Makalah Demensia
Makalah Demensia
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Seorang anak membawa serta ibunya yang berusia 70 tahun ke praktik dokter
untuk berkonsultasi karena merasakan perubahan yang terjadi pada ibunya.
Menurutnya, ibunya tidak pernah sakit dan tidak mengeluh apa-apa. Haya saja,
sejak beberapa bulan ini ibunya sering tiba-tiba lupa dan sering marah tanpa alasan.
Dua hari yang lalu ibunya tiba-tiba marah karena merasa ada yang memindahkan
kaca mata miliknya padahal saat itu ia sedang memakai kacamatanya. Kemudian
beberapa hari yang lalu ibunya tiba-tiba lupa jalan pulang setelah berjalan-jalan di
taman yang berada di sekitar komplek rumah,bahkan ketika ditanyakan alamat
rumahnya si ibu mengatakan tidak ingat sama sekali. Belakangan ini si ibu juga
lebih sering murung dan menyendiri bahkan sekarang si ibu mulai kesulitan untuk
membaca dan menulis. Kemudian si anak bertanya kepada dokter, apakah keadaan
ini ada hubungannya dengan penyakit stroke yang pernah dialami ibunya 2 tahun
yang lalu ? Apakah hal ini normal untuk usia seperti ibunya ?
2
2.3 TERMINOLOGI
2.3.1 Stroke
kondisi dimana pasokan darah ke otak terganggu atau berkurangnya
akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah, dimana secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam)
timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang
terganggu.
2.3.2 Pikun
Daya ingat yang berkurang atau kondisi dimana seseorang yang tak
mampu mengingat kejadian yang dialami (lupa ingatan).
2.4 PEMBAHASAN
1. Apakah ada hubungan riwayat penyakit pasien dengan keluhan yang dirasakan
pasien di skenario ?
I. BRAINSTORMING
3
2.1 Apakah ada hubungan riwayat penyakit pasien dengan keluhan
yang dirasakan pasien di skenario ?
Hubungan Stroke dan Gangguan Fungsi Kognitif
Otak bekerja secara keseluruhannya dengan menggunakan fungsi
dari seluruh bagian. Proses mental manusia merupakan sistem fungsional
komplek dan tidak dapat dialokasikan secara sempit menurut bagian otak
terbatas, tetapi berlangsung melalui partisipasi semua struktur otak.
Sehingga kerusakan pada sel otak yang diakibatkan oleh suatu keadaan
atau penyakit dapat mengakibatkan gangguan pada proses mental
tersebut.
Baik stroke iskemik maupun hemoragik dapat mengakibatkan
kerusakan bahkan sampai kematian sel otak. Akibat dari keadaan
tersebut dapat timbul suatu kelainan klinis sebagai akibat dari kerusakan
sel otak pada bagian tertentu tetapi juga dapat berakibat terganggunya
proses aktivitas mental atau fungsi kortikal luhur termasuk fungsi
kognitif.
Fungsi kognitif yang terganggu akibat penyakit vaskular disebut
sebagai gangguan kognitif vaskular yang dipengaruhi oleh faktor risiko
vaskular. Gangguan kognitif ini dapat menjadi awal dari terjadinya
demensia vaskular, sehingga dapat dicegah dari kemunduran lebih lanjut.
Demensia vaskular termasuk demensia yang dapat dicegah, sehingga
sangat penting mengetahui faktor risiko dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya.
Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai gangguan
kognitif dan demensia pasca stroke. Mekanisme yang mendasari
hubungan tersebut adalah, Pertama stroke secara langsung atau sebagian
penyebab utama demensia, ang secara umum diklasifikasikan sebagai
demensia multi infark atau demensia vaskular. Kedua adanya stroke
memacu onset terjadinya demensia Alzheimers. Lesi vaskular pada otak
termasuk perubahan pada substansi alba, lesi degenerasi Alzheimer’s dan
usia sendiri berpengaruh pada perkembangan dari demensia.
