Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG


1. 1. Data fokus yang dibutuhkan untuk pasien pertama kunjuangan.
A. Identitas (Nama, umur dan alamat)
B. Gravida dan para
C. Hari pertama haid terakhir
D. Riwayat menstruasi
E. Riwayat penyakit
F. Riwayat kehamilan sekarang
 Apakah inu pernah melakukan pemeriksaan antenatal? Jika ya,periksa kartu

asuhan antenatalnya.
 Pernahkah ibu mendapat masalah selamakehamilannya (misalnya : perdarahan,

hypertensi,dll).
 Kapan dimulainya kontraksi? Sejak jam berapa?

 Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi?

 Apakah selaput ketuban sudah pecah?jika ya, apa warna cairan ketubannya?

Kapan saan selaput ketubannya pecah?


 Apakah sudah keluar cairan atau lendir dari vagina dan bercampur darah?

1. Riwayat nutrisi
 Kapan ibu terakhir makan?

 Kapanibu terakhirminum?

1. Riwayat eliminasi
 Kaan ibu terakhir buang air besar?

 Kapan ibu terakhir buang ar kecil?

(Referensi :Asuhan Persalinan Normal, Hal 39)

1. 2. Cara komunikasi kepada pasien menanyakan tentang “HPHT”


B : “ Ibu masih ingat menstruasi hari terakhir sebelum hamil?”

Jika ibu tetap tidak ingat, maka tanyakan hari-hari besaryang bertepatan pada bulan
yang bertepatan pada HPHT.

Jika ibu tetap masih tidak ingat maka tanyakan tanggalnya, “tanggalnya awal,
pertengahan, atau diakhir?”

1. 3. Apa saja yang dinilai pada saat ketuban pecah?


Nilai air kondisi ketuban, setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah.Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai
dibawah lajur DJJ. Dengan lambing-lambang sebagai berikut:
U= selaput ketuban utuh

J= selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M= selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur meconium

D= selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah

K= selaput ketuban sudah pecah tetapi air ketuban tidak mengalir lagi(“ kering”).

Mekonium dalamcairan ketuban tidak selalu menunjukan adanya gawat janin. Jika
terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat
janin selama proses persalinan.Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin
<100 atau >180 kali permenit) maka ibu harus segera dirujuk.
Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujukibu ke tempat yang memiliki
kemampuan penatalaksaan gawatdarurat obstetric dan bayi baru lahir.

(Asuhan Persalinan Normal, hal 58)


Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka perlu
dilakukan tindakan amniotomi.Perhatikan warna air ketuban yang keluar saat
dilakukan amniotomi. Jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka
lakukan persiapan pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukan
adanya hipoksia dalam rahim atau selama proses persalinan.

(Asuhan Persalinan Normal, hal 78)

1. 4. Bagaimana cara menggali data pada keluhan utama?


B : “ ibu, apa yang ibu rasakan pada saat inii,

 sudah terasa mules-mules belum? Jika ya, Sejak kapan mulai terasa mules nya?
 Sudah keluar lender dan darah belum?

1. 5. Tindakan setelah bayi keluar atau dilahirkan


A. Perlindungam TERMAL (Termoregulasi)
Perlunya dilakukan pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena bayi dapat
mengalami hipotemia.Bayii dengan hipotermi sangat berisiko tinggi mengalami
kesakitan berat bahkan kematian.Hipotermia midah terjadi pada bayi yang tubuhnya
dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun didalam
ruangan yang relatif hangat.
Cara mencegah kehilangan panas pada bayi, yaitu:

 Keringkan bayi dengan seksama


Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan
panas yang disebabkan oleh evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi, keringkan bayi
dengan handuk atau kain yang telah disiapkan diatas perut ibu.Mengeringkan dengan
menyeka tubuh bayi juga merupakan rangsangan taktil untuk memulai bayi memulai
pernafasannya.

 Selimuti bayi dengan selimut atau kain yangbersih dan hangat.


Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat ganti handuk atau
kain yang dibasahi oleh cairan ketuban kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut
atau kain yang hangat keringdan bersih. Kain basah didekat tubuh bayi dapat
menyerap panas tubuh bayi melalui proses radiasi. Ganti handuk, selimut atau kain
yang telah basah diganti dengan selimut atau kain yang baru (hangat, bersih dan
kering).

 Selimuti bagian kepala bayi.


Bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian epala bayi memiliki
permukaan yang relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika
bagian tersebut tidak tertutup.

 Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.


Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah
kehilangan panas dan anjurkan ibu untuk menyusui bayinya segera setelah lahir
sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu 1 jam pertama kelahiran.

