Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anak adalah harta yang paling berharga bagi suatu keluarga. Setiap keluarga
akan sangat menyayangi anak-anaknya karena anak merupakan darah daging dari
kedua orang tua itu sendiri. Selain itu anak adalah orang yang akan melanjutkan
keturunan sebuah keluarga. Oleh karena itu setiap orang tua tidak akan mau apabila
anak mereka sakit.
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
(Smeltzer 2002 : 611) Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel,
terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves,
2001 : 48). Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang
dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan
nafas). (Polaski : 1996). Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang
dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996). Asma
adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne :
2001). Dari semua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu
penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai
dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah konsep teori dan asuhan keperawatan yang tepat pada Asma
Bronchial.
1.3. Tujuan Umum
Tenaga Medis mengetahui bagaimana konsep teori serta asuhan keperawatan
yang tepat untuk pasien dengan kasus Asma Bronchial.

1
1.4. Tujuan Khusus
- Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan data
obyektif pada pasiem dengan Asma Bronchial.
- Mampu menganalsa data yang diperoleh.
- Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Asma
Bronchial
- Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perawatan yang
ditentukan.
- Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilaksanakan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Definisi
Asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang
bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan
respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan
penyempitan jalan nafas.

II.2. Etiologi atau Penyebab


 Adanya kontraksi otot di sekitar bronkhus sehingga terjadi penyempitan
jalan nafas.
 Adanya pembengkakan membrane bronkhus.
 Terisinya bronkus oleh mokus yang kental
Beberapa Faktor Predisposisi dan Presipitasi timbulnya serangan Asma
Bronkhial.
 Faktor Predisposisi
Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit
alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu
hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
 Faktor Presipitasi
1) Alergen Dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Inhalan: masuk saluran pernafasan. Seperti : debu, bulu binatang, bakteri
dan polusi.
b. Ingestan, masuk melalui mulut. Seperti : makanan dan obat-obatan.
c. .Kontaktan. Yang masuk melalui kontak dengan kulit.

3
Seperti : 1) Perhiasan, logam,dan jam tangan.

2) Perubahan cuaca Cuaca lembab atau dingin juga menpengaruhi


asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan
dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim
bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan
debu.
3) Stress. Stress dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stress perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan
masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka
gejala asmanya belum bisa diobati.
4) Lingkungan Kerja. Lingkungan Kerja juag menjadi penyebab
terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia
bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan,
industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik
pada waktu libur atau cuti.

5) Olah raga atau aktivitas yang berat. Sebagian besar penderita asma
akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau
aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktifitas tersebut.

II.3. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3
tipe, yaitu:

4
 Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh
faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu
binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma
ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi.
 Intrinsik (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi
terhadap penctus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya
waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema.
Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
 Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

II.4. Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing.
Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang
sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan
tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah
ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada
beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
 Tingkat I Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi
paru. Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan
test provokasi bronkial di laboratorium.
 Tingkat II Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada
klien setelah sembuh serangan.

5
 Tingkat III Tanpa keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan
adanya obstruksi jalan nafas.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak
diteruskan mudah diserang kembali.
 Tingkat IV Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
 Tingkat V Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa
serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap
pengobatan yang lazim dipakai. Asma pada dasarnya merupakan penyakit
obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul
gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran,
penderita tampak letih, takikardi.

II.5. Patofisiologi
 Spasme otot bronkus Inflamasi dinding bronchus Edema Sumbatan mukus
Obstruksi saluran nafas (bronkhospasme) Alveoli tertutup
 Tidak efektif bersihan jalan nafas
 Penyempitan jalan nafas Peningkatan kerja pernafasan Hipoksemia
 Gangguan pola nafas Asidosis metabolik Kurang pengetahuan
 Penurunan masukan oral
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
 Peningkatan kebutuhan oksigen Hiperventilasi Retensi CO
 Asidosis respiratorik Intoleransi aktivitas

II.6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah mengancam
pada gangguan keseimbanga asam basa dan gagal nafas, pneumonia, bronkhiolitis,
chronic persistent bronchitis, emphysema.

