Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut WHO setiap tahun terdapat 1-1,5 juta bayi di dunia yang
meninggal karena tidak diberi ASI eksklusif. ASI sangat bermanfaat mengurangi
sakit yang berat. Bayi yang diberi susu formula berkemungkinan untuk dirawat di
rumah sakit karena infeksi bakteri hampir 4 kali lebih sering dibanding bayi yang
diberi ASI eksklusif.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan
pemberian ASI di Indonesia saat ini memprihatinkan, persentase bayi yang
menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3 persen. Masalah utama
penyebab rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya,
kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI,
serta jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung Peningkatan
Pemberian ASI (PP-ASI). Masalah ini diperparah dengan gencarnya promosi susu
formula dan kurangnya dukungan dari masyarakat.
Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2006-2007, didapati data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia
dua bulan hanya mencakup 67% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut
menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi. Yakni, 54% pada bayi usia 2-3
bulan dan 19% pada bayi usia 7-9. Yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di
bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan
telah diberi makanan tambahan. Sehingga sekitar 2,6% ibu di Indonesia yang
tidak memberikan ASI Eksklusif akan mengalami kehamilan.
Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, saat ini mulai terlihat
kecenderungan penurunan pemberian ASI. Berdasarkan Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Barat tahun 2008, cakupan ASI Eksklusif di Jawa Barat mencapai 42,35%
(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2008). Suganda (2009) mengemukakan
jumlah balita di Provinsi Jawa Barat tahun 2009 sebesar 3.817.303 dengan

1
persentase balita yang disusui lebih dari 24 bulan sebesar 34,12%, 12-23 bulan
sebesar 39,80 dan kurang dari 12 bulan sebesar 26,08%.

1.2 Identifikasi Masalah

Di wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara, Kota Bogor, untuk program ASI
ekslusif tahun 2014 terjadi kesenjangan sebesar -45,9% dari target sebesar 80%,
sehingga tampak jumlah bayi yang diberi ASI ekslusif masih rendah. Berikut data
yang diterima oleh pihak puskesmas ( Laporan Tahunan Puskesmas Bogor Utara)

Tabel 1.1. Jumlah bayi yang diberi ASI ekslusif Puskesmas Bogor Utara
tahun 2014
DESA TARGET CAKUPAN KESENJANGAN
Cimahpar 80% 35,9% -44,1%
Tanah Baru 80% 31,7% -48,3%
Cibuluh 80% 35,3% -44,7%

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian


Maksud penelitian ini adalah mengetahui gambaran pengetahuan
sikap dan perilaku ibu mengenai pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja
Puskesmas Bogor Utara Kota Bogor tahun 2015.

1.3.2. Tujuan Penelitian ini adalah


1. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang memiliki bayi antara
umur 6 bulan sampai 1 Tahun di wilayah kerja Puskesmas Bogor
Utara.
2. Mengetahui gambaran sikap ibu dalam penerapan pemberian ASI
ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara.
3. Mengetahui gambaran perilaku ibu terhadap pemberian ASI ekslusif di
wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara.

2
1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat :


1. Bagi pihak Puskesmas dan ibu-ibu diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif di
wilayah kerjanya, sehingga langkah untuk menjalankan program ASI ekslusif
dapat berjalan dengan baik.
2. Dari segi masyarakat, diharapkan dapat menjadi masukan kepada ibu-ibu yang
mempunyai anak usia di bawah 6 bulan mengenai pentingnya pemberian ASI
ekslusif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3. Peneliti mengetahui pentingnya pemberian ASI ekslusif dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya serta memberikan masukan kepada penelitian berikutnya
mengenai pentingnya pemberian ASI ekslusif.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ASI Ekslusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang
berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI
tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam
bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan
alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh
kembang yang optimal. Pada tahun 2001 World Health Organization / Organisasi
Kesehatan Dunia menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama
hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa
ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.
ASI adalah cara terbaik agar bayi mendapatkan nutrisi yang tepat,
perlindungan kekebalan dengan cara imunisasi dan curahan kasih sayang.
Pemberian ASI eksklusif pada bayi diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan
(Kepmenkes) Nomor 450 tahun 2004.
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi
hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk,
madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,
pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli U, 2005).

2.2 Manfaat ASI Eksklusif

Manfaat pemberian ASI, khususnya ASI secara Eksklusif bagi bayi,


keluarga, Negara bahkan dunia, sangat banyak untuk disebutkan satu per satu.
Manfaat yang terpenting bagi bayi : (Danuatmaja, Meiliasari, 2003)

4
1. ASI mengandung nutrisi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung zat – zat kekebalan
(antibodi) yang akan melindungi bayi dari berbagai jenis infeksi.
3. Steril, aman dari kuman.
4. Selalu tersedia pada suhu yang tepat, dimana dan kapan saja tanpa
membutuhkan persiapan apapun.
5. Mudah dicerna oleh bayi.
6. Bahaya alergi rendah.
7. Melindungi bayi terhadap diare.
8. Tidak menyebabkan obesitas pada bayi.
9. Karena diperlukan lebih banyak usaha oleh seorang bayi untuk menyusui pada
ibunya dari pada menghisap dot, akibatnya bagi bayi adalah terciptanya
rahang yang terbentuk dengan baik.
10. Pemberian ASI dapat meningkatkan jalinan kasih sayang.
Selain itu menyusui juga mempunyai keuntungan bagi ibu, yaitu:
(Moody,Britten, Hogg, 2001)
1. Dengan menyusui, terjalin hubungan yang lebih erat antara bayi dan ibunya
karena secara alami dengan adanya kontak kulit, bayi merasa aman. Hal ini
sangat penting bagi perkembangan psikis dan emosi bayi.
2. Dengan menyusui menyebabkan rahim berkontraksi sehingga membantu
pengecilan rahim kembali ke ukuran normal (sebelum kehamilan).
3. Pendarahan post partum (sesudah melahirkan) berkurang.
4. Menyusui akan mengurangi kemungkinan menderita kanker payudara pada
masa mendatang,
5. Menyusui membantu ibu menjadi langsing kembali setelah melahirkan
6. Dengan menyusui memperlambat datangnya haid lagi sesudah melahirkan. Ini
berarti mencegah terjadinya kehamilan. Dengan demikian, pemberian ASI
berarti pula mendukung program Keluarga Berencana.
Selain yang disebutkan diatas, keunggulan dan manfaat menyusui dapat
dilihat dari beberapa aspek, yaitu : ( jurnal Medika Vol.XXX, September 2004 )