 Cara menimbang dan memandikan bayi baru lahir.


Karena bayi baru lahir cepat kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak
berpakaian), sebelum melakukan penimbangan selimuti bayi dengan kain atau selimut
bersih dan kering.Berat badan bayi dapat dihitung dari selisih berat bayi saat
berpakaian/diselimuti dikurangi berat kain/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan 6 jam
setelah lahir. Memandikan bayi pada jam pertama setelah kelahiran dapat
menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatannya.
 Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.

Idealnya bayi yang baru lahir ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya
cara ini adalah cara paling mudah untuk menjaga bayi tetap hangat.

1. Pemeliharaan Pernafasan
 Membersihkan saluran nafas memastikan permulaan pernfasan.

Proses penurunan melalui jalan lahir menyebabkan kompresi dinding dada,


mengakibatkan pembuangan cairan dari mulut dan hidung. Bila kepala keluar dari
vagina, dokter harus menggunakan handuk atau kain kassa untuk membuang sekresi
dari muka.Selain itu suatu penyedot lender dapat digunakan untuk menyedot secret
dari faring lewat mulut.Penyedot lender tidak boleh digunakan untuk penyedotan
hidung karena perangsangan hidung dapat menginisiasi hembusan nafas dan dapat
menyebabkan terjadinya bradikardia dan juga dapat menyebabkan aspirasi meconium.

 Membuat saluran nafas.


Pernafasan biasanya dimulai beberapa detik dari kelahiran tetapi mungkin tertunda
selama sampai 60 detik.Bila taka da data klinik untuk menunjukan suatu kelainan
biokimia (hipoksia asidosis) yang terbaik biasanya mengambil kebijaksanaan untuk
untuk menunggu dan memberi kesempatan kepada bayi untuk bernafas secara
spontan.
 Memulai pernafasan.

Pada setiap bayi dengan kemungkinan asfiksia yang tinggi maka penyedotan saluran
nafas harus dimulai setelah kelahiran kepala.Bayi yang mengalami sesak nafas
biasanya mempunyai mekonium yang terdapatdalam saluran nafas bagian atas, yang
harus dibersihkan dengan kateterpenyedot oral sebelum kelahiran bahu.Segerasetelah
kelahiran bayi, suatu pipa endotrakeal harus dimasukan untuk membuang lender yang
kental atau mekonium dari trakea dan saluran nafas bagian atas.
1. Pemotongan Tali Pusat
Pemotongan dan pengikatan tali pusat menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara
ibu dengan bayi, dan ini sangat tergantung dari pengalaman seorang ahli kebidanan.
Pemotongan sampai denyut nadi tali pusatterhenti dapat dilakukan pada bayi normal,
sedangkan pada bayi gawat perlu dilakukan pemotongan tali pusat secepat mungkin
agar dapat dilakukan pemotongan tali pusat secepat mungkin dengan kocher kira-kira
3 cm dan sekali lagi kira-kira 5cm dari pusat, pemotongan dilakukan diantara kedua
tali penjepit tersebut. Kemudian bayi diletakan diatas kain bersih atau steril dan
hangat, juga ditempatkan ditempat tidurnya, setelah itu dilakukan pengikatan tali
pusat dengan beberapa cara, :

 Alat penjepit plastik yang khusus dibuat untuk tali pusat dipasang 1 cm
dibawah alat penjepit yang sudah yang sudah dipasang terlebih dahulu. Alat
penjepit plastik ini tetap memberikan tekanan pada tali pusat,
walaupun Wharton’s jellymengkerut dan kemudian dibuang bersama dengan
lepasnya tali pusat.
 Pita dari bahan nilon yang sangat kuat dan yang disimpan dalam bungkus steril

diikat rangkap dalam tali pusat seerat-eratnya sehingga tidak mudah lepas, dan
terus menekan tali pusat, walaupun Wharton’s jelly sudah kering. Pita ini
dibuang bersaam dengan lepasnya tali pusat.
 Benang katun steril diikat rangkap dua pada tali pusat. Pengikatan dengan

benang katun steril ini tidak tidak menjamin penekanan yang terus menerus
pada tali pusat. Walaupun pada permulaan ikatannya sudah baik, tetapi karena
tali pusat mengkerut, ikatan bias menjadi longgarsehingga memungkinkan
terjadinya perdarahan. Untuk mencegah hal tidak diinginkan ini haruslah
dilakukan observasi yang berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu Selama 48
jam. Perdarahan tidaktidak mungkin terjadi pada pemakaian alat penjepitplastik
dan pita nilon karena terjadi penekanan yang terus menerus pada tali pusat.
1. Evaluasi Nilai APGAR
Penilaiankeadaan umum bayi dinilai satu menit setelah lahir dengan penggunaan nilai
APGAR.Penilaian ini pelu untuk menilai bayi apakah bayi menderita asfiksia atau
tidak. Adapun penilaian meliputi frekuensi jantung (Heart Rate), usaha nafas
(Respiratory Effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (color), dan reaksi terhadap
rnagsangan (Respon to Stimuly) yaitu dengan memasukan kateter ke lubang hidung
setelah jalan nafas dibersihkan.
Penilaian 0 1 2 Jumlah Na