4
faktor risiko demensia yang dihubungkan dengan stroke belum
diketahui secara lengkap, berbagai faktor gambaran stroke (dysphasia,
sindrom stroke dominan), karakteristik penderita (tingkat pendidikan)
dan penyakit kardiovaskular yang mendahului berperan terhadap risiko
tersebut. dalam penelitian lainnya mengatakan bahwa penurunan kognitif
dan demensia sering terjadi pada pasien stroke iskemik, dan frekuensinya
meningkat dengan meningkatnya usia.
2.2 Apakah ada hubungan usia pasien dengan gejala pasien di skenario
?
Ada hubungannya, dimana semakin bertambahnya usia, energi
secara perlahan akan berkurang, reaksi terhadap kejadian sekitar juga
akan terlambat, daya kreatif dan inisiatif sseorang juga berangsur-angsur
menyempit serta fungsi memori dan kognitif juga akan mengalami
penurunan sehingga menganggu rutinitas sehari-hari.
Pada seseorang berusia 65-70 tahun didapatkan kemunduran
banyak fungsinya, terutama pada daya ingat sebingga akan mengganggu
memori jangka pendek dan memori masa lalunya.
5
8. Tumor kepala.
9. Drug induced: obat-obat analgesik (NSAID), sedatif
(benzodiazepine), antidepresan, dll.
10. Metabolik/endokrin tuitarisme: hipotiroidi, defisiensi vit B12.
6
Dengan adanya fasilitas pemeriksaan CT scan otak atau MRI dapat
dipastikan adanya perdarahan atau infark (tunggal atau multipel),
besar serta lokasinya. Juga dapat disingkirkan kemungkinan
gangguan struktur lain yang dapat memberikan gambaran mirip
dengan DVa, misalnya neoplasma.
7
2. Laboratorium
Digunakan untuk menentukan penyebab atau faktor risiko yang
mengakibatkan timbulnya stroke dan demensia. Pemeriksaan darah
tepi, laju endap darah (LED), kadar glukosa, glycosylated Hb, tes
serologi untuk sifilis, HIV, kolesterol, trigliserida, fungsi tiroid,
profil koagulasi, kadar asam urat,lupus antikoagulan, antibodi
antikardiolipin dan lain sebagainya yang dianggap perlu.
3. Lain-lain
Foto Rontgen dada, EKG, ekokardiografi, EEG, pemeriksaan
Doppler, potensial cetusan atau angiografi.
Epidemiologi
Demensia vaskular merupakan penyebab demensia yang
kedua tertinggi di Amerika Serikat dan Eropa, tetapi
merupakan penyebab utama di beberapa bagian di Asia.
Kadar prevalensi demensia vaskular 1,5% di negara Barat
dan kurang lebih 2,2% di Jepang. Di Jepang, 50% dari semua
jenis demensia pada individu berumur lebih dari 65 tahun
adalah demensia vaskular. Di Eropa, demensia vaskular dan
demensia kombinasi masing-masing 20% dan 40% dari
kasus. Di Amerika Latin, 15% dari semua demensia adalah
demensia vaskular. Kadar prevalensi demensia adalah 9 kali
8
lebih besar pada pasien yang telah mengalami stroke
berbanding yang terkontrol. Setahun pasca stroke, 25%
pasien mengalami demensia awitan baru. Dalam waktu 4
tahun berikutnya, resiko relatif kejadian demensia adalah
5,5%.
Demensia vaskular paling sering pada laki-laki,
khususnya pada mereka dengan hipertensi yang telah ada
sebelumnya atau faktor risiko kardiovaskular lainnya. Insiden
meningkat sesuai dengan peningkatan umur.