5
1. Aspek Gizi
Manfaat Kolostrum
 Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama Ig A untuk melindungi
bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
 Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan
bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup
untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus
diberikan pada bayi.
 Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung
karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi
bayi pada hari-hari pertama kelahiran
 Membentu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama
berwarna hitam kehijauan
Komposisi ASI
 ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga
mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat
dalam ASI tersebut.
 ASI mengandung zat-zat gizi yang berkualitas tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi dan anak.
 Selain mengandung protein tinggi, ASI memiliki perbandingan antara
Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi. Protein ASI yang utama
adalah Whey yang merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan
Casein yang terdapat dalam susu sapi.
ASI mengandung Whey lebih banyak dari Casein yaitu 60:40. komposisi
ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap
Komposisi Taurin, DHA, dan AA pada ASI
 Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI
yang berfungsi sebagai neuro-trasmitter dan berperan penting untuk
proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa
defisiensi Taurin menyebabkan gangguan retina pada mata.

6
 Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam
lemak tak jenuh rantai panjang (polyusanturated fatty acids) yang
diperlukan untuk pembentukkan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA
dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan
kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat
dibentuk dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing
dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).
2. Aspek Imunologik
 ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi
 Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup
tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri
pathogen E.coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
 Laktoferin yaitu jenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan
yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
 Lysosim, enzyme yang melindungi bayi terhadap bakteri (E.coli dan
Salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak
dari pada susu sapi.
 Sel darah putih, pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per
mil. Terdiri dari 3 macam yaitu : Bronchus Associated Lympocyte Tissue
(BALT) antibodi saluran pernafasan, Gut Associated Lympocyte Tissue
(GALT) antibodi saluran pencernaan, dan Mammary Associated
Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
 Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,
menunjang partumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini
menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang merugikan.
3. Aspek Psikologik
 Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui
dengan produksi ASI yang mencukupi. Menyusui dipengaruhi oleh
emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi
hormon Oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI

7
 Interaksi ibu dan bayi : pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi
tergantung dari kesatuan-kesatuan ibu bayi tersebut.
 Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi
karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact).
Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan
tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak
bayi masih dalam rahim.
4. Aspek kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan system saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
5. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi saraf menelan, menghisap dan
bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
makanan bayi sampai berumur 6 bulan. Dengan demikian akan menghemat
pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya
7. Aspek Penundaan Kehamilan
Dengan menyusui ASI eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan,
sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum
dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).

2.2 Penggolongan dan Volume ASI

Komposisi dan volume ASI dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan


bayi. Komposisi dan volume ASI yang diproduksi pada hari pertama setelah bayi
dilahirkan, berbeda dengan ASI yang diproduksi enam bulan kemudian.
Berdasarkan waktu produksinya, ASI digolongkan dalam tiga kelompok berikut :
( Diah Krisnatuti, Indriyadi Hastoro, 2000 ).

8
1. Kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang diproduksi beberapa saat setelah lahir sampai pada
hari ketiga atau keempat. Warnanya lebih kuning dan lebih kental dari pada
ASI yang diproduksi setelah hari keempat. Kolostrum memiliki khasiat untuk
membersihkan saluran pencernaan bayi dari kotoran sehingga saluran tersebut
siap menerima makanan. Kolostrum mengandung protein, zat penangkal
infeksi, mineral (terutama K, Na, Cl), dan vitamin yang larut dalam lemak (A,
D, E dan K). Dengan keunggulan yang dimiliki kolostrum, cukup jelas bahwa
bayi yang memperoleh ASI sedini mungkin (2-8 jam sesudah lahir) akan
terhindar dari kemungkinan terjadinya gangguan pencernaan, infeksi usus, dan
penyakit lainnya. Berdasarkan hasil penelitian, seorang ibu dapat memproduksi
150-300 ml kolostrum dalam satu hari.
2. ASI transisi / peralihan
ASI transisi atau peralihan diproduksi pada hari keempat sampai hari
kesepuluh setelah melahirkan. Bahkan, pada kondisi-kondisi tertentu ASI
transisi dapat diproduksi sampai minggi ke-5. ASI peralihan mengandung
protein yang lebih rendah dan kandungan lemak dan karbohidrat yang lebih
tinggi.
3. Air susu dengan komposisi zat gizi ASI tidak akan mengalami perubahan.
Kondisi ini akan berlangsung sampai bayi berumur 2-3 tahun.

2.3 Cara untuk menambah volume susu (Moody, Britten, Hogg, 2001)

1. Anjurkan kepada ibu untuk makan secara teratur 3 kali sehari dengan
jumlah protein dan vitamin B yang cukup

2. Anjurkan untuk minum sekurang-kurangnya 1-1 1


2 liter cairan setiap
hari.
3. Tenangkan ibu, katakan bahwa ia mampu menyusui bayinya. Bantulah
ibu untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan.

9
4. Sarankan kepada ibu, supaya kerap kali makan, lebih sering dari
kebiasaan, guna memperbanyak air susu
5. Anjurkan ibu supaya banyak tidur dan beristirahat.
6. Nasihatkan untuk memijat payudara dengan tangan selama 5 menit
setiap habis menyusui untuk memberi rangsangan kepada payudara,
sebagai berikut :
 Angkatlah payudara dengan cara meletakkan jari-jari tangan
dibawahnya dan ibu jari diatas payudara, menggenggam tepi luar
dari areola primer (lingkaran kehitam-hitaman disekitar putting
susu).
 Dengan tekanan kuat ke dalam, peraslah cadangan susu dengan kira-
kira 30 kali gerakan setiap menit, dengan cara mengerakkan areola
tetapi mengubah pegangan jari dan menghindari menyentuh puting
susu, sehingga air susu mengalir dengan lancar ke luar.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Pemberian ASI

Di kota-kota besar di Indonesia mulai terlihat kecenderungan penurunan


pemberian ASI. Faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah (Jurnal
Medika, 2004) :
1. Perubahan sosial budaya
 Ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya
 Meniru teman, tetangga, atau orang terkemuka yang memberikan susu
formula
2. Faktor psikologis
 Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita
 Tekanan batin, terutama pada ibu yang kurang menerima kehadiran
bayinya
3. Faktor fisik ibu : ibu kurang gizi, ibu sakit, dan lain-lain
4. Faktor gaya hidup : wanita berfikir tidak dapat menyusui bayinya di
tempat umum

10
5. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang
mendapatkan keterangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI
6. Faktor meningkatnya susu formula sebagai pengganti ASI melalui
berbagai cara
7. Keterangan yang salah justru datang dari petugas kesehatan sendiri yang
menganjurkan pengganti ASI dengan susu formula

2.5 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Peningkatan Pemberian ASI


Ekslusif

2.5.1. Faktor Pengetahuan


Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Over behavior).

