integratif”
Disusun oleh :
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan.
1
Daftar Isi
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Permasalahan
Konsep dasar fifsafat ilmu adalah kedudukan, fokus, cakupan, tujuan
dan fungsi serta kaitannya dengan impfementasi kehidupan sehari-hari.
Berikutnya dibahas pula tentang karakteristik filsafat, ilmu dan pendidikan
serta jalinan fungsional antara ilmu, filsafat dan agama. Pembahasan
filsafat ilmu juga mencakup sistematika, permasalahan, keragaman
pendekatan dan paradigma (pofa pikir) dalam pengkajian dan pengembangan
ilmu dan dimensi ontologis, epistomologis dan aksiologis. Selanjutnya dikaji
mengenai makna, implikasi dan impfementasi filsafat ilmu sebagai
landasan dalam rangka pengembangan keilmuan dan kepada cara kerja para
ilmuwan dengan penggunaan alternatif metodologi penelitian, balk
pendekatan kuantitatif dan kualitatif, maupun perpaduan kedua-duanya.
B. Tujuan
Dalam pokok bahasan ini akan diuraikan:
1. Bagaimana implementasi filsafat ilmu di dalam pengembangan keilmuan.
2. Bagaimana Implikasi dan impfementasi filsafat ilmu dan kepada cara kerja para
ilmuwan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
. Fifsafat Ilmu
Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah
banyak dijumpai dalam berbagai buku maupun karangan ilmiah
fainnya. Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah
segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai
segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan
ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat
ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang
eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik
dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
Sehubungan dengan pendapat tersebut serta
sebagaimana pula yang telah digambarkan pada bagian pendahuluan
dari tulisan ini bahwa filsafat ilmu merupakan penerusan
pengembangan f ilsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu
adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu
berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa
meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan
menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. Hal ini senada
dengan ungkapan dari Archie J.Bahm (1980) bahwa ilmu
pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu berubah.
Dalam perkembangannya fifsafat ilmu
m e n g a r a h k a n p a n d a n g a n n ya p a d a s t r a t e g i p e n g e m b a n g a n
i l m u ya n g menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada
dimensi ke buda yaan un tuk mena n gkap t id ak sa ja ke gun aan
a tau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi
kehidupan manusia (Koento Wibisono dkk., 1997).
Oleh karena itu, diperlukan perenungan kembali
secara mendasar tentang hakekat dari ilmu pengetahuan itu
bahkan hingga implikasinya ke bidang-bidang kajian lain seperti ilmu-
ilmu kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang
mendasar, mau tidak mau mengantarkan kita untuk masuk ke dalam
kawasan filsafat. Menurut Koento Wibisono (1984), filsafat dari sesuatu
segi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha untuk
memahami hakekat dari sesuatu "ada" yang dijadikan objek
sasarannya, sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang merupakan
4
salah satu cabang filsafat dengan sendirinya merupakan ilmu yang
berusaha untuk memahami apakah hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri.
Lebih lanjut Koento Wibisono (1984), mengemukakan
bahwa hakekat ilmu menyangkut masalah keyakinan ontofogik, yaitu
suatu keyakinan yang harus dipilih oleh sang ilmuwan dalam
menjawab pertanyaan tentang apakah "ada" (being, sein, het zijn) itu.
lnilah awal-mula sehingga seseorang akan memilih pandangan
yang idealistis-spiritualistis, materialistis, agnostisistis dan
lain sebagainya, yang implikasinya akan sangat menentukan
dalam pemilihan epistemologi, yaitu cara-cara, paradigma yang
akan diambil dalam upaya menuju sasaran yang hendak
dijangkaunya, serta pemilihan aksiologi yaitu nilai-nilai, ukuran-ukuran
mana yang akan dipergunakan dalam seseorang mengembangkan ilmu
Dengan memahami hakekat ilmu itu, menurut
Poespoprodjo (dalam Koento W ibisono, 1984), dapatlah dipahami
bahwa p e r s p e k t i f - p e r s p e k t i f ilmu, kemungkinan -
k e m u n g k i n a n pengembangannya, keterjalinannya antar ilmu,
simplifikasi dan artifisialitas ilmu dan lain sebagainya, yang vital bagi
penggarapan ilmu itu sendiri. Lebih dari itu, dikatakan bahwa dengan
filsafat ilmu, kita akan didorong untuk memahami kekuatan serta
keterbatasan metodenya, prasuposisi ilmunya, logika validasinya,
struktur pemikiran ilmiah dalam konteks dengan realitas in
conreto sedemikian rupa sehingga seorang ilmuwan dapat terhindar
dari kecongkakan serta kerabunan intelektualnya.
5
perasaan, pengalaman, panca indra dan intuisi mempu menangkap alam
kehidupannya mengabtraksikan tangkapan tersebut dalam dirinya dalam
berbagai bentuk Ilmu pengetahuan seperti kebiasaan, akal sehat, seni,
sejarah dan filsafat. Terminology ilmu pngetahuan ini adalah terminology
artificial yang bersifat sementara sebagai alat analisis yang pada pokoknya
diartikan sebagai keseleruhan bentuk dari produk kegiatan manusia dalam
usaha untuk mengetahui sesuatu. Dalam bahasa inggris cara memperoleh
pengetahuan ini dinamakan dengan Knowledge. Ilmu pengetahuan atau
Knowledge ini merupakan terminologi generik yang mencakup segenap
bentuk yang kita ketahui seperti filsafat, sosial, seni, beladiri, dan ilmu sains
itu sendiri. Jadi sains termasuk kedalam ilmu pengetahuan seperti juga
sosial science. Untuk membedakan tiap-tiap bentuk dari anggota kelompok
pengetahuan ini terdapat tiga kriteria yakni:
1. Apakah obyek yang telah ditelaah dapat membuahkan ilmu pengetahuan,
kriteria ini disebut obyek ontologis, kita dapat mengambil contoh sosial yang
menelaah hubungan antara manusia dengan benda atau jasa dalam hal
memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara ontologis maka dapat ditetapkan
obyek penelaah masing-masing permasalahan.
2. Bagaimana cara yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
tersebut, kriteria ini disebut dengan landasan epistemologis. Contohnya
landasan epistemologis matematika adalah logika deduktif dan landasan
epistemologis kebiasaan adalah pengalaman dan akal sehat.
3. Untuk apa kita mempelajari ilmu pengetahuan tersebut, atau apa manfaat
dari kita mempelajari ilmu pengetahuan tersebut, kriteria ini disebut dengan
landasan aksiologis yang juga dapat dibedakan untuk setiap jenis ilmu
pengetahuan. Contohnya, nilai kegunaan sains pasti berbeda dengan nilai
kegunaan ilmu sosial.
6
3. Landasan Aksiologis : kemaslahatan umat manusia artinya segenap wujud
ilmu pengetahuan itu secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.