Etiologi
Penyebab utama dari demensia vaskular adalah penyakit
serebrovaskular yang multipel, yang menyebabkan suatu pola
gejala demensia. Gangguan terutama mengenai pembuluh
darah serebral berukuran kecil dan sedang, yang mengalami
infark menghasilkan lesi parenkim multipel yang menyebar
pada daerah otak yang luas. Penyebab infark termasuk oklusi
pembuluh darah oleh plak arteriosklerotik atau tromboemboli
dari tempat asal yang jauh seperti katup jantung. Pada
pemeriksaan, ditemukan bruit karotis, kelainan funduskopi,
atau pembesaran kamar jantung.
Faktor Risiko
1. Usia lanjut
2. Hipertensi
3. Merokok
4. Penggunaan alkohol kronis
5. Aterosklerosis
6. Hiperkolesterolemia
7. Homosistein plasma
8. Diabetes melitus
9. Penyakit kardiovaskular
9
10. Penyakit infeksi SSP kronik (meningitis, sifilis, dan HIV)
11. Pajanan kronis terhadap logam (keracunan merkuri,
arsenic dan aluminium)
12. Penggunaan obat-obatan (termasuk obat sedatif dan
analgetik) jangka panjang
13. Tingkat Pendidikan yang rendah
14. Riwayat keluarga mengalami demensia
Klasifikasi
Berbagai macam subtype demensia vaskular yaitu:
1. Gangguan kognitif vaskular ringan
2. Demensia multi infrak. Disebabkan oleh infark pembuluh
darah besar multiple
10
3. Demensia infark strategi. Akibat lesi iskemik pada daerah
kortikal atau subkortikal yang mempunyai fungsi penting
4. Demensia vaskular karena lesi lacunar
5. Demensia vaskular akibat lesi hemoragik. Terdapat
penyakit serebrovaskular hemoragik seperti hematoma
subdural atau intraserebral atau perdarahan subaraknoid
6. Demensia vaskular subkortikal
7. Demensia campur (kombinasi, penyakit Alzheimer dan
demensia vaskular).
Patofisiologi
Semua bentuk demensia adalah dampak dari
kematian sel saraf atau hilangnya komunikasi antara sel-sel
ini. Otak manusia sangat kompleks dan banyak faktor yang
dapat mengganggu fungsinya. Telah dilakukan beberapa
penelitian yang sampai sekarang belum mendapatkan gambaran
yang jelas bagaimana demensia terjadi.
11
dari white matter dengan perubahan oligodendrycte progenitor
cell. Kerusakan dari white matter berkontribusi terhadap VCI
dan AD.
1. Infark Multiple
Dementia multi infark merupakan akibat dari infark
multiple dan bilateral. Terdapat riwayat satu atau beberapa
kali serangan stroke dengan gejala fokal seperti
hemiparesis, hemiplegi, afasia, hemianopsia. Pseudobulbar
palsy sering disertai disarthia, gangguan berjalan (sleep step
gait). Forced laughing/crying, refleks babinski dan
inkontinensia. CT scan otak menunjukan hipodens bilateral
disertai atrifi kortikal kadang disertai dilatasi ventrikel.
2. Infark Lakuner
Lakunar adalah infark kecil, diameter 2-15 mm yang
disebabkan kelainan pada small penetrating arteries di
daerah diencephalon, batang otak dan subkortikal akibat
dari hipertensi. Pada 1/3 kasus, infark lakunar bersifat
asimptomatik. Apabila menimbulkan gejala, dapat terjadi
gangguan sensoris, TIA, hemiparesis atau ataxia. Bila
jumlah lakunar bertambah maka akan timbul sindrom
12
demensia, sering disertai pseudobulbar palsy. Pada derajat
yang berat terjadi lacunar state. CT scan kepala
menunjukan hipodensitas multiple dengan ukuran kecil,
dapat juga tidak tampak pada CT scan karena ukurannya
yang kecil atau terletak di batang otak. MRI kepala akurat
untuk menunjukan adanya lakunar terutama di batang otak,
terutama pons.