2.5.1.1 Tindakan Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif


Pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang itu tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan
dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan fungsi dari BKIA.

11
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintegrasikan materi
tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan. Contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan. Misalkan dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan-
perhitungan hasil penelitian , dalam menggunakan prinsip siklus pemecahan
masalah didalam pemecahan masalah dari kasus yang diberikan.
4) Analisis (analisis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan) membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
5) Sintesis (syntehesis)
Sintesis menunjuk pada kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada, seperti dapat menyusun, merencanakan,
meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian-penilaia ini berdasarkan suatu criteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan criteria yang telah ada.

12
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek peneliti atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Soekidjo Notoatmojo,
1993).

2.5.2 Faktor Sikap


Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang sikap dapat
diuraikan sebagai berikut :
 Sikap adalah kesediaan untuk memberikan respon secara positif
ataupun negative terhadap individu, objek atau situasi tertentu (C.T Morgan)
 Sikap adalah gambaran orientasi seseorang terhadap objek, konsep
atau situasi tertentu dan menunjukkan adanya kesediaan untuk bereaksi
dengan cara tertentu terhadapnya. Orientasi dan kesediaan bereaksi itu
mengandung aspek-aspek emosi, motifasi dan intelektual (E.T Hilgard)
 Sikap adalah keadaan kesediaan untuk membangkitkan motif,
menyatakan pikiran, serta perasaan (T.M Newcomb)
 Sikap adalah pengorganisasian dari motifasi, emosi dan proses kognitif
terhadap aspek-aspek yang dihadapi individu didalam dunianya (Krech &
Crutchfield).

2.5.2.1 Komponen Sikap (Philip R & Marvin E.Shaw, 1982)


a. Kognitif, berkaitan dengan bagaimana individu memberikan arti atau
makna tentang objek (berkaitan dengan pengetahuan, kepercayaan an apa
yang dipikirkan oleh individu mengenai oobjek). Apabila kognisi seseorang
tentang sesuatu telah teruji, maka akan dapat membentuk stereotype dalam
diri orang tersebut.
b. Afektif, berkaitan dengan aspek-aspek emosional seperti senang–tidak
senang, benci-suka, dan sebagainya. Komponen ini sering dikatakan sebagai
karakter dasar atau komponen domain sering dikatakan sebagai karakter dasar

13
atau komponen domain dalam sikap. Dua orang yang memiliki informasi
yang sama tentang suatu objek belum tentu memiliki sikap yang sama.
c. Konatif, berkaitan dengan kesediaan atau kesiapan individu untuk
bertingkah laku tertentu pada stimulus tertentu dengan cara tertentu pula
(merupakan komponen behavioral dan dipengaruhi oleh komponen kognitif
dan afektif).

2.5.2.2 Karakteristik Sikap


 Sikap didasarkan pada konsep evaluasi berkenaan objek
tertentu yang akan menggugah tingkah laku bermotif
 Sikap digambarkan dalam berbagai kualitas dan intensitas
yang berbeda dan bergerak secara kontinyu dari positif melalui netral kea rah
negative
 Sikap dipandang sebagai hasil proses belajar daripada sebagai
hasil perkembangan atau sesuatu yang diturunkan
 Sikap memiliki sasaran atau objek tertentu baik konkrit
maupun abstrak, dengan demikian sikap tidak dapat dilepaskan dari
lingkungan.
 Sikap merupakan paduan (resultan) dari dimensi-dimensi sikap
dengan tingkat keterpaduannya yang berbeda-beda.
 Sikap relative menetap walaupun dapat berubah
 Proses pembentukan atau perubahan sikap menyerupai proses
belajar
 Sikap dapat terbentuk atau berubah jika stimulus dapat
meyakinkan (memiliki nilai reinforcement) individu.
 Dalam sikap komunikasi memiliki peranan penting

2.5.2.3 Berbagai Tingkatan sikap


Seperti dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :
 Menerima (receiving)

14
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek)

 Merespon (Responding)
Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap
 Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga
 Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat di tanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan suatu objek

9.2 Faktor Perilaku (Soekidjo Notoatmojo, 1993)


Perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang
bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari
pada manusia sendiri. Oleh karena itu perilaku manusia mempunyai bentangan
yang sangat luas, mencangkup berjalan, bereaksi, berpakaian dan lain-lain.
Bahkan kegiatan internal seperti berfikir, persepsim, dan emosi juga merupakan
perilaku manusia.
Menurut Hendrik L Blumm, derajat kesehatan masyarakat merupakan hasil
gabungan dari 4 faktor, yaitu (Soekidjo Notoadmodjo, 1993) :
1) Lingkungan
Masalah lingkungan pada teori Blumm dapat dibagi menjadi dua, yaitu
lingkungan alamiah dan lingkungan buatan manusia. Paradigma sehat
berperan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik, yang merupakan
factor yang berperanan besar dalam menentukan derajat kesehatan
2) Keturunan

15
Keturunan adalah factor yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk,
genetika dan social budaya.

3) Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah merupakan program Departemen
Kesehatan yang memberikan kontribusi besar terhadap derajat kesehatan
meskipun masih dibawah factor lingkungan dan perilaku
4) Perilaku
Faktor perilaku memberikan kontribusi yang terbesar dalam meningkatkan
derajat kesehatan. Namun justru faktor perilaku ini masih belum diupayakan
untuk digarap secara intensif. Perilaku yang bertentangan dengan norma
kesehatan seringkali merupakan akibat dari budaya masyarakat yang telah
berakar selama berabad-abad. Pendidikan formal tidak banyak bermanfaat
untuk mengubah perilaku masyarakat. Perilaku sering dianggap bukan sebagai
kesehatan, padahal pengaruhnya sangat besar terhdap kesehatan. Dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka diperlukan upaya-upaya
untuk mengubah perilaku masyarakat yang tidak mendukung norma-norma
kesehatan.

9.3.1 Definisi Perilaku Kesehatan


Notoadmodjo, mengatakan bahwa perilaku kesehatan adalah respon
seseorang, baik aktif maupun pasif, terhadap stimulasi yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.

