asuhan antenatalnya.
Pernahkah ibu mendapat masalah selamakehamilannya (misalnya : perdarahan,
hypertensi,dll).
Kapan dimulainya kontraksi? Sejak jam berapa?
Apakah selaput ketuban sudah pecah?jika ya, apa warna cairan ketubannya?
1. Riwayat nutrisi
Kapan ibu terakhir makan?
Kapanibu terakhirminum?
1. Riwayat eliminasi
Kaan ibu terakhir buang air besar?
Jika ibu tetap tidak ingat, maka tanyakan hari-hari besaryang bertepatan pada bulan
yang bertepatan pada HPHT.
Jika ibu tetap masih tidak ingat maka tanyakan tanggalnya, “tanggalnya awal,
pertengahan, atau diakhir?”
K= selaput ketuban sudah pecah tetapi air ketuban tidak mengalir lagi(“ kering”).
Mekonium dalamcairan ketuban tidak selalu menunjukan adanya gawat janin. Jika
terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat
janin selama proses persalinan.Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin
<100 atau >180 kali permenit) maka ibu harus segera dirujuk.
Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujukibu ke tempat yang memiliki
kemampuan penatalaksaan gawatdarurat obstetric dan bayi baru lahir.
sudah terasa mules-mules belum? Jika ya, Sejak kapan mulai terasa mules nya?
Sudah keluar lender dan darah belum?
Idealnya bayi yang baru lahir ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya
cara ini adalah cara paling mudah untuk menjaga bayi tetap hangat.
1. Pemeliharaan Pernafasan
Membersihkan saluran nafas memastikan permulaan pernfasan.
Pada setiap bayi dengan kemungkinan asfiksia yang tinggi maka penyedotan saluran
nafas harus dimulai setelah kelahiran kepala.Bayi yang mengalami sesak nafas
biasanya mempunyai mekonium yang terdapatdalam saluran nafas bagian atas, yang
harus dibersihkan dengan kateterpenyedot oral sebelum kelahiran bahu.Segerasetelah
kelahiran bayi, suatu pipa endotrakeal harus dimasukan untuk membuang lender yang
kental atau mekonium dari trakea dan saluran nafas bagian atas.
1. Pemotongan Tali Pusat
Pemotongan dan pengikatan tali pusat menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara
ibu dengan bayi, dan ini sangat tergantung dari pengalaman seorang ahli kebidanan.
Pemotongan sampai denyut nadi tali pusatterhenti dapat dilakukan pada bayi normal,
sedangkan pada bayi gawat perlu dilakukan pemotongan tali pusat secepat mungkin
agar dapat dilakukan pemotongan tali pusat secepat mungkin dengan kocher kira-kira
3 cm dan sekali lagi kira-kira 5cm dari pusat, pemotongan dilakukan diantara kedua
tali penjepit tersebut. Kemudian bayi diletakan diatas kain bersih atau steril dan
hangat, juga ditempatkan ditempat tidurnya, setelah itu dilakukan pengikatan tali
pusat dengan beberapa cara, :
Alat penjepit plastik yang khusus dibuat untuk tali pusat dipasang 1 cm
dibawah alat penjepit yang sudah yang sudah dipasang terlebih dahulu. Alat
penjepit plastik ini tetap memberikan tekanan pada tali pusat,
walaupun Wharton’s jellymengkerut dan kemudian dibuang bersama dengan
lepasnya tali pusat.
Pita dari bahan nilon yang sangat kuat dan yang disimpan dalam bungkus steril
diikat rangkap dalam tali pusat seerat-eratnya sehingga tidak mudah lepas, dan
terus menekan tali pusat, walaupun Wharton’s jelly sudah kering. Pita ini
dibuang bersaam dengan lepasnya tali pusat.