3. Infark Tunggal
Strategic single infarc dementia merupakan akibat lesi
iskemik pada daerah kortikal atau subkortikal yang
mempunyai fungsi penting. Infark girus angularis
menimbulkan gejala sensorik, aleksia, agrafia, gangguan
memori, disorientasi spasial dan gangguan konstruksi.
Infark id daerah distribusi arteri serebri posterior
menimbulkan gejala anmnesia disertai agitatasi, halusinansi
visual, gangguan visual dan kebingungan. Infark daerah
distribusi arteri arteri serebri anterior menimbulkan abulia,
afasia motorik dan apraksia. Infark lobus parietalis
menimbulkan gangguan kognitif dan tingkah laku yang
disebabkan gangguan persepsi spasual. Infark pada daerah
distribusi arteri paramedian thalamus mengkasilkan
thalamic dementia.
4. Sindroma Binswanger
Gambaran klinis sindrom Binswanger menunjukan
demensia progresif dengan riwayat stroke, hipertensi dan
kadang diabetes melitus. Sering disertai gejala
pseudobulbar palsy, kelainan piramidal, gangguan berjalan
(gait) dan inkontinensia. Terdapat atropi white matter,
pembesaran ventrikel dengan korteks serebral yang normal.
Faktor resikonya adalah small artery disease (hipertensi,
angiopati amiloid), kegagalan autoregulasi aliran darah di
13
otak usia lanjut, hipoperfusi periventrikel karena kegagalan
jantung, aritmia dan hipotensi.
Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala kognitif pada demensia vaskular selalu
subkortikal, bervariasi dan biasanya menggambarkan peningkatan
kesulitan dalam menjalankan aktivitas harian seperti makan,
berpakaian, berbelanja dan sebagainya. Hampir semua kasus
demensia vaskular menunjukkan tanda dan simptom motorik.
3. Pusing
5. Inersia
14
6. Langkah abnormal
7. Konsentrasi berkurang
8. Perubahan visuospasial
9. Penurunan tilikan
2. Gangguan bahasa
3. Depresi
4. Berhalusinasi
15
menyebabkan penurunan memori yang perlahan sedangkan stroke
menyebabkan gejala yang serta-merta.
16
20%
3. Stadium III
Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.
Gejala klinisnya antara lain:
Penderita menjadi vegetative
Tidak bergerak dan membisu
Daya intelektual serta memori memburuk sehingga
tidak mengenal keluarganya sendiri
Tidak bisa mengendalikan buang air besar/kecil
Kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain
Kematian terjadi akibat infeksi atau trauma
Hipertensi + -
Hiperkolestrolemia + -
Onset Mendadak + -
Progresivitas bertahap + +
17
MMSE 23 + +
Skoriskemik Hachinski ≥7 ≤4
18
Skor iskemik Hachinsky >7 Skor iskemik Hachinsky <4
19
spasial konstruksi) gerakan)
Keadaan emosi Abnormal (tak memperdulikan, Abnormal (kurang
tak menyadari) dorongan drive)
Contoh Penyakit Alzheimer, Pick Progressive Supranuclear
Palsy, Parkinson, Penyakit
Wilson, Huntington.
Tabel 6. Perbedaan demensia kortikal dan subkortikal
2.6.3 DEPRESI
Definisi
Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi
manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan
gejala penyertanya, termasuk perubahan pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak
berdaya , serta gagasan bunuh diri.
Etiologi
Ada 4 sumber utama stressor yang dapat mencetuskan
gangguan alam perasaan ( depresi), yaitu:
1. Kehilangan keterikatan yang nyata atau dibayangkan,
termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan,
atau harga diri.
2. Peristiwa besar dalam kehidupan, hal ini sering dilaporkan
sebagai pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak
terhadap masalah – masalah yang dihadapi sekarang dan
kemampuan menyelesaikan masalah
3. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi
ketegangan depresi terutama pada wanita
4. Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat- obatan atau
berbagai penyakit fisik, seperti infeksi ,neoplasma , dan
gangguan keseimbangan metabolik, dapat mencetuskan
gangguan alam perasaan. Di antara obat-obatan tersebut
terdapat obat anti hipertensi dan penyalahgunaan zat yang
20
menyebabkan kecanduan. Kebanyakan penyakit kronik yang
melemahkan tubuh juga disertai depresi.