9.3.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan


Becker, mengklasifikasikan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
sebagai berikut (Soekidjo Notoadmodjo, 1993) :
1) Perilaku kesehatan (health behavior)
Perilaku kesehatan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau
kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya,

16
termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan,
pemilihan makanan dan sebagainya.

2) Perilaku sakit (illness behavior)


Perilaku sakit yaitu segala tindakan atau segala kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal
keadaannya, termasuk juga kemampuan atau pengetahuan individu untuk
mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha untuk
mencegah penyakit tersebut
3) Perilaku peran sakit (sick role behavior)
Perilaku peran sakit yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan
individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini
disamping berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitannya sendiri juga
berpengaruh terhadap orang lain.

9.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan


Green berpendapat bahwa perilaku seseorang terhadap kesehatan dipengaruhi
oleh 2 faktor yaitu (Soekidjo Notoadmodjo, 1993) :
1) Faktor Internal
Mencakup pengetahuan, kepercayaan, nilai, persepsi, dan sikap individu.
2) Faktor Eksternal
Mencangkup factor pendorong dari orang-orang disekeliling

9.3.4 Perubahan Perilaku Kesehatan


Mengubah perilaku seseorang bukanlah hal yang mudah, sebab didalamnya
tersangkut tidak hanya proses intrapersonal, yaitu apakah dengan menerima
gagasan atau perilaku yang baru itu dia tidak tersisih dari kelompoknya. Sebab
factor-faktor nilai yang dianut seseorang bukan saja berdasarkan yang dialami dan
dianggap baik oleh dirinya sendiri, tetapi terutama merupakan nilai-nilai yang
telah dianut baik oleh masyarakat tersebut.

17
Dalam perilaku kesehatan hal yang terpenting adalah pembentukan dan
perubahan perilaku, karena perubahan perilaku adalah merupakan tujuan dari
pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program
kesehatan lainnya.
Bentuk perilaku sangat bervariasi. Menurut WHO, perubahan perubahan dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu (Soekidjo Notoadmodjo, 1993) :
1) Perubahan alamiah (Natural Change)
Perubahan alamiah, baik perubahan lingkungan fisik, atau social budaya dan
ekonomi.
2) Perubahan terencana (Planned Change)
Perubahan terencana yaitu perubahan perilaku yang terencana oleh subyek
3) Kesediaan untuk berubah (Readdiness to Change)
Kesediaan untuk berubah yaitu kesediaan untuk berubah, sesuai dengan
perubahan pada lingkungannya, oleh karena inovasi-inovasi baru maupun
program-program baru

9.3.5 Cara-cara Perubahan Perilaku Kesehatan


Menurut Kelman ada tiga cara perubahan yaitu (Soekidjo Notoadmodjo,
1993):
1) Karena Terpaksa
Dalam hal ini, individu perilakunya kerena berharap akan :
 Memperoleh imbalan, baik berupa materi-ataupun non materi.
 Memperoleh pengakuan dari kelompoknya atau dari orang yang
menganjurkan perubahan tersebut.
 Terhindar dari hukuman.
Dengan cara ini perubahan perilaku yang terjadi tidak lestari karena
dilakukan secara terpaksa
2) Kerena ingin meniru
Individu mengubah perilakunya karena ingin disamakan dengan seseorang
yang dikaguminya. Disini perubahan yang terjadi juga tidak lestari
3) Karena menghayati manfaatnya

18
Disini perubahan perilaku yang terjadi benar-benar mendasar, artinya, benar-
benar telah menjadi bagian dari hidupnya. Karena itulah maka perubahan
melalui cara ini umumnya bersifat lestari. Perubahan seperti inilah yang
diharapkan akan dicapai melalui penyuluhan kesehatan.
2.6.3.6. Proses Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan yakni :
 Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
 Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.
 Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik.
 Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru
 Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut diatas.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif,
maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya bila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan
berlangsung lama.

2.6 Tujuh Langkah Keberhasilan ASI Ekslusif

Terdapat tujuh langkah untuk keberhasilan pemberian ASI secara ekslusif.


Langkah-langkah yang terpenting dalam persiapan keberhasilan menyusui secara
ekslusif adalah sebagai berikut,

19
1) Mempersiapkan payudara, bila diperlukan.
ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau memasak
air, juga tanpa harus mencuci botol, dan tanpa menunggu agar susu tidak
terlalu panas.
2) Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui.
Mempelajari manfaat, komposisi dan keuntungan dari pemberian ASI, serta
mengetahui cara menyusui yang benar dan tepat.
3) Menciptakan dukungan keluarga, teman, dan sebagainya.
Dukungan pengertian keluarga, teman sangat diperlukan untuk ketentraman
ibu menyusui, disamping itu nasehat dari mereka yang lebih berpengalaman
akan membantu keberhasilan menyusui.
4) Memilih tempat melahirkan yang “ sayang bayi “ seperti “ rumah sakit
sayang bayi “ atau “ rumah bersalin sayang bayi “.
Memilih tempat melahirkan yang mendukung penuh program ASI ekslusif.
5) Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara ekslusif.
6) Mencari ahli persoalan menyusui seperti Klinik Laktasi dan atau konsultasi
laktasi (lactasion consultan), untuk persiapan apabila kita menemui
kesukaran.
7) Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyususi.
Adanya suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyusui dapat
meningkatkan produksi pengeluaran ASI juga merupakan suatu langkah
menuju keberhasilan dalam pemberian ASI ekslusif.

20
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskrptif, yaitu


penelitian yang mendapatkan gambaran suatu keadaan dalam populasi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara,
kota Bogor.

3.2.2. Waktu Penelitian


Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli-Oktober 2015

3.3. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah cross sectional (potong lintang) yang


disebut juga dengan penelitian survey, yaitu penelitian dengan cara mengamati
status penelitian secara serentak pada suatu periode tertentu.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen pokok penelitian ini, yaitu alat pengumpulan data yang pokok
adalah kuesioner. Jumlah pertanyaan dalam kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 42 buah kuesioner, yang dibagi menjadi 4 kategori yaitu:
1. Kategori Identitas Responden, terdiri dari 8 pertanyaan
2. Kategori Pengetahuan, terdiri, terdiri dari 15 pertanyaan
3. Kategori sikap, terdiri dari 6 pertanyaan
4. Kategori Perilaku, terdiri dari 13 pertanyaan

21
3.5. Pengumpulan Data

3.5.1. Sumber Data


1. Data Primer
Data primer didapatkan dari hasil wawancara langsung dengan responden
melalui di poliklinik Puskesmas Bogor Utara
2. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari data jumlah ibu yang memiliki bayi berusia
antara 6 bulan sampai 1 Tahun yang ada di wilayah kerja puskesmas Bogor
Utara

3.5.2. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi berusia
antara 6 bulan sampai 1 tahun pada periode bulan Juli-Oktober tahun 2015, yang
berada di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor Utara.