II.7. Pemeriksaan Penunjang


 Pemeriksaan Laboratorium

6
Pemeriksaan sputum :
a. Untuk menentukan adanya infeksi dan mengidentifikasi pathogen
b. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkhus
Pemeriksaan darah Untuk mengetahui Hiponatremia dan kadar leukosit,
 Pemeriksaan Scanning Paru Untuk menyatakan pola abnormal perfusi pada
area ventilasi(ketidak cocokan/perfusi) atau tidak adanya ventilasi/perfusi.
 Pemeriksaan Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

II.8. Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronkhial :
 Menghilangkan obstruksi jalan nafas.
 Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
 Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit.

7
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal masuk : 11 November 2016


Pukul : 09.30 WIB
III.1. PENGKAJIAN
III.1.1. Data Subyektif
III.1.1.1. Identitas Pasien
 Identitas Klien
Nama : An. S
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Kp.Pangadegan RT 01/03, Desa Pagelaran

 Identitas Penanggung jawab


Nama : Ny.H
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Kp.Pangadegan RT 01/03, Desa Pagelaran
Hubungan dengan klien : Ibu

8
III.1.1.2. Riwayat Kesehatan

 Keluhan Utama : Sesak nafas


 Riwayat Penyakit Sekarang :
Ibu klien mengatakan klien sesak nafas sejak 1 hari sebelum ke puskesmas,
klien tidak batuk, klien ada alergi dingin kemudian oleh ibunya diperiksakan di
Puskesmas, menurut hasil dari pemeriksaan, klien didiagnosa asma sehingga klien
harus menjalani pengobatan dan dokter menganjurkan agar klien dibawa ke RS . Pada
tanggal 11 November 2016 pukul 09.30 WIB oleh keluarga klien dibawa ke IGD RS.
Ibu klien mengatakan klien sesak nafas sejak 2 hari SMRS, klien tidak batuk, terdapat
tarikan dinding dada ke dalam, dan terdengar bunyi wheezing. Klien tampak pucat
dan gelisah. Ibu klien mengatakan klien ada alergi terhadap udara dingin. Di IGD
TTV ; TD : 90/60 mmHg, Nadi : 90 x/menit, Suhu : 37˚C, dan RR : 38 x/menit.
Terapi : Oksigen 2 liter/ menit,infus RL 20 tpm, dan nebulizer. Saat dikaji pada
tanggal 11 November 2016 pukul 11.00 WIB Ibu klien mengatakan klien sesak nafas
sejak 2 hari SMRS, klien tidak batuk, terdapat tarikan dinding dada ke dalam, dan
terdengar bunyi wheezing. Klien tampak pucat dan nafsu makan klien menurun. Ibu
klien mengatakan klien ada alergi terhadap udara dingin. Klien dan ibu klien tampak
gelisah dan cemas. Ibu klien belum mengetahui tentang penyakit asma.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu klien mengatakan jika udara dingin klien merasa sesak tetapi sesaknya
ringan tidak separah ini .Klien belum pernah dirawat di RS.
 Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti klien.
Dan keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti TBC, DM, hipertensi
maupun penyakit serius lainnya.

9
 Riwayat kehamilan
Anak Perempuan dari ibu G1 P1 A0. Selama kehamilan klien, ibu klien
mengatakan tidak mempunyai masalah khusus, paling hanya mual-mual. Ibu klien
selalu memeriksakan kehamilannya ke bidan secara teratur.
 Riwayat Persalinan
Ibu klien mengatakan klien lahir secara normal dan spontan, tidak ada
kelainan bawaan dan tidak mempunyai gangguan selama proses persalinan. Klien
lahir pada usia kehamilan 39 minggu, presentasi bawah kepala, ketuban berwarna
jernih, setelah lahir klien langsung menangis, BBL : 2900 gram.
 Riwayat imunisasi
Klien sudah mendapat imunisasi lengkap : BCG, Polio I, II, III, ; DPT I, II, III
; dan campak.
 Riwayat tumbuh kembang
Ibu klien mengatakan klien tidak mengalami keterlambatan dalam proses
tumbuh kembang.
Perkembangan motorik : klien mampu berjalan dengan tegak, lari-lari kecil,
melompat, dan berdiri dengan 1 kaki selama 3 detik.
Perkembangan sosial : klien mulai mampu menggosok gigi sendiri, dan menncoba
memakai baju.