Episode depresif
o Afek depresif
o Kehilangan minat dan kegembiraan
o Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja )
dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya
21
Kriteria diagnosis
Kriteria diagnostik
Kriteria diagnostik
22
atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejala nya secara
rinci, dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh
terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan
Episode depresif biasanya akan harus berlangsung sekurang-
kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan
beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari dua
minggu
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali
pada taraf yang sangat terbatas
Kriteria diagnostik
Kriteria diagnostik
23
o Episode depresi berat (F32.2 dan F32.3)
o Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan akan
tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan
gangguan bipolar.
2. Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dan peninggian afek dan
hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2)
3. Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode namun
sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya
menetap, terutama pada usia lanjut
4. Episode masing-masing dalam berbagai tingkat keparahan,
seringkali dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stres
atau trauma mental (adanya stres tidak esensial untuk penegakkan
diagnosis)
5. Diagnosis banding episode depresif singkat berulang (F38.1)
Kriteria diagnostik
Kriteria diagnostik
24
o Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing
selama minimal 2 minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna
F33.2 gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik
Kriteria diagnostik
25
F33.9 gangguan depresif berulang YTT
26
Faktor resiko
Secara umum faktor risiko Demensia Vaskuler sama seperti faktor risiko
stroke meliputi:
- Usia,
- hipertensi,
- diabetes melitus,
- aterosklerosis,
- penyakit jantung,
- plak pada arteri karotis interna,
- alkohol, merokok
Gambaran klinik
Gambaran klinik penderita demensia vaskular menunjukkan
kombinasi dari gejala fokal neurologik, kelainan neuropsikologik dan
gejala neuropsikiatrik. Gejala fokal neurologik dapat berupa gangguan
motorik, gangguan sensorik, dan hemianopsia. Kelainan neuropsikologik
berupa gangguan memori disertai dua atau lebih kelainan kognitif lain
seperti atensi, bahasa, visuospasial dan fungsi eksekutif.
Gejala neuropsikiatrik sering terjadi pada demensia vaskular, dapat
berupa perubahan kepribadian (paling sering), depresi, mood labil,
delusion, apati, abulia, tidak adanya spontanitas.
Cara Penegakkan Diagnosis
1. Anamnesis
- Pernakah ada kesulitan ingatan, disorientasi, konsentrasi, dan
apatis? Adakah akibat fungsional atau sosial (pengucilan,
malnutrisi, dan sebagainya)?
- Adakah pemicu yang jelas, seperti cedera kepala
- Adakah kemunduran mendadak? Adakah pemicunya (misalnya
perubahan obat, penyakit lain, atau perubahan lingkungan)?
27
- Adakah tanda-tanda depresi? (hati-hati terhadap
pseudodemensia.)
- Adakah tanda yang menunjukkan penyakit fisik?
- Adakah tanda neurologis yang tidak biasa (misalnya ataksia,
kelemahan, mioklonus, nyeri kepala, atau gejala neuropati)?
28
- Cari refleks primitif: refleks menggenggam, mencucu, dan
palmo-mental.
Pada demensia, daerah motorik, piramidal dan
ekstrapiramidal ikut terlibat secara difus maka hemiparesis atau
monoparesis dan diplegia dapat melengkapkan sindrom demensia.
Apabila manifestasi gangguan korteks piramidal dan ekstrapiramidal
tidak nyata, tanda-tanda lesi organik yang mencerminkan gangguan
pada korteks premotorik atau prefrontal dapat membangkitkan
refleks-refleks. Refleks tersebut merupakan petanda keadaan regresi
atau kemunduran kualitas fungsi.
