagaimana tumbuh kembang remaja
termasuk emosinya. Pembentukan emosi remaja yang sehat yang bertolak pada
pembangunan karakter remaja hendaklah dilaksanakan selain jalur pendidikan,
keluarga dan sekolah juga dilaksanakan pada lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
https://riyansakinah.wordpress.com/2014/12/31/laporan-bacaan-2/

M. Asrori (2008). Perkembangan Peserta Didik. Untan Press :

Pontianak

Sunarto, B. Hartono (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :

Rineka Cipta

Sarwono, Sarlito.W (1991). Psikologis Pendidikan. Jakarta :

Rajawali Pers

Tim dosen FKIP UNTAN (2010). Hand Out Mata Kuliah Keahlian

Berkarya. Fahruna Bahagia: Pontianak

U. Husna Asmara (2004). Penulisan Karya Ilmiah. Fahruna Bahagia :

Pontianak.

http://tiarprasetia.blogspot.co.id/2013/05/perkembangan-emosi-remaja.html

Anda mungkin juga menyukai