Anda di halaman 1dari 7

Bagaimana dampak MSG (mono-sodium glutamate) terhadap kesehatan Anda?

Jawaban
singkatnya adalah: MSG adalah buruk bagi kesehatan Anda.

Namun, Anda dapat memaklumi kepada banyak orang yang belum mengetahui hal ini
sebagai bukti dari efek negatif dari monosodium glutamat secara penuh dari hasil penelitian
dalam 10 tahun terakhir.

MSG merupakan garam natrium dari asam glutamat yang merupakan salah satu asam amino
non-esensial paling berlimpah yang terbentuk secara alami. MSG memiliki Kode HS 29224220
dan Nomor E E621.

Glutamat dalam MSG memberi rasa umami (gurih) yang sama seperti glutamat dari makanan
lain. Keduanya secara kimia identik. Produsen makanan industri memasarkan dan menggunakan
MSG sebagai penguat cita rasa karena zat ini mampu menyeimbangkan, menyatukan, dan
menyempurnakan persepsi total rasa lainnya. Nama dagang untuk monosodium glutamat
termasuk diantaranya AJI-NO-MOTO®, Miwon, Vetsin, dan Ac’cent.

Sejarah Penemuan MSG

Sejarah MSG berawal dari seorang profesor bernama


Kikunae Ikeda (1864 – 1936) asal Jepang, ia adalah seorang profesor dibidang kimia dari Tokyo
Imperial University di Jepang.

Dialah yang mengisolasi asam glutamat sebagai bahan rasa baru pada tahun 1908 dari ganggang
laut bernama Laminaria japonica dan kombu, (sejenis ganggang atau rumput laut) dengan
ekstraksi air dan kristalisasi, dan menamai rasa ini dengan nama: umami (rasa khas MSG).

Lalu ia meneliti bahwa kaldu Jepang bernama katsuobushi (nama jenis makanan awetan
berbahan baku ikan cakalang atau disebut juga katsuo) dan kombu (sejenis ganggang atau
rumput laut) memiliki rasa yang berbeda dari rasa yang pernah ada pada waktu itu.

Keduanya mempunyai rasa tidak biasa dan secara ilmiah rasanya belum dideskripsikan serta
berbeda dari rasa yang telah ada yaitu rasa manis, asin, asam, dan pahit.
Katsuobushi yang sudah diserut, salah satu bahan pembuat MSG. (wikipedia)

Untuk memverifikasi bahwa glutamat yang diionisasi adalah penyebab rasa umami, maka
profesor Ikeda mempelajari berbagai sifat rasa garam glutamat seperti kalsium, kalium, dan
magnesium glutamat.

Semua garam menghasilkan rasa umami selain ada juga rasa logam tertentu akibat adanya
mineral lain dalam garam tersebut.

Diantara garam-garam itu, sodium glutamat adalah yang paling mudah larut dan sedap, serta
mudah dikristalkan.

Dari hasil penemuannya itulah, maka Profesor Kikunae Ikeda adalah sebagai orang pertama yang
telah berhasil menemukan senyawa kimia sekaligus juga dikenal sebagai orang pertama yang
berhasil memberikan rasa umami (gurih) tersebut pada tahun 1908.

Kombu (sejenis ganggang atau rumput laut) salah satu bahan pembuat MSG. (wikipedia)

Ikeda menemukan suatu senyawa asam glutamat yang bisa membuat rasa enak dan gurih ini
untuk masakan campuran rumput laut, tomat, dan daging.

Lalu, Profesor Ikeda menamai produk ini ‘monosodium glutamat’ dan mengajukan paten untuk
membuat MSG.

Kemudian keluarga Suzuki bersaudara memulai produksi MSG komersial pada tahun 1909
sebagai AJI-NO-MOTO®, yang dalam bahasa Jepang berarti “intisari rasa“, dan ini merupakan
kali pertama monosodium glutamat diproduksi di dunia.

Penelitian Terbaru Terhadap Dampak MSG Dalam 10 Tahun Terakhir

Sebuah meta-analisis yang diterbitkan pada tahun 2006 (Freeman, 2006), mengenai evaluasi
keamanan monosodium glutamat, masih menyatakan bahwa banyak penelitian yang diterbitkan
termasuk pada tahun 2000 lalu dalam Journal of Nutrition (penelitian Walker & Lupien, 2000)
juga telah ditemukan dan menyatakan tidak ada data klinis untuk mencurigai adanya efek negatif
yang nyata terhadap MSG.
MSG membuat dampak Obesitas yang tak menyehatkan.

Namun ternyata, bukti bahaya yang baru mulai bermunculan pada tahun 2006, yang pertama
muncul adalah dalam percobaan oleh model tikus.

Pada penelitian itu telah menunjukkan hasil yang nyata yaitu kerusakan hati dan otak setelah
MSG dosis serendah 4 mg/kg dicampurkan dan kerusakan itu dapat dikurangi dengan
menggunakan vitamin C (penelitian Farombi et al, 2006).

Tahun 2006 tampaknya menjadi tahun penting, ketika penelitian ini beralih dengan menunjukkan
efek yang meyakinkan hingga MSG dosis serendah 30 mg/kg pun dapat beresiko dan melupakan
efek negatif dosis yang lebih masuk akal sebelumnya, yaitu sebesar 4 mg/kg.

Dua tahun sesudahnya pada tahun 2008, sebuah studi masuk ke dalam Journal of
Autoimmunology, memperkuat temuan yang menunjukkan adanya kerusakan hati, dan juga
menunjukkan peran dalam memberikan kontribusi untuk obesitas pada model tikus (penelitian
Nakanishi et al, 2008).