3. Pemeriksaan MMSE
Mini Mental State Examination (MMSE) merupakan alat yang
digunakan untuk menilai fungsi kognitif. Tes ini menilai orientasi
waktu, tempat, ingatan hal yang segera, memori jangka pendek,
kemampuan membaca terbalik atau pengurangan serial, dan
pemakaian bahasa. Tes ini hanya berlangsung sekitar 10 menit.
4. Kriteria Diagnosis
Terdapat beberapa kriteria diagnostik yang melibatkan tes
kognitif dan neurofisiologi pasien yang digunakan untuk diagnosis
demensia vaskular. Diantaranya adalah:
a. Kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, fourth edition, text revision (DSM-IV-TR)10,8
Kriteria ini mempunyai sensitiviti yang baik tetapi spesifitas yang
rendah. Rumusan dari kriteria diagnostik DSM-IV-TR adalah
seperti berikut:
Perkembangan defisit kognitif multipel terdiri dari:
Gangguan memori (gangguan kemampuan dalam mempelajari
informasi baru atau mengingat informasi yang sudah dipelajari)
Salah satu atau lebih gangguan kognitif berikut:
- Afasia (gangguan berbahasa)
- Apraksia (gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas motorik dalam keadaan fungsi otot yang
29
normal)
- Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau menamai
objek)
- Gangguan fungsi berfikir abstrak (eg merencanakan,
berorganisasi)
Gangguan kognitif di atas menyebabkan gangguan yang berat pada fungsi
sosial dan pekerjaan penderita
Kelainan ini ditandai dengan proses yang bertahap dan penurunan fungsi
kognitif yang berkelanjutan
Gangguan kognitif di atas tidak disebabkan oleh hal-hal berikut:
Kelainan SSP lain yang menyebabkan gangguan memori yang
progresif (misalnya gangguan peredaran darah otak, Parkinson
dan tumor otak)
Kelainan sistemik yang dapat menyebabkan demensia (misalnya
hipotiroidisme, defisiensi vitamin B dan asam folat, defisiensi
niasin, hiperkalemi, neurosifilis dan infeksi HIV)
Kelainan pasien tidak disebabkan oleh delirium
Kelainan tidak disebabkan oleh kelainan aksis 1 (misalnya gangguan
depresi dan skizofrenia)
30
Riwayat hipertensi 1
Riwayat penyakit serebrovaskuler 2
Arteriosklerosis penyerta 1
Keluhan neurologi fokal 2
Gajala neurologi fokal 2
31
3. Agnosia (tidak dapat mengenal atau mengidentifikasi suatu
benda walaupun fungsi sensoriknya normal).
4. Gangguan dalam fungsi eksekutif (merancang,
mengorganisasikan, daya abstraksi, dan membuat urutan).
b) Defisit kognitif pada kriteria a) yang menyebabkan gangguan
fungsi sosial dan okupasional yang jelas.
c) Tanda dan gejala neurologik fokal (refleks fisiologik
meningkat, refleks patologik positif, paralisis pseudobulbar,
gangguan langkah, kelumpuhan anggota gerak) atau bukti
laboratorium dan radiologik yang membuktikan adanya
gangguan peredaran darah otak (GPOD), seperti infark
multipleks yang melibatkan korteks dan subkorteks, yang
dapat menjelaskan kaitannya dengan munculnya gangguan.
d) Defisit yang ada tidak terjadi selama berlangsungnya delirium.
Dengan menggunakan kriteria diagnostik yang berbeda
didapatkan prevalensi demensia vaskular yang berbeda,
dimana prevalensi tertinggi didapatkan bila menggunakan
kriteria DSM-IV dan terendah bila menggunakan kriteria
NINDS-AIREN. Consortium of Canadian Centers for Clinical
Cognitive Research menyatakan bahwa tidak ada kriteria
diagnostik yang lebih baik dari berbagai kriteria yang ada.