Seluruh
Apperance
Badan tubuh
(warna kulit)
merah,ekstermitas kemerah-
Pucat biru merahan

Pulse
Rate(frekuensi Lebih dari
denyut nadi) Tidak ada Kurang dair 100 100
Grimace Sedikit gerakan Batuk/
(rangsangan) Tidak ada mimic bersin

Tidak ada
Ekstermitas
Activity dalam sedikit Gerakan
(Tonus otot) fleksi aktif

Respiration Lemah/ tidak Baik/


(pernafasan) Tidak ada teratur menangis

(Fitramaya,Perawatan Ibu Bersalin, hal 177)

1. 6. Manajemen Aktif Kala III


A. Pemberian oksitosin 10 U
 Sebelum memberikan oksitosin, bidan harus melakukan pengkajian dengan

melakukan palpasi pada abdomen untuk meyakinkan hanya ada bayi tunggal,
tdak ada bayi kedua
 Dilakukan pada 1/3 paha bagian luar

 Bila 15 menit placenta belum lahir, maka berikan oksitosin ke-2 evaluasi

kandung kemih apakah penuh.bila penuh lakukan kateterisasi.


 Bila30 menit belum lahir, maka berikan oksitosin ke-3 sebanyak 10 mg dan

rujuk pasien
1. Penegangan tali pusat terkendali
 Klem dipindahkan 5-10 cm dari vulva

 Tangan kiridiletakan diatas perut memeriksa kontraksi uterus. Ketika

menegangkan tali pust, tahan uterus.


 Saat ada kontraksi uterus, tangan diatas perut melakukan gerakan dorso kranial

dengan sedikit tekanan. Cegah agar tidak terjadi iversio uteri.


 Ulangi lagi bila plasenta belum lepas.

 Pada saat placenta sudah lepas, ibu dianjurkan sedikit meneran dan penolong

sambil terus menegakan talipusat.


 Bila placenta sudah tampak lahir divulva, lahirkan dengan ke-2 tangan. Perlu

diperhatikan bahwa selaput placenta mudah tertinggal senghiga untuk


mencegah hal itu maka placenta ditelungkapkandan diputar dengan hati-hati
searah dengan jarum jam.
1. Masase Fundus uteri
 Tangan diletakkan diatas fundus uteri
 Gerakan tangan dengan pelan,sedikit ditekan, memutar searah jarum jam. Ibu
diminta bernafas dalam untuk mengurangi ketegangan atau rasa sakit.
 Kaji kontraksi uterus 1-2 menit, bombing pasien dan keluarga untuk melakukan

masase uterus.
 Evaluasi kontraksi uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan 30 menit

pada jam ke-2.


(Fitramaya, Perawatan Ibu Bersalin, hal147-149)

1. 7. Bagian apa saja yang tidak boleh dikeringkan?


Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit
takanan.Rangsangan ini dapat memulai pernafasan bayi atau bernafas lebih baik.

(Asuhan Persalinan Normal, hal 115.


1. 8. Penyebab perdarahan primer dan skunder
A. Perdarahan primer
Yaitu terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri,
berbagai robekan jalan lahir dan sisa sebagian placenta, bias juga karena inversion
uteri.

1. Perdarahan sekunder
Yaitu terjadi setelah 24 jam persalinan, biasanya oleh karena sisa placenta

(Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, hal 524 tahun 2008)

1. 9. Pemantauan dan Evaluasi lanjut kala IV


A. Tanda Vital
Pemantauan tanda vital pada perslinan kala IV antara lain :

 Kontraksi uterus harus baik


 Tidak ada perdarahan dari vagina atau alat genetalia lainnya
 Placenta dan selaput ketuban harus setelah lahir lengkap
 Kandung kencing harus kosong
 Luka-luka pada perineum harus terawatt baik dan tidak terjadi hematoma
 Bayi dalam keadaan baik
 Ibu dalam keadaan baik
Pemantauan tekanan darah pada ibu pasca persalinan digunakan untuk memastikan
bahwa ibu tidak mengalami syok akibat banyak mengeluarkan darah.