III.1.1.3. Kebutuhan Dasar

 Pola Persepsi kesehatan atau penanganan kesehatan


Sebelum sakit : Ibu klien megatakan kesehatan memang penting dan klien bila sakit
mudah kerjasama untuk proses penyembuhan dirinya misalnya teratur minum obat,
dan hindari pantangan.
Saat sakit : Ibu klien mengatakan bahwa klien dan dirinya belum mengerti tentang
asma dan bagaimana penanganan dirumah jika klien tiba tiba kambuh.
 Pola Nutrisi / Metabolik

10
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan pasien susah makan, makan 3x sehari porsi
sedikit, dan tidak suka sayur klien hanya makan sedikit nasi dan lauknya saja. Minum
6 gelas per hari. BB : 14,5 kg.

Saat dikaji : Klien makan 2x/sehari sesuai diit dari RS tetapi tidak habis. Minum 4
gelas per hari. BB: 14 kg.
 Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1x sehari warna kuning konsistensi lembek berbau khas, BAK
4-5x perhari warna kuning jernih berbau khas.
Saat dikaji : Klien belum BAB sejak dirawat di RS, BAK 2x, warna kuning berbau
khas.
 Pola Aktivitas / Latihan
Sebelum sakit : Klien aktif bermain dengan teman sebayanya.
Saat dikaji : Klien dibantu oleh ibunya dalam melakukan aktivitasnya, seperti mandi,
makan, ganti baju, dan pasien hanya terlihat berbaring ditempat tidur.
 Pola Istirahat / tidur
Sebelum sakit : Klien tidur 9 jam sehari, tidur siang kurang lebih 2 jam.
Saat dikaji : Klien susah tidur dan sering terbangun pada malam hari. Lama tidur 7
jam sehari.
 Pola Perseptif Kognitif
Sebelum sakit : Klien dapat melihat dengan normal dan bisa mendengarkan dengan
jelas, dalam pengecapan klien tidak ada masalah, klien bisa mengecap makanan
dengan baik.
Saat dikaji : Klien dapat melihat dengan normal dan bisa mendengarkan dengan
jelas, dalam pengecapan klien tidak ada masalah, klien bisa mengecap makanan
dengan baik.
 Pola Koping/Toleransi stres
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien adalah klien anak periang.

11
Saat dikaji : Klien hanya tiduran dan apabila klien kesakitan klien menangis dan
rewel.
 Pola Konsep diri
Sebelum sakit : Klien dapat melakukan aktifitas sesuai kemampuan.
Saat dikaji : Klien hanya tiduran dan menganggap kondisi nya sedang lemah.
 Pola Seksual dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki, dan tidak ada masalah dalam sistem reproduksi
klien.
 Pola Peran / hubungan
Sebelum sakit : Klien mampu berkomunikasi dengan kata-kata sederhana. Hubungan
klien dengan orangtua dan keluarga baik.
Saat dikaji : Klien lebih nyaman ditemani oleh ibunya.
 Pola Nilai / kepercayaan
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien mulai ikut mengaji di mushola dekat
rumahnya. Klien belum melakukan sholat.
Saat dikaji : Ibu klien mengatakan klien tidak bisa mengaji dan klien hanya bisa
berdoa.
III.1.2. Data Obyektif
III.1.2.1. Pemeriksaan Fisik
 TTV :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 37,5 ˚C
RR : 36 x/menit
 Antropometri :
Lingkar Kepala : 54 cm
Lingkar Lengan atas : 16 cm
BB : 14 Kg
TB : 100 cm

12
 Kepala : mesosepal
 Mata : konjungtiva anemis, sklera Anikterik, reflek terhadap cahaya
pupil isokhor
 Hidung : tidak ada polip, terlihat pernafasan cuping hidung, terpasang
oksigen kanul nasal 2 liter/menit.
 Mulut : bibir terlihat pucat,dan terdapat secret.
 Telinga : normal, tidak ada sekret dan darah
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
 Dada : - Paru
Inspeksi : pergerakan dada cepat, terdapat tarikan dinding
dada ke dalam
Palpasi : retraksi dinding dada sama kanan dan kiri,
terdapat vocal fomitus kanan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : terdapat bunyi wheezing
- Jantung
Inspeksi : tampak ictus cordis
Palpasi : tidak terdapat pembesaran jantung
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 bunyi reguler
- Abdomen :
Inspeksi : bentuk datar
Auskultasi : bising usus 20 x/menit
Palpasi : adanya massa, klien belum BAB.
Perkusi : timpani
 Genetalia : Laki laki, tidak terpasang DC
 Anus : Tidak ada lesi
 Ekstremitas : - Atas : akral hangat, CRT < 3 detik, terpasang infus RL 20
tpm, dan tidak ada gangguan gerak

13
- bawah : tidak ada gangguan gerak.
 Kulit : Turgor kulit normal, tidak ada oedema.