3.5.3. Sampel
Besarnya sample pada penelitian ini adalah 30 orang (whole sample).

3.6. Definisi Operasional

1. Bayi
Yang dimaksud dengan bayi pada penelitian ini adalah bayi berusia 6 bulan
sampai 1 tahun.
Alat ukur : Kuesioner
cara mengukur : Interview
Jenis ukur : Bulan
Skala ukur : 6 bulan – 1 tahun.

22
2. ASI Ekslusif
Yang dimaksud dengan ASI Ekslusif pada penelitian ini adalah pemberian
makanan bayi berusia 0-6 bulan hanya ASI saja tanpa tambahan makanan atau
minuman lainnya.

3. Usia ibu
Yang dimaksud dengan usia ibu pada penelitian ini adalah ulang tahun terakhir
ibu pada tahun dilaksanakannya penelitian.

4. Tingkat Pengetahuan
Yang dimaksud dengan tingkat pengetahuan dalam penelitian ini adalah
pengetahuan ibu yang mempunyai bayi berusia 6 bulan – 1 Tahun. mengenai
definisi ASI ekslusif, kandungan atau komposisi yang terdapat dalam ASI,
cara pemberian ASI yang benar dan tepat, dan keuntungan dari pemberian
ASI. Tingkat pengetahuan dinilai melalui penelian jawaban ibu atas
pertanyaan-pertanyaan kategori pengetahuan dalam kuesioner.
Alat ukur : kuesioner
Cara mengukur : Interview
Skala : Thurstone

5. Tingkat Sikap
Yang dimaksud dengan tingkat sikap dalam penelitian ini adalah sikap ibu
dalam pentingnya pemberian ASI, dan keuntungannya. Dinilai melalui
penilaian jawaban ibu atas pertanyaan-pertanyaan kategori sikap dalam
kuesioner.
Alat ukur : kuesioner
Cara mengukur : Interview
Skala : gutman

23
6. Tingkat Perilaku
Yang dimaksud dengan tingkat perilaku dalam penelitian ini adalah perilaku
ibu dalam pemberian ASI pada bayinya. Dinilai melalui kuesioner melalui
penilaian jawaban ibu atas pertanyaan-pertanyaan kategori perilaku dalam
kuesioner
Alat ukur : kuesioner
Cara mengukur : Interview
Skala : Thurstone

3.7. Teknik Analisis Data

3.7.1. Identitas Responden


Didalam kuesioner, katagori identitas responden terdiri dari 8 pertanyaan,
yang mencangkup nomor responden, nama, umur, pendidikan formal, pekerjaan,
jumlah anak dalam satu keluarga, dan usia anak yang terakhir. Nomor responden
diisi oleh penulis selaku pewawancara, nama dan alamat berupa pertanyaan isian,
dan 4 pertanyaan sisanya berupa pertanyaan pilihan ganda
Tujuan analisis identitas responden adalah untuk mengetahui:
 Distribusi pendidikan dan pekerjaan responden
 Distribusi bayi yang diberi ASI Ekslusif

3.7.2. Pengetahuan
Didalam kuesioner, kategori pengetahuan terdiri dari 15 pertanyaan, yang
mencangkup pengetahuan responden mengenai definisi ASI Akslusif, kandungan
dan komposisi ASI Ekslusif, cara pemberian ASI yang benar dan tepat, dan
keuntungan dari pemberian ASI Ekslusif.
Tujuan analisa pengetahuan adalah untuk mengetahui distribusi tingkat
pengetahuan responden mengenai ASI Ekslusif.
Nilai maksimal untuk masing-masing soal adalah 10 dan nilai minimal
adalah 1. dengan demikian, total nilai maksimal yang mungkin diperoleh
responden untuk kategori pengetahuan adalah 140. setelah nilai dari masing-

24
masing soal dijumlahkan, maka berdasarkan perolehan nilainya, responden dibagi
dalam tiga kelompok tingkat pengetahuan yaitu:
1. Pengetahuan cukup, jika nilai yang diperoleh antara 93 – 140
2. Pengetahuan kurang, jika nilai yang diperoleh antra 14 – 92

3.7.3. Sikap
Didalam kuesioner, kategori sikap terdiri dari 6 pertanyaan, yang
mencangkup sikap responden dalam pentingnya pemberian ASI, perawatan
khusus dan keuntungannya.
Nilai maksimal untuk masing-masing pertanyaan adalah 1, dan nilai
minimal adalah 0. dengan demikian, nilai total maksimal yang mungkin diperoleh
responden untuk kategori sikap adalah 4. setelah nilai dari masing-masing soal
dijumlahkan, maka berdasarkan perolehan nilai, responden dibagi ke dalam tiga
kelompok tingkat sikap, yaitu:
1. Sikap cukup, jika nilai yang diperoleh antara 3 - 4
2. Sikap kurang, jika nilai yang diperoleh antara 0 - 2

3.7.4. Perilaku
Didalam kuesioner, kategori perilaku terdiri dari 13 pertanyaan. Nilai
maksimal untuk masing-masing soal adalah 10, dan nilai minimal adalah 1.
dengan demikian, nilai total maksimal yang mungkin diperoleh responden untuk
kategori perilaku adalah 100
Setelah nilai dari masing-masing soal dijumlahkan, maka berdasarkan
perolehan nilainya, responden dibagi menjadi dua kelompok perilaku, yaitu:
1. Perilaku cukup, jika nilai yang diperoleh antara 51 – 100
2. Perilaku kurang, jika nilai yang diperoleh antara 10 – 50

25
BAB IV
HASIL
4.1 Profil Komunitas Umum
Puskesmas Bogor Utara adalah puskesmas induk sebagai UPTD (Unit
Pelaksana Teknis Dinas) yang terletak di Jl. Raden Kan’an RT 05/04 No. 81
Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara Kota Bogor.Puskesmas Bogor Utara
memiliki puskesmas pembantu (Pustu) Villa Duta yang terletak di Kelurahan
Tanah Baru dan puskesmas pembantu (Pustu) Cimahpar Jl. Guru Muchtar
Kelurahan Cimahpar Kecamatan Bogor Utara.Wilayah kerja Puskesmas
Bogor Utaraterdiri dari Kelurahan Cibuluh, Tanah Baru dan Kelurahan
Cimahpar. Kelurahan Cibuluh mempunyai 9 Rukun warga dan 47 Rukun
tetangga dengan luas wilayah 154,8km2, ketinggian tanah dari permukaan
laut antara 300 sampai dengan 350 meter, curah hujan antara 3000 sampai
dengan 4000mm/th dan suhu udara rata – rata 26 oC.Kelurahan Tanah Baru
mempunyai 11 Rukun warga dan 65 Rukun Tetangga dengan luas 314km2 ha,
curah hujan 3000 sampai dengan 4000mm/th, ketinggian tanah dari
permukaan laut 300 meter dan suhu udara 26 sampai 30o C. Kelurahan
Cimahpar mempunyai 16 Rukun warga dan 54 Rukun Tetangga dengan luas
441km2 ha, curah hujan 3000 sampai dengan 4000 mm/th, ketinggian tanah
dari permukaan laut 360 meter dan suhu udara 27 sampai 30o C.