DSM-IV mempunyai sensitivitas yang tinggi tetapi
spesifitasnya rendah. ADDTC penggunaanya lebih terbatas
pada demensia vaskular jenis iskemik sedangkan NINDS-
AIREN dapat digunakan untuk semua mekanisme demensia
vaskular (hipoksia, iskemik, atau perdarahan). Kriteria
ADDTC dan NINDS-AIREN mempunyai tiga tingkat
kepastian (probable, possible, definite), memerlukan hubungan
waktu antara stroke dan demensia serta bukti morfologi
adanya stroke.
32
Tujuan penatalaksanaan demensia vaskular adalah:
a. Mencegah terjadinya serangan stroke baru
b. Menjaga dan memaksimalkan fungsi saat ini
c. Mengurangi gangguan tingkah laku
d. Meringankan beban pengasuh
e. Menunda progresifitas ke tingkat selanjutnya
2.8.1 Non-Medikamentosa
a) Memperbaiki memori
The Heart and Stroke Foundation of Canada mengusulkan
beberapa cara untuk mengatasi defisit memori dengan lebih
baik
- Membawa nota untuk mencatat nama, tanggal, dan tugas
yang perlu dilakukan. Dengan ini stres dapat
dikurangkan.
- Melatih otak dengan mengingat kembali acara sepanjang
hari sebelum tidur. Ini dapat membina kapasiti memori
- Tidak tergesa-gesa mengerjakan sesuatu hal baru. Coba
merencana sebelum melakukannya.
- Banyak besabar. Marah hanya akan menyebabkan pasien
lebih sukar untuk mengingat sesuatu. Belajar teknik
relaksasi juga berkesan.
b) Diet
Penelitian di Rotterdam mendapati terdapat
peningkatan resiko demensia vaskular berhubungan dengan
konsumsi lemak total. Tingkat folat, vitamin B6 dan vitamin
B12 yang rendah juga berhubungan dengan peningkatan
homosisteine yang merupakan faktor resiko stroke.
2.8.2 Medikamentosa
a) Mencegah demensia vaskular memburuk
33
Progresifitas demensia vaskular dapat diperlambat jika
faktor resiko vaskular seperti hipertensi,
hiperkolesterolemia dan diabetes diobati.
Agen anti platlet berguna untuk mencegah stroke berulang.
Aspirin: mencegah platelet-aggregating thromboxane
A2 dengan memblokir aksi prostaglandin sintetase
seterusnya mencegah sintesis prostaglandin
Tioclodipine: digunakan untuk pasien yang tidak
toleransi terhadap terapi aspirin atau gagal dengan
terapi aspirin.
Clopidogrel bisulfate: obat antiplatlet yang
menginhibisi ikatan ADP ke reseptor platlet secara
direk.
34
sedang menjadi 10 mg/hr insomnia
Gangguan
perilaku
35
Sertralin 25-100 mg/hr Mual, diare, mengantuk,
mulut kering, disfungsi
seksual
36
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi dari hasil diskusi kelompok kami mengenai ibu berusia 70 tahun yang
dianter oleh anaknya di skenario dengan keluhan sering tiba-tiba lupa dan sering
marah tanpa alasan, dan mulai kesulitan untuk membaca dan menulis, sering
tampak murung dan meyendiri, pasien yang memiliki penyakit stroke 2 tahun
lalu, kelompok kami mengambil kesimpulan bahwa ibu tersebut mengalami
Demensia Vaskular. Hal ini diperkuat dengan pasien yang memiliki stroke 2
tahun yng lalu. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan MMSE dan menggunakan kriteria Diagnostik
(DSM-IV atau skor Iskemik Hachinski). Selain itu juga dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang MRI dan CT-scan. Dan penatalaksanaan yang dapat
diberikan bisa secara non-medikamentosa serta medikamentosa.
37
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia A., dkk. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi
6. Jakarta: EGC.
Sadock, Benjamin J., dkk. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis, edisi 2. Jakarta: EGC.
38