III.1.2.2. Pemeriksaan Penunjang


Tanggal 11 November 2016 pukul 11.00 WIB
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Hemoglobin
10.7 gr/dl
Pria : 13-18 g/dl, wanita 11.5-16.5 g/dl. Wanita hamil: 11- 16.5 g/dl. Anak : 12-34
g/dl
Hematokrit
L 31
%
Leukosit
14.5
10^3/Ul
Eritrosit
4.1
10^6 /Ul
Diffferent count
0.10/1.40/49.60/40.50/0.40
Basofil : 0-2 %, eosinofil : 1-3%, netrofil batang : 1-6%, netrofil segmen: 4-6 %,
limfosit 20- 40 %, monosit: 1-8%
MCV
75#
24-102#
MCH

14
26
Pg
MCHC
35 g/dl
20-32 g/dl

III.1.2.3. Terapi
 IVFD RL = 20 tetes/menit
 Oksigen 2 L/menit nasal kanul
 Nebu : Ventolin 4x2,5 mg
 L Bio 2x1 sac
 Diet Gizi seimbang

III.1.2.4. ANALISA DATA


1.Senin,11 november 2016
Jam 11.00

DS :
- Ibu klien mengatakan klien sesak nafas
- Tidak ada batuk
- Terdapat secret yang berlebih
DO :
- RR : 36 x/menit
- Terdengar suara wheezing
- Terdapat pernafasan cuping hidung
- Terdapat tarikan dinding dada ke dalam
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Ketidakmampuan mengeluarkan secret pada jalan nafas

15
2. Selasa,12 november 2016
Jam 11.00

DS :
- Klien dan Ibu klien mengatakan cemas
- Klien sulit tidur
- Klien susah makan
DO :
- Klien tampak gelisah dan rewel
Ansietas
Perubahan status kesehatan

3. Rabu,13 november 2016


Jam 11.00

DS :
- Klien mengatakan klien dan keluarga belum mengetahui tentang penyakit asma
- Klien dan keluarga tampak cemas
DO :
- Keluarga tampak bingung
- Ibu klien bertanya-tanya tentang penyakit asma

III.1.2.5. INTERVENSI KEPERAWATAN


Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1.
11 November 2016
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan klien mampu :
Indikator
- RR

16
- Irama nafas
- Mampu membersihkan secret
- Mampu mengeluarkan sputum
1. Pantau status pernafasan klien
2. Pertahankan oksigen 2 liter/menit
3. Tempatkan posisi yang nyaman : semi fowler
4. Anjurkan klien untuk banyak minum air hangat
5. Latih batuk efektif
6. Lakukan suction
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat bronkodilator sesuai indikasi

11 November 2016
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien mampu:
Indikator
1. Klien dan keluarga, Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat)
2. Melibatkan anak dalam bermain
3. Berikan rasa nyaman
4. Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah
5. Libatkan keluarga untuk menenangkan klien

1. Jelaskan proses penyakit


2. Berikan penkes
3. Instruksikan untuk latihan nafas, batuk efektif dan latihan kondisi umum
4. Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi

17
BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan
 Asma bronkhial adalah suatu penyakit gangguan jalannya nafas obstruktis yang
bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkopasme,
meningkatkan respon trakea dan brontus terhadapberbagai rangsangan yang
menyebabkan penyempitan jalannya nafas.
 Berdasarkan penyebabnya, Asma Bronkhial dapat dikalsifikasikan menjadi 3
tipe, yaitu : 1. Ekstrinstik (Alergik).
2. Instrinsik (Non Alergik).
3. Asma Gabungan.
 Pencegahan asma dapat dilakukan dengan :
1. Menjauhi alergen
2. Menghindari kelelahan
3. Menghindari stress
4. Mencegah/mengobati ISPA
5. Olah raga senam Asma

18

Anda mungkin juga menyukai