4.2 Data Geografis


Batas wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara sebagai berikut:
Sebelah Utara: Wilayah kerja Puskesmas Warung Jambu yaitu Kelurahan Ciparigi
Sebelah Barat: Wilayah kerja Puskesmas Tegal Gundil yaitu Kelurahan Bantar Jati
Sebelah Timur: Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja yaitu Kelurahan Sukaraja
Kabupaten Bogor
Sebelah Selatan: Wilayah kerja Puskesmas Bogor Timur yaitu Kelurahan
Baranang Siang.
Puskesmas Bogor Utara terletak di bagian utara kota Bogor, meliputi
daerah pinggiran kota dengan kompleksitas permasalahan rural-urban.

26
Transportasi ke arah kota relatif lancar, sementara ke wilayah kerja lebih
sulit karena sebagian wilayah tak terjangkau kendaraan umum dan beberapa
wilayah hanya bisa dijangkau dengan sepeda motor dan berjalan kaki.

4.3 Data Demografi


Komposisi penduduk di kelurahan Cibuluh: Jumlah Penduduk Laki–laki
dan perempuan 15.231 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 4.045 KK. Rata – rata
jiwa per rumah tangga sebanyak 3,8 orang. Komposisi penduduk di kelurahan
Cimahpar: Jumlah Penduduk Laki–laki dan perempuan 15.339 jiwa dengan
jumlah kepala keluarga 3.484 KK. Rata – rata jiwa per rumah tangga sebanyak 4,4
orang Sedangkan komposisi penduduk di kelurahan Tanah Baru: jumlah penduduk
laki–laki dan perempuan 19.532 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 4.742 KK.
Rata – rata jiwa per rumah tangga sebanyak 4,1 orang.
4.4 Sumber Daya Kesehatan Puskesmas Bogor Utara
Puskesmas Bogor Utara mempunyai 26 orang tenaga tetap,
mempunyai 2 puskesmas pembantu, yaitu Puskesmas pembantu Villa Duta yang
terletak di kelurahan Tanah Baru dan puskesmas Pembantu Cimahpar yang
terletak di kelurahan Cimahpar. Juga membina 45 Posyandu yang tersebar di 3
kelurahan, yaitu 13 posyandu di kelurahan Cibuluh, 19 posyandu di kelurahan
Cimahpar, dan 13 posyandu di kelurahan Tanah Baru.
Secara terperinci spesifikasi ketenagaan di Puskesmas Bogor Utara
adalah sebagai berikut :

No Jenis Tenaga Jumlah

1. Dokter umum 5
2. Dokter gigi 1
3. Bidan 6
4. Perawat 4
5. Perawat gigi 1
6. Petugas Gizi 1
7. Petugas Kesling 1
8. Apoteker 1
9. Asisten Apoteker 1
10. Petugas TU 1

27
11. Bendahara 1
12. Petugas Pendaftaran 1
13. Petugas laboratorium 1
14. Radiografer 1
Jumlah 26

4.5 Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Bogor Utara

Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila terpenuhi sumber
daya tenaga, sarana pembiayaan kesehatan dapat terpenuhi dengan seimbang
sesuai dengan kebutuhan.
Kelurahan
No Jenis Sarana Cibuluh Cimahpar Tanah Jumlah
baru
1. Praktek Dr/Drg 8 0 9 17
2. Praktek Bidan 3 5 6 14
3. BP / RB 7 1 2 10
4. Laboratorium 3 0 0 3
5. Optik 4 0 1 5
6. Apotek 7 1 1 9
7. Toko Obat 1 0 2 3
8. Salon 3 3 3 9
9. Pengobtn Tradsl 2 1 1 4
10. Tukang Gigi 1 0 3 4
Sumber : Pendataan Puskesmas Bogor Utara Th 2012

4.6 Data Hasil


Dari survey yang dilakukan pada 30 responden yang terdiri dari ibu yang
mempunyai bayi berusia 6 bulan – 1 Tahun, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1. Distribusi responden menurut umur
Umur (Tahun) Jumlah (Orang) %
18-25 10 33,33%
26-30 12 40%
> 30 8 26,67%
Total 30 100%

Table 4.2. Distribusi reponden menurut tingkat pendidikan


Pendidikan Jumlah (Orang) %
SD 10 33,33%
SLTP 8 26,67%
SLTA 8 26,67%

28
Akademi/PT 4 13,33%
Total 30 100%

Tabel 4.3 Distribusi responden menurut pekerjaan


Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) %
Ibu Rumah Tangga 27 90%
Wiraswasta 2 6,67%
Pegawai Swasta 1 3,33%
Total 30 100%

Tabel 4.4 Distribusi responden menurut jumlah anak (orang)


Jumlah Anak Jumlah (Orang) %
1-2 23 76,67%
3-4 5 16,67%
>5 2 6,66%
Total 30 100%

Tabel 4.5 Distribusi responden menurut usia anak terakhir (bungsu)


Usia (Bulan) Jumlah (Orang) %
6 bulan 18 60%
7 bulan - 1 tahun 12 40%
Total 30 100%

PENGETAHUAN
Tabel 4.6 Distribusi responden tentang “apakah ibu tahu yang dimaksud
ASI eksklusif ?”
Jawaban Jumlah (Orang) %
Ya 26 86,67%
Tidak 4 13,33%
Total 30 100%

Tabel 4.7 Distribusi responden tentang “pengertian ASI”


Pengertian ASI Jumlah (Orang) %
Makanan alamiah bayi sampai usia 2 tahun 5 19,23%
Makanan wajib bayi baru lahir 4 15,39%
Kedua-duanya 17 65,38%