Efek samping MSG pada tikus membuatnya menjadi gemuk penuh lemak yang tak sehat dan
membuat hati menjadi bekerja lebih keras..

Kerusakan pada hati sekali lagi dikonfirmasi pada tahun 2009, kali ini berkontribusi terhadap
penyakit hati berlemak non-alkohol atau non-alcoholic fatty liver disease (penelitian Collison et
al, 2009).
Semua bukti itu semakin menguatkan, karena baru-baru ini ditemukan terkaitnya MSG dengan
kelebihan berat badan (overweight) yang menghasilkan obesitas dalam studi populasi di Cina
(penelitian Xun et al, 2011).

Kerusakan hati sekali lagi dikonfirmasi baik pada tahun 2011 dalam model tikus lain, yaitu
tentang efek jangka panjang dari MSG terhadap hati tikus putih setelah terpapar neo–natal
(penelitian Bhattacharva et al, 2011)

Dan kerusakan hati juga terjadi pada model tikus lain


melalui studi histokimia dari pengaruh MSG pada hati tikus Wistar dewasa (penelitian Eweka et
al, 2011).

Lalu ada pula sebuah studi kasus yang diverifikasi lagi pada tahun 2012 dengan model kucing,
tentang penyakit non-alkohol hati berlemak yang mengunduksi efek pengaruh makanan MSG
pada penyakit trans lemak-induksi (penelitian Collison et al, 2012).

Sejak tahun 2012, MSG telah digunakan dalam percobaan untuk menyebabkan kerusakan hati
atau otak (penelitian Horvath et al, 2013) yang menyelidiki perkembangan saraf dengan
menggunakan MSG untuk menghambat pengembangan syaraf secara tepat.

Sekarang cukup jelas bahwa dampak negatif MSG pada dasarnya telah “menghajar secara
perlahan” minimal hati dan otak semua hewan mamalia, termasuk kepada manusia tanpa kecuali,
dan bukan hanya orang-orang yang hipersensitif.

Untuk menempatkan masalah yang mengerikan ini dalam perspektif kita adalah: kita telah
beralih dari menyimpulkan melalui meta-analisis bahwa MSG memiliki efek nyata negatif jika
menggunakannya dan menyebabkan masalah neurologis dalam model tikus.
Sains memang tidak sempurna, dan seakan sering “termakan oleh waktu” selama bertahun-tahun
untuk dapat menentukan suatu dampak yang ternyata kedepannya dapat berjangkauan secara
lebih luas efeknya terhadap banyak zat aditif (zat tambahan) lainnya di dalam makanan kita.

Meskipun hasil penelitian oleh pakar-pakar laboratorium ini merupakan temuan baru, namun
anehnya pihak Badan Pengawasan Makanan AS atau FDA (Food and Drug Administration)
masih tidak memperbarui sikap mereka sejak tahun 2012 lalu! Hal ini terbukti dari informasi
berdasarkan situs mereka yang tak lagi ter-updated hingga kini, dan masih menyatakan bahwa
MSG umumnya tak berbahaya dan aman!

Begitu juga info mengenai MSG pada laman wikipedia yang mengkonfirmasi bahwa FDA (Food
and Drug Administration) di AS itu, masih mengklasifikasikan MSG sebagai Generally
Recognized as Safe (GRAS /atau secara umum diakui aman) dan di Uni Eropa digunakan sebagai
zat tambahan makanan, lalu akhirnya mendunia.
MSG (monosodium glutamate), GMO (genetical modified organism), aspartame (pemanis
buatan), flouride, penyadapan dan chemtrail adalah agenda elite dunia untuk memantau perilaku
manusia, membuat pemikiran manusia berubah anarkis, terjangkit penyakit dan memperpendek
umur manusia.

Banyak penelitian lain yang muncul, juga menyatakan bahwa aspartam (pemanis buatan)
memiliki dampak negatif terhadap sejenis flora di dalam usus kita yang berguna bagi manusia.

Namun semua efek berbahaya itu menjadi tidak mengejutkan lagi bagi kebanyakan orang, walau
telah terbukti banyak zat aditif (zat tambahan) pada makanan lain yang umumnya kita makan,
ternyata telah ditemukan dampak biologinya terhadap kesehatan kita, tapi anehnya justru kita
tidak mau mengantisipasinya.
Hal ini sangat mungkin karena efeknya cenderung lama
bahkan menahun, namun dengan pasti, terbukti dari pasien dan penderitanya yang selalu
bertambah dan semakin bertambah dari tahun ke tahun, seperti yang ditunjukkan dalam sebuah
studi baru-baru ini ketika menyelidiki efek neurologis (syaraf) akibat dari MSG dan aspartam (
penelitian Abu-Taweel GM et al, 2014 ).

Itulah semua hasil penelitian oleh para ahli-ahli farmasi dan laboratorium di dunia selama
beberapa tahun terakhir tentang dampak MSG bagi tubuh kita.

Walau sudah dibukukan bahkan banyak terdapat di internet, namun hasil penelitian mereka
seakan “ditelan” oleh Bumi dan tak diangkat kepermukaan.

Inilah salah satu bukti lagi, bahwa Depopulasi Dunia memang sudah dijalankan untuk
memangkas populasi manusia secara massive agar jauh lebih sedikit akibat semakin minimnya
sumber daya dan stok pangan di Bumi yang tak lagi dapat menyuplai seluruh umat manusia di
dunia. Semoga bermanfaat. (IndoCropCircles)

Anda mungkin juga menyukai