1. Kontraksi Uterus
Pemantauan adanya kontraksi uterus sangatlah penting dalam asuhan persalinan kala
IV dan perlu evaluasi lanjut setelah placenta lahir yang berguna untuk memantau
terjadinya perdarahan.

1. Lochea
Melalui proses katabolisme jaringan, berat uterus dengan cepat menurun dari sekitar
1000gr pada saat kelahiran menjadi sekitar 50 gr pada saat 3 minggu masa nifas.
Servic juga kehilangan elastisitasnya dan menjadi kaku seperti sebelum
kehamilan.Selama beberapa hari pertama setelah kelahiran secret Rahim atau lochea
tanpak merah (lochea Rubra) karena adanya eritrosit.Setelah 3-4 hari, lochea menjadi
lebih pucat (lochea serosa), dan dihari ke-10 lochea tanpak putih atau putih
kekuningan (lochea Alba.Lochea yang berbau busuk diduga adanya suatu
endrometriois.

1. Kandung kemih
Pada saat setelah placenta keluar kandung kencing harus diusahakan kosong agar
uterus dapat berkontraksi dengan kuat yang berguna untuk menghambat terjadinya
perdarahan lanjut yang berakibat fatal bagi ibu.

1. Perineum
Terjadinya laserasi atau robekan perineum dan vagina dapat diklasifikasikan
berdasarkan luasnya robekan. Robekan perineum hampir terjadi pada semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Hal ini dapat
dihindarkan atau dikurangi dengan cara menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui
oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan
ditahan terlalu kuat dan lama.

1. Perkiraan darah yang hilang


Perkiraan darah yang hilang sngat penting artinya untuk keselamatan ibu, namun
untuk menentukan banyaknya darah yang hilang sangatlah sulit karena darah sering
kali bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap kain, handuk
atau sarung.Sulitnya menilai kehilangan darah secara akurat melalui penghitungan
jumlah sarung, karena ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin telah diganti
jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah.

(Referensi fitramaya ibu bersalin hal 167-170)

1. 10. Perbedaan Pemeriksaan vagina dan Pemeriksaan Dalam


A. Pemeriksaan Vagina
Pemeriksaan dapat dimulai dengan perabaan glandula bartholini dengan jari-jari dari
luar, yang kemudian diteruskan dengan perabaan antara 2 jari didalam vagina dan ibu
jari diluar.Dicari apakah ada bartholinitis, abses, atau kista.Dalam keadaan normal
kelenjar bartholin tidak dapat diraba apabila ada urethritis gonoroeika, maka nanah
tampak lebih jelas keluar dari orifisium uretra eksternum jika dinding belakang uretra
diurut dari dalam keluar dengan jari-jari yang berada didalam vagina.Glansula
parauretralis perlu pula diperhatikan.Selanjutnya, diperiksa keadaan perineum,
bagaimna tebalnya, tegangnya, dan elastisitasnya.
1. Pemeriksaan Dalam
Himen yang masih utuh atau kaku (himen rigidus) merupakan kontraindikasi bagi
pemeriksaan dalam per vaginam.Apabila tidak demikian halnya, sebaiknya 2 jari
dimasukan ke dalam vagina. Diperiksa apakah introitus vagina dan vagina sempit atau
luas, apakah dinding vagina licin atau kasar, bergaris-garis melintang (rugae
vaginales) apakah teraba polip, tumor (kista saluran gartner atau saluran muller,
carcinoma primer atau metastasis koriokarsinoma), atau benda asing, apakah ada
kelainan bawaan, seperti septum vagina, apakah puncak vagina teraba kaku oleh
jaringan parut atau karsinoma servisis uteri tingkat II dan III.

dan juga kita bisa meraba konstitensi portio yaitu lunak atau keras, serta melihat
pembukaan servic, menilai ketuban sudah pecah atau belum, dan menilai seberapa
jauh penurunan kepala.

(referensi : ilmi kandungan sarwono tahun 2008 jakarta hal 149)

1. 11. Rumus Negle (rumus menghitung usia kehamilan)


Rumus Negle terutama untuk menentukan hari perkiraan lahir (HPL, EDC= Expected
DateOf Confinement). Rumusini terutama berlaku untuk wanitu dengan siklus 28 hari
sehingga ovulasi terjadi pada hari ke-14.Caranya yaitu tanggal hari pertama
menstruasi terakhir (HPM) ditambah 7 dan bulan dikurangi 3.

Anda mungkin juga menyukai