29
Total 26 100%

Tabel 4.8 distribusi responden tentang “menurut ibu, apakah manfaat ASI
sangat penting ?”
Jawaban Jumlah (Orang) %
Ya 30 100%
Total 30 100%

Tabel 4.9 distribusi responden tentang “kepentingan ASI bagi bayi”


Jawaban Jumlah (Orang) %
4 jawaban 3 10%
1 jawaban 26 86,67%
Tidak menjawab 1 3,33%
Total 30 100%

Tabel 4.10 Distribusi responden tentang “apakah ibu tahu kandungan yang
terdapat dalam ASI ?”
Jawaban Jumlah (Orang) %
Ya 21 70%
Tidak 9 30%
Total 30 100%

Tabel 4.11 Distribusi responden tentang “kandungan ASI”


Kandungan ASI Jumlah (Orang) %
4 jawaban 1 4,76%
2 jawaban 1 4,76%
1 jawaban 19 90,48%
Total 21 100%

Tabel 4.12 Distribusi responden tentang “menurut ibu apakah ASI penting
bagi bayi ?”
Jawaban Jumlah (Orang) %
Ya 29 97%
Tidak 1 3%
Total 30 100%

30
Tabel 4.13 Distribusi responden tentang “alasan ASI penting bagi bayi”
Alasan Jumlah (Orang) %
Sebagai curahan kasih sayang 3 10,35%
Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak 4 13,79%
Semua jawaban benar 22 75,86%
Total 29 100%
Berdasarkan tabel diatas, alasan responden bahwa ASI penting bagi bayi
yang terbanyak adalah semua jawaban benar yaitu sebesar 75,9%. Menurut
Departemen Kesehatan RI tahun1999, ASI dapat melindungi bayi dari berbagai
infeksi seperti infeksi telinga, infeksi pencernaan atau doare, reaksi alergi, batuk
pilek, dan melindungi dari Sudden Infanth Syndrome (SIDS).

Tabel 4.14 Distribusi responden tentang “menurut ibu apakah ASI eksklusif
dapat diganti dengan makanan lain pengganti ASI (PASI) ?”
Jawaban Jumlah (Orang) %
Ya 17 56,67%
Tidak 13 43,33%
Total 30 100%

Tabel 4.15 Distribusi responden tentang “makanan lain pengganti ASI


(PASI)”
Pengganti ASI Jumlah (Orang) %
3 jawaban 5 29,41%
2 jawaban 5 29,41%
1 jawaban 7 41,18%
Total 17 100%

Tabel 4.16 Distribusi responden tentang “Menurut ibu mana yang lebih baik
ASI atau PASI ?”
Jawaban Jumlah (Orang) %
ASI 30 100%
Total 30 100%

Tabel 4.17 Distribusi responden tentang “kelebihan ASI daripada PASI ?”


Jawaban Jumlah %
3 jawaban 3 10%
2 jawaban 4 13,33%

31
1 jawaban 23 76,67%
Total 30 100%

Tabel 4.18 Distribusi responden tentang “faktor-faktor yang mempengaruhi


pemberian ASI ?”
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah (orang) %
4 jawaban 17 56,67%
2 jawaban 1 3,33%
1 jawaban 8 26,67%
Tidak menjawab 4 13,33%
Total 30 100%

Tabel 4.19 Distribusi responden tentang “ pada umur berapa anak ibu mulai
diperkenalkan MP – ASI berbentuk lumat ?”
Umur Bayi Jumlah (Orang) %
4-6 bulan 6 20%
6-12 bulan 20 66,67%
12-24 bulan 4 13,33%
Total 30 100%

Tabel 4.20 Distribusi responden tentang “pada saat ibu memberikan MP –


ASI, ibu teruskan pemberian ASI ?”
Jawaban Jumlah (Orang) %
Ya 27 90%
Tidak 3 10%
Total 30 100%

Tabel 4.21 Distribusi responden menurut PENGETAHUAN:


Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
Cukup 21 70%
Kurang 9 30%
Total 30 100%

SIKAP
Tabel 4.22 Distribusi responden tentang “Menurut ibu apakah ASI Ekslusif
wajib diberikan pada bayi

32
Jawaban Jumlah (Orang) %
Ya 30 100%
Total 30 100%

Tabel 4.23 Distribusi responden tentang “Apakah ibu setuju dengan anjuran
pemerintah untuk menyusui bayi sampai dengan umur 2 tahun
Jawaban Jumlah (Orang) %
Setuju 27 90%
Tidak setuju 3 10%
Total 30 100%

Tabel 4.24 Distribusi responden tentang “Apakah alasannya?”


Jawaban Jumlah (orang) %
Bermanfaat bagi kesehatan bayi 24 90%
Tanggung jawab sebagai seorang ibu 6 10%
Total 30 100%

Tabel 4.25 Distribusi responden tentang “Apakah ibu setuju pemberian ASI
eksklusif hanya diberikan pada bayi sampai umur 6 bulan?”
Jawaban Jumlah (orang) %
Setuju 16 53,33%
Tidak setuju 14 46,67%
Total 30 100%

Tabel 4.26 Distribusi responden tentang “Siapa yang menganjurkan ibu


untuk memberikan ASI ?”
Jawaban Jumlah (orang) %
Keinginan sendiri 26 86,67%
Lain-lain (dokter, bidan, dan petugas kesehatan lain) 4 13,33%
Total 30 100%

Tabel 4.27 Distribusi responden tentang “Apakah ibu setuju memberikan


ASI tanpa harus di jadwal ?”
Jawaban Jumlah (Orang) %

33
Setuju 19 63,33%
Tidak setuju 11 36,67%
Total 30 100%

Tabel 4.28 Distribusi responden menurut SIKAP:


Tingkat Sikap Jumlah %
Cukup 22 73,33%
Kurang 8 26,67%
Total 30 100%

PERILAKU
Tabel 4.29 Distribusi responden tentang “Apakah bayi ibu diberikan ASI
eksklusif atau PASI ?“
Jawaban Jumlah (orang) %
ASI eksklusif 29 96,67%
PASI 1 3,33%
Total 30 100%

Tabel 4.30 Distribusi responden tentang “sampai umur berapa?”