Benang katun steril diikat rangkap dua pada tali pusat. Pengikatan dengan
benang katun steril ini tidak tidak menjamin penekanan yang terus menerus
pada tali pusat. Walaupun pada permulaan ikatannya sudah baik, tetapi karena
tali pusat mengkerut, ikatan bias menjadi longgarsehingga memungkinkan
terjadinya perdarahan. Untuk mencegah hal tidak diinginkan ini haruslah
dilakukan observasi yang berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu Selama 48
jam. Perdarahan tidaktidak mungkin terjadi pada pemakaian alat penjepitplastik
dan pita nilon karena terjadi penekanan yang terus menerus pada tali pusat.
1. Evaluasi Nilai APGAR
Penilaiankeadaan umum bayi dinilai satu menit setelah lahir dengan penggunaan nilai
APGAR.Penilaian ini pelu untuk menilai bayi apakah bayi menderita asfiksia atau
tidak. Adapun penilaian meliputi frekuensi jantung (Heart Rate), usaha nafas
(Respiratory Effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (color), dan reaksi terhadap
rnagsangan (Respon to Stimuly) yaitu dengan memasukan kateter ke lubang hidung
setelah jalan nafas dibersihkan.
Penilaian 0 1 2 Jumlah Na
Seluruh
Apperance
Badan tubuh
(warna kulit)
merah,ekstermitas kemerah-
Pucat biru merahan
Pulse
Rate(frekuensi Lebih dari
denyut nadi) Tidak ada Kurang dair 100 100
Grimace Sedikit gerakan Batuk/
(rangsangan) Tidak ada mimic bersin
Tidak ada
Ekstermitas
Activity dalam sedikit Gerakan
(Tonus otot) fleksi aktif
melakukan palpasi pada abdomen untuk meyakinkan hanya ada bayi tunggal,
tdak ada bayi kedua
Dilakukan pada 1/3 paha bagian luar
Bila 15 menit placenta belum lahir, maka berikan oksitosin ke-2 evaluasi
rujuk pasien
1. Penegangan tali pusat terkendali
Klem dipindahkan 5-10 cm dari vulva
Pada saat placenta sudah lepas, ibu dianjurkan sedikit meneran dan penolong
masase uterus.
Evaluasi kontraksi uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan 30 menit
1. Perdarahan sekunder
Yaitu terjadi setelah 24 jam persalinan, biasanya oleh karena sisa placenta
1. Kontraksi Uterus
Pemantauan adanya kontraksi uterus sangatlah penting dalam asuhan persalinan kala
IV dan perlu evaluasi lanjut setelah placenta lahir yang berguna untuk memantau
terjadinya perdarahan.
1. Lochea
Melalui proses katabolisme jaringan, berat uterus dengan cepat menurun dari sekitar
1000gr pada saat kelahiran menjadi sekitar 50 gr pada saat 3 minggu masa nifas.
Servic juga kehilangan elastisitasnya dan menjadi kaku seperti sebelum
kehamilan.Selama beberapa hari pertama setelah kelahiran secret Rahim atau lochea
tanpak merah (lochea Rubra) karena adanya eritrosit.Setelah 3-4 hari, lochea menjadi
lebih pucat (lochea serosa), dan dihari ke-10 lochea tanpak putih atau putih
kekuningan (lochea Alba.Lochea yang berbau busuk diduga adanya suatu
endrometriois.
1. Kandung kemih
Pada saat setelah placenta keluar kandung kencing harus diusahakan kosong agar
uterus dapat berkontraksi dengan kuat yang berguna untuk menghambat terjadinya
perdarahan lanjut yang berakibat fatal bagi ibu.
1. Perineum
Terjadinya laserasi atau robekan perineum dan vagina dapat diklasifikasikan
berdasarkan luasnya robekan. Robekan perineum hampir terjadi pada semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Hal ini dapat
dihindarkan atau dikurangi dengan cara menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui
oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan
ditahan terlalu kuat dan lama.
dan juga kita bisa meraba konstitensi portio yaitu lunak atau keras, serta melihat
pembukaan servic, menilai ketuban sudah pecah atau belum, dan menilai seberapa
jauh penurunan kepala.