Jawaban Jumlah (orang) %
Umur 4 bulan 5 16,67%
Umur 6 bulan 17 56,67%
Umur 12 bulan 8 26,.66%
Total 30 100%

Tabel 4.31 Distribusi responden tentang “apakah produksi ASI ibu banyak
atau sedikit ?”
Jawaban Jumlah (Orang) %
Banyak 17 56,67%
Sedang 7 23,33%
Sedikit 6 20%
Total 30 100%

34
Tabel 4.32 Distribusi responden tentang “Apakah ibu pernah gagal dalam
memberikan ASI Ekslusif ?”
Jawaban Jumlah (Orang) %
Ya 6 20%
Tidak 24 80%
Total 30 100%

Tabel 4.33 Distribusi responden tentang “faktor dari kegagalan ibu dalam
memberikan ASI Ekslusif
Jawaban Jumlah (Orang) %
Produksi ASI yang sedikit 6 100%
Total 6 100%

Tabel 4.34 Distribusi responden tentang “apakah ibu bekerja diluar


rumah ?”
Jawaban Jumlah (Orang) %
Ya 2 6,67%
Tidak 28 93,33%
Total 30 100%

Tabel 4.35 Distribusi responden tentang “pada saat ibu bekerja, bagaimana
cara ibu memberikan ASI ?”
Jawaban Jumlah (Orang) %
Membawa bayi ke tempat kerja 2 100%
Total 2 100%

Tabel 4.36 Distribusi responden tentang “pada saat anak/ibu sakit, apakah
ibu meneruskan menyusui ?”
Jawaban Jumlah (Orang) %
Ya 26 86,67%
Tidak 4 13,33%
Total 30 100%

35
Tabel 4.37 Distribusi responden tentang “pada waktu ibu Hamil dan
menyusui apakah ibu memperhatikan gizi atau makanan?”
Jawaban Jumlah (Orang) %
Ya 25 83,33%
Tidak 5 16,67%
Total 30 100%

Tabel 4.38 Distribusi responden tentang “Apakah ibu tahu cara tepat untuk
menyusui ?”
Jawaban Jumlah (Orang) %
Ya 23 76,67%
Tidak 7 23,33%
Total 30 100%

Tabel 4.39 Distribusi responden tentang “cara menyusui yang tepat ?”


Jawaban Jumlah (Orang) %
Bersihkan puting dan areola 20 86,96%
Langsung masukkan seluruh puting 3 13,04%
Total 23 100%

Tabel 4.40 Distribusi responden tentang “Apakah ibu pada saat menyusui
melakukan perawatan payudara ?”
Jawaban Jumlah (Orang) %
Ya 21 70%
Tidak 9 30%
Total 30 100%

Tabel 4.41 Distribusi responden tentang pada saat ibu memberikan ASI,
apakah ibu menjaga kebersihan ibu dan bayi?”
Jawaban Jumlah (Orang) %
Ya 30 100%
Total 30 100%

36
Tabel 4.42 Distribusi responden menurut PERILAKU:
Tingkat Perilaku Jumlah %
Cukup 26 86,67%
Kurang 4 13,33%
Total 30 100%

37
BAB V
DISKUSI

Setelah melakukan wawancara dengan ibu yang mempunyai bayi berusia 6 bulan-
1 tahun didapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian asi eksklusif
antara lain:
1. Faktor pengetahuan ibu
2. Faktor sikap ibu
3. Faktor perilaku ibu
Dari faktor pengetahuan ibu didapatkan bahwa 70% faktor pengetahuan
ibu mengenai asi eksklusif adalah cukup sedangkan 30% faktor pengetahuan ibu
mengenai asi eksklusif adalah kurang. Pentingnya aspek pengetahuan dalam
pemberian asi eksklusif bahwa asi eksklusif perlu diberikan dalam upaya
peningkatan kesehatan bayi dan terhindar dari penyakit-penyakit apabila tidak
diberikan asi eksklusif pada saat sesudah kelahiran hingga usia 6 bulan.

38
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
Bogor Utara mengenai pemberian ASI Ekslusif, dapat diambil kesimpulan bahwa
a) 70% dari responden mempunyai pengetahuan yang cukup.
b) 73% dari responden mempunyai sikap yang cukup.
c) 86% dari responden mempunyai perilaku yang cukup.

5.2 Saran
Kami sarankan agar banyak dilakukan penyuluhan mengenai ASI eksklusif
agar dapat meningkatkan tingkat pengetahuan,sikap, dan perilaku responden

39
mengenai ASI eksklusif. Sebaiknya penyuluhan dilakukan oleh tenaga kesehatan
seperti bidan atau dokter yang memahami dan mengerti mengenai ASI eksklusif.
Selain itu, kami juga sarankan publikasi tentang MP-ASI dikurangi.
Misalnya, dengan mengurangi pemasangan poster-poster yang berkaitan dengan
MP-ASI.

40
DAFTAR PUSTAKA

Bonny Danuatmaja, Mila Meiliasari, 2003. 40 Hari Pasca Persalinan. Edisi 1.


Jakarta. Puspa Swara. Hal : 36,47.

Diah Krisnatuti, Indriyadi Hastoro. 2000. Menu Sehat Untuk Ibu Hamil dan
menyusui. Jakarta. Puspa Swara. Hal : 25-26

Dep.Kes RI. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.


Bakti Husada. Hal : 4, 5.

E. Oswari. 2004. Perawatan Ibu Hamil dan Bayi. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.
Hal : 96, 102.

Jane Moody, Jane Britten, Karen Hogg. 2001. Menyusui : Cara Mudah dan
Praktis. Arcan. Jakarta. Arcan. Hal : 113, 201.

Jurnal Medika Vol.XXX, September 2004, Faktor yang mempengaruhi ASI.


Hal:585

Joan Neilson. 1991. Cara Meyusui Yang Baik. Jakarta. Arcan. Hal: 1-11

Kathryn Pizali Nichol. 2005. Panduan menyusui. Anak Prestasi Pustaka Hal : 231-
232.

Lusi Kristiana, Herti Maryani. 2004. Faktor yang mempengaruhi ASI. Jurnal
Medika Vol.XXX, September 2004.

Profil Kesehatan Jawa Barat 2005. Bandung

Robert E Hall. 2000. Petunjuk Medis Bagi Wanita Hamil. Jakarta. Pustaka Dela
Pratasa. Hal : 146, 148.

Soekidjo Notoatmodjo. 2007. Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.

Suharyono, Rulina Suradi, Agus Firmansyah. 1989. AIR SUSU IBU Tinjauan
dari beberapa aspek. Jakarta. FK. UI. Hal: 59, 62-63

Utami Roesli. 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta. Puspa Swara. Hal: 2-
6,29,48-49,53.

41

Anda mungkin juga menyukai